Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tubuh manusia terdapat pengaturan tersendiri yang dapat

digunakan untuk mencegah terbentuknya suatu penyakit. Dan hormon-

hormon yang dihasilkan oleh tubuh yang memiliki kerja seperti yang

disebutkan sebelumnya. Salah satu hormone yang memilki fungsi dalam

pengaturan metabolisme dan peredaran glukosa dalam tubuh adalah

hormone insulin.

Hormon ini terbentuk pada kelenjar pankreas oleh sel-sel β yang

mensekresikan insulin tersebut. Hormone insulin digunakan untuk

mengikat glukosa dalam darah sehingga tidak terjadi penumpukkan

glukosa dalam darah dan menyebabkan glukosa tersebut diekskresikan

lewat urine tanpa digunakan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menjadi

letih, cepat haus, lapar dan sering berkemih. Ini merupakan gejala

penyakit diabetes mellitus.

Pada percobaan kali ini kita menggunakan hewan coba mencit

untuk uji antidiabetes. Praktikum ini dilakukan, agar kita lebih mengetahui

keefektifan dari obat-obat antidiabetes. Selain itu, sebagai mahasiswa

farmasi kita harus mengetahui obat antidiabetes yang ideal dan tidak

memiliki efek samping yang merugikan pengguna obat tersebut.

Parameter utama dari antidiabetes adalah kadar glukosa darah.

1
B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami efek dari obat diabetes melitus terhadap hewan coba mencit

(Mus musculus).

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat diabetes

mellitus yaitu metformin, ekstrak daun salam, dan Na-CMC 1% (kontrol

negatif) pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu

diinduksi dengan larutan glukosa 10%.

D. Prinsip Percobaan

Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas

pemberian obat antidiabetes yakni metformin, ekstrak daun salam, dan

Na-CMC 1% (kontrol negatif) pada hewan mencit (Mus musculus) yang

telah diinduksi dengan larutan glukosa 10% berdasarkan onset dan

durasinya dengan menggunakan alat glukometer.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena

defisiensi insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena

penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya

terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah

menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada

Diabetes Melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat

masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari

metabolisme protein dan lemak (Ganiswarna, dkk, 1995).

Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200

mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL. Bila DM tidak segera diatasi

akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko

timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat

(Gunawan, 2012).

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang

ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin (Sukandar

dkk, 2009).

3
Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan menahun kronis yang khususnya metabolisme karbohidrat

dalm tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (Lat.

Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) (Mycek, 2001).

Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :

1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh

defisiensi absolut yang biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan

mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomin,

hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena

sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi

insulin.

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II)

disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon

jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi

tidak hetoksidosis.

3. Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar

glukosa darah meningkat, seperti penyakit nonpancreatic dan

akibat terapi obat.

4. Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadar

glukosa darah di masa-masa awal kehamilan dimana plasenta dan

hormon-2 plasenta menimbulkan resistensi insulin yang nyata pada

trimester terakhir.

Gejala Diabetes Melitus (Tan Hoan, 2010) :

a. Poluria (banyak berkemih)

4
b. Polidipsia ( banyak minum)

c. Polifagia (banyak makan)

Disamping naiknya kadar gula darah,diabetes bercirikan adanya

gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa

yang di ekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat

haus, kehilangan energy, turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh

mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang

disertai pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam

hirdroksibutirat dan diasetat, yang membuat darah menjadi asam.

Keadaan ini, yang disebut ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe 1,

amat berbahaya karena akhirnya dapa menyebabkan pingsan. Napas

penderita yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau

aseton (Tan Hoan, 2010).

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.

Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena

itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa

amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Mycek, 2001).

Kriteria Penderita Diabetes Melitus (Handoko, 2003) :

a. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila hasil

pemeriksaaan kadar glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dl (plasma

vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah

minum larutan glukosa 75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.

5
b. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila

hasil pemeriksaan kadar glukosa dara puasanya 110-125 mg/dl

(plasma vena) atau pada kadar glukosa darah 2 jam setelah minum

larutan glukosa 75 gram hasilnya antara 140-199 mg/dl.

c. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap DM) jika hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya ≤ 110 mg/dl (plsma

vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam setelah

minum larutan glukosa ‹ 180 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar

kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa ‹140

mg/dl.

Insulin merupakan hormon polipeptida yang tediri dari dua rantai

peptida yang dihubungkan dengan ikatan-ikatan disulfida (Harvey, 2013).

Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau langerhands

dalam pankreas (atas). Insulin terikat pada rseptor spesifik (tengah)

dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi (kanan, bawah, berarsir)

termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh otot, hati, dan jaringan

adiposa. (Neal, 2006).

Insulin dalam darah pada manusia normal, kadar insulin basal

adalah 5-15 µU/mL (30-90pmol/L), dengan peningkatan puncak menjadi

60-90 µU/mL (360-540pmol/L) sewaktu makan (Katzung, 2002).

Pada otot dan jaringan adiposa, insulin memudahkan penyerapan

berbagai zat melalui membran, termasuk glukosa dan monosakarida lain,

serta asam amino, ion K, nukleosida dan fosfat anorganik (Gunawan,

2012).

6
Insulin berfungsi membantu transport glukosa masuk kedalam sel

dan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolism, baik

metabolism karbohidrat, lipid dan protein. Insulin akan meningkatkan

lipogenesis,menekan lipolysis, serta meningkatkan transport asam amino

masuk kedalam sel (Depkes, 2005).

Sekresi insulin diatur ketat untuk mendapatkan kadar glukosa darah

yang stabil baik sesudah makan atau waktu puasa. Hal ini dapat dicapai

karena adanya koordinasi peran berbagai nutrien, hormon insulin

hormon saluran cerna, hormon pankreas dan neurotransmitter otonom.

Glukosa, asam amino, asam lemak dan benda keton akan merangsang

sekresi insulin. Sel-sel langerhands dipersarafi saraf adrenergik dan

kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik menghambat sekresi insulin,

sedang β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus dan merangsang

sekresi (Gunawan, 2012).

Dalam mengatasi antidiabetes ada beberapa golongan obat yang

memegang peranan penting dalam menurunkan kadar glukosa pada

darah. Penggolongan obat ini dibagi menjadi 8 golongan (Katzung,

2002):

a. SULFONILUREA

Obat golongan ini memeliki efek utama menignkatkan

pelepasan insulin dari pangkreas. Dua mekanisme kerja lain yang

diusulkan-penurunan kadar glucagon serum dan penutupan saluran

kalium dijaringan ekstrapangkreas (yang maknanya tidak diketahui,

tetapi mungkin minimal). Sulfonylurea mengikat reseptor

7
sulfonylurea afinitas tinggi yang berkaitan dengan suatu saluran

kalium peka ATP inward-rectifier sel beta. Pengikatan sulfonylurea

menghambat efluks ion kalium melalui saluran dan menyebabkan

depolarisasi. Depolarisai membuka saluran kalsium berpintu

voltase dan menyebabkan influks kalsium dan pelepasan insulin

jadi. Mekanisme penekanan sulfonylurea pada kadar glucagon

masih belum jelas, tetapi tampaknya melibatkan inhibisi tak

langsung karena meningkatnya pelepasan insulin dan somatostatin

yang menghambat sekresi sel alfa.

b. MEGLITINID

Obat-obat ini memodulasi pelepasan insulin sel beta dengan

mengatur efluks kalium melalui saluran kalium. Terjadi tumpang

tindih tempat kerja molecular dengan sulfonylurea karena meglitid

memiliki dua tempat pengikatan yang sama dengan sulfonylurea

dan satu tempat pengikatan yang khas,

c. TURUNAN D-FENILALANIN

Nateglidin suatu turunan D-Fenilalanin. Nateglinid

merangsang pelepasan insulin yang sangat ceat dan sesaat dari

sel beta melalui penutupan saluran K+ peka-ATP. Obat ini juga

secara parsial memulihkan pelepasan insulin inisial sebagai respon

terhadap tes toleransi glukosa intravena.

d. BIGUANID

Mekanisme kerja pasti dari biguanid masih belum pasti

diketahui, tetapi efek primer obat golongan ini adalah mengurangi

8
produksi glukosa hati melalui pengaktifan enzim AMP-activated

protein kinase (AMPK, protein kinase yang diaktifkan oleh AMP).

Mekanisme kerja minor lainnya mugkin adalah penghambatan

glukneogenesis di ginjal, perlambatan penyerapan glukosa di

saluran cerna, disertai peningkatan konversi glukosa menjadi laktat

oleh enterosit, stimulasi langsug glikolisis dijaringan, peningkatan

pengeluaran glukosa dari darah, dan penurunan kadar glukogon

plasma. Contoh obat Metformin

e. TIAZOLIDINEDION

Tiazolidinedion (TZD) bekerja menurunkan resistensi insulin.

Tzd adalah ligan dari peroxisome proliferator activated receptor-

gamma, (PPAR-y). bagian dari superfamili steroid dan tiroid

reseptor nucleus. Reseptor PPAR-y memodulasi eksresi gen-gen

yang berperan dalam metabolisme lemak dan glukosa, transduksi

sinyal insulin dan diferensiasi adiposit dan jaringan lain. Contoh

obat golongan ini Pioglitazone dan Rosiglitazone.

f. Inhibitor α-Glukosidase

Akarbosa dan miglitol adalah inhibitor kompetitif α-glukosidase

usus serta mengurangi penyimpangan kadar glukosa pasca-makan

dengan menunda pencernaan dan penyerapan tepung dan

disakarida. Hanya monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa yang

dapat diangkut dari lumen usus dan masuk dalam aliran darah.

Tepung kompleks, oligosakarida dan disakarida harus diuraikan

9
menjadi masing-masing monosakarida sebelum diserap kedalam

duodenum dan jejunum.

g. Analog Amilin

Pramlintid merupakan suatu analog sintetik amylin, adalah

obat anti-hiperglikemik suntikan yang memodulasi kadar glukosa

pasca-makan. Pramlintid menekan pelepasan glukagon melalui

mekanisme yang belum diketahui.

h. Inhibitor Dipeptidil Peptidase-4 (DPP-4)

Sitagliptin, saksagliptin, dan Linagliptin adalah inhibitor DPP-4,

yaitu enzim yang menguraikan hormone inkretin. Obat-obat ini

menignkatkan kadar GLP-1 alami dan polipeptida insulinotropik

dependen-glukosa (glucose-dependent insulinotropik polypeptide,

GIP) dalam darah yang akhirnya menurunkan penyimpangan kadar

glukosa pasca makan dengan meningkatkan sekresi insulin dan

menekan kadar glukagon.

B. Uraian probandus atau hewan coba

Hewan Uji

Mencit (Mus musculus)

a. Klasifikasi (Jasin, 1991)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

10
Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

b. Karakteristik (Malole, 1989)

Berat badan dewasa : 20 – 40g jantan ; 18 – 35g betina

Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

Lama kehamilan : 19 – 21 hari

Jumlah pernapasan : 140 – 180/menit, turun menjadi 80

dengan anestesi, naik sampai 230

dalam stress.

Tidal volume : 0,09 - 0,23

Detak jantung : 600-650/menit, turun menjadi 350

dengan anestesi, naik sampai 750

dalam stress.

Volume darah : 76-80 ml/kg

Tekanan darah : 130-160 siistol; 102-110 diastol,

turun menjadi 110 sistol, 80 diastol

dengan anestesi.

Kolesterol : 26,0-82,4 mg/100 ml

C. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H2O

11
Rumus struktur :H - O -H

Berat molekul : 18.02

Pemerian : Cairan jernih tidak berwrana ; tidak berbau ;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat pelarut atau pengencer.

2. Glukosa (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Dextrosum

Nama Lain : Glukosa, Dekstrosa

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

serbuk granul putih, tidak berbau, rasa

manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, larut dalam etanol

mendidih, sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai induksi sumber gula

3. Na. CMC (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : NATRIICHARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil sellulosa

BM : 90.000 – 700.000

Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau kuning

gading tidak berbau atau hampir tidak

berbau hidrofilik.

12
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air, tidak larut

dalam etanol 95% dan pelarut organik lain.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai kontrol dan pensuspensi obat Na.

CMC

D. Uraian Obat

1. Metformin (Tjay, 2002)

Nama Paten : Methergin, Methicol, Methioson, Methovin,

Methycobal, Metidrol, Benofomin,Forbetes,

Metphica, Diabex.

Indikasi : Diabetes orang dewasa yanhg tidak

terkontrol dengan memuaskan oleh diet

dan obat lain, pengobatan utama dan

tambahan tunggal atau kombinasi dengan

insulin atau sulfonylurea.

Kontra Indikasi : Komadiabetik dan ketoasidosis Gangguan

fungsi ginjal yang serius, penyakit hati

kronis, kegagalan jantung, Miokardial

infark, Alkoholism, Keadaan penyakit

kronik atau akut berkaitan dengan hipoksia

jaringan, laktat asidosis, hipersensitivitas

terhadap biguanid.

Efek Samping : Jarang terjadi gangguan saluran cerna,

bersifat reversibel pada saluran lambung

13
dan usus, termasuk anoreksia, gangguan

perut, mual, muntah, rasa logam pada

mulut dan diare.

Farmakodinamik : Kerjanya untuk menurunkan glukosa darah

tidak tergantung pada adanya fungsi

pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak

menurun pada subjek normal setelah

puasa satu malam, tetapi kadar glukosa

darah pasca prandial mereka menurun

selama pemberian biguanid. Mekanisme

kerja yang diusulkan adalah stimulasi

glikolisis secara langsung dalam jaringan

dengan peningkatan eliminasi glukosa

dari darah, penurunan glukoneogenesis

hati, melambatkan absorbsi glukosa dari

saluran cerna dengan peningkatan

perubahan glukosa menjadi laktat oleh

enterosit dan penurunan kadar glukagon

plasma (Katzung, 2002).

Farmakokinetik : Metformin memiliki waktu paruh 1,5–3 jam

dan tidak terikat pada protein plasma.

Tidak dimetabolisme dan diekskresikan

oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Sebagai

14
akibat penyakatan glukoneogenesis

metformin di onat tersebut diduga

mengganggu ambilan asam laktat oleh hati

(Katzung, 2002).

15
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan Percobaan

1. Alat percobaan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah

gelas kimia, gunting, kanula, labu ukur 5 mL, spoit 1 mL, restrainer,

dan glukometer.

2. Bahan percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu

betadine®, ekstrak daun salam, glukosa 10%, metformin, Na CMC 1%.

B. Prosedur Kerja

1. Prosedur pembuatan bahan

- Pembuatan Na.CMC

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang Na.CMC sebanyak 1

gram, dilarutkan dalam air sebanyak 100 mL dengan wadah gelas

kimia, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan Na.CMC larut.

- Pembuatan suspensi ekstrak daun salam

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang ekstrak daun salam yang

telah diuapkan sebanyak 7,5 mg, 15 mg, dan 22,5 mg. Dilarutkan

dalam 5 mL Na.CMC, dimasukkan ke gelas kimia, ditutup dengan

aluminium foil dan diberi etiket.

16
2. Prosedur penyiapan hewan coba

Disiapkan 8 hewan coba (mencit), ditimbang hewan coba, diberi

penandaan pada masing-masing hewan coba, dipuasakan hewan

coba selama 8 jam, dihitung Vp hewan coba.

3. Prosedur perlakuan hewan coba

Disiapkan 8 hewan coba (mencit), ditimbang hewan coba, dihitung

Vp, diukur kadar glukosa awal hewan coba, diinduksikan glukosa

10%, diukur kadar glukosa induksi, kelompok 1 diberikan Na cmc 1%

pada mencit dengan berat badan 20 g, kelompok 2 diberikan obat

metformin pada mencit dengan berat badan 14 g, kelompok 3

diberikan ekstrak daun salam 250 mg/KgBB pada mencit dengan

berat badan 19 g dan 27 g, kelompok 4 diberikan ekstrak daun salam

500 mg/KgBB pada mencit dengan berat badan 19 g dan 25 g,

kelompok 5 diberikan ekstrak daun salam 750 mg/KgBB pada mencit

dengan berat badan 19 g dan 20 g, diukur kadar glukosa darah pada

menit ke 15, 30, 60 dan 90.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel pengamatan
Kadar

Kadar glukosa

BB glukosa setelah
Perlakuan Vp (mL)
(gram) awal menit

(mg/dL)
30’ 90’

Kontrol 20 g 0,66 mL 122 mg/dL 182 244

Metformin 14 g 0,46 mL 227 mg/dL 272 -

Ekstrak Daun Salam 19 g 0,63 mL 575 mg/dL 303 -

250 mg/kgBB 27 g 0,9 mL 198 mg/dL 204 -

Ekstrak Daun Salam 19 g 0,63 mL 241 mg/dL 392 -

500 mg/kgBB 25 9 0,76 mL 248 mg/dL 276 -

Ekstrak Daun Salam 19 g 0,63 mL 270 mg/dL 151 -

750 mg/kgBB 20 g 0,66 mL 248 mg/dL 192 -

B. Pembahasan

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena

defisiensi insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena

penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya

terganggu.Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes

18
melitus ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial,

aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati.

Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun

mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien

dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan

gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami komplikasi

metabolik diabetes

Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan hormone insulin,

yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk

dimetabolisir’ (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber

energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah dan akhirnya

dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih

sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus,

berat badan menurun dan merasa lelah.

Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan penurunan kadar

glukosa darah dan penentuan efek obat antidiabetes terhadap mencit

(Mus Muculus). Dan obat yang digunakan yaitu metformin, ekstrak daun

salam, dan Na CMC 1%. Tujuan dilakukan percobaan ini ialah untuk

menentukan efek farmakologi dari pemberian obat antidiabetes

hipoglikemik oral yaitu metformin, ekstrak daun salam dan Na CMC

sebagai obat pembanding pada hewan coba mencit (Mus musculus)

yang sebelumnya didinduksi dengan glukosa 10% untuk meningkatkan

kadar glukosa darah mencit dengan interval waktu 30’, dan 90’ setelah

pemberian obat secara peroral.

19
Sebelum pemberian obat, semua hewan dipuasakan selama 8 jam

karena untuk mengukur kadar glukosa puasa pada hewan coba mencit.

Semua hewan diukur glukosa darah puasa agar dapat dibandingkan

dengan kadar glukosa pada saat pemberian obat. Semua hewan coba

mencit diinduksi dengan glukosa 10%. Alasan diinduksi glukosa 10%

untuk meningkatkan kadar glukosa darah mencit. Semua mencit diukur

kadar glukosa darahnya lagi agar dapat diketahui kadar glukosa hewan

coba mencit pada saat kadar glukosanya meningkat. Untuk mengukur

kadar glukosa dari mencit, digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur

yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang

terpasang pada bagian atas glukometer. Dalam strip terdapat enzim

glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip, maka

akan langsung terbaca oleh glukometer. Alasan penggunaan alat

glukometer sebagai alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh

hasil glukosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini

memerlukan waktu yang relatif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30

detik. Kemudian diberi obat per oral yaitu satu mencit diberi Metformin,

dua mencit diberi ekstrak daun salam 250 mg/kgBB, dua mencit diberi

ekstrak daun salam 500 mg/kgBB, dua mencit diberi ekstrak daun salam

750 mg/kgBB dan satu mencit diberi Na-CMC 1%. Diukur kadar glukosa

mencit pada menit 30, dan 90 agar diketahui penurunan kadar glukosa

pada hewan coba.

Pada percobaan yang dilakukan, Na.CMC sebagai kontrol negatif

didapatkan kadar glukosa meningkat setelah pemberian Na.CMC

20
dengan interval 30’, dan 90’ mengalami peningkatan sebesar 182 mg/dL,

dan hingga 244 mg/dL. Hal ini dikarenakan Na.CMC sebagai kontrol

negatif tidak memiliki efek antidiabetik.

Selanjutnya pada percobaan yang menggunakan metformin

didapatkan kadar glukosa meningkat setelah pemberian obat pada menit

ke 30’ mengalami peningkatan sebesar 272 mg/dL. pada percobaan

yang menggunakan ekstrak daun salam 250 mg/kgBB didapatkan kadar

glukosa menurun pada mencit dengan berat 19 g setelah pemberian

pada menit ke 30’ yaitu 303 mg/dL sedangkan pada mencit dengan berat

27 g mengalami peningkatan pada menit 30’ yaitu 204 mg/dL.

Kemudian pada percobaan yang menggunakan ekstrak daun salam

500 mg/kgBB didapatkan kadar glukosa meningkat pada kedua mencit

setelah pemberian pada menit ke 30’ yaitu 241 mg/dL pada mencit

dengan berat 19 g sedangkan pada mencit dengan berat 25 g yaitu 276

mg/dL. Dan pada percobaan yang menggunakan ekstrak daun salam

750 mg/kgBB didapatkan kadar glukosa menurun pada kedua mencit

setelah pemberian pada menit ke 30’ yaitu 151 mg/dL pada mencit

dengan berat 19 g sedangkan pada mencit dengan berat 20 g yaitu 192

mg/dL.

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ekstrak daun salam 750 mg/kgBB lebih efektif sebagai obat

antidiabetes dibanding obat metformin karena dilihat dari kadar glukosa

kedua mencit yang tadinya memiliki kadar glukosa awal 248 mg/dL pada

mencit yang beratnya 20 g dan 270 mg/dL pada mencit yang beratnya 19

g setelah diinduksikan ekstrak daun salam 750 mg/kgBB mengalami

penurunan pada menit ke 30 yaitu 192 mg/dL dan 151 mg/dL.

B. Saran

Untuk laboratorium, alat lab dan bahan yang disediakan sudah

lumayan tapi masih perlu dilengkapi.

Untuk asisten, sebaiknya ikut melakukan pengawasan pada saat

praktikum, atau mencari asisten pengganti yang bisa mengawas pada

saat praktikum apabila sedang berhalangan hadir.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 3.


Fakultas Farmasi UMI : Makassar.

Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI : Jakarta.

Dirjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV . DEPKES RI : Jakarta.

Ganiswarna, S.1995.Farmakologi dan Terapi. FK-UI : Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI :


Jakarta.

Handoko, T, dan Suharto B. 2003. Insulin Glukagon dan Antidiabetek


Dalam Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru : Jakarta.

Harvey, Richard A, dan Champe, Pamela A. 2013. Farmakologi Ulasan


Bergambar. EGC : Jakarta.

Katzung.G.B. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba


Medika : Jakarta.

Malole. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium.


IPB : Bogor.

Mycek.M,J, Harvey. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya


Medika : Jakarta.

Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. PT. Gelora
Aksara Pratama : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2010. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.

23
LAMPIRAN

Perhitungan dosis :

1. Gemfibrozil 600 mg

Dosis untuk 2 ekor tikus

Berat etiket : 300 mg

Perhitungan :

600 mg
a. Dosis umum manusia = = 10 mg/kg BB
60 kg/BB

KM A
b. Dosis umum tikus = Dosis Umum manusia x
KM B

37
= 10 mg/kgBB x
6

= 61,667 mg/kgBB

61,667 mg
c. Dosis max tikus = x 200 gr
1000 gr

= 12,333 mg

VYD
d. Larutan stok = x dosis max
Vp max mencit

10 mL
= x 12,333 mg
5 mL

= 24,666 mg

Larutan Stok
e. BYD = x berat rata-rata
Berat Etiket

24,666 mg
= x 413,38 mg
300 mg

= 33,988 mg/10 mL

24
f. Pengenceran : M1 x V1 = M2 x V2

50 mg/10 mL x V1 = 33,988 mg/10 mL x 10 mL

33,988 mg/10 mL x 10 mL
X=
50 mg/10 mL

= 6,797 mL

2. Simvastatin 10 mg

Dosis untuk 2 ekor tikus

Berat etiket : 10 mg

Perhitungan :

10 mg
a. Dosis umum manusia = = 0,166 mg/kg BB
60 kg/BB

KM A
b. Dosis umum tikus = Dosis Umum manusia x
KM B

37
= 0,166 mg/kgBB x
6

= 1,023 mg/kgBB

1,023 mg
c. Dosis max tikus = x 200 gr
1000 gr

= 0,204 mg

VYD
d. Larutan stok = x dosis max
Vp max tikus

10 mL
= x 0,204 mg
5 mL

= 0,408 mg

25
Larutan Stok
e. BYD = x berat rata-rata
Berat Etiket

0,408 mg
= x 205,93 mg
10 mg

= 8,401 mg/10 mL

g. Pengenceran : M1 x V1 = M2 x V2

50 mg/10 mL x V1 = 8,401 mg/10 mL x 10 mL

8,401 mg/10 mL x 10 mL
X=
50 mg/10 mL

= 1,680 mL

26
Skema Kerja :

Tikus (Rattus norvegicus)

Diukur kadar kolesterol

Diberi makan diet kolesterol selama 7 hari

Diukur kadar kolesterol tikus

Diberi obat Gemfibrozil dan Simvastatin (per oral)

Diukur kadar kolesterol pada menit ke 30’, 60 dan 90’

27
Gambar :

1. Bahan

Gambar 1. Obat Gemfibrozil Gambar 2. Obat Simvastatin

2. Alat

Gambar 3. Alat pengukur kadar Gambar 4. Spoit 5 mL


kolesterol

28
3. Hewan Coba

Gambar 5. Tikus putih

29

Anda mungkin juga menyukai