5/Juli/2015
72
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
untuk menghargai kewajiban orang lain atas sakitnya, bagaimana perasaan pasien, kapan
privacy. Pelanggaran terhadap hak asasi mulai sakit atau berapa lama sakit sudah
manusia adalah kejahatan terhadap berlangsung. Jangan sampai pelayan kesehatan
kemanusiaan. sedikit bicara dan tidak menanyakan informasi
yang sangat diperlukan dalam rangka upaya
B. Rumusan Masalah menyembuhkan sakit pasien.
1. Bagaimanakah perlindungan hukum
terhadap dokter dalam menjalankan 2. Informed Consent
profesinya? Informed consent (Persetujuan Tindakan
2. Apakah akibatnya jika terjadi Medik/PTM) adalah persetujuan yang diberikan
pelanggaran terhadap rahasia setelah mendapat informasi. Informed consent
kedokteran menurut hukum positif harus selalu ada kerena mengandung arti atau
Indonesia? unsur penghargaan kepada pasien.
Tenaga/pelayan kesehatan harus
C. Metode Penelitian menginformasikan semua langkah atau
Penelitian ini adalah penelitian hukum tindakan yag akan dikerjakan beserta resiko-
normatif atau penelitian hukum kepustakaan, resiko medis yang kemungkinan terjadi
yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengingat pekerjaan medis adalah pekerjaan
meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang tidak pasti
belaka.5 Penelitian ini merupakan penelitian Isi informed concent, antara lain:
normatif, yaitu terutama mengkaji kaidah- a. alasan perlu atau tidaknya tindakan;
kaidah (norma-norma) hukum dalam hukum b. sifat tindakan eksperimen atau bukan
positif. eksperimen;
c. tujuan tindakan medik (diagnostik,
PEMBAHASAN teraupetik, rehabilitatif, promotif);
A. Perlindungan Hukum Terhadap Dokter d. esiko yang kemungkinan muncul, dan
Dalam Menjalankan Profesinya lain-lain.8
Dokter sebagai tenaga profesi kesehatan Informed consent bertujuan antara lain:
haruslah mengembangkan, mengetahui dan a. perlindungan pasien untuk segala
melaksanakan tujuh belas (17) Wajib Hukum tindakan medik;
Profesi Kesehatan dalam setiap tindakannya b. perlindungan terhadap tenaga/pelayan
supaya terhindar dari perkara sengketa medik.6 kesehatan akan terjadinya akibat yang
Tujuh belas wajib hukum ini merupakan bentuk tidak terduga serta dianggap merugikan
perlindungan hukum terhadap dokter agar pihak lain.9
tidak disalahkan dalam menjalankan tugasnya a) Dasar hukum Informed concent
sebagai tenaga kesehatan atau dituduh telah yaitu:
melakukan tindakan malpraktek. Tujuh belas b) UU No. 36 Tahun 2009 tentang
(17) wajib hukum tersebut adalah sebagai Kesehatan;
berikut: c) UU No. 32 Tahun 1998 tentang
1. Adequate Information Tenaga Kesehatan;
Dalam adequate information mengandung c. PerMenKes RI No.
makna hak asasi manusia. Pasien dan 290/MenKes/Per/2008 tentang
tenaga/pelayan kesehatan harus saling tukar Persetujuan Tindakan Medik;10
informasi dengan kedudukan yang sederajat Riset klinik terhadap manusia tidak boleh
dan seimbang.7 Tenaga/pelayan kesehatan dilaksanakan tanpa persetujuan yang
harus aktif menanyakan sakit apa, dimana bersangkutan (pasien), setelah ia mendapat
penjelasan. Kalaupun ia secara hukum tidaklah
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
8
Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan
Persada, Jakarta, 2003, hlm-13. Hukum Bagi Dokter Yang Dituduh Melakukan Medikal
6
Nusye KI Jayanti, Penyelesaian Hukum dalam Malpraktik Malpraktek, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 64.
9
Kedokteran, Pustaka Justisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 80. Ibid, hlm. 66.
7 10
Ibid. Nusye KI. Jayanti, Op-Cit, hlm. 81.
73
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
mampu, persetujuan harus diperoleh dari Implied emergency consent juga dapat
walinya yang sah. Dalam informed consent, hak terjadi pada keadaan gawat darurat apabila
asasi pasien sebagai manusia harus tetap pasien dalam keadaan tidak sadar dan kritis,
dihormati. Pasien berhak menolak dilakukannya sementara persetujuan dari wali tidak
suatu tindakan medik terhadap dirinya atas diperoleh karena wali tidak ada di tempat.
dasar informasi yang telah diperoleh dari Doker wajib untuk menolong pasien jika
dokter yang bersangkutan. memang diyakini tidak ada orang lain yang
Pada dasarnya dalam praktek sehari-hari, sanggup.13
pasien yang datang untuk berobat ke tempat
praktek dianggap telah memberikan 3. Medical Record
persetujuannya untuk dilakukan tindakan- Merupakan catatan tindakan medik yang
tindakan rutin seperti pemeriksaan fisik. Akan dilakukan oleh tenaga/pelayan kesehatan.
tetapi, untuk tindakan yang lebih kompleks, Medical Record (rekam medis) dapat diartikan
biasanya dokter memberikan penjelasan sebagai: ”Keterangan baik yang tertulis maupun
terlebih dahulu untuk mendapatkan kesediaan lisan tentang identitas, anamnesa, penentuan
dari pasien, misalnya kesediaan untuk fisik, laboratorium, diagnosis dan segala
dilakukan suntikan. pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
Persetujuan (consent) dapat dibagi menjadi kepada pasien dan tentang pengobatan baik
dua (2), yaitu: rawat inap, rawat jalan, maupun pelayanan
a. expressed (dapat secara lisan atau tulisan); gawat darurat.”
b. mplied constructive consent (yang dianggap Rekam medis mempunyai arti yang luas
telah diberikan); sebagai sistem penyelenggaraan yang
c. implied emergency consent (keadaan gawat menyangkut informasi pasien. Rekaman
darurat).11 tersebut sebagai dasar dalam menentukan
Persetujuan yang paling sederhana ialah tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan
persetujuan yang diberikan secara lisan, tindakan medis lainnya. Rekam medis
misalnya untuk tindakan-tindakan rutin merupakan salah satu penunjang tercapainya
(pemeriksaan fisik dengan menggunakan tertib administrasi dalam upaya peningkatan
stetoskop, mengukur tekanan darah). Untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ditinjau
tindakan-tindakan yang lebih kompleks dimana dari tujuan dan kegunaannya, rekam medis
mempunyai resiko yang kadang-kadang tidak mempunyai beberapa aspek, antara lain:14
dapat diperhitungkan dari awal dan yang dapat a. Aspek Administrasi
menyebabkan hilangnya nyawa atau cacat Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
permanen, diharsukan memperoleh administrasi karena isinya menyangkut
peersetujuan secara tertulis agar suatu saat tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
apabila diperlukan maka persetujuan itu dapat jawab sebagai tenaga medis dan paramedis
dijadikan sebagai bukti. dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
Namun, persetujuan yang dibuat secara b. Aspek Medis
tertulis tersebut tidak dapat dipakai sewbagai Suatu berkas rekam medis mempunyai
alat untuk melepaskan diri dari tuntutan nilai medik karena catatan tersebut
apabila terjadi sesuatu hal yang merugikan dipergunakan sebagai dasar untuk
pasien. Karena dokter secara etik diharapkan merencanakan pengobatan dan perawatan
untuk memebrikan yang terbaik bagi pasien. yang harus diberikan kepada seorang pasien.
Implied constructive consent, adalah c. Aspek Hukum
peristiwa yang terjadi sehari-hari. Misalnya Suatu berkas rekam medis mempunyai
seorang ibu datang ke poliklinik kebidanan nilai hukum karena isinya menyangkut masalah
dengan keluhan terasa ada yang aneh pada adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
alat-alat genital. Dalam hal ini, ia dianggap telah keadilan dalam usaha menegakkan hukum
memeberikan persetujuan untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai prosedur.12
13
Ibid.
11 14
Ibid, hlm. 88. Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, Bina
12
Ibid, hlm. 90. Pustaka, Jakarta, 2001, hlm. 56.
74
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
15
Nusye KI Jayanti, Op-Cit, hlm. 87.
75
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
76
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
77
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
ditegakkan, sehingga dokter tidak akan lagi Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang
melalaikan kewajibannya ini. KUHP
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
DAFTAR PUSTAKA KUHAP
Achadiat. M. Chrisdiono, Dinamika Etika dan
Hukum Kedokteran Dalam Tantangan
Zaman, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2007.
Dokter Qyu, Malapraktik; Catatan Jujur Sang
Dokter, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2011.
Fuady, Munir., Sumpah Hippocrates (Aspek
Hukum Malpraktek Dokter), Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2005,
Guwandi, J., Hukum Medik (Medical Law), FK-
UI, Jakarta, 2004.
..................., Dokter, Pasien dan Hukum, FK-UI,
Jakarta, 2007.
Jayanti, Nusye, KI., Penyelesaian Hukum Dalam
Malpraktek Kedokteran, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2009.
Isfandyarie, Anny., Tanggung Jawab Hukum
dan Sanksi Bagi Dokter, Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta, 2006.
Iskandarsyah, Mudakir., Tuntutan Pidana dan
Perdata Malpraktik, Permata Aksara,
Jakarta, 2011.
Machmud, Syahrul., Penegakan Hukum Dan
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang
Diduga Melakukan Medikal Malpraktek,
Mandar Maju, Bandung,
Subekti, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, edisi Revisi, Pradnya Pramita, Jakarta.
Supriadi, Wila Chandrwila, Hukum Kedokteran,
Mandar Maju, Bandung, 2001.
Syahrizal Darda dan Senja Nilasari, Undang-
Undang Praktik Kedokteran dan Aplikasinya,
Dunia Cerdas, Jakarta, 2013.
Suryani, Bhekti, Panduan Yuridis
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, Dunia
Cerdas, Jakarta, 2013.
Suryadhimirtha, Rinanto., Hukum Malapraktik
Kedokteran, Total Media, Yogyakarta, 2011.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Yunanto, Ari., Hukum Pidana Malpraktik Medik,
Andi, Yogyakarta, 2010.
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
78