Anda di halaman 1dari 15

Ruptur Ligamen Crusiatum Anterior

Rayka Christin Nadeak (102013057)

Email : rayka_christin@yahoo.com

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon jeruk, Jakarta Barat Telp. (021) 56942061

Abstrak

Cedera saat berolahraga (sport injury) merupakan trauma yang umumnya berdampak pada sistem
musculoskeletal yang meliputi otot, tulang, kartilago, sendi, dan jaringan yang terkait, seperti ligamen dan
tendon. Sport injury umumnya diklasifikasikan menjadi cedera akut dan cedera kronik, dimana cedera akut
mengarah pada trauma yang terjadi spontan, seperti patah tulang, regangan otot dan tendon, ligamen keseleo
dan sebagainya. Cedera kronis mengacu pada trauma yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan
terkadang dikatakan cedera berlebihan (overuse injuries), seperti tendinitis, bursitis, dan lain-lain. Sama
halnya dengan cedera akut, cedera ini juga menyebabkan nyeri, oedeme, lemah dan tidak mampu
menggunakan area yang mengalami trauma. Pada umumnya, anggota tubuh yang paling sering terkena
cedera pada waktu berolahraga adalah daerah sendi lutut. Lutut merupakan persendian yang besar dalam
tubuh, lutut mudah sekali terserang cedera traumatic.

Katakunci: cidera lutut, ligamentum cruciate anterior, maniskus, ligamentum cruciate posterior

Abstract

Injury during exercise (sports injury) is a trauma that generally affects the musculoskeletal system that
includes muscle, bone, cartilage, joints, and associated network, such as ligaments and tendons. Sport
injuries are generally classified into acute injuries and chronic injuries, which leads to acute traumatic
injury that occurs spontaneously, such as fractures, muscle strain and tendon, ligament sprains and so on.
Chronic injury refers to the trauma that occurs within a certain period and sometimes said to overuse
injuries (overuse injuries), such as tendinitis, bursitis, and others. Similarly, acute injury, injury also causes
pain, oedeme, weak and not able to use the traumatized area. In general, members of the body most
commonly affected by injury at the time of exercise is the area of the knee joint. The knee is a major joints
in the body, the knee is easily attacked by traumatic injury.

Keywords: knee injury, anterior cruciate ligament, meniscus, posterior cruciate ligament

1
Pendahuluan

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang
didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai
dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama
antara femur dan tibiae. Ligamentum Cruciata Anterior Ligamentum ini melekat pada area
intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada
bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur
bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum
anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke
posterior. Ligamentum Cruciatum Posterior Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area
intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian
anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Seratserat anterior akan mengendur bila
lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-
serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi,
ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. Anterior cruciate
ligament (ACL) adalah urat di dalam sendi yang menjaga kestabilan sendi lutut. Cedera pada
ligament cruciate ligament anterior sering terjadi pada olah raga high-impact, seperti sepak bola,
futsal, tenis, badminton, bola basket dan olah raga bela diri. Letak ACL berada di dalam sendi di
belakang tempurung lutut. Fungsinya untuk menstabilkan sendi yang menghubungkan antara
femur (tulang paha) dan tibia (tulang kering).1

Pembahasan

Anamesis

Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit
tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga
membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan
penunjang. Usia sebagian besar pasien lanjut usia dapat diandalkan untuk menceritakan riwayat
penyakitnya; namun keluhan yang berbagai macam dapat lebih menyulitkan anamnesis untuk
memperoleh riwayat medis. Jika pasien tidak mampu untuk berkomunikasi atau memahami

2
pertanyaan data tentang pasien dapat doperoleh dari keluarga, teman, dan pemberi perawat.
Riwayat medis yang harus ditanyakan mencakup riwayat pemakaian obat, riwayat diet, gejala
sering terjatuh, inkonensia, dan gejala depresi serta ansietas. Harus diketahui aktivitas miksi,
volume harian, adanya diare, konstipasi, inkontinensia alvi, riwayat diabetes mellitus, infeksi
saluran kemih, kelainan neurologi, bahkan riwayat saat melahirkan.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:


1. Identitas
Dokter menanyakan identitas pasien seperti nama lengkap, usia, jenis pekerjaan pasien,
dan sebagainya guna untuk membantu menegakkan diagnosa.

2. Keluhan utama
Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke poliklinik dan sejak kapan mulai
merasakan keluhan tersebut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan hal-hal lain terkait keluhan pasien seperti faktor pencetus yang menyebabkan
keluhan utama, letak keluhan utama, keluhan tersebut mengganggu aktivitas atau tidak,
rasa nyeri yang dirasakan seperti apa, apakah rasa nyeri tersebut hilang timbul atau tidak,
apakah lutut langsung membengkak atau setelah beberapa saat.
4. Riwayat penyakit dahulu
Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami hal serupa seperti yang
dikeluhkannya atau pernah mengalami fraktur sebelumnya.
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
Menanyakan tentang kejadian yang dialami pasien, bagaimana posisi lutut saat cedera,
kemampuan untuk menanggung berat badannya. Di sini dokter menanyakan apakah pasien
mengalami hambatan seperti gejala ketidakstabilan pada persendian lutut setelah cedera
sehingga tidak mampu untuk melanjutkan aktivitasnya.
6. Riwayat pribadi
Dokter menanyakan tingkat aktivitasnya dan kegiatan kerjanya, dimana informasi tersebut
akan membantu dalam pengambilan keputusan.2
Pemeriksaan Fisik

3
Pemeriksaan dimulai saat pasien mulai memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan,
posisi lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat).3

Inspeksi

Posisi lutut saat berjalan, berdiri, dan berbaring. Warna kulit dan gambaran vascularisasi.
Pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial. Luka/fistule/ulkus

Palpasi

Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas. Meraba vaskularisasi dan pulsasi
pembuluh darah. Meraba posisi patela di lutut. Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian. The
bulge sign.

Move

Menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi ekstensi dan menyatakannya dalam
derajat. Normal 0-120o.

Pemeriksaan Penunjang

Radiografi

AP dan pandangan lateral lutut harus diperoleh.3

MRI

Mungkin berguna dalam menilai jaringan lunak dan cedera ligamen, juga memungkinkan
visualisasi dari sistem vaskular.3

CT Scan

a. Menilai kondisi pembuluh darah, misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli
paru, aneurisma, dan berbaga kelainan pembuluh darah yang lainnya.
b. Menilai tumor atau kanker misalnya persebaran kanker, letak kanker dan jenis
kanker.
c. Kasus trauma atau cedera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan.
d. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke atau gangguan pencernaan.

4
e. Membantu proses biopsi jaringan atau proses drainase yang menumpuk dalam
tubuh.3
Arthroscopi
Arthroscopi juga dapat dilakukan. Selama arthroscopi, alat bedah akan dimasukkan melalui
satu atau lebih potongan kecil (sayatan) pada lutut untuk melihat bagian dalam lutut. Ini
merupakan prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam sendi dengan
memasukkan tabung tipis (arthroscope) yang berisi kamera dan cahaya melalui sayatan
kecil di dekat sendi.3
Morfologi Articulatio Genu (Sendi Lutut)

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak
pada ekstremitas inferior yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut
ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan
condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan facies patellaris femoris.4

Tulang- tulang pembentuk articulatio genu adalah:

1. Os Femur
2. Os Tibia
3. Os Patella

Otot-otot pada Lutut

1. Kuadriseps Femoris
2. Vastus Medialis
3. Vastus Lateralis
4. Vastus Intermedius
5. Rectus Femoris
6. Tendon Patella

A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR

1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas
tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon

5
bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan
lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra
patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan
dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul
sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus
lateralis melalui bursa m. poplitei.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada
condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis
tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus
medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m.
semimembranosus dan a. inferior medialis genu.

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya
membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan
menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas
menutupi tendon m. semimembranosus.

5. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari
jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya,
sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan
crista illiaca dengan condylus lateral femur dan tuberculum lateral tibia. Pada sendi lutut
tractus illiotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen antara condylus lateral femur dengan
tibia.4

6
B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang
didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai
dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama
antara femur dan tibiae.

1. Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas,
kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis
femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut
diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser
ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum
anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan
kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus
medialis femoris. Seratserat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan
menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang
dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke
anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior
akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

Berat-ringannya cidera ini bervariasi dari strain yang ringan (cidera otot atau tendon) atau sprain
(cidera ligamentum) sampai kerobekan komplit dari ligamentum dan struktur jaringan lunak sendi
lutut. Sendi lutut terdiri dari cartilage yang menutupi permukaan dari tiga tulang: femur (tulang
paha), patella (penutup lutut), dan tibia (tulang garas). Empat ligament utama membantu
menstabilkan lutut; bagian medial (sisi dalam) dan lateral (sisi luar) ligamentum collaterale yang
menahan gerakan dari sisi samping, dan ligamentum cruciatum anterior (depan) dan posterior
(belakang) yang menahan gerakan ke depan dan ke belakang, secara berturut-turut. Ligamentum
bekerja sama dengan meniscus medialis dan lateralis (cartilage berbentuk sabit) dan otot-otot

7
tungkai untuk menstabilkan sendi dan memperkenankan lutut untuk menghasilkan dan mengirim
jumlah kekuatan yang luas yang dibutuhkan untuk beraktivitas.

Meniscus (Cartilago Semilunaris)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan


melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas
dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.4

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
menerima condylus femoris yang cekung.4

1. Cartilago Semilunaris Medialis


Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian
depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior
tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan
karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.4
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area
intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan
mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer
cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendo m.popliteus, sebagian
kecil dari tendo melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago
semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila dibandingkan dengan cartilago
semilunaris medialis.4

Rupture Ligamentum Lutut

Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen kolateral
atau krusiatum. Pada distorsi terdapat ruptur serat ligamen tetapi tidak putus seluruhnya. Kadang

8
ruptur total tidak jelas karena sering nyerinya jauh lebih ringan dibanding dengan keadaan
distorsinya sehingga penderita dapat berjalan dan menggerakan lututnya. Pada ruptur total, darah
dapat masuk ke dalam jaringan di sekitar sendi lutut sehingga hemartrosis tidak begitu menonjol.5

Untuk mendiagnosis ruptur ligamen lutut kadang diperlukan pembiusan. Distorsi ligamen
akan sembuh tanpa operasi dalam beberapa minggu dengan jaringan fibrosa yang sekuat ligamen
semula. Terapinya cukup dengan bidai untuk mencegah ruptur total selama masa penyembuhan.5

Ruptur merupakan cedera berat yang menyebabkan kedua ujung yang putus tersebut harus
ditautkan supaya dapat sembuh. Umumnya pertautan dicapai dengan jahitan, selanjutnya pasien
diberikan bidai/diimobilisasi penguat selama masa penyembuhan.5

Pemeriksaan lutut yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus adalah
dengan menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi ekso dan endorotasi,
kadang terasa dan terdengar bunyi klik jika kaki diekstensi dalam keadaan ekso atau endorotasi.5

Pada pemeriksaan klinis didapati riwayat trauma lutut yang diikuti pembengkakan lutut
akibat hemartoris maupun pembengkakan periartikuler. Pada aspirasi cairan sendi lutut, diperoleh
darah atau cairan yang berdarah. Pada keadaan akut, lutut sering sukar diperika secara seksama
sehingga pemeriksaan lutut dapat ditunda beberapa hari sampai nyerinya berkurang, atau bila perlu
dilakukan pemeriksaan dengan anastesi.5

Pemeriksaan lutut yang dilakukan adalah melakukan gerakan varus dan valgus dengan lutut
dalam keadaan sedikit fleksi. Untuk melihat ada tidaknya instabilitas lateral atau medial akibat
ruptur ligamen kolateral. Fleksi lutut dimaksudkan untuk merelaksasi ligamen krusiatum anterior
karena dalam keadaan ekstensi ligamen krusiatum anterior tegang dan akan menutupi instabilitas
lateral medial. Bila dalam keadaan ekstensi lutut didapati instabilitas lateral medial, berarti ada
robekan ligamen kolateral bersama robekan ligamen krusiatum. Pemeriksaan robekan ligamen
krusiatum saja dilakukan dengan melakukan gerakan anteroposterior pada lutut yang berada dalam
posisi flexi 90o.5

Ruptur Ligamentum Crusiatum Anterior

Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut adalah anterior cruciate
ligament injury atau cedera ACL – ruptur ACL, yang merupakan robekan di salah satu ligamen

9
lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan tulang kaki bagian bawah. ACL ini
berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini dapat terjadi dalam berbagai cara.
Namun, yang paling sering terjadi adalah cedera ACL noncontact dimana mekanisme cedera ini
biasanya terjadi saat berlari, memotong, atau aktifitas melompat – deceleration and rotational
injury. Cedera karena kontak dengan para pemain juga umum terjadi, hiperekstensi dan atau valgus
forces pada lutut karena pukulan langsung.6

Gejala-gejala dari cedera ini adalah seperti suara letupan di lutut saat cedera terjadi, bengkak pada
lutut 6 jam setelah cedera, dan sakit pada lutut saat diberi beban. Untuk penanganannya lutut bisa
diberi kompres es dan pasien bisa diberi analgesik seperti obat-obatan AINS. Dan untuk
pencegahannya adalah menghindari gerakan yang berbahaya saat berolahraga atau melakukan
gerakan yang sewajarnya saja.

Diagnosis Banding

Ruptur Meniscus

Meniscus adalah bangunan fibrocartilago berbentuk bulan sabit yang memisahkan antara tulang
paha (femur) dan tulang kering (tibia). Berdasarkan anatomy letaknya meniscus pada sendi lutut
dibagi menjadi dua yaitu medial meniscus (letaknya berada didalam) dan lateral meniscus
(letaknya diluar). Bentuk dari meniscus ini sangat unik yaitu seperti ginjal dengan posisi yang
terjepit. Fungsi utama dari meniscus adalah peredam getaran/shock absorber dimana tekanan yang
dihasilkan disaat kita jalan, berlari dan melompat sangat berbeda. Jadi meniscus membantu
meredam tekanan yg dihasilkan saat aktivitas tersebut dan dampaknya kerusakan pada permukaan
sendi diminimalisirkan. Jumlah tekanan yang dihasilkan saat beraktivitas meningkat tajam dari
kita berjalan, berlari dan melompat, disini meniscus berusaha meredam tekanan dan
menyebarkannya sehingga tekanan yang dihasilkan pada sendi tidak terjadi pada satu point saja,
sehingga permukaan sendi lutut tidak rusak dengan mudah. Pada usia muda cedera meniscus pada
sendi lutut biasanya terjadi pada aktivitas olahraga dimana posisi lutut terpelintir dan sedikit
menekuk. Cedera ini bisa terjadi pada sebelah laertal/medial meniscus atau pada tanduk
anterior/posterior dll. Pada lansia cedera meniscuspun juga bisa terjadi, hal ini dikarenakan adanya
prosese degenerasi/arthritis pada sendi lutut. Dalam kasus ini biasanya dilakukan operasi untuk
memperbaiki meniscus dan permukaan sendi lutut. operasi yang sering dilakukan adalah

10
arthroscopy. Dibandingkan dengan yang lainnya operasi meniscus ini lebih kompleks. Gejalanya
adalah sakit pada lutut dan bengkak. Penanganannya adalah dengan melakukan beberapa tindakan
seperti kompres es dan diberi analgesik. Untuk pencegahannya dengan melakukan gerakan yang
sewajarnya dan jangan melakukan gerakan yang berbahaya untuk lutut.

Ruptur Ligamentum Crusiatum Posterior


Posterior cruciate ligament (PCL) digambarkan sebagai stabilizer utama dari lutut. Cedera
PCL kurang umum terjadi daripada cedera ACL. PCL lebih luas dan lebih kuat dari ACL dan
memiliki kekuatan menarik 2000N. Cedera paling sering terjadi ketika ada paksaan pada aspek
anterior di tibia proksimal ketika lutut tertekuk. Hiperekstensi dan mekanisme rotasi atau stres
varus/valgus mungkin juga berperan dalam ruptur PCL. Cedera dapat diisolasi atau
dikombinasikan dengan cedera ligamen lainnya.6

Fungsi utama PCL adalah untuk mencegah translasi posterior dari tibia pada tulang femur.
PCL juga berperan sebagai kontrol poros tengah dan menanamkan stabilitas rotasi lutut. Gangguan
pada PCL dapat terjadi saat adanya paksaan hiperekstensi sementara kaki sedang dorsofleksi.6

Ruptur Ligamentum Collateral Lateral

Cedera LCL merupakan hasil dari paksaan varus di lutut. Cedera kontak, seperti pukulan
langsung ke sisi medial lutut atau cedera noncontact, seperti stress hiperekstensi, dapat
mengakibatkan paksaan varus di lutut melukai LCL. Rasa nyeri dan kekakuan terlokalisir pada
lutut lateral.6

Ruptur Ligamentum Collateral Medial


Cedera medial collateral ligament (MCL) merupakan cedera lutut yang umum terjadi, yang
berhubungan dengan olahraga. MCL adalah ligamen lutut yang paling sering terluka. Cedera MCL
terjadi hampir pada semua olahraga dan pada semua kelompok umur. Cedera MCL terutama
dikarenakan valgus stress pada knee joint.7
Pada cedera MCL, pasien biasanya baru mendapat paksaan valgus saat lutut ditekuk
sebagian. Nyeri dan kekakuan terlokalisir pada lutut medial.6

11
Etiologi

70% ligament crusiatum anterior mengalami cidera melalui mechanism noncontact


berdasarkan pengalaman pasien mengenai cidera ini ketika mencoba merubah arah gerakan.8

Hal ini melibatkan turunnya kecepatan, penggabungan dengan sebuah cutting


(perpotongan), pivoting (berputar) dan sidestepping maneuver tetapi pada kasus lain dapat terjadi
melalui kontak langsung dan sering dihubungkan dengan cidera pada ligament yang lain.8

Epidemiologi

Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada


perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan cedera ACL juga didapati
ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut, meniskus lateralis lebih sering robek; pada ACL
kronis, meniskus medial lebih sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai cedera ACL pada
populasi umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3.500 orang, memperkirakan 95.000
ruptur ACL per tahun.8
Patofisiologi

Ligament crusiatum anterior berfungsi sebagai penahan utama terhadap translasi tibia
anterior dan memadu mekanisme perputaran yang berhubungan dengan perluasan lutut. Selain
sebagai penahan utama, ligamentum crusiatum anterior juga bertindak untuk mencegah varus dan
valgus, terutama sekali pada keadaan ekstensi knee.8

Tidak banyak pasien yang mengalami kondisi ligament crusiatum anterior kronis, tetapi
biasanya pasien yang datang akan mengeluh dan merasakan sakit pada daerah lutut.

Kondisi kronik terjadi karena pasien tidak langsung memeriksakan diri ke dokter setelah
terjadi cidera, sehingga setelah melihat hasil diagnosa kondisi ligament crusiatum anterior sudah
menjadi kronis.8

Kondisi ini terus meningkat sehingga menurunkan kestabilan, luka pada meniscus sampai
terjadi kelemahan otot. Kelemahan jelas nyata pada pengetesan extensi knee. Kestabilan ligament
crusiatum anterior kondisi kronis berhubungan dengan kestabilan posterolateral, ketidakstabilan
sendi putar dan simptomatik luka meniscus.8

12
Cidera ini mengakibatkan kinematika sendi knee menjadi abnormal, para penulis / peneliti
mengemukakan 15% cidera pada ligament crusiatum anterior akan mengalami total replacement
pada lutut. Tetapi timbulya hal ini sedikitnya tiga kali terjadi trauma pada ligament crusiatum
anterior.8

Komplikasi
Tingkat kegagalan saat rekonstruksi ACL adalah sekitar 8%. Tiga kategori utama
kegagalan dalam rekonstruksi ACL adalah arthrofibrosis yang dikarenakan peradangan pada
sinovium dan bantalan lemak, rasa sakit yang membatasi gerak, dan ketidakstabilan berulang.
Faktor-faktor ini mungkin berkaitan dengan prosedur pembedahan, misalnya os tibia atau
femoral tunnels mengalami malposisi, salah penempatan alat, notchplasty yang tidak mencukupi).
Penempatan tibial tunnel di anterior dapat menyebabkan gangguan pada transplantasi. Jika sebuah
tunnel diletakkan terlalu posterior pada sisi femoralis, korteks posterior femur dapat terganggu.
Transplantasi juga mungkin gagal karena kurangnya penggabungan, penolakan atau stress
shielding. Trauma atau rehabilitasi yang agresif juga dapat menyebabkan kegagalan transplantasi.
Insiden transplantasi robek lagi adalah sekitar 2,5%.8
Komplikasi lainnya adalah patah tulang patella dan ruptur patella-tendon. Distrofi refleks
simpatik, infeksi pasca operasi, dan komplikasi neurovaskular jarang terjadi (insiden kurang dari
1%). Tingkat terjadinya trombosis vena pasca operasi adalah sekitar 0,12%.8
Prognosis
Pasien yang melakukan bedah rekonstruksi ACL memiliki tingkat keberhasilan jangka
panjang sekitar 82-95%. Ketidakstabilan berulang dan kegagalan transplantasi terlihat pada sekitar
8% dari pasien. Pasien dengan ruptur ACL, bahkan setelah rekonstruksi berhasil, memiliki resiko
untuk osteoarthritis. Tujuan pembedahan adalah untuk menstabilkan lutut, mengurangi
kemungkinan cedera meniscal di masa depan, dan menunda proses rematik.8

Farmakologi
Obat-obat yang digunakan pada cedera ACL terutama terdiri dari analgesik. Obat yang
mungkin diberikan praoperasi adalah cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor dan analgesik opioid.
Pascaoperasi, pasien merasa nyeri dapat memperoleh obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs
(NSAID) dan analgesik opioid. OAINS telah terbukti menurunkan pembentukan tulang pada fusi
tulang belakang dan operasi rotator cuff. Meskipun hal ini belum terlihat secara klinis dalam

13
rekonstruksi ACL dengan transplantasi tulang-tendon patella-tulang, adalah perlu
dipertimbangkan bahwa hal ini mungkin dapat terjadi. Oleh karena itu, penggunaan jangka
panjang pasca operasi mungkin tidak menguntungkan.2
Obat Anti Inflamasi Non Steroid
NSAID memiliki aktivitas analgesik dan anti-inflamasi. Mekanisme kerja mereka belum
diketahui, tetapi mungkin menghambat aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.
Mekanisme lain yang mungkin juga ada, seperti penghambatan pada sintesis leukotriene,
pelepasan enzim lisosomal, aktivitas lipoxygenase, neutrofil agregasi dan berbagai fungsi
membran sel.2
Ketorolac (Toradol) dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan mengurangi
aktivitas enzim cyclooxygenase, dimana hasilnya berupa penurunan pembentukan prekursor
prostaglandin. Digunakan untuk kontrol nyeri pasca operasi.2
Terapi dengan Pembedahan
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh dijahit dan atau disambung kembali, sehingga
untuk perbaikan ACL agar dapat mengembalikan stabilitas lutut adalah dengan rekonstruksi dari
ligamen tersebut. Ligamen tersebut kemudian akan diganti dengan transplantasi jaringan ligamen.9

Keputusan untuk memulihkan robekan ACL dengan teknik pembedahan merupakan


individualized, dan tergantung atas keinginan pasien terkait usia, keinginan untuk berkompetisi
(dalam bidang olahraga), perubahan degeneratif, dan ketidakstabilan lutut secara objektif dan
subjektif.9

Terapi tanpa Pembedahan


ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi tanpa
operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika
stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi. Bracing merupakan alat yang dapat
memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bisa diteruskan dengan pemakaian tongkat
yang dapat mengurangi beban pada kaki. Apabila oedeme berkurang, rehabilitasi dapat mulai
dilakukan. Olahraga yang spesifik dapat mengembalikan fungsi lutut dan menguatkan otot kaki.9
Rehabilitasi setelah cedera ACL terisolasi harus mencakup upaya untuk mengembalikan
gerakan lutut dan memperkuat otot-otot di sekitar lutut.9

14
Edukasi
Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan tidak boleh kembali ke aktivitas
semula selama beberapa saat, terutama para atlit. Setelah kekuatan quadriceps mencapai 65% dari
kaki yang berlawanan, kegiatan olahraga-spesifik dapat dilakukan, hal ini biasanya terjadi dalam
waktu 5-8 minggu pasca operasi. Hal ini dapat diuji dengan menggunakan mesin Cybex. Atlet
dapat kembali ke aktivitas ketika kekuatan quadriceps telah mencapai 80%, yang biasanya setelah
setidaknya 3-4 bulan menjalani terapi olahraga-spesifik.2
Kesimpulan

Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen kolateral
atau krusiatum. Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut adalah anterior
cruciate ligament injury atau cedera ACL – ruptur ACL, yang merupakan robekan di salah satu
ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan tulang kaki bagian bawah.
ACL ini berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini dapat terjadi dalam berbagai
cara. Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan tidak boleh kembali ke aktivitas
semula selama beberapa saat.

Daftar Pustaka

1. Walker B. The anatomy of sport injuries. California: Lotus Publishing; 2007.p.1-12.


2. Gammons M. Anterior cruciate ligament injury. 25 November 2013. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/89442-overview; 27 Maret 2015.
3. Sabiston. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004.h.234-6.
4. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2006.h.96-7.
5. Sjamsuhidajat R. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke- 2. Jakarta: EGC;
2003.h.1030-3.
6. Souryal TO. Rehabilitation for anterior cruciate ligament injury. 19 Maret 2012. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/307161-overview#showall; 27 Maret 2015.
7. Behrman. Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;
2007.h.2353-4.
8. Maguire J. Anterior Cruciate Ligament Pathology. 19 Maret 2012. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1252414-overview#a0199; 27 Maret 2015.
9. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue; 2000.h.343-7.

15

Anda mungkin juga menyukai