Deret Huruf
Konsep deret huruf
Perubahan diantara elemen/anggota huruf pada deret berurutan biasanya erjadi akibat adanya
pengelompokan, lompatan huruf kedepan atau kebelakang, urutan maju atau urutan mundur,
urutan bolak-balik, urutan dari belakang dan sebaliknya. Namun pola yang ada selalu teratur,
sehingga pola berikutnya dapat ditentukan dengan mudah.
Contoh:
• Lompatan satu kedepan : A, B, C, D, E, …
• Lompatan dua kebelakang : K, I, G, E, …
• Pengelompokkan : A, A, E, E, I, I, ...
• Urutan dari belakang : Z, Y, X, W, V, …
Pemisalan huruf
contoh pemisahan:
• A merupakan huruf ke-1
• J merupakan huruf ke-10
• E merupakan huruf ke-5
• Z merupakan huruf ke-26
A B C D E F G H I
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J K L M N O P Q R
10 11 12 13 14 15 16 17 18
S T U V W X Y Z
19 20 21 22 23 24 25 26
Deret Angka
Beberapa pola barisan yang sering muncul dengan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, atau kombinasinya:
a. Pola Loncat
1. Urut
Merupakan pola dengan hubungan antarbilangan terdekat.
Contoh 1:
94, 87, 77, 70, …
a. 69
b. 68
c. 66
d. 63
e. 56
Penyelesaiaan:
Kita bisa menemukan pola dari barisan 94, 87, 77, 70, … sebagai berikut.
94 87 77 70 …
Pola barisan diatas adala -7, sehingga bilangan selanjutnya adalah 70-7 = 63.
Jawaban : D
Contoh 2:
7, 10, 20, 23, 46, …
a. 40
b. 42
c. 46
d. 49
e. 92
Penyelesaian
pola dari barisan bilangan diatas adalah sebagai berikut.
7 10 20 23 46 …
Pada pola ini bilangan yang terdekat saling memiliki hubungan pola urut dan
memiliki dua pengoperasian bilangan, yaitu penjumlahan dan perkalian yang saling
bergantian +3, x2, +3, x2, dst.
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 46+3 = 49.
Jawaban : D
Contoh 3:
9, 6, 24, 16, 13, 52, 44, …
a. 36
b. 41
c. 47
d. 49
e. 132
Penyelesaian
Pola yang menyusunnya:
9 6 24 16 13 52 44 …
Pola penyusun deret diatas terdiri dari tiga pola, yaitu -3, x4, -8, -3, x4, -8, dst.
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 44-3 = 41.
Jawaban : B
Contoh 4:
6, 7, 10, 15, …, …, 42
a. 24, 28
b. 23, 29
c. 22, 31
d. 21, 32
e. 20, 33
Penyelesaian
Terdapat loncatan angka pada derat tersebut, pola barisan sebagai berikut.
+17
6 7 10 15 … … 42
Pola pada barisan diatas adalah +1, +3, +5, +7, +9, +11. Sehingga bilangan yang
melengkapi barisan tersebut adalah:
15 + 7 = 22
22 + 9 = 31
Jawaban : C
2. Loncat satu
Contoh:
18, 17, 20, 20, 22, 23, 24, …, ….
a. 26, 26
b. 27, 29
c. 27, 30
d. 28, 30
e. 29, 30
Penyelesaian
+3 +3 +3
18 17 20 20 22 23 24 … …
+2 +2 +2 +2
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 23 + 3 = 26 dan 24 + 2 = 26.
Jawaban : A
3. Loncat dua
Contoh:
3, 6, 4, 2, 4, 2, 1, …
a. 1
b. 2
c. 4
d. 6
e. 8
Penyelesaian
-1 -1
3 6 4 2 4 2 1 …
-2 -2
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 4-2 = 2.
Jawaban : B
b. Pola Bertingkat
1. Bertingkat satu
Contoh:
3, 17, 35, 65, 99, 145, …,
a. 168
b. 170
c. 195
d. 196
e. 197
Penyelesaiaan
+32
+48 +80
3 17 35 65 99 145 …
+32 +32
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 99 + 96 = 195.
Jawaban : C
c. Pola Kombinasi
Contoh:
6, 6, 6, 9, 7, 6, 7, 10, 8, 6, …, …
a. 7, 11
b. 8,11
c. 8, 10
d. 8, 8
e. 8, 7
Penyelesaiaan
+1 +1
Tetap tetap
6 6 6 9 7 6 7 10 8 6 … …
+1 +1
+1 +1
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 7 + 1 = 8 dan 10 + 1 = 11.
Jawaban : B
e. Perpangkatan
• Persentase
𝑎 • (𝑎 m)n = amxn
P= x 100%
𝑥 • (𝑎 m)-n = amx(-n)
𝑚 𝑚
• (𝑎 𝑛 )p = 𝑎 𝑛 𝑥 𝑝
• Nilai awal 𝑚 𝑚 𝑝
𝑥
• (𝑎 𝑛 )p/q = 𝑎 𝑛 𝑞
100
𝑏
x nilai akhir an • 𝑎2 - b2 = (𝑎 - b)(𝑎 + b)
• (𝑎 + b)2 = a2 + 2ab + b2
Aljabar • (𝑎 - b)2 = a2 + 2ab + b2
1. Sifat dasar operasi hitung pada
bilangan pangkat f. Akar
a. Aturan dasar • 𝑎√𝑝 + 𝑏 √𝑝 = (a+b)√𝑝
• an = a x a x a x a x … x a • 𝑎√𝑝 = 𝑏 √𝑝 = (a=b)√𝑝
Sebanyak n
• √𝑎 x √𝑏 = √𝑎𝑥𝑏
• a0 = 1, dengan a ≠ 0
√𝑎 𝑎
• a-n =
1 • =√
𝑎𝑛 √𝑏 𝑏
𝑚
•
𝒏
√𝑎 𝑚 = 𝑎 𝑛
b. Penjumlahan dan pengurangan
• am + an = am (1 + an-m) 2. Aturan operasi hitung bilangan
• am + an = an (am-n + 1) a. Penjumlahan
• am - an = am (1 - an-m) • ax + bx = (a + b)x
• am - an = am (am-n - 1) • ax + by + cx + dy = (a + c)x + (b +
• pam + qam = (p + q)am d)y
c. Perkalian b. Pengurangan
• am x an = am+n • ax - bx = (a - b)x
• a-m x an = a-m+n • ax - by - cx - dy = (a - c)x + (b +
• (a x b)m = am x bm d)y
𝑚 𝑝 𝑚 𝑝 𝑚𝑞+ 𝑛𝑝
+
• 𝑎 𝑛 𝑥 𝑎𝑞 = 𝑎 𝑛 𝑞 =𝑎 𝑛𝑞
c. Perkalian Pertidaksamaan
• ax x bx = (ab)x2 Sifat yang berlaku untuk pertidaksamaan
• ax x by = (ab)xy pada bilangan riil adalah sebagai berikut.
• Jika a > b dan b > c maka a > c
d. Pembagian • Jika a > b maka a ± c > b ± c
𝑎𝑥 𝑎 • Jika a > b dan c > d maka a ± c > b ± d
• =
𝑏𝑥 𝑏 • Jika a > b dan c > 0 maka a x c > b x c
𝑎𝑥 𝑎 𝑥
• =( ) • Jika a > b dan c < 0 maka a x c < b x c
𝑏𝑦 𝑏 𝑦 𝑎 𝑏
• Jika a > b dan c > 0 maka 𝑐 > 𝑐
𝑎 𝑏
e. Perpangkatan • Jika a > b dan c < 0 maka 𝑐 < 𝑐
• (ab)2 = ab x ab = a2b2 • Jika a > b dan m adalah bilangan asli
• (a + b)2 = a2 +2ab + b2 maka am > bm
• (a - b)2 = a2 - 2ab + b2 •
𝑎
Jika 𝑏 > 0 maka ab > 0
• a2 – b2 = (a - b) (a + b)
• perkalian dengan 33
AB x 33 = 3A_3(A+B)_3B
• Perkalian dengan 50
𝐴 𝑥 100
A x 50 = 2
-2 3 (-2 x 3) = -6
(18 + 3)
20 x 21 = 420
+
414
Contoh 2:
97 x 96 = … (didekatkan ke 100)
Jawab:
97 x 96
(97-100) (96-100)
-3 -4 (-3 x -4) = 12
(97-4)
100 x 93 = 9300
+
9312
8. Perkalian dua bilangan puluhan dengan satuan 5
• Bilangan kuadrat
A52 = A(A + 1)_25
• Dua bilangan puluhan dengan puluhan yang keduanya genap atau keduanya ganjil
𝐴+𝐵
A5 x B5 = (( ) + (𝐴 𝑥 𝐵))_25
2
9. Perkalian dua bilangan puluhan dengan puluhan yang sama dan satuan berjumlah 10
PA x PB = P (P + 1)_(A x B) (jika A + B = 10)
2. Bilangan bulat negatif jika dipangkatkan bilangan ganjil maka akan menghasilkan bilangan
negatif.
• (-3)3 = (-3) x (-3) x (-3) = -27 hasil negatif
• (-5)5 = (-5) x (-5) x (-5) x (-5) x (-5) = -3.125 hasil negatif
4. Bilangan yang habis dibagi 3, jika jumlah dari semua digit yang menyusun bilangan tersebut
habis dibagi 3.
• 1.368 (1 + 3 + 6 + 8 = 18) karena 18 habis dibagi 3, maka 1.368 pasti habis
dibagi 3.
• 29.628 (2 + 9 + 6 + 2 + 8 = 27) karena 27 habis dibagi 3, maka 29.628 pasti
habis dibagi 3.
• 9.460 (9 + 4 + 6 + 0 = 19) karena 19 habis dibagi 3, maka 9.460 pasti habis
dibagi 3.
5. Bilangan habis dibagi 4 jika dua digit terakhir bilangan tersebut habis dibagi 4.
• 23.516 karena dua digit terakhir (16) habis dibagi 4, maka 23.516 pasti habis
dibagi 4.
• 567.721 karena dua digit terakhir (21) habis dibagi 4, maka 567.721 pasti habis
dibagi 4.
6. Bilangan habis dibagi 5, jika satuan dari bilangan tersebut adalah 0 atau 5.
• 23.760 angka satuannya 0, maka 23.760 pasti habis dibagi 5.
• 459.975 angka satuannya 5, maka 459.975 pasti habis dibagi 5.
• 123.456 angka satuannya 6, maka 123.456 pasti tidak habis dibagi 5.
7. Bilangan habis dibagi 9, jika jumlah dari semua digit yang menyusun bilangan tersebut
habis dibagi 9.
• 5.157 (5 + 1 + 5 + 7 = 18), 18 habis dibagi 9 maka 5.157 juga habis dibagi 9.
• 80.775 (8 + 0 + 7 + 7 + 5 = 27), 27 habis dibagi 9 maka 80.775 juga habis dibagi 9.
• 578.123 (5 + 7 + 8 + 1 + 2 + 3 = 26), 26 habis dibagi 9 maka 578.123 juga habis
dibagi 9.
(𝒕𝑩 − 𝒕𝑨 )
tmenyusul =
𝒗𝑩 −𝒗𝑨
• berpapasan
waktu yang diperlukan A dan B untuk berpapasan adalah sebagai berikut.
𝒔
Tpapasan =
𝒗𝑨 +𝒗𝑩
2. Aritmetika Sosial
a. Masalah jual-beli
Istilah Pengertian Rumus
Harga suatu barang yang dibeli oleh
harga beli
seseorang
Harga yang ditetapkan oleh penjual
Harga jual
untuk pembeli
Uang yang diperoleh, jika harga jual Keuntungan = harga jual – harga
Keuntungan suatu barang lebih tinggi dari harga beli
𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
beli %untung = x 100%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
Uang yang hilang, disebabkan harga Kerugian = harga beli – harga jual
Kerugian 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛
jual lebih rendah dari harga beli %rugi = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 x 100%
1 𝑝 1 𝑝
Bunga perbulan 𝑥 𝑥𝐻 𝑥 𝑥𝐵
12 100 12 100
𝑛 𝑝 𝑛 𝑝
Bunga dalam n bulan 𝑥 𝑥𝐻 𝑥 𝑥𝐵
12 100 12 100
𝑝 𝑝
Bunga per tahun 𝑥𝐻 𝑥𝐵
100 100
3. Konversi satuan Luas 1 ton = 10 kuintal
1 ha = 1 hm2 = 10.000 m2 1 kuintal = 100 kg
1 a = 1 dam2 = 100m2 1 kg = 10 ons
1 ca = 1 m2 1 kg = 2 pon
1 pon = 5 ons
4. Konversi satuan volume 1 ons = 1 hg
1 kl = 1 m3
1 l = 1 dm3 = 1.000 cm3 = 1.000 cc 6. Konversi satuan jumlah (kuantitas)
1 m l = 1 cm3 1 rim = 500 lembar
1 cm3 = 1 cc 1 gros = 144 buah
1 gros = 12 lusin
5. Konversi satuan berat 1 kodi = 20 buah
1 ton = 1.000 kg 1 lusin = 12 buah
𝒙𝟏 𝒚𝟐
Berbalik nilai =
𝒙𝟐 𝒚𝟏
Bangun Datar
Keliling Luas
Persegi 4s s2
1
Belah ketupat AB + BC + CD + DA x AC x BD
2
1
Layang-layang AB + BC + CD + DA x AC x BD
2
𝐴𝐵+𝐶𝐷
Trapesium AB + BC + CD + DA xt
2
1
Segitiga AB + BC + CA xaxt
2
C
Teorema pythagoras
= 2πr = πr2
Lingkaran 1
= πd = 4 πd2
Bangun Ruang
Volume Luas permukaan
kubus v = s2 L = 6s2
L = 2(luas alas) +
prisma v = luas alas x tinggi
jumlah luas sisi tegak
1 L = luas alas +
limas v = 3 x luas alas x t
jumlah luas sisi tegak
1
v = 3 x luas alas x t L = luas alas + luas selimut
kerucut 1
= 3 πr2t = πr2 + πrs
4
bola v = 3 πr2t L = 4πr2
Peluang
Peluang adalah suatu kemungkinan atau kesempatan yang bisa terjadi dalam suatu percobaan.
Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah harapan banyaknya muncul suau kejadiaan dari
sejumlah percobaan yang dilakukan, dapat dirumuskan sebagai berikut.
P(A) x n
P(A) = peluang kejadian A
n = banyak percobaan yang dilakukan
Kombinasi
Banyaknya susunan acak r unsur dari n unsure yang tersedia tanpa memperhatikan urutannya
dapat dihitung dengan kombinasi, yang dirumuskan sebagai berikut.
𝒏!
𝑪𝒏𝒓 = (𝒏−𝒓)!
. 𝒓!
n! = n x (n-1) x … x 3 x 2 x 1
Permutasi
Banyaknya susunan acak r unsur dari n unsur yang tersedia dengan memperhatikan urutannya
dapat dihitung dengan kombinasi yang dirumuskan sebagai berikut.
𝒏! 𝒌!
𝑷𝒏𝒓 = (𝒏−𝒓)!
𝒂!.𝒃!.𝒄!
Permutasi k unsur jika terdapat a unsur yang sama, b unsur yang sama dan c unsure yang sama.
Permutasi siklis, adalah suatu n unsur yang tersusun secara melingkar, maka banyaknya
susunan berbeda yang mungkin terjadi dapat dihitung dengan menggunakan permutasi siklis
yang dirumuskan: (n-1)!
Logika Matematika
Logika matematika merupakan materi yang berhubungan dengan pernyataan dan membentuk
pernyataan yang benar dalam konteks matematika. Logika matematika berhubungan erat
dengan pernyataan dan menarik kesimpulan dari premis (pernyataan) yang ada. Dalam
menghadapi tes CPNS wajib hukumnya memahami logika matematika.
a. Macam penggunaan Pernyataan
i. Pernyataan tunggal : dinyatakan dengan p atau q
ii. Ingkaran (negasi) pernyataan : dinyatakan dengan ̴p
atau ̴q
Contoh :
p = saya makan
̴p = saya tidak makan
iii. Pernyataan gabungan
• Konjungsi : Dan (Λ), contoh : p Λ q = saya makan dan saya kenyang
• Disjungsi : Atau (V), contoh : p V q = saya makan atau saya kenyang
• Implikasi : Jika-Maka (→), contoh : p → q = jika saya makan maka saya kenyang
• Biimplikasi : JIka dan hanya jika (↔), contoh : p ↔ q = saya makan jika dan
hanya jika saya kenyang
b. Konvers, Invers dan Kontraposisi dari Implikasi
Jika diketahui operasi matematika p → q, maka berlaku :
i. Konvers : q → p
ii. Invers : ̴p → ̴q
iii. Kontraposisi : ̴q → ̴p
Dengan ekuivalensi :
I. p → q ≡ ̴q → ̴p
II. q → p ≡ ̴p → ̴q
d. penarikan kesimpulan
1. modus ponens
pq
p
q
2. modus tollens
pq
-q
-p
3. silogisme
pq
qr
pr