Anda di halaman 1dari 21

Deret

Deret Aritmatika Deret Geometri


Suku ke-n : Un = a + (n -1)b Suku ke-n : Un = a x rn-1
𝑛 𝑎(𝑟𝑛−1)
Jumlah n suku pertama : Sn = (2a + (n-1)b) Jumlah n suku pertama : Sn = , jika r > 1
2 𝑟−1
𝑛 𝑎(1−𝑟𝑛)
Sn = x (U1 + Un) Sn = , jika r < 1
2 1−𝑟
𝑏 𝑘+1
Sisipan pada barisan beda baru : r’ = √𝑟
Sisipan pada barisan beda baru: b’ =
(𝑘+1)
Banyaknya suku baru: n’ = n + (n-1)k Banyaknya suku baru : n’ = n + (n-1)k
(𝑎+𝑈𝑛) Suku tengah : St = √𝑎 𝑥 𝑈𝑛
Suku tengah: Ut =
2

Barisan Deret Bilangan dan Huruf


Tips dan trik menyelesaikan soal deret bilagan dan huruf
a. Lihat dahulu bilangan-bilangan yang menyusun barisannya, kemudian cobalah untuk
menghubungkan antarbilangan dengan hubungan yang mungki terjadi. Hubungan tersebut
bisa berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, atau kombinasinya. Dalam
hal ini, kreativitas sangat diperlukan.
b. Perhatikan dengan seksama bilangan/huruf yang menyusun barisannya. Pola yang dibentuk
terkadang tidak hanya dapat dilihat pada suku awalnya saja, namun harus dilihat secara
keseluruhan.
c. Untuk barisan huruf, anda bisa merubah atau mengkonversikan huruf menjadi angka sesuai
urutan abjad alphabet. Hal ini akan mempermudah menentukan huruf yang sesuai dengan
pola.
d. Jangan terpaku dan terpancing rsa pensaran yang tinggi terhadap satu soal. Anda bisa
mengerjakan soal yang lain atau yang lebih mudah terlebih dahulu ketika menjumpai soal
yang sekiranya agak sukar untuk menetuka polanya. Hal ini dikarenakan waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan tes terbatas.
e. Berlatihlah secara kontinu. Dengan cara ini, anda akan terbiasa dan akan semakin cepat
untuk menentukan hubungsn antarbilangan/huruf, karena pola yang terjadi pada suatu
barisan cenderung hamper sama.

Deret Huruf
Konsep deret huruf
Perubahan diantara elemen/anggota huruf pada deret berurutan biasanya erjadi akibat adanya
pengelompokan, lompatan huruf kedepan atau kebelakang, urutan maju atau urutan mundur,
urutan bolak-balik, urutan dari belakang dan sebaliknya. Namun pola yang ada selalu teratur,
sehingga pola berikutnya dapat ditentukan dengan mudah.
Contoh:
• Lompatan satu kedepan : A, B, C, D, E, …
• Lompatan dua kebelakang : K, I, G, E, …
• Pengelompokkan : A, A, E, E, I, I, ...
• Urutan dari belakang : Z, Y, X, W, V, …

Pemisalan huruf
contoh pemisahan:
• A merupakan huruf ke-1
• J merupakan huruf ke-10
• E merupakan huruf ke-5
• Z merupakan huruf ke-26

Table pemisahan huruf untuk memudahkan mengerjakan soal deret huruf.

A B C D E F G H I
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J K L M N O P Q R
10 11 12 13 14 15 16 17 18
S T U V W X Y Z
19 20 21 22 23 24 25 26

Deret Angka
Beberapa pola barisan yang sering muncul dengan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, atau kombinasinya:
a. Pola Loncat
1. Urut
Merupakan pola dengan hubungan antarbilangan terdekat.
Contoh 1:
94, 87, 77, 70, …
a. 69
b. 68
c. 66
d. 63
e. 56
Penyelesaiaan:
Kita bisa menemukan pola dari barisan 94, 87, 77, 70, … sebagai berikut.
94 87 77 70 …

Pola barisan diatas adala -7, sehingga bilangan selanjutnya adalah 70-7 = 63.
Jawaban : D

Contoh 2:
7, 10, 20, 23, 46, …
a. 40
b. 42
c. 46
d. 49
e. 92
Penyelesaian
pola dari barisan bilangan diatas adalah sebagai berikut.
7 10 20 23 46 …

Pada pola ini bilangan yang terdekat saling memiliki hubungan pola urut dan
memiliki dua pengoperasian bilangan, yaitu penjumlahan dan perkalian yang saling
bergantian +3, x2, +3, x2, dst.
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 46+3 = 49.
Jawaban : D

Contoh 3:
9, 6, 24, 16, 13, 52, 44, …
a. 36
b. 41
c. 47
d. 49
e. 132
Penyelesaian
Pola yang menyusunnya:
9 6 24 16 13 52 44 …

Pola penyusun deret diatas terdiri dari tiga pola, yaitu -3, x4, -8, -3, x4, -8, dst.
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 44-3 = 41.
Jawaban : B
Contoh 4:
6, 7, 10, 15, …, …, 42
a. 24, 28
b. 23, 29
c. 22, 31
d. 21, 32
e. 20, 33
Penyelesaian
Terdapat loncatan angka pada derat tersebut, pola barisan sebagai berikut.
+17

6 7 10 15 … … 42

Pola pada barisan diatas adalah +1, +3, +5, +7, +9, +11. Sehingga bilangan yang
melengkapi barisan tersebut adalah:
15 + 7 = 22
22 + 9 = 31
Jawaban : C

2. Loncat satu
Contoh:
18, 17, 20, 20, 22, 23, 24, …, ….
a. 26, 26
b. 27, 29
c. 27, 30
d. 28, 30
e. 29, 30
Penyelesaian
+3 +3 +3

18 17 20 20 22 23 24 … …

+2 +2 +2 +2
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 23 + 3 = 26 dan 24 + 2 = 26.
Jawaban : A
3. Loncat dua
Contoh:
3, 6, 4, 2, 4, 2, 1, …
a. 1
b. 2
c. 4
d. 6
e. 8
Penyelesaian
-1 -1

3 6 4 2 4 2 1 …

-2 -2
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 4-2 = 2.
Jawaban : B

b. Pola Bertingkat
1. Bertingkat satu
Contoh:
3, 17, 35, 65, 99, 145, …,
a. 168
b. 170
c. 195
d. 196
e. 197
Penyelesaiaan
+32

+48 +80

3 17 35 65 99 145 …

+32 +64 +96

+32 +32
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 99 + 96 = 195.
Jawaban : C
c. Pola Kombinasi
Contoh:
6, 6, 6, 9, 7, 6, 7, 10, 8, 6, …, …
a. 7, 11
b. 8,11
c. 8, 10
d. 8, 8
e. 8, 7
Penyelesaiaan
+1 +1
Tetap tetap

6 6 6 9 7 6 7 10 8 6 … …

+1 +1
+1 +1
Sehingga bilangan selanjutnya adalah 7 + 1 = 8 dan 10 + 1 = 11.
Jawaban : B

d. Pola Barisan Fibonachi


Barisan Fibonacci adalah suatu barisan dimana suku-sukunya merupakan penjumlahan
dari dua suku sebelumnya. Dua suku terdepan merupakan suku awal.
Contoh:
4, 7, 11, 18, 29, …, ….
a. 44, 75
b. 45, 75
c. 47, 76
d. 47, 75
e. 48, 78
Penyelesaian
4 7 11 18 29 a b

Suku awal 4+7 7+11 11+18 29+a


18+29
Sehingga bilangan selanjutnya adalah
a = 18 + 29 = 47 dan b = 29 + 47 = 76
Jawaban : C
Aritmatika
Hitung Cepat • Pengurangan
Operasi hitung pada bilangan bulat 𝑎 𝑐 𝑎𝑑−𝑏𝑐
- =
a. sifat distributif 𝑏 𝑑 𝑏𝑑
• a + b = a – (-b)
• a – b = a + (-b) • Perkalian
𝑎 𝑐 𝑎𝑥𝑐
• -a – b = - (a + b) x =
𝑏 𝑑 𝑏𝑥𝑑
• -a + b = b – a
• (a + b) x c = (a x c) + (b x c)
• Pembagian
• (a - b) x c = (a x c) - (b x c) 𝑎 𝑐 𝑎 𝑑
: = x
𝑏 𝑑 𝑏 𝑐
b. sifat pada perkalian dan pembagian
Tanda pada Tanda pada • Perpangkatan
perkalian pembagian 𝑎 𝑎𝑥𝑎
+x+=+ +:+=+ ( )2 =
𝑏 𝑏𝑥𝑏
-x-=- -:-=-
- x+=- - :+=- • Akar
- x-=+ - :-=+ √𝑎 𝑎
=√
√𝑏 𝑏
c. sifat operasi campuran bilangan bulat
Pecahan Campuran
• contoh : 17 + 15 +21 = …
𝑏 (𝑎𝑥𝑐)+𝑏
tips: kerjakan dari kiri kekanan a =
𝑐 𝑐
• contoh : (-125) x 8 : 25 = …
tips: kerjakandari kiri kekanan • Penjumlahan
• contoh : 175 + (-125) x 8 : 25 = .. 𝑎 𝑝 𝑎𝑞+𝑏𝑝
tips: dahulukan perkalian atau + =
𝑏 𝑞 𝑏𝑞
pembagian terlebih dahulu
daripada operasi penjumlahan • Pengurangan
dan pengurangan. 𝑎 𝑝 𝑎𝑞−𝑏𝑝
• contoh : (16 : 2) + (-5 x 2) = (-3) = … − =
𝑏 𝑞 𝑏𝑞
tips: kerjakan yang berada
didalam tanda kurung. • Perkalian
𝑎 𝑝 𝑎𝑥𝑝
𝑥 =
𝑏 𝑞 𝑏𝑥𝑞
Pecahan
• Penjumlahan • Pembagian
𝑎 𝑐 𝑎𝑑+𝑏𝑐 𝑎 𝑝 𝑎:𝑝 𝑎 𝑝 𝑎 𝑞 𝑎𝑥𝑞
+ = : = atau : = 𝑥 =
𝑏 𝑞 𝑏:𝑞 𝑏 𝑞 𝑏 𝑝 𝑏𝑥𝑝
𝑏 𝑑 𝑏𝑑
d. Pembagian
Persentase • am : an = am-n
𝑝 • a-m : a-n = a-m-(-n) = am+n
P% =
100 • (a : b)m = am : bm
• Hasil persentase 𝑚 𝑝 𝑚 𝑝 𝑚𝑞−𝑛𝑝

a% dari x =
𝑎
xx=
𝑎𝑥 • 𝑎 ∶ 𝑎 =𝑎
𝑛 𝑞 𝑛 𝑞 =𝑎 𝑛𝑞
100 100

e. Perpangkatan
• Persentase
𝑎 • (𝑎 m)n = amxn
P= x 100%
𝑥 • (𝑎 m)-n = amx(-n)
𝑚 𝑚
• (𝑎 𝑛 )p = 𝑎 𝑛 𝑥 𝑝
• Nilai awal 𝑚 𝑚 𝑝
𝑥
• (𝑎 𝑛 )p/q = 𝑎 𝑛 𝑞
100
𝑏
x nilai akhir an • 𝑎2 - b2 = (𝑎 - b)(𝑎 + b)
• (𝑎 + b)2 = a2 + 2ab + b2
Aljabar • (𝑎 - b)2 = a2 + 2ab + b2
1. Sifat dasar operasi hitung pada
bilangan pangkat f. Akar
a. Aturan dasar • 𝑎√𝑝 + 𝑏 √𝑝 = (a+b)√𝑝
• an = a x a x a x a x … x a • 𝑎√𝑝 = 𝑏 √𝑝 = (a=b)√𝑝
Sebanyak n
• √𝑎 x √𝑏 = √𝑎𝑥𝑏
• a0 = 1, dengan a ≠ 0
√𝑎 𝑎
• a-n =
1 • =√
𝑎𝑛 √𝑏 𝑏
𝑚

𝒏
√𝑎 𝑚 = 𝑎 𝑛
b. Penjumlahan dan pengurangan
• am + an = am (1 + an-m) 2. Aturan operasi hitung bilangan
• am + an = an (am-n + 1) a. Penjumlahan
• am - an = am (1 - an-m) • ax + bx = (a + b)x
• am - an = am (am-n - 1) • ax + by + cx + dy = (a + c)x + (b +
• pam + qam = (p + q)am d)y

c. Perkalian b. Pengurangan
• am x an = am+n • ax - bx = (a - b)x
• a-m x an = a-m+n • ax - by - cx - dy = (a - c)x + (b +
• (a x b)m = am x bm d)y
𝑚 𝑝 𝑚 𝑝 𝑚𝑞+ 𝑛𝑝
+
• 𝑎 𝑛 𝑥 𝑎𝑞 = 𝑎 𝑛 𝑞 =𝑎 𝑛𝑞
c. Perkalian Pertidaksamaan
• ax x bx = (ab)x2 Sifat yang berlaku untuk pertidaksamaan
• ax x by = (ab)xy pada bilangan riil adalah sebagai berikut.
• Jika a > b dan b > c maka a > c
d. Pembagian • Jika a > b maka a ± c > b ± c
𝑎𝑥 𝑎 • Jika a > b dan c > d maka a ± c > b ± d
• =
𝑏𝑥 𝑏 • Jika a > b dan c > 0 maka a x c > b x c
𝑎𝑥 𝑎 𝑥
• =( ) • Jika a > b dan c < 0 maka a x c < b x c
𝑏𝑦 𝑏 𝑦 𝑎 𝑏
• Jika a > b dan c > 0 maka 𝑐 > 𝑐
𝑎 𝑏
e. Perpangkatan • Jika a > b dan c < 0 maka 𝑐 < 𝑐
• (ab)2 = ab x ab = a2b2 • Jika a > b dan m adalah bilangan asli
• (a + b)2 = a2 +2ab + b2 maka am > bm
• (a - b)2 = a2 - 2ab + b2 •
𝑎
Jika 𝑏 > 0 maka ab > 0
• a2 – b2 = (a - b) (a + b)

Trik Praktis dalam Operasi Bilangan


1. Memasangkan bilangan yang berjumlah 10
Berikut adalah pasangan angka yang berjumlah 10
• 9+1
• 8+2
• 7+3
• 6+4
• 5+5
Contoh:
3+4+7+5+6=…
Jawab:
Perhatikan angka 3 dan 7, kemudian pikirkan angka 10.
Selanjutnya perhatikan angka 4 dan 6, kemudian pikirkan angka 10.
Jika dijumlah dengan angka sebelumnya maka akan diperoleh hasil 20.
Sisa angka yang belum dijumlahkan adalah lima sehingga 20 + 5 =25.
Jadi, 3 + 4 + 7 + 5 + 6 = (3 + 7) + (4 + 6) + 5 = 10 + 10 + 5 = 20 + 5 = 25.

2. Menggenapkan hitungan menjadi 10, 20, 30, dst


Misalkan kita punya 9, maka kita perlu 1 agar jumlahnya 10.
Contoh:
39 + 16 = …
Jawab:
Perhatikan angka 39, tambahkan 1 dengan mengambilnya dari angka 16.
Misalkan 39 + 1 = 40
Karena 16 telah dikurangi 1 untuk dijumlahkan dengan 39 diatas maka sisanya adalah 15.
Selanjutnya, jumlahkan 40 dengan 15 = 40 – 15 = 55.
Jadi, 39 + 16 = (39 + 1) + (16 - 1) = 40 + 15 = 55.

3. Menjumlahkan dengan tidak lebih dari 9


Ketika kita menjumlahkan dua bilangan dan berjumlah lebih dari 9, maka tandai angka yang
dijumlahkan kemudian ambil saja satuan dari hasil penjumlahan tersebut.
Contoh:
37 + 52 + 77 + 85 + 59 + 30 + 48 = …
Jawab:
3
37
1 52 9
77 6
6 85
1
1 59 0
30 Banyak coretan ada 3
48 dan dijumlahkan dengan
+
388 bilangan puluhannya

4. Perkalian dengan angka 0


Saat mengalikan bilangan yang berakhiran nol, maka abaikan angka nolnya. Kalikan seperti
biasa, kemudian tambahkan nol sebanyak yang dihilangkan dibelakang hasil perkalian.
Contoh:
40 x 60 = ….
Jawab:
1. abaikan angka 0 (jumlah angka nol yang dihilangkan ada 2)
2. kalikan 4 x 6 = 24
3. tambahkan kembali angka nol yang dihilangkan dibelakang angka 24
jadi diperoleh hasil 24 ditambah dua angka nol = 2400, sehingga 40 x 60 = 2.400.

5. Perkalian dengan angka 11, 22, dan 33


• perkalian dengan 11
AB x 11 = A_(A+B)_B, atau ABC x 11 = A_(A+B)_ (B+C)_C
• perkalian dengan 22
AB x 22 = 2A_2(A+B)_2B

• perkalian dengan 33
AB x 33 = 3A_3(A+B)_3B

6. Perkalian dengan 25 dan 50


• Perkalian dengan 25
𝐴 𝑥 100
A x 25 = 4

• Perkalian dengan 50
𝐴 𝑥 100
A x 50 = 2

7. Perkalian dua bilangan puluhan yang berdekatan


Cara ini digunakan untuk mempermudah perhitungan dua bilangan puluhan yang
berdekatan dengan cara melakukan pendekatan dengan bilangan puluhan dengan satuan 0
yang terdekat. Karena pada prosesnya, mengalikan suatu bilangan puluhan dengan satuan 0
akan terkesan lebih mudah.
Contoh 1:
18 x 23 = … (didekatkan ke 20)
Jawab:
18 x 23
(18-20) (23-20)

-2 3 (-2 x 3) = -6
(18 + 3)

20 x 21 = 420
+
414
Contoh 2:
97 x 96 = … (didekatkan ke 100)
Jawab:
97 x 96
(97-100) (96-100)

-3 -4 (-3 x -4) = 12
(97-4)

100 x 93 = 9300
+
9312
8. Perkalian dua bilangan puluhan dengan satuan 5
• Bilangan kuadrat
A52 = A(A + 1)_25

• Dua bilangan puluhan dengan puluhan yang keduanya genap atau keduanya ganjil
𝐴+𝐵
A5 x B5 = (( ) + (𝐴 𝑥 𝐵))_25
2

• Dua bilangan puluhan dengan puluhan ganjil-genap


𝐶+𝐷 𝐶+𝐷
C5 x D5 = (( ) + (𝐶 𝑥 𝐷))_75 (abaikan nilai 0,5 hasil dari )
2 2

9. Perkalian dua bilangan puluhan dengan puluhan yang sama dan satuan berjumlah 10
PA x PB = P (P + 1)_(A x B) (jika A + B = 10)

10. Selisih kuadrat dari dua bilangan


a2 – b2 = (a + b)(a - b)

Sifat suatu bilangan


1. Semua bilangan bulat (baik positif atau negatif) jika dikuadratkan atau dipangkatkan
bilangan genap maka akan menghasilkan bilangan positif.
• (4)2 = 4 x 4 = 16  hasil positif
• (-3)4 = (-3) x (-3) x (-3) x (-3) = 81  hasil positif

2. Bilangan bulat negatif jika dipangkatkan bilangan ganjil maka akan menghasilkan bilangan
negatif.
• (-3)3 = (-3) x (-3) x (-3) = -27  hasil negatif
• (-5)5 = (-5) x (-5) x (-5) x (-5) x (-5) = -3.125  hasil negatif

3. Bilangan yang habis dibagi 2, angka satuannya merupakan bilangan genap.


• 34.874  angka satuannya 4 merupakan bilangan genap, maka pasti habis dibagi 2
• 121.765  angka satuannya 5 bukan bilangan genap, maka pasti tidak habis dibagi 2

4. Bilangan yang habis dibagi 3, jika jumlah dari semua digit yang menyusun bilangan tersebut
habis dibagi 3.
• 1.368  (1 + 3 + 6 + 8 = 18)  karena 18 habis dibagi 3, maka 1.368 pasti habis
dibagi 3.
• 29.628  (2 + 9 + 6 + 2 + 8 = 27)  karena 27 habis dibagi 3, maka 29.628 pasti
habis dibagi 3.
• 9.460  (9 + 4 + 6 + 0 = 19)  karena 19 habis dibagi 3, maka 9.460 pasti habis
dibagi 3.

5. Bilangan habis dibagi 4 jika dua digit terakhir bilangan tersebut habis dibagi 4.
• 23.516  karena dua digit terakhir (16) habis dibagi 4, maka 23.516 pasti habis
dibagi 4.
• 567.721  karena dua digit terakhir (21) habis dibagi 4, maka 567.721 pasti habis
dibagi 4.

6. Bilangan habis dibagi 5, jika satuan dari bilangan tersebut adalah 0 atau 5.
• 23.760  angka satuannya 0, maka 23.760 pasti habis dibagi 5.
• 459.975  angka satuannya 5, maka 459.975 pasti habis dibagi 5.
• 123.456  angka satuannya 6, maka 123.456 pasti tidak habis dibagi 5.

7. Bilangan habis dibagi 9, jika jumlah dari semua digit yang menyusun bilangan tersebut
habis dibagi 9.
• 5.157  (5 + 1 + 5 + 7 = 18), 18 habis dibagi 9 maka 5.157 juga habis dibagi 9.
• 80.775  (8 + 0 + 7 + 7 + 5 = 27), 27 habis dibagi 9 maka 80.775 juga habis dibagi 9.
• 578.123  (5 + 7 + 8 + 1 + 2 + 3 = 26), 26 habis dibagi 9 maka 578.123 juga habis
dibagi 9.

Metode Penyelesaian Soal


a. Metode pendekatan bilangan
Metode ini dilakukan dengan cara merubah bilangan yang terdapat soal dengan bilangan
pendekatan dengan tujuan untuk mempermudah penghitungan. Sehingga, hasil dari
penghitungan dengan bilangan yang telah kita rubah (kita dekatkan dengan bilangan
tertentu) yang merupakan hasil perkiraan. Setelah itu, kita juga kembali mencari (dengan
perkiraan) bilangan yang mendekati hasil perkiraan pada pilihan yang ada.

b. Metode penggunaan variable sebagai pemisalan


Suatu variabel (peubah) dapat digunakan pada suatu soal untuk memperingkas dan
menyederhanakan bentuk soal yang terkesan panjang. Kita dapat memisahkan suatu hal
dengan variabel tertentu yang kita tentukan sendiri. Untuk soal-soal yang biasanya dapa
menggunakan metode ini adalah tipe soal cerita.
c. Metode memanfaatkan pilihan gandanya
Ada beberapa soal dari soal psikotes yang memiliki pilihan jawaban yang bisa kita
manfaatkan untuk memperpendek waktu pengerjaan. Memperpendek waktu pengerjaan
dalam artian bahwa pada penyelesaiaan sebuah soal, kita tidak harus bekerja hingga
mendapatkan jawaban sesungguhnya. Kadang kita bisa melihat dari digit terakhir dari
setiap pilihan karena biasanyadigit terakhir dari setiap pilihan berbeda satu sama lain, atau
ciri yang lain.

d. Metode penalaran dan keativitas


Hitung matematika tidak lepas dari penalaran terhadap pemahaman suatu bilangan, cara
dan proses hitungnya. Begitu juga dengan kreativitas, karena setiap soal bisa diselesaikan
dengan berbagai macam cara.

e. Metode penggunaan sifat hitung bilangan


Terdapat sifat-sifat hitung bilangan dan rumus-rumus dasar perhitungan, seperti sifat dasar
perhitungan komutatif, asosiatif, dan distributif, sifat perkalian dan pembagian dua
bilangan, jika positif dikali atau dibagi positif maka akan menghasilkan bilangan positif.
Dengan menggunakan sifat hitung bilangan maka akan sangat memudahkan dalam
menyelesaikan soal hitung matematika.

Soal Cerita Matematika


1. Waktu, jarak, dan kecepatan
a. Rumus dasar
𝒔
v=
𝒕
dimana:
v : kecepatan (km/jam atau m/dtk)
s : jarak (km atau m)
t : waktu (jam atau detik)
b. Aplikasi rumus
• Menyusul
o A berangkat lebih dulu dari B
o Waku tempuh A lebih lama dari B
o vB > vA
waktu yang diperlukan B untuk menyusul A adalah sebagai berikut.

(𝒕𝑩 − 𝒕𝑨 )
tmenyusul =
𝒗𝑩 −𝒗𝑨
• berpapasan
waktu yang diperlukan A dan B untuk berpapasan adalah sebagai berikut.

𝒔
Tpapasan =
𝒗𝑨 +𝒗𝑩

2. Aritmetika Sosial
a. Masalah jual-beli
Istilah Pengertian Rumus
Harga suatu barang yang dibeli oleh
harga beli
seseorang
Harga yang ditetapkan oleh penjual
Harga jual
untuk pembeli
Uang yang diperoleh, jika harga jual Keuntungan = harga jual – harga
Keuntungan suatu barang lebih tinggi dari harga beli
𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
beli %untung = x 100%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖

Uang yang hilang, disebabkan harga Kerugian = harga beli – harga jual
Kerugian 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛
jual lebih rendah dari harga beli %rugi = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 x 100%

Diskon Potongan harga jual Diskon = %diskon x harga jual


Bruto Berat kotor (tempat + barang) Neto + Tara
Tara Berat tempat/pembungkus Bruto – Neto
Neto Berat bersih/berat barang Bruto – Tara

b. Tabungan dan hutang


Hutang Tabungan
Besar hutang = H Besar tabungan = B
Diketahui
Bunga = p% per tahun Bunga = p% per tahun

1 𝑝 1 𝑝
Bunga perbulan 𝑥 𝑥𝐻 𝑥 𝑥𝐵
12 100 12 100
𝑛 𝑝 𝑛 𝑝
Bunga dalam n bulan 𝑥 𝑥𝐻 𝑥 𝑥𝐵
12 100 12 100
𝑝 𝑝
Bunga per tahun 𝑥𝐻 𝑥𝐵
100 100
3. Konversi satuan Luas 1 ton = 10 kuintal
1 ha = 1 hm2 = 10.000 m2 1 kuintal = 100 kg
1 a = 1 dam2 = 100m2 1 kg = 10 ons
1 ca = 1 m2 1 kg = 2 pon
1 pon = 5 ons
4. Konversi satuan volume 1 ons = 1 hg
1 kl = 1 m3
1 l = 1 dm3 = 1.000 cm3 = 1.000 cc 6. Konversi satuan jumlah (kuantitas)
1 m l = 1 cm3 1 rim = 500 lembar
1 cm3 = 1 cc 1 gros = 144 buah
1 gros = 12 lusin
5. Konversi satuan berat 1 kodi = 20 buah
1 ton = 1.000 kg 1 lusin = 12 buah

7. Konversi satuan waktu


1 menit : 60 detik 1 tahun : 52 minggu
1 jam : 60 menit 1 tahun : 365/366 hari
1 jam : 3.600 detik 1 lustrum : 5 tahun
1 hari : 24 jam 1 windu : 8 tahun
1 minggu : 7 hari 1 dekade : 10 tahun
1 bulan : 28, 29, 30, 31 hari 1 dekade : 1 dasawarsa
1 triwulan : 3 bulan 1 dasawarsa : 10 tahun
1 catur wulan : 4 bulan 1 abad : 100 tahun
1 semester : 6 bulan 1 milenium : 1.000 tahun
1 tahun : 12 bulan

8. Statistika c. Rata-rata gabungan nilai tiga


a. Rata-rata data dalam satu kelompok
kelompok 𝑛1.𝑥̿ 1+ 𝑛2.𝑥̿ 2+ 𝑛3.𝑥̿ 3
Rata-rata = 𝑛1+𝑛2+𝑛3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
Rata-rata =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
Keterangan :
n1 : banyak data pada kelompok 1
b. Rata-rata gabungan nilai dua
n2 : banyak data pada kelompok 2
kelompok
n3 : banyak data pada kelompok 3
𝑛1.𝑥̿ 1+ 𝑛2.𝑥̿ 2
Rata-rata = 𝑥̿ 1 : rata-rata nilai pada kelompok 1
𝑛1+𝑛2
𝑥̿ 1 : rata-rata nilai pada kelompok 2
𝑥̿ 1 : rata-rata nilai pada kelompok 3
9. Perbandingan
𝒙𝟏 𝒚𝟏
Senilai =
𝒙𝟐 𝒚𝟐

𝒙𝟏 𝒚𝟐
Berbalik nilai =
𝒙𝟐 𝒚𝟏

Bangun Datar
Keliling Luas

Persegi 4s s2

Persegi panjang AB + BC + CD + DA pxl

Jajar genjang AB + BC + CD + DA axt

1
Belah ketupat AB + BC + CD + DA x AC x BD
2

1
Layang-layang AB + BC + CD + DA x AC x BD
2

𝐴𝐵+𝐶𝐷
Trapesium AB + BC + CD + DA xt
2

1
Segitiga AB + BC + CA xaxt
2

C
Teorema pythagoras

A B BC2 = AB2 + AC2

= 2πr = πr2
Lingkaran 1
= πd = 4 πd2
Bangun Ruang
Volume Luas permukaan

kubus v = s2 L = 6s2

balok v=pxl xt L = 2(pl x pt x l t )

L = 2(luas alas) +
prisma v = luas alas x tinggi
jumlah luas sisi tegak

1 L = luas alas +
limas v = 3 x luas alas x t
jumlah luas sisi tegak

L = 2(luas alas) + luas selimut


tabung v = luas alas x t = πr2t
= 2πr2 + 2πrt

1
v = 3 x luas alas x t L = luas alas + luas selimut
kerucut 1
= 3 πr2t = πr2 + πrs

4
bola v = 3 πr2t L = 4πr2

Peluang
Peluang adalah suatu kemungkinan atau kesempatan yang bisa terjadi dalam suatu percobaan.

𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒋𝒂𝒅𝒊𝒂𝒏 Peluang suatu kejadian A dapat dituliskan sebagai P(A).


Peluang =
𝒓𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 Besarnya: 0 ≤ P(A) ≤ 1.

Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah harapan banyaknya muncul suau kejadiaan dari
sejumlah percobaan yang dilakukan, dapat dirumuskan sebagai berikut.

P(A) x n
P(A) = peluang kejadian A
n = banyak percobaan yang dilakukan
Kombinasi
Banyaknya susunan acak r unsur dari n unsure yang tersedia tanpa memperhatikan urutannya
dapat dihitung dengan kombinasi, yang dirumuskan sebagai berikut.
𝒏!
𝑪𝒏𝒓 = (𝒏−𝒓)!
. 𝒓!
n! = n x (n-1) x … x 3 x 2 x 1

Permutasi
Banyaknya susunan acak r unsur dari n unsur yang tersedia dengan memperhatikan urutannya
dapat dihitung dengan kombinasi yang dirumuskan sebagai berikut.
𝒏! 𝒌!
𝑷𝒏𝒓 = (𝒏−𝒓)!
𝒂!.𝒃!.𝒄!

Permutasi k unsur jika terdapat a unsur yang sama, b unsur yang sama dan c unsure yang sama.
Permutasi siklis, adalah suatu n unsur yang tersusun secara melingkar, maka banyaknya
susunan berbeda yang mungkin terjadi dapat dihitung dengan menggunakan permutasi siklis
yang dirumuskan: (n-1)!

Logika Matematika
Logika matematika merupakan materi yang berhubungan dengan pernyataan dan membentuk
pernyataan yang benar dalam konteks matematika. Logika matematika berhubungan erat
dengan pernyataan dan menarik kesimpulan dari premis (pernyataan) yang ada. Dalam
menghadapi tes CPNS wajib hukumnya memahami logika matematika.
a. Macam penggunaan Pernyataan
i. Pernyataan tunggal : dinyatakan dengan p atau q
ii. Ingkaran (negasi) pernyataan : dinyatakan dengan ̴p
atau ̴q
Contoh :
p = saya makan
̴p = saya tidak makan
iii. Pernyataan gabungan
• Konjungsi : Dan (Λ), contoh : p Λ q = saya makan dan saya kenyang
• Disjungsi : Atau (V), contoh : p V q = saya makan atau saya kenyang
• Implikasi : Jika-Maka (→), contoh : p → q = jika saya makan maka saya kenyang
• Biimplikasi : JIka dan hanya jika (↔), contoh : p ↔ q = saya makan jika dan
hanya jika saya kenyang
b. Konvers, Invers dan Kontraposisi dari Implikasi
Jika diketahui operasi matematika p → q, maka berlaku :
i. Konvers : q → p
ii. Invers : ̴p → ̴q
iii. Kontraposisi : ̴q → ̴p
Dengan ekuivalensi :
I. p → q ≡ ̴q → ̴p
II. q → p ≡ ̴p → ̴q

c. Kesetaraan (de Morgan)


i. ̴( p Λ q ) ≡ ̴p V ̴q
ii. ̴( p V q ) ≡ ̴p Λ ̴q
iii. ̴( p → q ) ≡ p Λ ̴q
iv. ̴( p ↔ q ) ≡ (p Λ q̴ ) V (q Λ ̴p)
v. p → q ≡ ̴q → ̴p
vi. p → q ≡ ̴p V q

d. penarikan kesimpulan
1. modus ponens
pq
p
q
2. modus tollens
pq
-q
-p
3. silogisme
pq
qr
pr

e. Pernyataan yang menunjukkan quantitas


i. Semua, negasinya adalah = beberapa / ada
ii. Ada, negasinya adalah = semua tidak/tidak ada yang

Anda mungkin juga menyukai