Nama Kelompok:
Kelas : 5-A4
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat berdasarkan
kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kepemimpinan, serta untuk kebutuhan
kami agar dapat lebih memahami materi tentang “Memahami dan Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena keterbatasan
referensi. Mengingat keterbatasan itu, maka kami membuka selebar-lebarnya kritik dan
saran dari Ibu dosen mata kuliah Kepemimpinan khususnya, serta dari rekan-rekan pembaca
pada umumnya. Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Begitu pula
kinerja seorang karyawan adalah hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak
manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing-
masing karyawan.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak
dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerja. Biasanya, karyawan yang merasa puas dapat mengarahkan karyawan
pada kondisi diri yang positif seperti merasa semangat dan giat dalam bekerja yang dapat
mempengaruhi kinerjanya. Hasil penilaian kinerja karyawan pada umumnya berbeda-beda
antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sehingga manajer perusahaan harus benar-benar mampu dalam
mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan
tindakan penanganan yang efektif pula.
1
Apa saja indikator kinerja karyawan?
Bagaimana cara-cara untuk meningkatkan kinerja karyawan?
Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan?
2
BAB II
ISI
Kepuasan kerja merupakan suatu kondisi emosional yang mengarahkan pada sikap positif
seseorang dalam menilai pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerja.
1. Hasibuan (2001)
Definisi atau pengertian kepuasan kerja adalah kondisi emosional yang menyenangkan
ataupun tidak saat karyawan melihat akan pekerjaan yang dilakukan. Kepuasan kerja
merefleksikan perasaan setiap individu akan pekerjaannya.
3. Blum (1956)
Arti kepuasan kerja adalah sikap umum yang termasuk akibat dari berbagai sikap khusus
terhadap beberapa faktor pekerjaan, karakter individu dan keterkaitan dengan kelompok di
luar lingkungan pekerjaan.
Pengertian kepuasan kerja adalah perasaan positif terhadap suatu pekerjaan yang berasal
dari hasil evaluasi pada karakteristiknya.
3
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
1. Luthans
Kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh
seseorang yang melakukan pekerjaan.
2. Mangkunagara
Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.
3. Dessler
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan.
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
telah disepakati bersama.
Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan
kemampuan selama kerja.
4
2. Keamanan kerja
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan. Keadaan yang
aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
3. Gaji
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi
kerja yang stabil.
Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan
mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
7. Kondisi kerja
Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan tempat parkir.
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang
menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
9. Komunikasi
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan
untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
5
10. Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan
dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan
tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting
dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak
efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan
tersebut efesien.
2. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi
formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan
suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut mengatakan apa yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
3. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi, disiplin karyawan adalah
kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan
organisasi dimana dia bekerja.
4. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
6
2.4 Teori Kepuasan Kerja
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari
kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene factors.
Pada teori ini ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti
kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan
bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan
sebagai hygiene atau maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil
langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi
dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators.
2. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima
individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan
sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan
yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah
kepuasan orang.
Teori pertentangan dari locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai:
7
Menurut Locke seseorang individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu
yang pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau
pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya.
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dari Adams,
menurut model Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika
jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja
mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka
terima. Jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai tergantung dari
bagaimana orang mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan bagaimana
mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding.
Teori proses bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari perspektif yang
berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa
orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium),
berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi secara mendasar dari waktu ke
waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik
dengan interval waktu yang sesuai.
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya
keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi
diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas,
sekantor, maupun ditempat lain.
Greenberg dan Baron menunjukkan tiga cara untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja
yaitu:
8
1. Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan rating
scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
3. Interview
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka
secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner
yang terstruktur.
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima indikator, yaitu
(Robbins, 2006:260):
1. Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan
serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah
siklus aktivitas yang diselesaikan.
9
3. Ketepatan waktu
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lain.
4. Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan
baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan
sumber daya.
5. Kemandirian
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi
kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai
komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
1. Diagnosis
Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh setiap individu yang
tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja.
Teknik-tekniknya: refleksi, mengobservasi kinerja, mendengarkan komentar - komentar
orang lain tentang mengapa segala sesuatu terjadi, mengevaluasi kembali dasar-dasar
keputusan masa lalu, dan mencatat atau menyimpan catatan harian kerja yang dapat
membantu memperluas pencarian manajer penyebab - penyebab kinerja.
2. Pelatihan
Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami, pelatihan dapat membantu manajemen
bahwa pengetahuan ini digunakan dengan tepat.
10
3. Tindakan
Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil sepenuhnya tanpa dorongan
untuk menggunakannya. Analisa atribusi kausal harus dilakukan secara rutin sebagai bagian
dari tahap-tahap penilaian kinerja formal.
Pemenuhan kebutuhan kepuasan kerja bagi karyawan perlu mendapat perhatian dan harus
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hal ini untuk menghindari dampak-dampak yang
tidak diinginkan yang dapat merugikan karyawan yang pada akhirnya dapat merugikan
perusahaan. Selain itu faktor kepuasan kerja juga dapat mempengaruhi tingkatan hasil
pencapaian kinerja masing-masing individu atau karyawan.
Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli yang menyatakan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja.
Menurut Umar (2004) dalam Triton (2009:164), kepuasan kerja perlu dipantau dampaknya
dengan mengaitkannya pada output yang dihasilkannya, misalnya:
4. Kepuasan kerja dengan efek lainnya seperti dengan kesehatan fisik-mental, kemampuan
mempelajari pekerjaan baru, dan kecelakaan kerja.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja merupakan suatu kondisi emosional yang mengarahkan pada sikap positif
seseorang dalam menilai pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerja. Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Pemenuhan kebutuhan kepuasan kerja bagi karyawan perlu mendapat perhatian dan harus
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hal ini untuk menghindari dampak-dampak yang
tidak diinginkan yang dapat merugikan karyawan yang berpengaruh terhadap kinerja
karyawan dan pada akhirnya dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu faktor kepuasan
kerja juga dapat mempengaruhi tingkatan hasil pencapaian kinerja masing-masing individu
atau karyawan.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13