Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada
seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi
saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease (
COPD ).
Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi daripada
normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji padi-padian,
pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus menerus terpapar
pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret yang berat dan berjangka
panjang, yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan menyebabkan mereka
menghasilkan lendir yang berlebihan. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai
dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa) mencoba
untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. “E.D” dengan gangguan sistem Pernapasan
Bronkitis kronis.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Konsep Dasar Kasus Disfungsi Kardiovaskular ASD
b. Konsep Teori Asuhan Keperawatan ASD
c. Kasus Asuhan Keperawatan Pasien ASD

1
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan
Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
i. Mengkaji klien dengan Gangguan system Pernafasan; Bronkitis kronis.
ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan system
Pernafasan; Bronkitis kronis.
iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem
Pernafasan; Bronkitis kronis.
v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus dalam
bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang telah ditetapkan.

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak dan juga secara tidak langsung dapat membuat kami lebih
memahami tentang materi yang dibahas dalam materi ini yang nantinya akan berguna
dalam profesi keperawatan yang akan kami jalani.

E. METODE PENULISAN
Dalam makalah ini, penulisan menggunakan kajian pustaka (Library Research)
dimana data-data yang diperlukan dalam penyusunan diperoleh melalui sumber-
sumber tertulis berupa buku-buku serta mesin pencari informasi dalam internet yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang diajukan dan mendukung pembahasan
sehingga validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.

2
F. JENIS DATA
Data yang dipergunakan adalah data sekunder, baik berupa data kuantitatif
maupun kualitatif yang diambil dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok
bahasan, sehingga penulis meringkas langsung suatu sumber dengan tidak
menggandakan keseluruhan isi buku tapi menyelipkan beberapa tanggapan penulis.

G. SIFAT TULISAN
Penulisan ini menggambarkan tentang penyakit di saluran pernafasan yaitu
Bronkitis Kronis . Selain itu juga belajar untuk menerapkannya dalam kehidupan
keprofesian kelak yang akan dihadapi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN

I. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi.
Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus
lokal yang bersifat patologis. Dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos
bronkus. Pada umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat
menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan
bagian dari penyakit lain juga.
Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah hipersekresi
mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan
pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal.
490).
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi/ektasis (pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
dinding bronkus berupa desrtuksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos
bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke
paru-paru dan dapat merusaknya. (Gunawan, Iriyan. 2006).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi
bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau

4
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.
Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian
dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti
Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya
(Gunadi Santoso, 1994)
Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis Akut
adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan
nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat
(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,
namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa
berat, dan batuk berkepanjangan..
Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus
yang bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan
proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik, sindrom diskinesia
silia, aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan jalan nafas. Pada orang
dewasa, dikatakan bronchitis kronik apabila terdapat batuk kronik dan
pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.

II. ETIOLOGI
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus
merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh
bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan
corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis,
Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh
fisik.

5
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang
berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya
menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk bronchitis akut dan
kronik pada anak adalah sebagai berikut.
• Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial
virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.
• Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia
pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma
species.
• Polusi udara, seperti merokok.
• Alergi
• Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
• Infeksi fungi

III. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang
dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang
disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang
kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya
melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia
dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di
bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil
mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas.

6
IV. MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan
normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira
beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru
(bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang
banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi penyempitan
jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada
yaitu :
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama, yaitu :
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan seseorang
kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak
menurun.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus
yang menebal.
Corak paru bertambah.
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

7
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
c. Rontgen dada.

VI. TERAPI
Tujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.
Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di
mana Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu Anda
belajar untuk bernapas dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan Anda
untuk berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga antibiotik
tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik jika bronkitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk seperti
DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat pengencer
dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-obatan lain
untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang
menyempit .

b. Obat tradisional – herbal bronkitis.


Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis adalah
propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan untuk mengobati
bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan semakin berkhasiat jika di
campur dengan madu hutan. Selain propolis dapat digunakan teripang. Teripang

8
adalah hewan yang hidup di dasar laut. Teripang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun
meniran merupakan tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam bentuk
kapsul.
Kemoterapi pada bronkitis.
Kemotherapi dapat digunakan :
1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
3. atau kedua-duanya digunakan
Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian
antibiotik antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotik secara empirik.
Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronkitis, tidak
pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik diberikan jika terdapat
aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan selama 7-10 hari dengan terapi
tunggal atau dengan beberapa antibiotik, sampai terjadi konversi warna sputum
yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).
Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi
gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

VII. KOMPLIKASI
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.

9
VIII. WOC

Alergen Etiologi Infasi kuman ke jalan napas

Aktivasi Ig. E Fenomene Infeksi

Peningkatan pelepasan
Iritasi Mukosa Bronkus
Histamin

Edema mukosa  sel Penyebaran bakteri/virus ke


goblet memproduksi seluruh tubuh.
mukus Bakterimia/viremia

Ndx. Bersihan jalan Peningkatan akumulasi Peningkatan laju


Hipertermi
napas tidak efektif sekret bronkus metabolisme
tubuh umum

Demam
Batuk produktif Penyempitan jalan
napas Malaise

Ndx. Gangguan
Nyeri Napas pendek keseimbangan
cairan Ndx. Intoleransi
Aktifitas

Ndx. Gangguan Penggunaan


Tidak nafsu Nyeri pada
rasa nyaman: otot napas
makan retrosternal
nyeri tambahan

Ndx. Gangguan Ndx. Gangguan pola


Nutrisi kurang napas
dari kebutuhan
Ndx. Kerusakan
Pertukaran Gas

Bronkiulos melebar Kerusakan Batuk


KEMATIAN
Bronkiolus darah

10
B. ASKEP TEORI

1. Data Dasar Pengkajian Pasien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis
Pucat, dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia.
Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan menunjukan edema
(bronkitis).
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.

11
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan
berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.
Bunyi napas ronchi
Perkusi hiperesonan pada area paru.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernapasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok.
Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.

12
2. Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan Jalan Napas, Takefektif berhubungan dengan Peningkatan
produksi secret
2 Pertukaran Gas, Kerusakan Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)
3 Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan Tubuh berhubungan dengan
Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat, Produksi sputum, Anoreksia,
mual/muntah.
4 Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap berhubungan dengan Menetapnya sekret,
proses penyakit kronis
5 Intoleran Aktifitas Berhubungan dengan Insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi
6 Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Tindakan
berhubungan dengan Kurang Informasi/tidak mengenal sumber infomasi

13
3. Perencanaan
No. Hari/tgl/pukul Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana tindakan Rasional
hasil
Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan 1. Auskulatasi bunyi napas. Catat 1. Beberapa derajat
adanya bunyi napas, mis: spasme bronkus terjadi
Tidak efektif b/d asuhan keperawatan
krekels, ronki. dengan obstruksi jalan
Peningkatan produksi selama 3x 24 jam, nafas dan dapat
dimanifestasikan
sekret diharapkan masalah
dengan adanya bunyi
Bersihan Jalan Napas, nafas adventisius, mis:
penyebaran krekels
Tidak efektif dapat
basah (bronkitis)
teratasi denga kritria 2. Kaji/pantau frekuensi 2. Takipnea biasanya ada
pernapasan. Catat rasio pada beberapa derajat
hasil:
inspirasi/ekspirasi dan dapat ditemukan
1. Pasien tidak selama / adanya proses
mengeluh infeksi akut. Pernapasan
sesak lagi. melambat dan frekuensi
2. Tidak pernapasan memanjang
terdengar dibandingkan ekspirasi.
suara krekels 3. Kaji pasien untuk posisi yang 3. Peninggian kepala
dan ronki nyaman mis: peninggian tempat tidur
3. Pasien dapat kepala tempat tidur, duduk mempermudah fungsi
melakukan sandaran tempat tidur. pernapasan dengan
batuk efektif menggunakan gravitasi.
sendiri. 4. Dorong/bantu latihan napas 4. Memberikan pasien
abdomen/bibir. beberapa cara untuk
mengatasi dan
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan
udara

14
5. Observasi karakteristik 5. Batuk dapat menetap
batuk, mis: menetap, batuk tetapi tidak efektif,
pendek basah. Bantu khususnya pada lansia,
tindakan untuk memperbaiki penyakit akut atau
keefektifan upaya batuk. kelemahan. Batuk
paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau
kepala dibawah setelah
di perkusi dada.
6. Tingkatkan masukan cairan 6. Hidrasi membantu
sampai 3000 ml/hari sesuai menurunkan kekentalan
teloransi jantung. sekret, mempermudah
Memberikan air hangat. pengeluaran.
Anjurkan masukan cairan Penggunaan cairan
antara, sebagai pengganti hangat dapat
makanan. menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama
makan dapat
meningkatkan distensi
gaster dan tekanan pada
diagfragma.
7. Berikan obat sesuai indikasi: 7. Merilekskan otot halus
-Bronkidalator (mis: dan menurunkan
epinefrin, albuterol, isoetarin) spasme jalan napas.
-Xatin (mis: aminofilin,
oxtrifilin, teofilin)
-Kromolin
-Antimikrobial
-Analgesik(mis: kodein)
8.Berikan humidifikasi 8. Menurunkan edema
taambahan, mis: nebuliser. mukosa dan spasme otot
polos.

15
9. Bantu pengobatan pernapasan, 9. Drainase postural dan
mis: fisioterapi dada. perkusi bagian penting
untuk membuang
banyak sekresi/kental
dan memperbaiki
ventilasi pada segmen
dasar paru.
10. Awasi/buat grafik seri GDA, 10. Membuat dasar untuk
nadi oksimetri, foto dada. pengawasan
kemajuan/kemunduran
proses penyakit dan
komplikasi.

16
2 Kerusakan Pertukaran Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Untuk mengevaluasi
pernapasan. Catat derajat distres
Gas b/d Gangguan asuhan keperawatan
penggunaan otot aksesori, pernapasan dan/atau
suplai oksigen 3 x 24 jam, pasien napas bibir, ketidakmampuan kronisnya proses
bicara/berbincang. penyakit
(obstruksi jalan napas diharapkan mampu
2. Tinggikan kepala tempat 2. Pengiriman oksigen
oleh sekresi, spasme mencapai kriteria hasil tidur, bantu pasien untuk dapat diperbaiki
memilih posisi yang mudah dengan posisi duduk
bronkus, jebakan :
untuk bernapas. Dorong tinggi dan latihan
udara) napas dalam perlahan/napas napas untuk
bibir sesuai menurunkan kolaps
kebutuhan/toleransi individu. jalan napas, dan kerja
napas.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit 3. Sianosis perifer
dan warna membran mukosa. (terlihat pada kuku)
atau sentral (terlihat di
sekitar bibir/atau daun
telinga. Keabu-abuan
dan sianosis sentral
mengidentifikasikan
beratnya hipoksemia.
4. Dorong/bantu mengeluarkan 4. Sputum yang kental,
sputum, penghisapan bila tebal, dan banyak
diindikasikan. sekresi adalah sumber
utama gangguan
pertukaran gas pada
jalan napas kecil.
Penghisapan
dibutuhkan bila batuk
tidak efektif.
5. Auskultasi bunyi napas dan 5. Bunyi napas redup
catat area penurunan aliran karena penurunan

17
udara dan/bunyi tambahan. aliran udara atau area
konsolidasi.
Mengindikasikan
adanya spasme
bronkus/ tertahannya
sekret. Krekels basa
menyebar
menunjukkan cairan
pada interstisial
jantung
6. Palpasi fremitus. 6. Penurunan getasan
vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan
atau jebakan udara
7. Awasi tingkat 7. Gelisah dan ansietas
kesadaran/status mental. adalah manifestasi
Selidiki adanya perubahan. umum pada hipoksia.
DGA memburuk
disertai bingung
menunjukan disfungsi
serebral yang
berhubungan dengan
hipoksemia
8. Evaluasi tingkat toleransi 8. Selama distres
aktivitas. pernapasan berat/akut
pasien secara total tak
mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
karena hipoksemia dan
disprea. Istirahat
diselingi aktivitas
perawatan masih

18
penting dari program
pengobatan. Program
latihan ditunjukkna
untuk meningkatkan
ketahanan dan
kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea
berat, dan dapat
meningkatkan rasa
sehat.

19
3 Intoleran Aktifitas Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan umum 1 Untuk menentukan
Berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien intervensi yang tepat
Insufisiensi ventilasi selama 2 x 24 jam, 2. Kaji tingkat kemampuan 2 Untuk mengetahui
dan oksigenasi pasien diharapkan aktivitas. sejauh mana
mencapai kriteria hasil kemampuan aktivitas
yaitu : pasien & menentukan
1. Pasien akan tindakan selanjutnya.
mengidentifikasi 3. Observasi tanda-tanda 3 Untuk mengetahui
aktivitas yang vital. perubahan curah
menimbulkan jantung sehingga tidak
kelemahan terjadi hipotensi
2. Berpartisipasi dalam 4. Anjurkan pasien untuk 4 Untuk mengurangi
aktivitas yang banyak istirahat di tempat beban kerja jantung.
dibutuhkan dengan tidur.
TTV dalam rentang 5. Bantu pasien untuk 5 Agar dapat memenuhi
normal beraktivitas kebutuhan sehari – hari
3. Mengungkapkan dan kebutuhan O2.
secara verbal 6. Libatkan keluarga dalam 6 Membantu memenuhi
pemahaman tentang mendampingi pasien. kebutuhan sehari – hari.
kebutuhan oksigen, 7. Kolaborasi medik dalam 7 .Untuk memaksimalkan
pengobatan dan atau pemberian O2 pengobatan dan

20
peralatan yang dapat mempercepat proses
meningkatkan penyembuhan.
toleransi terhadap
aktivitas.
- Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen

4. Evaluasi
 Jalan nafas sudah tak ada masalah
 Pasien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
 Pasien tidak mengeluh sesak nafas
 Pasien dapat melakukan ADL dengan baik dan tanpa bantuan keluarga

21
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bronkitis Kronis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN E.D.


DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG ANGGREK RSU TABANAN
TANGGAL 26 APRIL 2012

I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, tanggal 26 April 2012 pukul 10.00 WITA di
ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Tabanan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan catatan keperawatan.

1.Pengumpulan Data
A. Identitas
Pasien Penanggung
Nama E.D W.B
Umur 16 tahun 38 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan SMP D3
Pekerjaan Pelajar PNS
Alamat Jl.Tukad Balian X Jl.Tukad Balian X
Renon- Dps Renon – Dps
Alamat Terdekat Jl.Tukad Balian X Jl.Tukad Balian X
Renon- Dps Renon – Dps
No. Telepon (085)225598 (0361)725598
Tanggal MRS 26 April 2012 -
No. Register 117726 -
No. RM 522467 -

22
B.Riwayat Kesehatan
1.Riwayat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh sesak dan batuk disertai dahak.
2.Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengeluh sesak nafas.
3.Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak dua minggu yang lalu, pasien mengeluh wajah, tangan dan kakinya bengkak.Pasien
juga mengeluh sesak dan batuk disertai dahak sehingga pada tanggal 26 April 2012 pasien
dibawa ke RS.Pasien sempat mendapatkan perawatan di UGD dan didiagnosa menderita
Bronkitis Kronis.Dan diberikan terapi IVFD NaCL 15 tetes / menit, Digoxin 1 x 1 tablet ,
Fluimucil 3 x 1 caplet dan Nebulezer combivent 3 x 2,5 mg.
4.Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memang mempunyai kebiasaan merokok sejak umur 12 tahun, dan biasanya
menghabiskan 1 bungkus sehari. Sejak 3 hari yang lalu pasien menderita sesak disertai
batuk berdahak tapi belum pernah dirawat di RS.
5.Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarganya tidak pernah dirawat di RS dan tidak pernah
mengalami penyakit sepertinya.
6. Diagnosa Medis
- Bronkitis Kronis
Terapi medis tanggal 26 April 2012:
- IVFD NaCL 15 tetes / menit
- Digoxin 1 x 1 tablet
- Fluimucil 3 x 1 caplet
- Nebulezer combivent 3 x 2,5 mg

C. Pola Kebiasaan Pasien


1.Biologis
a. Bernafas
Sebelum pengkajian, pasien mengatakan sering sesak nafas saat menarik nafas maupun
mengeluarkan nafas, pasien mengatakan sering nyeri saat bernafas, terdapat batuk.
Saat pengkajian, pasien mengatakan sering sesak nafas saat menarik nafas maupun
mengeluarkan nafas, pasien mengatakan lebih sesak saat beraktivitas, pasien mengatakan

23
sering nyeri saat bernafas, pasien mengatakan sering sesak saat malam hari dan terdapat
batuk dengan sputum.Pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan sputumnya sendiri.

b. Makan dan Minum


Makan :
Sebelum pengkajian pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan jenis makanan nasi,
sayur, lauk, dan porsinya setengah pirirng tiap 1x makan.Pasien mengatakan tidak
mempunyai alergi makanan, dan tidak ada kesulitan dalam mengunyah / menelan.
Saat pengkajian, pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan jenis makanan bubur, sayur,
lauk dan porsi 3 sendok makan tiap satu kali makanan. Pasien mengatakan tidak
mempunyai alergi makanan.Pasien mengatakan tidak ada kesulitan mengunyah / menelan
dan tidak terpasang sonde. Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan sering mual
Minum :
Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa minum 6 – 7 gelas / hari (1200-1400cc/hari),
kadang-kadang minum alcohol dan perokok berat.
Saat pengkajian pasien mengatakan biasa minum 5 – 6 gelas/hari (1000-1200cc/hari),tidak
minum alcohol dan tidak dapat merokok.

c. Eliminasi
BAB :
Sebelum pengkajian mengatakan biasa BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan, BAB di WC, tidak terdapat lendir maupun darah.
Saat pengkajain pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, BAB di WC, tidak terdapat lendir maupun darah.
BAK :
Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa BAK 4 - 5 x sehari (200cc/1 x BAK), warna
kuning, BAK lancer, tidak ada darah dan tidak nyeri saat BAK.
Saat pengkajian pasien mengatakan biasa BAK 400 cc/ hari, warna kuning pekat, tidak ada
darah dan terpasang dower kateter.

d. Gerak dan aktivitas


Sebelum pengkajian pasien mengatakan bekerja dan sebelum sakit pasien biasa
melakukan aktivitasnya.

24
Saat pengkajian pasien tampak lemah, pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya termasuk personal hygiene karena sesak yang timbul saat pasien
beraktivitas.Pasien hanya berbaring di tempat tidur saja.

e. Istirahat tidur
Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa tidur 6 - 7 jam sehari, sering terjaga, tidak
menggunakan obat tidur dan tidak bisa tidur siang.
Saat pengkajian pasien mengatakan biasa tidur 6 jam / hari, sering terjaga, susah tidur,
timbul nyeri saat tidur, tidak menggunakan obat tidur, dan tidak bisa tidur siang.Pasien
tampak lemah dan pucat.

f. Kebersihan Diri
Mandi :
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa mandi 2 x sehari dengan sabun di kamar mandi,
dan dapat melakukannya sendiri.
Saat pengkajian pasien mengatakan mandi dengan di lap air hangat 2 x sehari oleh
keluarga tanpa menggunakan sabun.

Cuci rambut :
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa keramas 3 hari sekali dengan shampoo.
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak pernah keramas karena tidak mampu
melakukannya.
Pemeliharaan mulut dan gigi :
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa gosok gigi 3 x sehari dengan pasta gigi.
Saat pengkajian pasien mengatakan gosok gigi hanya 1 kali sehari dan merasa tidak
nyaman saat menggosok giginya karena sesak nafas
Berpakaian :
Sebelum sakit pasien mengatakan bisa ganti pakaian 2 – 3 x/ hari.
Saat sakit pasien mengatakan berganti pakaian 1 x/hari
Kebersihan kuku :
Sebelum sakit pasien mengatakan bisa membersihkan kukunya sendiri.
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa membersihkan kukunya sendiri dan
kuku pasien terlihat kotor.

25
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Sebelum sakit pasien mengatakan sering berkeringat saat beraktivitas.
Saat pengkajian pasien mengatakan sering berkeringat saat beraktivitas.

2. Psikologis
a. Rasa Nyaman
Sebelum sakit pasien mengatakan sering merasa nyeri dengan skala nyeri 2 (nyeri ringan)
dari 0 – 10 rentang skala nyeri yang diberikan, intensitas nyeri tidak terlalu sering, kualitas
nyeri sering seperti digigit semut, lokasi nyeri di dada dan nyeri bertambah saat
beraktivitas.
Saat pengkajian pasien mengatakan sering nyeri dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang) dari
rentang 0 – 10 yang diberikan, intensitas nyeri sering, kualitas nyeri sering seperti tertekan
benda berat, lokasi nyeri di dada, nyeri bertambah saat beraktivitas dan berbaring.
b.Rasa Aman
Sebelum pengkajian pasien mengatakan merasa cemas dan takut karena penyakit yang
dideritanya.
Saat sakit pasien mengatakan merasa cemas, bingung, gelisah dan takut karena panyakit
yang dideritanya.

3. Sosialisasi
a. Social
Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang siswa yang sangat aktif di
sekolah. Hubungan dengan tetangga baik,, lingkungan rumah dan kondisi lingkungan
rumah bersih.
Saat pengkajian pasien mengatakan hubungan pasien dengan perawat baik tapi
keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan tidak dapat dilakukan kembali
karena penyakitnya.
b. Prestasi dan Produktivitas
Sebelum sakit pasien mengatakan mendapat juara di kelasnya
Saat pengkajian pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya tapi belum
mengerti bagaimana cara penanganannya.

26
c. Rekreasi
Sebelum pengkajian pasien mengatakan pasien mengatakan senang berjalan-jalan dengan
keluarga seperti piknik dan makan-makan.
Saat pengkajian pasien hanya dapat beraktivitas ringan.
d. Belajar
Saat pengkajian pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya.

4.Spiritual
Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa sembahyang di Pura dan pasien beragama
Hindu.
Saat pengkajian pasien mengatakan hanya bisa berdoa di rumahnya saja.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran Umum Pasien
Kesadaran : CM
Bangun tubuh : Sedang
Postur tubuh : Tidak terobservasi
Cara berjalan : Tidak terobservasi
Gerak motorik : Tidak terobservasi
Keadaan kulit : Warna kulit sawo matang, pucat, turgor kulit elastis,
kebersihan pasien bersih.
Gejala cardinal :
o Suhu : 36,5ºC
o Nadi : 88 x/menit
o Respiratory Rate : 28 x /menit
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Ukuran Lain :
- tinggi badan : 157 cm
- berat badan
sebelum sakit : 56 kg
saat sakit : 52 kg

27
2. Keadaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih, rambut lurus dan tidak rontok, tidak ada luka
ataupun nyeri tekan.
b. Mata : Konjungtiva anemis atau pucat, sclera putih, tidak ada benjolan,
reflek pupil baik, pupil isokor.
c. Hidung : Hidung bersih, tidak ada secret atau darah, tidak ada nafas cuping
hidung, terpasang O2.
d. Telinga : Telinga bersih, tidak ada secret atau darah, pendengaran baik.
e. Mulut : Bibir pucat, gigi kurang bersih, ada caries, lidah agak kotor.
f. Leher : Tidak ada distensi kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis,
tidak ada tumor, dan tidak ada kaku kuduk.
g. Thorak : Bentuk dada simetris, ada nyeri pada dada, terdapat retraksi otot
dada, suara jantung S1 dan S2 tunggal regular, tidak ada murmur, tidak
ada gallop, tidak ada edema paru, suara paru normal, ada ronchi, tidak
ada wheezing, payudara simetris, terdapat nyeri, tidak ada bengkak dan
pus.
h. Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada distensi, ada asites, tidak ada hepatomegali,
tidak ada luka, bising usus 6 x permenit, .
i. Genitalia : Tidak diobservasi
j. Anus : Tidak diobservasi
k. Ektremitas:
- atas : Ada edema, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada luka,
terpasang IVFD NaCL 15 tetes / menit
- bawah : Ada edema, tidak ada sianosis pada ujung kuku, tidak ada clubbing finger, tidak
ada luka, tidak terpasang infuse.
- kekuatan otot :
3 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4

28
E. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan laboratorium

Parameter Hasil Nilai Normal


WBC 17,2 [K/uL] 4,60-10,2
RBC 4,72[M/uL] 3,80-6,50
HGB 12,8[g/dL] 11,5-18,0
HCT 40,8 % 37,0-54,0
MCV 86,4 fL 80,0-100
MCH 29,2 pg 27,0-32,0
MCHC 33,8gr/dL 31,0-36,0
PLT 239[K/uL] 150-400
LDH 378 U/L 207-414
GDS 100 mg/dL 80-140
SGOT/AST 11,7 U/L < 37
SGPT/ALT 10,9 U/L <42
Albumin 3,5 g/dL 3,8-5,1
Ureum 30,7 mg/dL 10-50
Kreatinin 1,1 mg/dL 0,3-4,5

2.Foto rontgen : tidak tampak kardiomegali


3.Elektrokardiogram : Hipertropy Ventrikel Kanan

29
2. Analisa Data

ANALISA DATA PADA PASIEN E.D


DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG ANGGREK RSU TABANAN
TANGGAL 27 APRIL SAMPAI 29 APRIL 2012

No Data Subjektif Data Obyektif Kesimpulan


1 -Pasien mengatakan sesak -Terdapat batuk dengan Ketidakefektif
saat sputum an bersihan
menarik dan -Terdapat ronchi jalan nafas
mengeluarkan
nafas.
-Pasien mengatakan lebih
sesak saat beraktivitas.
-Pasien mengatakan sering
nyeri saat bernafas.
-Pasien mwngatakan sering
sesak saat malam hari dan
terdapat batuk dengan
dahak,dan tidak mampu
mengeluarkan secret.
2 -Pasien mengatakan sering -Dispneu Kerusakan
sesak saat malam hari -Pasien tampak bingung pertukaran gas.
dan gelisah
-R =28 X/mnt
3 -Pasien mengatakan makan -Pasien tampak lemah Perubahan
3x -Penurunan berat badab nutrisi dari
sehari dengan posisi sering dari 67 kg menjadi 52 kebutuhan
3 kg.
sendok makan tiap kali
makan.
-Pasien mengatakan nafsu
makan menurun dan sering
mual.
4 -Pasien mengatakan tidak -Pasien tampak lemah Intoleransi
dapat melakukan aktivita -Semua kebutuhan aktivitas
seperti biasanya karena pasien
sesak dibantu oleh keluarga.
yang timbul saat -N = 88x / menit.
beraktivitas. R = 28 x/ menit.

30
3. Analisa Masalah

1). P : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


E : Peningkatan produksi secret.
S : Pasien mengatakan sesak saat menarik dan mengeluarkan nafas, pasien
mengatakan lebih sesak saat beraktivitas, pasien mengatakan sering nyeri saat bernafas,
pasien mengatakan sering sesak saat malam hari,
terdapat ronchi, terdapat batuk dengan sputum dan pasien mengatakan tidak mampu
mengeluarkannya.
Proses terjadinya :
Peningkatan produksi secret yang terus menerus tetapi pasien
tidak mampu mengeluarkan sekretnya menyebabkan terjadinya penumpukan secret
disaluran nafas, sehingga terjadi obstruksi saluran
nafas oleh karena itu pasien menjadi sesak, batuk dan respirasi
meningkat.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Hipoksia
2). P : Kerusakan pertukaran gas
E : Obstruksi jalan nafas oleh secret
S : Pasien mengatakan sering sesak saat malam hari, dispnea, pasien tampak
bingung dan gelisah,respirasai 28 x/menit.
Proses terjadinya :
Karena secret yang terus menumpuk sehingga terjadi obstruksi jalan
nafas oleh secret menyebabkan terjadiny kerusakan pertukaran gas.
Akibat bila tidakditanggulangi : Insfiensi pulmonal.
3). P : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
E : Anoreksia
S : Pasien mengatakan 3x1 sehari dengan porsi 3 sendok makan tiap 1 kali makan,
pasien mengatakan nafsu makan menurun dan sering mual, terjadi penurunan berat
badan dari 67 kg menjadi 52 kg, pasien tampak lemah.
Proses terjadinya:
Mual yang terus menerus menyebabkan pasien tidak nafsu makan
sehingga pemenuhan nutrisi terganggu.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Malnutrisi

31
4). P : Intoleransi Aktivitas
E : Kelemahan
S : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa arena
sesaknya, pasien tampak lemah, semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga, N= 88
x/menit, R= 28 x/menit.
Proses terjadinya :
Kelemahan yang terjadi menyebabkan pasien tidak dapat melakukan
apapun, hanya terbaring di tempat tidur sehingga pasien cenderung
mengalami intoleransi aktivitas.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Kontraktur (kekakuan otot)

II. Diagnosa Keperawatan

A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


produksi secret ditandai dengan pasien mengatakan sesak saat menarik dan
mengeluarkan nafas,pasien mengatakan lebih sesak saat beraktivitas,pasien
mengatakan sering nyeri saat bernafas,pasien mengatakan sering sesak saat
malam hari,terdapat ronchi,terdapat batuk dengan sputum dan pasien
mengatakan tidak mampu mengeluarkannya.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh secret
yang ditandai dendan pasien mengatakan sering sesak saat malam hari, dispnea,
pasien tampak bingung dan gelisah,respirasai 28 x/menit.
C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dberhubungan dengan Anoreksia yang
ditandai dengan pasien mengatakan 3x1 sehari dengan porsi 3 sendok makan, tiap 1
kali makan, pasien mengatakan nafsu makan menurun dan sering mual, terjadi
penurunan berat badan dari 67 kg menjadi 52 kg, pasien tampak lemah.
D. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan pasien
mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa karena sesaknya, pasien
tampak lemah, semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga, N= 88 x/menit, R=
28 x/menit

32
III. Perencanaan

1.Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang digunakan berdasarkan Hierarki kebutuhan dasar A. Maslow dan
keluhan pasien yaitu:
1.Ketidakefektifan jalan nafas
2.Kerusakan pertukaran gas
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
4.Intoleransi aktifitas

33
Rencana Keperawatan

RENCANA KERERAWATAN PADA PASIEN E.D


DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG ANGGREK RSU TABANAN
TANGGAL 27 APRIL SAMPAI 29 APRIL 2012

Hari/tgl/
Dx. Rencana Tindakan Rencana Tujuan Rasional
Jam
1 2 3 4 5
Kamis, I Setelah diberikan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui penurunan sesak
26 April askep 3×24 jam 2. Beri posisi semi fowler 2. Meningkatkan ekspirasi paru dan
2012 diharapkan bersihan memudahkan bernafas
Pkl. jalan nafas efektif 3. Auskultasi bunyi nafas 3. Untuk mengatahui suara nafas (ronchi)
10.00 dengan criteria : 4. Lanjutkan minum air hangat 4. Untuk mengencerkan dahak
WITA 1. Respirasi : 16- 5. Ajarkan batuk efektf 5. Batuk efektif untuk mengeluakan dahak
20×/mnt 6. Berikan humidifikasi tambahan, mis: 6. Kelembaban menurunkan kekentalan sekret
2. Sesak nebuliser mempermudah pengeluaran dan dapat
berkurang membantu menurunkan/mencegah
3. Ps. Mampu pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
mengeluarkan
dahak
4. Ronchi
berkurang

34
1 2 3 4 5
II Setelah diberikan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui penurunan sesak
askep 3×24 jam 2. Beri posisi semi fowler 2. Meningkatkan ekspirasi paru dan memudahkan
diharapkan bernafas.
menunjukkan 3. Berikan pasien lingkungan yang 3. Meningkatkan kenyamanan pasien dan
perubahan ventilasi teang tenang dan nyanang dan meningkatkan oksigen ruangan.
dengan kriteria : nyaman.
1. Sesak berkurang 4. Auskultasi bunyi nafas 4. Untuk mengetahui suara nafas (ronchi)
2. Ps. tidak gelisah 5. Ajarkan batuk efektif 5. Batuk efektif untuk mengeluakan dahak
3. Respirasi dalam 6. Berikan HE kepada pasien 6. Agar pasien tidak mengalamai gelisah
batas normal (16- mengenai penyakitnya berlebihan mengenai penyakitnya
20X/mnt) 7. Kolaborasi pemberian Epinefrin 7. Merilekskan otot halus dan menurunkan
0.3-0.5mg secara IM Setiap 4 spasme jalan napas.
jam
III Setelah diberikan 1. Lakukan oral hygiene 1. Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu
askep selama 3×24 jam makan
diharapkan kebutuhan 2. Timbang berat badan setiap pada 2. Mengetahui perubahan berat badan
nutrisi terpenuhi jam yang sama
dengan kriteria : 3. Bantu pasien makan 3. Mengetahui peningkatan porsi makan
1. Mual berkurang 4. Beri makan posi kecil tapi sering 4. Untuk mengurangi mual dan meningakatkan
2. Nafsu makan nafsu makan
meningkat 5. Beri makanan yang bervariasi 5. Untuk meningkatkan nafsu makan dan agar
3. Ps. makan 5 pasien tidak bosan dengan satu jenis makanan
sendok makan tiap 6. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung 6. Untuk memberikan nutrisi yang maksimal
kali makan tim untuk memberikan makanan kepada pasien
4. Bera badan yang mudah cerna secara nutrisi
bertambah (54 kg) seimbang (mis: tambahan nutrisi
tambahan oral/selang).

35
1 2 3 4 5
IV Setelah diberikan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui penurunan sesak
askep selama 3×24 jam 2. Beri lingkungan yang tenag dan 2. Menurunkan sters, rangsangan berlebihan dan
diharapkan mampu batasi pengujung meningkatkan istarahat
melaksanakan aktifitas 3. Bantu Pasien memilih posisi nyaman 3. Posisi yang nyaman dapat meningkatka istirahat
dengan kriteria hasil : untuk istirahat
1. Respirasi 16-20X/ 4. Ajarkan pasien untuk melakukan 4. Pasien dapat melakukan sebagian aktifitasnya
menit aktivitas dalam rentang gerak
2. Ps. tidak lemah fungsional
lagi 5. Kolaborasi medik dalam pemberian 5. membantu keseimbangan suplai O2
3. Ps. tampak O2
melakukan
sebagian
aktifitasnya

36
IV. IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI KERERAWATAN PADA PASIEN E.D
DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG ANGGREK RSU TABANAN
TANGGAL 27 APRIL SAMPAI 29 APRIL 2012

No Hari/Tgl/Jam Dx Implementasi Evaluasi Respon Paraf

1 Jumat, 27
April 2012
Pukul 08.00 I, Mengobservasi tanda-tanda vital. TD:
WITA II, N : 101 x/menit
IV S : 390 C
RR : 25 x/menit
Pukul 08.20 I,II Memberikan posisi semi powler pada pasien
WITA Pasien tampak lebih nyaman
dengan posisi semi powler
Pukul 08.25 I,II Mengauskultasi bunti nafas Terdengar suara nafas ronki
WITA

Pukul 08.30 I Memberikan minum air hangat. Pasien mengatakan


WITA tenggorokannya terasa lebih
nyaman
Pukul 08.35 Mengajarkan batuk efektif.
WITA I,II S : Pasien mengatakan dirinya
bisa mengeluarkan dahak
O: pasien tampak lebih mudah
Pukul 08.45 I Memberikan homidifikasi tambahan. Misal : nebuliser mengeluarkan dahak
WITA O: Pasien tampak lebuh mudah
bernafas.

Pukul 09.05 II Berikan HE kepada pasien dan keluarganya mengenai S: pasien dan keluarga

37
WITA penyakitnya mengatakan sudah mengerti
tentang penyakitnya.
O: pasien dapat menjelaskan
kembali tentang HE yang telah
diberikan
Kolaborasi pemberian Epinefrin 0.3-0.5mg secara IM Setiap 4
Pukul 09.20 II, O : obat telah dimasukkan
jam
WITA tanpa adanya reaksi alergi
Melakukan oral hygiene
Pukul 09.25 III S; paasien mengatakan dirinya
WITA lebih nyaman dan percaya diri

O: pasien tampak kooperatif


Meniimbang berat badan setiap pada jam yang sama
Pukul 09.40 III
WITA

O: pasien tampak
Memberi makan posisi kecil tapi sering
Pukul 10.00 III menghabiskan makanannya
WITA
P: pasien mengatakan suka
Memberi makanan yang bervariasi
Pukul 10.30 III dengan makanannya
WITA
Memberi lingkungan yang tenang dan batasi pengujung S : Pasien mengatakan merasa
Pukul 11.00 II nyaman
WITA

13.30 WITA I,II TD: 110/80mmHg


IV Mengobservasi Tanda-Tanda Vital N : 101 x/menit
S : 390 C
RR : 25 x/menit

38
V. Evaluasi

EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN W.J DENGAN PPOK DI RUANG


DAHLIA GARING BRSU TABANAN TANGGAL
7 JULI SAMPAI 10 JULI 2007

Hari/tgl/jam
Dx. Evaluasi
I S : - Ps. mengatakan sesak berkurang
Minggu, 29
- Ps. mengatakan dahak encer
April 2012
O : - Respirasi 20X/ menit
Pkl. 10.00
- Ps. mampu mengeluakan dahak sendiri
WITA
- Ronchi berkurang
A: - Tujuan tercapai , masalah teratasi
P : - Pertahankan kondisi
II S : - Ps. mengatakan sesak berkurang
O : - Respirasi 20X/menit
A : - Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : - Pertahankan kondisi
III S: - Ps. mengatakan nafsu makan bertambah
O: - Ps.mampu menghabiskan makanannya setiap kali
makan
A: - masalah kekurangan nutrisi pasien telah teratasi
P : - Hentikan tindakan keperawatan
IV S : - Ps. mengatakan bisa melakukan aktifitas ringan
O : - Ps. dapat makan dan minum secara mandiri
A : -Masalah intoleransi aktivitas pasien telah teratasi
P : - Hentikan tindakan keperawatan.

39
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi perawatan
yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan menunjukan
pentingnya peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien.
Intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Bronkitis yang telah dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan
asuhan keperawatan yang benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung
kepada pasien. Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga
pasien dan pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan.
Pemahaman yang benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan Askep
dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri. Askep yang
akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan
keperawatan.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses keperawatan/asuhan
keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan pada pasien bronkitis, dapat
menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Anak
serta menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita
sebagai perawat nantinya. Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini
diharapakan kita sebagai mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit
bronkitis, etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis,
manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari
penyakit bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses
keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat
mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita turun ke
lapangan/masyarakat.

40
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC : Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan. EGC:
Jakarta.
Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.
Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.
http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 25 April 2012
Kurniawan. 2010. Makalah Kesehatan.
http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/. Diakses tanggal
25 April 2012

41

Anda mungkin juga menyukai