Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk laim dari penularan HIV adalah melalui drah. Hal ini
terjadi bila darah tercemar HIV masuk ke dalam organ tubuh
seseorang,baik secara langsung yaitu melalui transfuse darah dan
transplantasi organ maupun melalui alat – alat yang mengandung darah
dan mudah tercemar HIV seperti jarum suntik yang telah digunakan oleh
sesorang yang btelah terinfeksi HIV tanpa disterilkan terlebih dahulu.
Sebaiknya jika menggunakan jarum sekali pakai baik untuk
suntikan,tattoo,dan lain-lain.Hubungan sosial dengan penderita HIV atau
sesorang yang memiliki factor terkena AIDS tidak beresiko terkena AIDS.
Belum pernah di jumpai ada kasus dimana AIDS ditularkan melalui
kontak sosial seperti biasa berupa berpelukan,bersalaman bahkan
berciuman. Begitu juga menggunakan pakaian berganti,HIV juga tidak
menular. Walaupun Masa remaja usia 10-24 tahun merupakan masa
transisi yang unik dan khusus yang ditandai dengan berbagai perubahan
fisik,emosi,dan psikis. Dan masa remaja ini disebut pubertas atau
peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa dengan pematangan
organ-organ sex atau reproduksi.Perubahan fisik yang terjadi pada masa
remaja begitu cepatnya dibandingkan dengan perubahan emosi dan psikis.
Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang
mengalaminya untuk itu mereka memerlukan pengertian,bimbingan,dan
dukungan lingkungan sekitarnya agar dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat baik fisik,mental,social budaya,dan
ekonomi. Dalam lingkungan sosial tertentu,masa remaja bagi pria
merupakan saat diperolehnya kebebasan,sementara bagi remaja wanita
saatnya dimulainya segala pembentukan pembatasan. Seiring dengan

1
berbagai perubahan yang dialami remaja,remaja cenderung ingin mencari
jati diri lewat mencoba segala sesuatu yang belum pernah dilakukannya
atau lebih dikatakan tidak mau ketinggalan jaman. Dalam arti jika tidak
mau ketinggalan jaman.Dari pergaulan antara sesamanya,remaja kadang
terjerumus pada pergaulan bebas hingga mulai mencoba-coba narkoba dan
melakukan hubungan seksual di luar nikah,sehingga menjadi resiko
tertular penyakit menular seksual HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit


HIV / AIDS?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum
1. untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit HIV / AIDS.

Tujuan khusus

1. untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan


penyakit HIV / AIDS.
2. untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit HIV / AIDS.
3. untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit HIV / AIDS.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan bahan referensi


2. Bagi institusi dapat dijadikan sebagai bukti fisik
3. Meningkatkan kualitas pemberian askep pada pasien

2
4. Bagi masyarakat umum dapat menambah pengetahuan baru

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan studi kasus ini terdiri dari empat bab
yaitu Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan
penulisan yang mencangkup tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah
konsep teoritis penyakit HIV, yang menguraikan tentang konsep dasar
penyakit HIV yang meliputi definisi penyakit HIV, fatofisiologi HIV, fac,
gangguan suhu tubuh, pemeriksaan suhu tubuh, penatalaksanaan gangguan
pemenuhan suhu tubuh, serta asuhan keperawatan teoritis gangguan
pemenuhan suhu tubuh. Bab III adalah tinjauan kasus yang memuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan suhu tubuh
yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Bab IV merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan
saran.

3
BAB II

KONSEP TEORITIS Penyakit HIV

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi penyakit HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
selCD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-
gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi
oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)
yangdisebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV
tersebut.Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang
biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat
melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada
sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. (Depkes RI (2003))
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV).Virus
dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan
sperma, cairan Air Susu Ibu.Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh
manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi.
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi.Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel
T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.

2.1.2 Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut humanimmunodeficiency


virus (HIV).HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-

4
2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu :

A. Periode jendela.Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.Tidak ada gejala.

B. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

C. Infeksi asimtomatik.Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

D. Supresi imun simtomatik.Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam


hari,diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

E. AIDS.Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan.Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh,dan manifestasi neurologist.AIDS dapat menyerang semua golongan umur,
termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

- Lelaki homoseksual atau biseks. 5 Bayi dari ibu/bapak


- terinfeksi.
- Orang yang ketagian obat intravena
- Partner seks dari penderita AIDS
- Penerima darah atau produk darah (transfusi).
2.1.3 Fatofisiologi
1. Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu membasmi suatu
infeksi dari benda asing,misalnya:virus,bakteri,bahan kimia,dan jaringan asing dari
binatang maupun manusia lain.
2. Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS(HIV) mempunyai
cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh.”ber-aksi”
bahkan kemudian dilumpuhkan.
3 Virus AIDS(HIV) masuk kedalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau
berada didalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel
4 yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif(CD4+) mencakup
monosit,makrofag dan limfositT4 helper. Saat virus memasuki tubuh,benda asing ini
segera dikenal oleh sel T helper (T4),tetapi begitu sel Thelper menempel pada benda
asing tersebut,reseptorsel T helper. sel T helper menempel pada benda asing
tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk

5
ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda
asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi
reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan
melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat
dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA
yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reserve transcriptase,HIV akan
melakukan pemrogaman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk
membuat double – stranded DNA(DNA utas-ganda).DNA ini akan disatukan ke
dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan,genom dari
HIV- proviral DNA-dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga
menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T
helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus
lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA,ke luar dari T helper dan menyerang
sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh
maka tidak ada mekanisme pembentuk sel T killer.Sel B dan sel fagosit
lainnya.Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired
Immunodeficiciency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

2.1.4 Manifestasi Klinis

1) Gejala mayor
- Penurunan BB ≥ 10%
- Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
- Diare kronis
- Tuberkulosis

2) Gejala minor

- Koordinasi orofaris
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Kelemahan tubuh
- Berkeringat malam
- Hilang nafsu makann menurun

6
- Infeksi kulit generalisata
- Limfodenopati
- Herpes zoster
- Infeksi herpes simplek kronis
- Pneumonia
- Sarkoma Kaposi

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun:

- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

2.1.6 Komplikasi

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,


peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik

- Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency


Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

7
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.

- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik


endokarditis.

- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci


Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,


alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.

d. resInfeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,


pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

- Pendengaran : otitis eksternal akut

8
2.1.7 Penatalaksanaan

· Respon biologis / aspek fisik

a. Universal precaution

1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien

4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran
yang dipakai

5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan

6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

b. Peran perawat dalam pemberian ARV

Tujuan terapi ARV:

1) Menghentikan replikasi HIV

2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik

3) Memperbaiki kualitas hidup

4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

c. Pemberian nutrisi

Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan
bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan
mineral

d. Aktivitas dan istirahat

· Respon adaptif psikologis

1) Pikiran positif tentang dirinya

9
2) Mengontrol diri sendiri

3) Rasionalisasi

4) Teknik perilaku

· Respon sosial

1) Dukungan emosional

2) Dukungan penghargaan

3) Dukungan instrumental

4) Dukungan informatif

· Respon spiritual

1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan

2) Padai mengambil hikmah

3) Kestabilan hati

10
WOC AIDS

11
BAB II
Asuhan keperawatan teoritis penyakit HIV / AIDS

2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses


keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi
tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan data yang dapat diperoleh data primer
melalui (wawancara dan observasi) atau data sekunder melalui (rekam
medis), dalam pengkajian ada beberapa tahap yaitu:
1. Identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Keluhan utama
- Saat masuk rumah sakit : Kaji keluhan utama pasien masuk rumah
sakit
- Saat pengkajian ; kaji keluhan pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
3. Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan apakah sebenarnya pasien pernah mengalami
penyakit seperti sekarang ini, apakah pasien pernah dirawat di RS,
atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek dan batuk, dan sembuh
setelah minum obat biasa yang dijual dipasaran.
 Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan bagaimana riwayat penyakit saat ini
 Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada dalam keluarga pasien yang pernah sakit
dengan diagnosa medisnya.

4. Pola kebiasaan
 Pola persepsi kesehatan-menejemen kesehatan

12
Kaji adanya riwayat penyakit pada pasien, penggunaan obat-
obatan tertentu.
 Pola nutrisi metabolic
Kaji adanya kehilangan nafsu makan, kesulitan mencerna,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk atau kering, bersisik,
kehilangan otot atau lemak subkutan, demam.
 Pola eliminasi cairan
Kaji adanya muntah berisi cairan, atau defekasi
 Pola aktivitas latihan
Kaji adanya kelelahan umum dan kelemahan, dispnea saat bekerja,
kelemahan otot, sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan.
 Pola istirahat tidur
Kaji adanya kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam
hari, menggigil, berkeringat, sesak nafas.
 Persepsi kognitif
Kaji adanya faktor (stress) lama, perasaan tidak berdaya,
ketakutan, ansietas.
 Pola persepsi konsep diri
Kaji penyangkalan terhadap penyakitnya, pandangan terhadap
tubuhnya, harapan akan kesembuhan, perubahan pola kebiasaan
dan tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan peran.
 Pola hubungan sosial
Kaji bagaimana interaksi dengan masyarakat sekitar, penolakan
terhadap masyarakat sekitar, hubungan dengan keluarga dan
teman sebaya.
 Pola hubungan seksual
Kaji bagaimana perasaan pasien terhadap pasangan.

 Pola koping toleransi stress

13
Bercerita tentang penyakitnya, memerlukan bantuan dalam
perawatan.
 Pola spiritual
Kepercayaan terhadap penyakit adalah suatu cobaan dari Tuhan,
kepercayaan yang dianut oleh pasien, pengobatan dan perawatan
yang berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh pasien.

5. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
 Tingkat kesadaran
 Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem respirasi
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem intergument
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem musculoskeletal
6) Sistem abdomen
6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang


dilakukan atas indikasi medis tertentu guna mendapat keterangan
yang lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini bertujuan untuk
terapiutik yaitu untuk pengobatan tertentu atau diagnostik yaitu
untuk membantuk menegakkan diagnosa tertentu. Contoh dari
pemeriksaan penunjang adalah hasil uji Lab, CT Scan, USG, X-Ray
Scan.

7. Data fokus
Data fokus adalah data tentang perubahan – perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan maslah kesehatannya serta hal hal
yang mencangkup tindakan yang dilaksanakan pada klien. Data

14
fokus mencangkup data subjektif dan data objektif yang didapat
saat melakukan wawancara dan observasi .
8. Analisa data
Proses mencari secara sistematis dan mengatur catatan
wawancara, catatan lapangan, rider lain yang dihimpun untuk
mengiring pengertian. Analisa data dilakukan agar data yang telah
diperoleh akan lebih bermakna.(bagdan dan biklen 1992:145)

9. Rumusan masalah keperawatan


Rumusan masalah keperawatan merupakan masalah yang muncul
dari hubungan antara DS dan DO yang diperoleh.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah Penilain klinis tentang respon
individu, keluarga, ataupun komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan potensial atau aktual. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat bertanggung gugat
Hal yang pertama dilakukan untuk menentukan diagnosa
keperawatan adalah:
1. Analisa masalah keperawatan

Analisa masalah keperawatan adalah kemampuan kognitif dalam


pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dilatarbelakangi ilmu
pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien dalam analisa masalah kesehatan yang terlibat.

Dalam analisa masalah keperawatan terdiri dari tiga unsur yaitu


P(Problem), E(etiologi), S(Sympthom), proses terjadi dan akibat bila tidak

15
ditanggulangi. Proses terjadi merupakan proses bagaimana E bisa
menyebabkan P yang ditandai dengan S.

2. Rumusan Diagnosa keperawatan

2.3 Perencanaan
1. Tahap pertama adalah memprioritaskan diagnosa keperawatan
berdasarkan actual (yang sudah terjadi), risiko, urgen, keinginan pasien
dan kebutuhan maslow.
2. Tahap kedua adalah rencana keperawatan
Dalam rencana keperawatan kegiatan pertama yang dilakukan dalam
pembuatan rencana keperawatan adalah menentukan tanggal/ hari/jam
rencana yang akan dilakukan. Kedua adalah membuat diagnosa yang
telah diprioritaskan sebelumnya dan yang ketiga menentukan rencana
tujuan dan kriteria hasil (S.M.A.R.T), yang keempat menentukan
rencana tindakan atau intervensi (ONEC), dan yang terakhir membuat
rasional dimana didalamnya terdapat argumentasi dari hasil intervensi.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur (sering ditemukan pada perempuan berumur 30 tahun ke atas ). jenis
kelamin, alamat, pendidikan, suku atau bangsa, agama.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pada pasien Aids dengan keluhan infeksi pada kulit

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengatakan nyeri pada sendi , malaise, mual, muntah, anoreksia.
3 Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini

d. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan ada keluarganya yang pernah mengalami penyakit seperti yang
diderita pasien.

e. Riwayat psikososial dan spiritual

1. Biasanya klien cemas

2. Bagaimana mekanisme koping yang digunakan

3. Gangguan dalam beribadah karena klien tirah baring total.

3. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Keadaan umum : baik, kesadaran (composmetris), suhu badan normal

ͦ , TD ; 117/72 mmHg, Nadi ; 76x/menit, RR ; 24 x/menit .


36 C

17
b. Wajah : Didapatkan klien tampak meringis (nyeri)

c. Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar

d. Kepala : Hematom ( - ), tidak ada tanda-tanda trauma atau luka, rambut kusam

e. Kulit : Anemia (-), sianosis (-), ikterik (-)

f. Pergerakan tangan dan kaki : Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya
kelainan hanya pada bagian sendi terasa nyeri.

g. Dada : Nafas cepat dan dalam.

h. Toraks :

Inspeksi ; simetris, tidak retraksi, tidak ketinggalan gerak, iktus cordis tidak tampak

Palpasi ; tidak ada benjolan, vokal fremitus sama kiri-kanan

Perkusi ; sonor seluruh lapang paru

Auskultasi ; suara dasar paru vesikuler, tidak ada ronkhi basah, denyut jantung
teratur.

i. Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-)

j. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), tidak ada tanda trauma

Auskultasi : bising usus normal

Perkusi : timpani

18
Palpasi : defans muskular (-), nyeri tekan (+) < regio epigastrium, massa pada
abdomen (-)

4.Pemeriksaan penunjang

3.2 Analisa Data

Nama pasien : Ruang/kelas :

Umur : No. Reg :

No Anlisa Data Etiologi Masalah


1 DS: Klien mengatakan kehilangan cairan yang berlebihan kekurangan
tidak nafsu makan :diare berat,mutah,hipermetabolisme volume cairan

DO:: kulit dan


membrane mukosa
kering, rambut mudah
tercabut, mengalami
dehidrasi
2 DS:klien mengatakan ketidakseimbagan muskuler pola nafas tidak
susah bernafas efektif
DO:klien tampak
sesak,nafas pendek dan
cepat
3 DS:klien mengeluh sakit infeksi / inflamasi kulit Gangguan
di kulit rasa nyaman
DO:klien tampak (nyeri)
meringis ,dan gelisah
- P : Nyeri pada saat
beraktivitas
- Q : nyeri seperti
tertusuk
- R : nyeri pada anus

19
- S : Skala nyeri 5
- T : Hilang timbul

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlebihan:diare berat,mutah,hipermetabolisme

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbagan muskuler

3. Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan infeksi / inflamasi kulit

3.4 Perencanaan

Nama pasien : Ruang/kelas :

Umur : No. Reg :

Tgl No Tujuan& Kriteria Intervensi Rasional TTD


DX Hasil
1 Tujuan :setelah di O 1. Lakukan / observasi a. 1. Upaya rehidrasi perlu
lakukan tindakan pemberian cairan dilakukan untuk
keperawatan selama perinfus / sonde / oral mengatasi masalah
1x24 jam di harapkan sesuai dengan program kekurangan volume
klien dapat rehidrasi cairan
mempertahankan E :2. Jelaskan kepada b. 2. Meningkatkan
dehidrasi keluarga tentang upaya pemahaman keluarga
KH: rehidrasi dan peran tentang upaya rehidrasi
K : klien dapat keluarga dalam dan peran keluarga
mengetahui cara pelaksanaan terapi dalam pelaksanaan
penangannan diare. rehidrasi terapi rehidrasi

20
A : klien mulai dapat O:3.observasiperkembangan c. 3. Menilai
tersenyum dan keadaan dehidrasi pasien. perkembangan masalah
berbicara banyak. N: Hitung balans cairan. pasien.
P : klien dapat meniru C: kolaborasi dengan dokter d. Penting untuk
perawat untuk dalam pemberian obat. menetapkan dehidrasi
melakukan terapi selanjutnya
rehidrasi.
P : dehidrasi klien
teratasi.

2 Tujuan :setelah di O: 1. observasi bunyi 1. 1. Memperkirakan


lakukan tindakan nafas,catat frekuensi adanya perkembangan
keperawatan selama kedalaman nafas komplikasi atau infeksi
1x24 jam di harapkanN: atur posisi semi pernafasan
klien dapat fowler,lakukan 2. Meningkatan fungsi
mempertahankan pola pembersihan secret di pernafasan yang
nafas yang efektif jalan nafas optimal
KH: E: 2. ajarkan batuk efektif 3. 2. Memudahkan dalam
K:klien dapat C:berikan tambahan O2 mengeluarkan secret
mengetahui cara sesuai indikasi ,berikan 4. Membantu
mengatasi sesak nafas obat-obatan sesuai membersihkan sekresi
A: klien sudah Tidak indikasi dan meningkatkan
mengalami sesak /mempertahankan jalan
nafas nafas
P: klien dapat meniru
perawat untuk
melakukan batuk
efektif
P: Saluran nafas bersih
tidak ada secret

21
3 Tujuan :setelah di O: 1. observasi keluhan 1. 1. Mengindikasikan
lakukan tindakan nyeri,skala waktu dan kebutuhan untuk
keperawatan selama frekuensi intervensi dan juga
1x24 jam di harapkanN: lakukan tindakan paliatif tanda-tanda
klien dapat merasakan misalnya:atur posisi, perkembangan
nyeri berkurang / masase,rentang gerak komplikasi
terkontrol sendi yang sakit 2.
KH: E: 2. ajarkan meletakkan 2. Meningkatkan
K: klien dapat katung es pada kepala relaksasi dan
mengetahui cara klien menurunkan ketegangan
menghilangkan nyeriC: otot
A: klien sudah tidak 3. Untuk meningkatkan
merasa nyeri vasokontriksi,penumpu
P: klien dapat meniru kkan resepsi sensori
perawat dalam yang selanjutnya akan
melakukan terapi menurunkan nyeri atau
menghilangkan nyeri sakit kepala
P: nyeri terkontrol 3. berikan obat 4. 3. Antibiotik untuk
sehingga dapat analgesic/antipiretik mengurangi infeksi dan
tidur/istirahat dengan sesuai dengan antipiretik untuk
tenang pengobatan mengurangi rasa panas.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Acguired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
yang timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang didapat ,
disebabkan oleh infeksi human immune deficiency virus (HIV). Virus ini
menyerang dan merusak sel-sel limposit T CD 4 sehingga kekebalan tubuh
penderita rusak dan rentan terhadap bebrbagai infeksi. AIDS ini bukan satu
penyakit saja , tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan
timbul keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.
4.1 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak
kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi
serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat
member manfaat bagi kita semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai