Anda di halaman 1dari 24

KONSEP TEORITIS STENOSIS MITRAL

A. DEFINISI

Stenosis mitralis merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan


aliran daraah dari atrium melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada
level katup mitral. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan
pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat
diastol (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi V, Hal :1671).

Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah


katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif
aliran darah (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. 152).

B. ETIOLOGI

Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang


progresif dari demam reumatik oleh infeksi streptokokus. Penyebab lain
walaupun jarang dapat juga stenosis mitral kongenital, deformitas parasut
mitral, vegetasi systemic lupus erythematosus (SLE), karsinosis sistemik,
deposit amiloid, akibat obat fenfluramin/phentermin, rhematoid arthritis
(RA), serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat
proses degeneratif.

Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ke


ventrikel kiri seperti Cortriatrium, miksoma atrium serta trombus sehingga
menyerupai stenosis mitral.

C. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2.
Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya
aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran
transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila
pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini,
dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan cardiac output yang normal.

Gradien transmitral merupakan ‘hall mark’ stenosis mitral selain


luasnya area katup mitral, walaupun Rahimtoola berpendapat bahwa gradien
dapat terjadi akibat aliran besar melalui katup normal, ataau aliran normal
melalui katup sempit. Sebagai akibatnya kenaikan tekanan atrium kiri akan
diteruskan ke v. pulmonalis dan seterusnya mengakibatkan kongesti paru
serta keluhan sesak (exertional dypnea) (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi
V, hal : 1672).

Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel


kiri selama fase diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat
dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan
yang lebih besar untuk mendorong darh melampaui katup yang menyempit.
Karena itu selisih tekanan atau gradien tekanan antara dua ruang tersebut
meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut minimal
(Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. 152 ).

D. MANIFESTASI KLINIS (IPD Jilid II, ed. IV)

Riwayat

Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan dan


biasanya keluhan utama berupa sesak napas, dapat juga fatigue. Pada stenosis
mitral yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktivitas sehari-hari,
paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau edema paru yang tegas. Hal ini
akan dicetuskan oleh berbagai keadaan meningkatnya aliran darah melalui
mitral ataupun menurunnya waktu pengisian diastol, termasuk latihan, emosi,
infeksi respirasi, demam, aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi atrium
dengan respons ventrikel cepat.
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral,
seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau simtom karena kompresi
akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara sesak.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Foto Toraks : Gambaran klasik dari foto toraks adalah


pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri pulmonalis.

Ekokardiografi Doppler : Merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif


dan spesifik untuk diagnosis strenosis mitral. Sebelum era ekokardiografi,
kateterisasi jantung merupakan suatu keharusan dalam diagnosis. Dengan
ekokardiografi dapat dilakukan evaluasi struktur dari katup, pliabilitas dari
daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri (‘mitral valve area’),
struktur dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel.
Sedangkan dengan dopler dapat ditentukan gradien dari mitral, serta ukuran
dari area mitral dengan cara mengukur ‘pressure half time’ terutama bila
struktur katup sedemikian jelek karena kalsifikasi, sehingga pengukuran
dengan planimetri tidak dimungkinkan. Selain dari pada itu dapat diketahui
juga adanya regurgitasi mitral yang sering menyertai stenosis mitral. Derajat
berat ringannya stenosis mitral berdasarkan eko doppler ditentukan antara lain
oleh gradien transmitral, area katup mitral, serta besarnya tekanan pulmonal.
Selain itu dapat juga ditentukan perubahan hemodinamik pada latihan atau
pemberian beban dengan dobutamin, sehingga dapat ditentukan derajat
stenosis pada kelompok pasien yang tidak menunjukkan beratnya stenosis
pada saat istirahat.

Ekokardiografi Transesofageal : Merupakan pemeriksaan ekokardiografi


dengan menggunakan tranduser endoskop, sehingga jendela ekokardiografi
akan lebih luas, terutama untuk struktur katup, atrium kiri atau apendiks
atrium.

Kateterisasi : Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa dulu katerisasi


merupakan standar baku untuk diagnosis dan menentukan berat ringannya
stenosis mitral. Walaupun demikian pada keadaan tertentu masih dikerjaakan
setelah suatu prosedur eko yang lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan
secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu
valvulotomi dengan balon.

F. PENATALAKSANAAN

Pendekatan Klinis Pasien dengan Stenosis Mitral

Pada setiap pasien stenosis mitral anamnesis dan pemeriksaan fisik


haarus dilakukan. Prosedur penunjang EKG, foto toraks, ekokardiografi
seperti yang telah disebutkan di atas harus dilakukan secara lengkap. Pada
kelompok pasien stenosis mitral yang asimtomatik, tindakan lanjutan sangat
tergantung dengan hasil pemeriksaan eko.

Pendekatan Medis

Prinsip umum

Stenosis mitral merupakan kelainan mekanik, oleh karena itu obat


bersifat suportif atau simtomatik terhadap gangguan fungsional jantung, atau
pencegahan terhadap infeksi.

Beberapa obat-obatan seperti seperti antibiotik golongan penisilin,


eritromisin, sulfa, sefalosporin untuk demam reumatik atau pencegahan
ekdokarditis sering dipakai. Obat-obat inotropik negatif seperti β-blocker atau
Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang
memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.
Retriksi garam atau pemberian diuretik secara intermiten bermanfaat jika
terdapat bukti adanya kongesti vaskuler paru.

Pada stenosis mitral dengan irama sinus, digitalis tidak bermanfaat,


kecuali terdapat disfungsi ventrikel baik kiri atau kanan. Latihan fisik tidak
dianjurkan, kecuali ringan hanya untuk menjaga kebugaran, karena latihan
akan meningkatkan frekuensi jantung dan memperpendek fase diastole dan
seterusnya akan meningkatkan gradiens transmitral.
Fibrilasi atrium. Pravelensi 30-40%, akan muncul akibat hemodinamik yang
bermakna karena hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel
serta frekuensi ventrikel yang cepat. Pada keadaan ini pemakaiaan digitalis
merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau
antagonis kalsium. Penyekat beta atau anti aritmia juga dapat dipakai untuk
mengontrol frekuensi jantung, atau pada keadaan tertentu untuk mencegah
terjadinya fibrilasi atrial paroksismal.
ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS

A. Pengkajian Fokus

Auskultasi memperdengarkan bising diastolik dan bunyi jantung


pertama (sewaktu katup AV menutup) mengeras dan opening snap akibat
hilangnya kelenturan daun katup.

Elektrokardiogram menggambarkan pembesaran atrium kiri


(gelombang P melebar dan bertakik, dikenal sebagai Pmitrale) bila iramanya
sinus normal; hipertrofi ventrikel kanan; dan fibrilasi atrium.

Radiogram toraks; pembesaran atrium kiri dan ventrikel kanan;


kongesti vena pulmonalis; edema paru-paru intertestial; redistribusi vaskular
paru-paru ke lobus atas; kalsifikasi katup mitral.

Temuan hemodinamika peningkatan selisih tekanan pada kedua sisi


katup mitral; peningkatan tekanan atrium kiri dan tekanan baji kapiler
pulmonalis dengan gelombang a yang prominent peningkatan tekanan arteria
paru-paru; curah jantung, rendah; peningkatan tekanan jantung sebelah kanan
dan tekanan vena jugulari, dengan gelombang v yang bermakna di bagian
atrium kanan atau vena jugularis jika ada insufisiensi trikuspidalis.

Pemeriksaan Fisis

Temuan klasik pada stenosis mitral adalah ‘opening snap’ dan bising
diastol kasar (diastolic rumble) pada daerah mitral. Tetapi sering pemeriksaan
rutin sulit bahkan tidak ditemukan rumble diastol dengan nada rendah,
apalagi bila tidak dilakukan dengan hati-hati.

Derajat dari bising dastol tidak menggambarkan beratnya stenosis


tetapi waktu atau lamanya bising dapat menggambarkan derajat stenosis.
Pada stenosis ringan bising halus dan pendek, sedangkan pada yang berat
holodiastol dan aksentuasi presistolik.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan perembesan cairan,
kongesti paru akibat sekunder dari membran kapiler alveoli dan retensi
cairan intertestial.
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung
ke jaringan, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
C. Intervensi Keperawatan

Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, hal.153 )

NB : Lingkari nomor data yang dikeluhkan dan ditemukan pada pasien atau centang data yang dikeluhkan dan ditemukan pada pasien.

Dx 1 : Pola napas tidak efektif

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Pola napas tidak efektif Tujuan : Mandiri :
1. Kaji adanya edema 1. Waspadai adanya gagal
berhubungan dengan : Setelah diberikan asuhan
 Perembesan cairan kongesti/kelebihan
keperawatan selama 3 x 24
 Kongesti paru akibat 2. Auskultasi bunyi napas volume cairan.
jam diharapkan pola napas
sekunder dari 2. Indikasi edema paru
(krakles)
kembali efektif.
perubahan membran akibat sekunder
Kriteria hasil : 3. Ukur intake dan output
kapiler alveoli dan dekompensasi jantung.
 Pasien tidak sesak cairan 3. Penurunan curah jantung,
retensi cairan
napas mengakibatkan gangguan
intertestial.
 Frekuensi pernapasan perfusi ginjal, retensi
ditandai dengan :
dalam batas normal 16- 4. Timbang berat badan
DS : natrium/air, dan
20 x/menit pasien
 Pasien mengeluh penurunan output urine.
 output urine 30 ml/jam 4. Perubahan berat badan
sesak
tiba-tiba menunjukkan
DO : 5. Pertahankan pemasukan
gangguan keseimbangan
 Pasien terlihat sulit total cairan 2000ml/24 jam
cairan.
bernapas dalam toleransi aktivitas.
 Perubahan Frekuensi 5. Memenuhi kebutuhan
Pernapasan cairan tubuh orang
RR : ....... x/menit dewasa, tetapi
memerlukan pembatasan
Kolaborasi :
6. Berikan diet tanpa garam dengan adanya
dekompensasi jantung.

6. Natrium meningkatkan
retensi cairan dan
7. Kolaborasi dalam
meningkatkan volume
pemberian diuretik, seperti:
plasma yang berdampak
furosemide, spinolakton,
terhadap peningkatan
hidronolakton
beban kerja jantung dan
akan meningkatkan
kebutuhan miokardium.

7. Diuretik bertujuan untuk


menurunkan volume
plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan
sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema
paru.

Dx 2 : Intoleransi aktivitas

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan Mandiri
1. Catat dan kaji frekuensi 1. Respons pasien terhadap
2. beruhubungan dengan : keperawatan selama 3 x 24
 Penurunan curah jantung, irama dan aktivitas dapat
jam diharapkan aktivitas
jantung perubahan TD selama dan mengindikasikan
pasien dapat terpenuhi.
 Kelemahan umum sesudah aktivitas. penurunan curah oksigen
 Ketidakseimbangan Kriteria hasil :
mikardium.
antara suplai dan - Pasien tidak merasa 2. Tingkatkan istirahat, batasi
2. Menurunkan kerja
kebutuhan oksigen lemah dan lelah aktivitas dan berikan
miokardium/konsumsi
ditandai dengan : - Pasien menunjukkan aktivitas senggang yang
DS : oksigen.
 Pasien mengeluh peningkatan kemampuan tidak berat.

lemah dan sering beraktivitas/mobilisasi di


3. Jelaskan pola peningkatan 3. Aktivitas yang maju
kelelahan tempat tidur
bertahap dari tingkat memberikan kontrol
DO : - Frekuensi jantung atau
aktivitas, contoh : bangun jantung, meningkatkan
 Pasien terlihat lemah TD dalam batas normal
dari kursi, bila tak ada regangan dan mencegah
 Frekuensi Jantung
nyeri, ambulasi dan aktivitas berlebihan.
atau TD abnormal
TD : ...../......mmHg istirahat selamaa 1 jam
setelah makan.
4. Pertahankan klien tirah
4. Untuk mengurangi beban
baring sementara sakit
jantung.
akut.
5. Untuk meningkatkan
5. Tingkatkan klien duduk di
aliran balik vena.
kursi dan tinggikan kaki
klien.
6. Untuk mendapatkan
6. Berikan waktu istirahat di cukup waktu resolusi
antara waktu aktivitas. bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksa kerja
jantung.

7. Anjurkan pasien untuk 7. Mengejan mengakibatkan


menghindari peningkatan kontraksi otot dan
tekanan abdomen seperti vasokonstriksi yang dapat
mengejan saat defekasi meningkatkan preload,
tahanan vaskuler sistemis
dan beban jantung.
D. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien.
Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Page
111).

E. Evaluasi
1. Pola napas efektif
2. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa

KONSEP TEORITIS STENOSIS AORTA

A. DEFINISI

Stenosis Katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Stenosis aorta merupakan penyempitan abnormal katup aorta. Sejumlah persyaratan
menyebabkan penyakit yang mengakibatkan penyempitan katup aorta. Ketika derajat
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghambat aliran darah dari ventrikel
kiri ke arteri, masalah jantung berkembang.

Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka
beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya ventrikel kiri menjadi
hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan
perfusi perifer; timbul selisih tekanan antara ventrikel kiri dan aorta yang mencolok.
Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel dan dinding relatif menjadi
kaku. Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam
batas-batas normal, tekanan akhir diastolik ventrikel akan sedikit meningkat
(Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. 158)

B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Penyebab dari stenosis aorta adalah kalsifikasi senilis, variasi kongenital dan
penyakit jantung rematik. Di negara maju, etiologi terutama oleh kalsifikasi-
degeneratif dan seiring dengan prevalensi penyakit jantung koroner dengan faktor
risiko yang sama, sedangkan di negara kurang maju didominasi oleh penyakit jantung
rematik.

D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KOMPLIKASI
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

H. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk AS asimtomatik, tetapi begitu timbul
gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung (repair atau replace). Pasien
asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-
valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi seperti
pasien simtomatik.
Aktivitas fisik berat dihindarkan pada pasien AS (Aorta Stenosis) berat (< 0,5 cm 2
/ m2 walaupun masih asimtomatik). Nitrogliserin diberikan bila ada angina. Diuretik
dan digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung. Statin dianjurkan untuk mencegah
kalsifikasi daun katup aorta.
Operasi dianjurkan bila area katup <1 cm2 atau 0,6 cm/m2 permukaan tubuh),
disfungsi ventrikel kiri (stress test), dilatasi pasca stenostik aorta walaupun
asimtomatik. Stenosis aorta karena kalsifikasi biasanya terjadi pada orang tua yang
telah pula mengalami penurunan fungsi ginjal, hati dan paru. Evaluasi dari organ-
organ ini diperlukan sebelum operasi dilakukan.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
I. PENCEGAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian Fokus
Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. )

Tiga gejala khas yang berkaitan dengan stenosis aorta :


1. sinkop;
2. angina;
3. gagal ventrikel kiri.

Bila diabaikan maka gejala-gejala tersebut menggambarkan prognosis yang


buruk, dengan kemungkinan hidup tidak lebih dari lima tahun. Timbulnya gagal
ventrikel kiri merupakan indikasi dekompensasi jantung. Angina ditimbulkan
oleh ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen miokardium;
sedangkan suplai oksigen kemungkinan besar berkurang karena penekanan
sistolik yang kuat pada arteria koronaria oleh otot yang hipertrofi. Selain itu, pada
hipertrofi miokardium, perbandingan kapiler terhadap serabut otot berkurang.
Maka, jarak difusi oksigen bertambah dan ini hal ini agaknya mengurangi
kebutuhan oksigen miokardium. Lapisan subendokardial ventrikel kiri adalah
yang paling rentan. Sinkop terjadi terutama pada waktu beraktivitas akibat aritmia
atau kegagagalan untuk meningkatkan curah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi otak.

Gagal ventrikel progresif mengganggu pengosongan ventrikel. Curah jantung


menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya ventrikel mengalami
dilatasi dan kadang-kadang disertai regurgitasi fungsional katup mitral. Stenosis
aorta lanjut dapat disertai kongesti paru-paru berat. Gagal ventrikel kanan dan
kongesti vena sistemis merupakan petunjuk stadium akhir penyakit. Stenosis
aorta biasanya tidak berkembang sampai stadium ini. Jarangnya terjadi kegagalan
jantung kanan pada keadaan ini kemungkinan adalah akibat tingginya angka
kematian karena gagal jantung kiri yang terjadi lebih awal dalam perjalanan
penyakit. Selain itu, insidens kematian mendadak tinggi pada klien dengan
stenosis aorta simptomatik.

Tanda –tanda yang menonjol pada stenosis aorta berat adalah sebagai
berikut :

- Auskultasi : sistolik murmur; splitting bunyi jantung kedua yang paradoksal.


- Elektrokardiogram : hipertrofi ventrikel kiri.
- Radiogram toraks: dilatasi pascastenosis pada aorta desendens (akibat trauma
lokal ejeksi darah bertekanan tinggi yang mengenai dinding aorta); kalsifikasi
katup.
- Trauma hemodinamika perbedaan tekanan aorta yang bermakna (50-100
mmHg); peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri; pengisian karotis
yang tertunda.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dengan


suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada
arteri koroner.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan kontraktilitas
ventrikel kiri untuk memompa darah, perubahan pada preload/peningkatan
LVEDP, Perubahan konduksi elektrik, frekuensi/irama, aliran keluar ventrikel
kiri terhambat.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung ke
jaringan, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
C.Intervensi Keperawatan

Dx 1: Nyeri Akut

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri Akut berhubungan Tujuan : Mandiri :
1. Observasi tanda-tanda vital,
dengan : Setelah diberikan asuhan 1. Dengan mengobservasi tanda-
khususnya perubahan nadi,
 Ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 jam tanda vital, maka akan mengetahui
respirasi, dan tekanan darah
kebutuhan oksigen diharapkan penurunan nyeri perubahan nadi, respirasi, dan
mengalami peningkatan.
dengan suplai darah ke dada tekanan darah. adanya peningkatan
miokardium akibat Kriteria hasil : denyut nadi, frekuensi pernapasan
sekunder dari aliran - Pasien mengatakan dan tekanan darah menunjukan
darah yang menurun penurunan rasa nyeri dada adanya nyeri dan peningkatan
- Tanda-tanda vital dalam
pada arteri koroner. skala nyeri.
batas normal :
TD : 90 – 120 / 60-80 2. Mengetahui skala nyeri meningkat
2. Kaji skala nyeri pasien dengan
mmHg
untuk memberikan penanganan
Suhu : 36, 8- 37,4 0C metode PQRST.
Respirasi : 16-20 x/mnt lanjutan untuk mengurangi skala
Nadi : 60-100 x/mnt
nyeri yang dirasakan pasien.
- Pasien tidak terlihat meringis
lagi 3. Posisi fisiologis akan
- Tidak terjadi penurunan
meningkatkan intake oksigen ke
perfusi perifer
3. Atur posisi fisiologis jaringan yang mengalami iskemia.
- Urine > 600 ml/hari
4. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
4. Manajemen lingkungan : meningkatkan kondisi oksigen.
5. Meningkatkan intake oksigen
lingkungan tenang dan batasi
sehingga akan menurunkan nyeri
pengunjung.
akibat sekunder dari iskemia
jaringan otak.
6. Distraksi (pengalihan perhatian)
5. Ajarkan tehnik relaksasi
dapat menurunkan stimulus
pernapasan dalam.
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
6. Ajarkan teknik distraksi pada
dikirimkan ke korteks serebri
saat nyeri.
sehingga menurunkan persepsi
nyeri.

7. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri


dengan efek vasodilatasi koroner.
8. Menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi dan
mengurangi kerja jantung.
Kolaborasi
7. Antiangina (nitrogliserin)

8. Analgesik, Morphin 2-5 mg


intravena.

Dx 2: Penurunan Curah Jantung

Referensi : Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed. 3. Jakarta : EGC.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Penurunan curah Setelah diberikan asuhan Mandiri
jantung beruhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Pantau nadi 1. Merupakan
TD, indikator
2.
apikal, nadi perifer klinis dari keadekuatan
dengan : jam diharapkan
 gangguan curah jantung.
menunjukkan penurunan 2. Pantau irama jantung
2. Disritmia umum pada
kontraktilitas dispnea, nyeri dada dan sesuai indikasi pasien dengan penyakit
ventrikel kiri untuk disritmia.
jantung.
memompa darah. Kriteria hasil :
 Perubahan pada 3. Dorong tirah baring 3. Menurunkan volume
- Pasien tidak merasa
preload/peningkatan dengan bagian darah yang kembali ke
lemah dan lelah
LVEDP kepala tempat tidur jantung, yang
 Perubahan konduksi - Pasien menunjukkan
ditinggikan 45 0
memungkinkan
elektrik, peningkatan kemampuan
frekuensi/irama beraktivitas/mobilisasi di 4. Bantu dengan oksigenasi, menurunkan
 Aliran keluar tempat tidur altivitas misalnya dispnea.
ventrikel kiri - Frekuensi jantung atau berjalan bila pasien
terhambat TD dalam batas normal mampu turun dari 4. Melakukan kembali
ditandai dengan :
DS : tempat tidur aktivitas secara bertahap
 Pasien mengeluh
mencegah pemaksaan
lemah dan sering
Kolaborasi : cadangan jantung
kelelahan 5. Berikan oksigen tambahan

sesuai dengan indikasi 5. Memberiakn oksigen
DO :
 Pasien terlihat lemah untuk miokard dalam
 Frekuensi Jantung upaya unutk
atau TD abnormal mengkompensasi
TD : ...../......mmHg 6. Berikan obat-obatan sesuai peningkatan kebutuhan
indikasi misalnya oksigen.
antidisritmia, diuretik 6. Pengobatan disritmia
dapat mrningkatkan
efisiensi curah jantung.
Diuretik menurunkan
volume dirkulasi
(preload), yang
menurunkan TD lewat
katup yang tidak
berfungsi.

Dx 3 : Intoleransi aktivitas

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan Mandiri
3. 1. Catat dan kaji frekuensi
beruhubungan dengan : keperawatan selama 3 x 24 1. Respons pasien terhadap
 Penurunan curah jantung, irama dan
jam diharapkan aktivitas aktivitas dapat
jantung perubahan TD selama dan
pasien dapat terpenuhi. mengindikasikan
 kelemahan umum sesudah aktivitas.
 ketidakseimbangan Kriteria hasil : penurunan curah oksigen
antara suplai dan - Pasien tidak merasa 2. Tingkatkan istirahat, batasi mikardium.
2. Menurunkan kerja
kebutuhan oksigen lemah dan lelah aktivitas dan berikan
ditandai dengan : miokardium/konsumsi
- Pasien menunjukkan aktivitas senggang yang
DS : oksigen.
 Pasien mengeluh peningkatan kemampuan tidak berat.

lemah dan sering beraktivitas/mobilisasi di


3. Jelaskan pola peningkatan
3. Aktivitas yang maju
kelelahan tempat tidur
bertahap dari tingkat
memberikan kontrol
DO : - Frekuensi jantung atau
aktivitas, contoh : bangun
jantung, meningkatkan
 Pasien terlihat lemah TD dalam batas normal
dari kursi, bila tak ada
 Frekuensi Jantung regangan dan mencegah
nyeri, ambulasi dan
atau TD abnormal aktivitas berlebihan.
TD : ...../......mmHg istirahat selamaa 1 jam
setelah makan.
4. Untuk mengurangi beban
4. Pertahankan klien tirah
jantung.
baring sementara sakit
akut. 5. Untuk meningkatkan
aliran balik vena.
5. Tingkatkan klien duduk di
kursi dan tinggikan kaki
6. Untuk mendapatkan
klien.
cukup waktu resolusi
6. Berikan waktu istirahat di
bagi tubuh dan tidak
antara waktu aktivitas.
terlalu memaksa kerja
jantung.

7. Mengejan mengakibatkan
7. Anjurkan pasien untuk
kontraksi otot dan
menghindari peningkatan
vasokonstriksi yang dapat
tekanan abdomen seperti
meningkatkan preload,
mengejan saat defekasi
tahanan vaskuler sistemis
dan beban jantung.
J. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien.
Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Page
111).

K. Evaluasi
1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Penurunan curah jantung
3. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed. 3.


Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan FKUI.

Anda mungkin juga menyukai