A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2.
Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya
aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran
transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila
pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini,
dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan cardiac output yang normal.
Riwayat
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
Pendekatan Medis
Prinsip umum
A. Pengkajian Fokus
Pemeriksaan Fisis
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah ‘opening snap’ dan bising
diastol kasar (diastolic rumble) pada daerah mitral. Tetapi sering pemeriksaan
rutin sulit bahkan tidak ditemukan rumble diastol dengan nada rendah,
apalagi bila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, hal.153 )
NB : Lingkari nomor data yang dikeluhkan dan ditemukan pada pasien atau centang data yang dikeluhkan dan ditemukan pada pasien.
6. Natrium meningkatkan
retensi cairan dan
7. Kolaborasi dalam
meningkatkan volume
pemberian diuretik, seperti:
plasma yang berdampak
furosemide, spinolakton,
terhadap peningkatan
hidronolakton
beban kerja jantung dan
akan meningkatkan
kebutuhan miokardium.
Dx 2 : Intoleransi aktivitas
E. Evaluasi
1. Pola napas efektif
2. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa
A. DEFINISI
Stenosis Katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Stenosis aorta merupakan penyempitan abnormal katup aorta. Sejumlah persyaratan
menyebabkan penyakit yang mengakibatkan penyempitan katup aorta. Ketika derajat
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghambat aliran darah dari ventrikel
kiri ke arteri, masalah jantung berkembang.
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka
beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya ventrikel kiri menjadi
hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan
perfusi perifer; timbul selisih tekanan antara ventrikel kiri dan aorta yang mencolok.
Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel dan dinding relatif menjadi
kaku. Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam
batas-batas normal, tekanan akhir diastolik ventrikel akan sedikit meningkat
(Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. 158)
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Penyebab dari stenosis aorta adalah kalsifikasi senilis, variasi kongenital dan
penyakit jantung rematik. Di negara maju, etiologi terutama oleh kalsifikasi-
degeneratif dan seiring dengan prevalensi penyakit jantung koroner dengan faktor
risiko yang sama, sedangkan di negara kurang maju didominasi oleh penyakit jantung
rematik.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KOMPLIKASI
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk AS asimtomatik, tetapi begitu timbul
gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung (repair atau replace). Pasien
asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-
valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi seperti
pasien simtomatik.
Aktivitas fisik berat dihindarkan pada pasien AS (Aorta Stenosis) berat (< 0,5 cm 2
/ m2 walaupun masih asimtomatik). Nitrogliserin diberikan bila ada angina. Diuretik
dan digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung. Statin dianjurkan untuk mencegah
kalsifikasi daun katup aorta.
Operasi dianjurkan bila area katup <1 cm2 atau 0,6 cm/m2 permukaan tubuh),
disfungsi ventrikel kiri (stress test), dilatasi pasca stenostik aorta walaupun
asimtomatik. Stenosis aorta karena kalsifikasi biasanya terjadi pada orang tua yang
telah pula mengalami penurunan fungsi ginjal, hati dan paru. Evaluasi dari organ-
organ ini diperlukan sebelum operasi dilakukan.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
I. PENCEGAHAN
1. Pengkajian Fokus
Referensi : (Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, hal. )
Tanda –tanda yang menonjol pada stenosis aorta berat adalah sebagai
berikut :
B. Diagnosis Keperawatan
Dx 1: Nyeri Akut
Referensi : Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed. 3. Jakarta : EGC.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas
7. Mengejan mengakibatkan
7. Anjurkan pasien untuk
kontraksi otot dan
menghindari peningkatan
vasokonstriksi yang dapat
tekanan abdomen seperti
meningkatkan preload,
mengejan saat defekasi
tahanan vaskuler sistemis
dan beban jantung.
J. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien.
Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Page
111).
K. Evaluasi
1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Penurunan curah jantung
3. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan FKUI.