Anda di halaman 1dari 25

B.

Persalinan

1. Definisi

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui

jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah

rangkaian peristiwa mulai dari kenceng – kenceng teratur sampai dikeluarkannya

produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban)dari uterus

kedunia luar melalui jalan lahir dengan bantuan atau kekuatan sendiri.

(sumarah,2008;h.1)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun

kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilancukup bulan 30-40 minggu. Lahir

spontan dengan plasenta berkembang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa konplikasi baik pada ibu maupun janin. (Prawiroharjo,2009;h.100).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil kosepsi ibu. Proses ini dimulai dengan kontaksi persalinan sejati, yang

ditandai oleh perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan pelahiran

plasenta. (Varney,2007;h.672).

2. Teori sebab- sebab terjadinya persalinan

Menurut Sumarah (2008;h.3) teori sebab – sebab terjadinya persalinan

antara lain :

a) Teori keregangan otot rahim

Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan

kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai dengan sendirinya.


b) Teori penurunan progesteron

Proses penuanan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan

buntu. Sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap progesteron.

c) Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontarksi braxton hicks.

Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin

dapat meningkatkan aktifitas,sehingga persalinan dimulai.

d) Teori prostagladin

Konsentrasi prostagladin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,yang

dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostagladin pada saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.

e) Teori hipotalamus

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

f) Teori kekurangan nutrisi

Bila nutrisi berkurang maka hasil konsepsi segera dikeluarkan.

g) Faktor lain.

3. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan

mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai

upaya yang terintregasidan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Limaaspek dasar atau disebut lima benang merah dirasa sangat penting dalam

memberikanasuhan persalinan dan kelahiran bayi yang aman dan bersih antara

lain : membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi,

pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medik), dan rujukan.

(Sumarah,2008;h.10).

4. Rencana asuhan persalinan

a. Asuhan kala I

1. Memberikan dukungan emosional, dan psikososial

2. Mengatur posisi, dengan miring kiri

3. Pemenuhan nutrisi, dan cairan sebagai tenaga

4. Mempersiapkan ruangan untuk bersalin dan kelahiran bayi

5. Mempersiapkan perlengkapan, bahan – bahan, obat – obatan bila diperlukan

6. Mempersiapkan rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

7. Melakukan pencegahan infeksi

8. Persiapan persalinan (sarwono,2010; h.N-8)

b. Asuhan kala II

1. Memantau tanda dan gejala kala II

2. Memberikan dukungan emosional dan psikososial

3. Pemenuhan nutrisi dan cairan sebagai cadangan energi

4. Melakuakan pencegahan infeksi

5. Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring, setengah duduk.

6. Menjaga kandung kemih tetap kosong (Sarwono,2010;h. N-15)

c. Asuhan sayang ibu pada pasca bersalin


1. Menganjurkan ibu berada didekat bayi, untuk meningkatkan hubungan ibu dan

bayi

2. Memotifasi ibu untuk memberikan asi eksklusif selama 6 bulan

3. Menganjurkan ibu untuk pemenuhan nutrisi, dan istirahat yang cukup

4. Memberi tahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas (Sarwono,2010;h.N-21)

5. Mekanisme dalam persalinan

Menurut varney (2008; h.754 -755) mekanisme persalinan adalah :

a. Enggagement

Terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah melalui pintu atas

panggul.

b. Penurunan

Terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil dari sejumlah

kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua, dorongan yang dilakukan

ibu disebabkan karena kontraksi otot – otot abdomennya

c. Fleksi

Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang lebih kecil

digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih besar. Fleksi terjadi ketika

kepala janin bertemu dengan tekanan, tahapan ini meningkat ketika terjadi

penurunan dan yang kali pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi – sisi

dinding pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.

d. Rotasi internal

Mekanisme ini menyebabkan diametir anteroposterior kepala janin menjadi

sejajar dengan diametir anteroposterior pelvis ibu. Oksiput berotasi kebagian

anterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis. Ketika oksiput berotasi dari posisi
LOP, ROP, LOT, atau ROT, bahu juga berotasi dengan kepala sampai mencapai

posisi LOP atau ROP. Ketika Oksiput melakukan rotasi 45 derajat akhir di dalam

posisi oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan rotasi mengikuti dengan

kepala, akan tetapi bahu bayi akan masuk kepintu atas panggul pada salah satu

diametir oblik. Oleh karena itu, mekanisme persalinanini memiliki efek memuutat

leher 45 derajat .

e. Pelahiran kepala

Berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk mengeluarkan oksiput-anterior-

ektensi harus terjadi ketika oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan

tahanan pada dasar pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan

kepala menuju pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan dengan

ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior, alis, orbit, hidung,

mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perinium.

f. Rotasi eksternal

Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat menyebabkan diameter

bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul.

Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksternal lain sebesar 45 derajat

keposisi LOT atau ROT, tergantung pada arah restitusi.

g. Pelahiran bahu

Bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina yang menyentuh dibawah

simfisis pubis,bahu posterior kemudian menggembungkan perinium dan lahir

dengan fleksi lateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti

sumbu carus dan segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah

pada lengkung pelvis.


6. Langkah – langkah persalinan normal

Menurut sarwono (2010;h.341 – 346 ) langkah –langka persalinan normal

adalah :

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.

c) Prenium menunjol

d) Vulva vagina dan sfinter anal membuka

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat – obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menepatkan tabung suntik steril sekali

pake didalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih .

4. Melepas semua perhiasan yang dipakai dibahawah siku, mencuci kedua tangan

dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan

handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung

tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali dipartus set

atau wadah disinfektan tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik)

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan perinium,menyekanya dengan hati – hati dari depan

kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfektan tingkat tinggi.

8. Dengan menggunakan tehnik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap.

9. Mendokumentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan kemudia

melepaskan dalam keaadaan terbaik serta merendamnya didalam larutan klorin

0,5 % selama 10 menit. Mencuci tangan (seperti diatas).

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontar kontraksi berakhir utuk

memastikan bahwa djj dalam batas normal (100 - 180 x/ menit.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Posisi Pimpin meneran

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu

ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya.

a. Menunggu hingga ibu memounyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan

pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman

persalinan aktif dan mendekomentasikan temuan – temuan.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung

dan memberi semangat pada ibu saat ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak

meminta ibu berbaring terlentang).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semngat pada ibu.

f. Menganjurkan supan cairan peroral

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu

120 menit (2 jam ) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman.

Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran

pada puncak kontraksi – kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60

menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, letakkan

handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

16. Membuka partus set

17. Membuka sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala

bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan – lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan – lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembutnya menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau

kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan kemundian meneruskan segara proses kelahiran bayi :

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan dengan longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya didua tempat

memotong.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahir Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing

– masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

diberikutnya dengan lembut menariknya kearah bawah dan ke arah luat hingga

bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, meneruskan tangan mulai kepala bayi yang

berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi

saat melewati perinium, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior)

dari punggung kearah kaki bayi untuk menyelenggarakan saat punggung kaki

lahir. Memegang kedua kaki bayi dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuh (bila tali pusat

terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak

kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/ IM.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang

klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).

28. Memegang tali pusaat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan

memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan

kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan

tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang

sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya

dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan palpasi abdomen untuk

menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit/

IM. Di gluteus atau ½ atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasi

terlebih dahulu.

Peregangan Tali Pusat Terkendali

34. Memindahkan klem

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang

pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontruksi dan kemudian melakukan penegangan kearah

bawah pada tali pusat dengan lemput. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan untuk kearah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati – hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,hentikan

pereganggan tali pusat dan menunggu hingga kontaksi berikut mulai.

37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat

kearah bawah kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus,

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10

cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15

menit :
a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit secara IM

b) Menilai kandung kemih dan lakukan kateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan tehnik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi peneganggan tali pusat selama 15 menit berikutnya

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir selama 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihan introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan

menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan

dengan hati – hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilih.

Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,

meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakkan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap

dan utuh. Meletakkan plasenta didalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika

uterus tidak berkontarksi setelah melakukkan massase selama 15 detik

mengambil tindakkan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perinium dan segera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukkan Prosedur Pascapersalinan.

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.


43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin

0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan

air disinfektan tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan

kering.

44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan

tali disinfektan tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm

dari tali pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul

mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam larutan klorin 0,5 % .

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk

atau kainya bersih dan kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pembeian ASI

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervagina.

a. 2- 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

c. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascarsalin.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai

untuk menatalaksanakan atonia uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan

anestesia lokal dan menggunakan tehnik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.


52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan.

Memeriksatempratur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan. Melakukan tindakkan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

Kebersiahan dan Keamanan

53. Menepatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi

(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

54. Membuang bahan – bahan yang telah terkontaminasi kedalam tempat sampah

yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfektan tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakain

yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberi ASI. Menganjurkan

keluarga untuk memeberikan ibu minuman dan makanan yang dingin.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan

klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %, mengembalikan

bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang).


7. Komplikasi dalam persalinan.

a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua dalam persalinan. Menurut varney

(2008,h; 780 -802) adalah sebagai berikut :

a) Riwayat sekso sesaria sebelumnya

b) Persalinan atau kelahiran prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai pada awal usia

kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37. Penatalaksanaan pada

persalinan prematur didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi

wanita yang beresiko mengalami ini.

c) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu (kemenkes

RI,2013;h.122)

d) Amnionitis dan karioamnionitis

Varney (2008;h.792) mengatakan amnionitis adalah inflamasi kantong dan

cairan amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain infeksi cairan

amnion dan kantong amnion.

Penatalaksanananya antara lain :

a. Fasilitas kesehatan

b. Induksi oksitosin atau augmentasi untuk memperpendek fase laten dalam

persalinan.

c. Hidrasi dengan cairan intravena

d. Pemantauan tanda – tanda vital setiap jam

e. Pelaporan kedokter pediatrik


e) Prolapstali pusat

Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali pusat menurut varney

(2008;h.795) adalah :

a. Tempatkan seluruh tangan anda kedalam vagina wanita dan pegang bagian

presentasi janin keatas sehingga tidak menyentuh tali pusat dipintu atas panggul.

b. Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada kondisi

apapun.

c. Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera rujuk ke fasilitas yang

memadai.

f) Disporposi sefalopelvik

Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yaitu ukuran pelvis

tidak cukup besar untuk mengakomondasikan keluarnya janin

(varney,2008;h.797).

Indikasi kemungkinan disporposisefalopelvik

1. Ukuran janin besar

2. Tipe dankarakteristik khususnya tubuh wanita secara umum

3. Riwayat fraktur pelvis

4. Pelvia platiperoid

5. Maltipresentasi atau malposisi (varnaey,2008;h.797).

g) Difungsi uterus

a. Disfungsi uterus hipotonik.

Tanda dan gejala difungsi uterus hipotonis menurut varney (2008;h.799)

adalah sebagai berikut:

a) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan persalinan berhenti.


b) Komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan intensitas ringan.

c) Tidak ada kemajuan dilatasi servik atau penurunan janin.

b. Disfungsi uterus hipertonik.

Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut vaney (2008;h.799)

adalah sebagai berikut :

a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama priode persalinan dan keparahan kontraksi

saat palpasi.

b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.

c) Tidak ada kemajuan pendapatan dan dilatasi servik.

b. Komplikasi pada kala tiga persalinan.

1) Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum terlepas dan

mengakibatkan perdarahan tidak terlihat. Manajemen untuk kasus ini adalah

dengan menual plasenta. (varney.2008;h.831).

2) Perdarahan kala tiga

3) Retensio plasenta

Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

Manajemen untuk kasusu ini adalah dengan manual plasenta dan segera

merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

4) Inversio uterus

Adalah keadaan uterus benar – benar membaik dari bagian dalam keluar

sehingga bagian dalam fundus menonjol keluar melalui orifisum servik, turun dan

masuk kedalam introitus vagina, dan menonjol keluar melewati vulva

(varney,2008;h.833).
c. Komplikasi pada kala empat persalinan

1) Perdarahan post partum

a) Definisi

Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal. Rata – rata

kehilangan darah selama pelahiran pervagina tanpa komplikasi adalah lebih dari

500 ml.(varney,2008;h.841).

b) Faktor predisposisi

(1). Distensi berlebihan pada uterus.

(2). Induksi oksitosin atau augmentasi.

(3). Persalinan cepat atau presipitatus.

(4). Kala satu atau kala dua yang memanjang.

(5). Grande multipara

(6). Riwayat antonia uteri.

8. Tanda – tanda persalinan

a. Ligtening dirasakan dua minggu sebelum persalinan, yaitu penurunan bagian

presentasi bayi kedalam pelvis minor. Lightening menyebabkan tinggi fundus

menurunkeposisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan

penyebabnya peningkatan intensitas kontraksi braxton hick dan tonus otot

abdomen yang baik. (Varney,2008;h.673).

b. Perubahan servik masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan

mengalami sedikit penapisan (effacement) dan kemungkinan sedikit diatasi.

(Varney,2008;h.673).

c. Persalinan palsu yaitu kontraksi yang sangat nyeri akibat kontraksi Braxton hicks.

(Varney,2008;h.673).
d. Ketuban pecah dimi yaitu normalnya ketuban pecah pada akhir kala atau

persalinan,tetapi ini sebelum awitan persalinan. (Varney,2008;h.673).

e. Bloody show adalah pengeluaran plak lender sebagai hasil proliferasi kelenjar

lendir servik pada awal kehamilan. Terlihat sebagai rabas lender bercampur

darah yang lengket dan harusdibedakan dengan perdarahan murni. (Varney

,2008;h.673).

9. Tahapan persalinan.

Menurut Sondakh (2013;h. 5- 8) tahapan persalinan antara lain :

A. Kala 1 (Kala Pembukaan)

Kala 1 dimulai dari saat persalinan dimulai (pembukaan nol) sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu :

1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, servik membuka sampai 3 cm.

2. Fase aktif :berlangsung selama 7 jam, servik membuka dari 4 cm sampai 10 cm,

kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase yaitu :

a. Fase akselersi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b. Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselarasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kla

satu berlangsung +12 jam, sedangkan pada multigravida +8 jam.

(Sondakh,2013;h.5).

B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai

100 detik.

2. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan

secara mendadak.

3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan

akibat tertekannya pleksus frankenhauser

4. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi

a) Kepala membuka pintu

b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut – turut

lahir ubun – ubun besar, dahi, hidung, serta kepala seluruhnya.

(Sondakh,2013;h.6).

5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu menyesuaikan

kepala pada punggung. (Sondakh,2013;h.6).

6. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara

a. Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik dengan

menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk

melahirkan bahu belakang.

b. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi .

c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. (Sondakh,2013;h.6).

7. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam dan multigravida 1,5 – 1 jam. (

C. Kala III (Pelepasan Plasenta)


Kala III dimuai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta dapat

diperkirakan dengan mempertahankan tanda – tanda dibawah ini :

1. Uterus menjadi bundar

2. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

3. Tali pusat bertambah panjang.

4. Terjadi semburan darah tiba – tiba. (Sondakh,2013;h.6).

Menurut Sondakh 2013;h.5) kala III terdiri dari 2 fase antra lain :

1. Fase pengeluaran plasenta

a. Schultze

Proses pelepasan ini seperti menutup payung. Bagian yang lepas terlebih dahu

adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak

plasenta mula – mula bagian tengah, kemudian selutuhnya. Menurut cara ini,

biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah

plasenta lahir.

b. Duncam

Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir

20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluaran juga

serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

2. Fase pengeluaran plasenta

Pesat – pesat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah :

a) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas syimpisis, tali pusat

diteggakkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju

berarti sudah lepas.

b) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti

belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (cara ini sudah tidak digunakan lagi).

c) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti

plasenta belum lepas, tidak bergetar bererti sudah lepas. Tanda – tanda

pelepasan plasenta adalah rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah

panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba – tiba.

D. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Rata –

rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100 –

300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka dikatakan abnormal.

Menurut Sondakh (2013;h.7) tujuh pokok penting dalam pengawasan kala

IV adalah :

1. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi.

2. Perdarahan : ada atau tidaknya, banyak atau biasa.

3. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan untuk berkemih dan

kalau tidak bisa lakukan kateter.

4. Luka – luka : jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

5. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

6. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan masalah lain.
7. Bayi dalam keadaan baik.

10. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a) Definisi

Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai

menyusu dendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit

ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi

akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. (Sondakh,2013;h.170).

b) Prinsip menyusui atau pemberian ASI

Beberapa prinsip dalam pemberian asi menurut Sondakh (2013;h.170)

adalah sebagai berikut :

a. Setelah bayi lahir, tali pusat segera diikat.

b. Letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsun

kekulit ibu.

c. Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam atau lebih, bahkan sampai

bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil.

d. Bayi diberi topi dan diselimuti.

e. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusui.

f. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir.

g. Tidak memberikan makanan peraktal seperti air gula atau air tajin kepada bayi

baru lahir sebelum ASI keluar, tetapi mengusahakan bayi mengisap untuk

merangsang produksi ASI.


h. Menyusui bayi dari kedua payudara sampai tetesterakhir, masing – masing 15 –

25 menit.

i. Memberikan asi saja selama 4 – 6 bulan (on demend).

c) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

a. Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila bayi

diletakkan didada ibunya segera setelah melahirkan, dapat menurunkan resiko

hipotermia dan menurunkan kematian akibat kedinginan.

b. Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini akan mempunyai kesempatan lebih

berhasil menyusu eksekutif dan mempertahankan menyusu dari pada yang

menunda menyusui dini. Lalu, sentuhan, kuluman/ emutan,dan jilatan bayi pada

puting ibu akan merangsang oksitosin yang penting untuk membuat rahim

berkontraksi dan merangsang pengaliran ASI dari payudara.

(Sondakh,2013;h.170).

2) Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu

a. Oksitosin

1. Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.

2. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatka produksi ASI

3. Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.

4. Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta, dan pengalihan rasa

nyeri dari berbagai prosedur pasca persalinan lainya.

b. Prolaktin

1. Meningkatkan produksi ASI

2. Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman.


3. Memebari efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusui.

4. Menunda ovulasi.

3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk Bayi

a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas dengan optimal. Mendapat kolostrum

segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

b. Segera memberikan kekebalan posif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi

pertama bagi bayi.

c. Meningkatkan kecerdasan.

d. Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan menghisap, menelan, dan nafas.

e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu - bayi.

f. Mencegah kehilangan panas.

g. Meningkatkan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai