Anda di halaman 1dari 82

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Definisi

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio

atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu). (kuswanti,2014;h.99).

Kehamilan adalah priode kehamilan yang dihitung sejak hari

pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati,yang

menandai awal periode antepartum. Lamanya kehamilan diperkirakan

kurang lebih 280 hari ,40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran

bulan atau lunar),atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

(Varney,2007;hal. 492).

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi.Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut

kalender internasional.kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana

trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27 minggu)dant trimester ke tingga 13

minggu ( minggu ke-28 hingga ke-40 minggu). (Prawiroharjo,

2010;h.213).
Kesimpulan dari pendapat tersebut kehamilan adalah hasil

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi dengan lamanya kehamilan normal berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan dimulai sejak hari pertama

haid terakhir (HPHT).

2. Tanda Dan Gejala Kehamilan

Menurut Kuswanti (2014; h.100 – 103) tanda dan gejala kehamilan

antara lain:

1. Tanda-tanda presumtive (dugaan hamil)

a. Amenore (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid

terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan hari

perkiraan lahir.

b. Mula dan muntah (nausea dan vomitting)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir triwulan pertama, dan sering terjadi pada pagi hari (morning

sickness). Dalam batar-batas tertentu keadaan ini masih fisilgik.

Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan disebut hyperemesis gravidarum.

c. Mengidam (ingin makanan/minuman tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d. Tidak tahan suatu bau-bauan.


e. Pingsan

Sering dijumpapi bila berada di tempat-tempat yang ramai.

Dianjurkan untuk tidak pergi ketempat-tempat ramai pada bulan-

bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16

minggu.

f. Tidak ada selera makan (anoreksia)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu

nafsu makan akan timbul lagi.

g. Lelah (fatigue)

h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, yang disebabkan

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus

dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat lebih

membesar.

i. Sering kencing, terjadi karena kandung kemih tertekan oleh

rahim yang membesar. Gejala akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan karena uterus yang membesar keluar dari rngga

panggul. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena

kandung kemih ditekan leh kepala janin.

j. Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormon steroid.

k. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid plasenta,

dijumpai dimuka (cloasma gravidarum), areola payudara, leher

dan dinding perut.

l. Epulis (hipertrofi dari papil gusi)


Merupakan suatu hiertrofy papilla ginggivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama kehamilan.

m. Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis

dan vulva yang biasanya didapat pada daerah genetalia

eksterna, fssa pplitea, kaki, dan betis. Pada kehamilan

multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan

yang terdahulu, yang kemudian timbul kembali pada triwulan

pertama.

2. Tanda kemungkinan hamil (tanda tidak pasti)

a. Perut membesara

Terjadi pembesaran abdomen secara prgesif dari kehamilan 7

sampai 28 minggu. Pada minggu 16-22, pertumbuhan terjadi

secara cepat dimana uterus keluar panggul dan mengisi rngga

abdomen.

b. Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari

rahim.

c. Tanda hegar

Kosistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah isthmus

uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari

dalam forniks posterior dan tangan satunya pada dinding perut

atas symphysis, maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah

corpus uteri sama sekali terpisah dari serviks.

d. Tanda chadwick
Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide)

yang disebabkan leh adanya hipervaskularisasi. Warna porsio

juga akan tampak livide. Hal ini disebabkan oleh adanya

pengaruh hormone estrogen.

e. Tanda piscaseck

Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke

jurusan pembesaran uterus.

f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (braxton hicks)

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Saat palpasi atau

pemeriksaan dalam, uterus yang awalnya lunak akan menjadi

keras karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam

masa kehamilan.

g. Teraba ballotment

Pada kehamilan 16-20 minggu, dengan pemeriksaan bimanual

dapat terasa adanya benda yang melenting dalam uterus (tubuh

janin).

3. Tanda pasti (tanda psitif)

a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba.

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan leh ibunya

pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada

16 minggu.

b. Denyut jantung janin:

a) Didengar dengan stetsokop monoral laenec

b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler


c) Dicatat dengan fet-elektor kardigram (pada kehamilan 12

minggu)

d) Dilihat pada ultrasonografi

3. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada ibu Hamil

a. Perubahan vulva dan vagina

Akibat pengaruh hormon ekstrogen, vagina dan vulva

mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke -8 terjadi

hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick

(Kusmiyati yuni.,Dkk .2008, h; 54).

b. Servik uteri

Perubahan pada mulut Rahim meliputi bertambahnya

pembuluh darah pada keseluruhan alat reproduksi yang

menyebabkan terjadi perlunakan sehingga dapat diduga terjadi

kehamilan. Perlunakan pada mulut Rahim disebut tanda “goodell”.

Perlunakan pada bagian istmus Rahim disebut tanda “hegar”.

(Manuaba,2009: h.78).

c. Pembesaran uterus

Makin besar rahim tampak dari luar sebagai pembesaran

perut.bagian – bagian Rahim itu sendiri yang susunannya sedemikian

rupa sehingga dapat menampung kehamilan dengan berat air

ketuban kurang lebih 1 kg. Ari – ari (plasenta) ½ kg, dan janin seberat

3 kg (total 4 ½ kg). Rahim semulanya seberat kira – kira 30 – 40


gram,dan keseluruhan pertambahan berat ibu hamil sekitar 12 -15 kg.

(Manuaba,2009; h.77).

d. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus iuteum

graviditatum, korpus iuteum graviditatis berdiameter kira – kira 3 cm,

kemudian dia mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus iuteum ini

mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. (Kusmiyati

yuni.,Dkk .2008, h; 55).

e. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam kadang juga mengenai daerah payudara dan juga

paha, yang bisa disebut striae gravidarum pada kulit digaris

pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam

kecoklatan yang disebut linea nigra. Kadang – kadang akan muncul

pada wajah dan leher yang disebut chloasma atau melisma

gravidarum. Perubahan ini dihasilkan dari adanya peningkatan

serumen melanochea stimulang hormon, estrogen dan progesterone

mempunyai peran dalam melanogenesis (Prawiroharjo,2010;h.179).

f. Payudara atau mamae

Mamae akan membesar dan tegang akibat peningkatan

hormon estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan

ASI. Ekstrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran,sedangkan

progesteron menambah sel – sel asinus pada mammae sehingga

terjadi pembuatan kasein ,laktalbumun dan laktoglobulin. Dengan


demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. (Kusmiyati yuni.,Dkk

.2008,h; 55).

g. Sirkulasi darah / cardiovaskuler

Sirkulsi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi keplasenta uterus yang membesar dengan pembuluh –

pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat lain yang

memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasma

maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan

30 sampai 34 minggu .Perubahan rata – rata berkisar antara 20 –

100%.

Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama

kehamilan akibat penurunan dalam parifer vaskuler resistance yang

disebabkan oleh pengaruh peregangan otot halus oleh progesteron

dengan tekanan sistolik yang akan turun mencapai 5 -10 mmhg dan

diastolik 10 -15 mmhg. (Kusmiyati yuni.,Dkk .2008, h; 58).

h. Metabolisme

Kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena wanita

hamil perlu mendapat makanan yang hergizi dan berada dalam

kondisi sehat.

1. Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meninggi hingga 15 –

20 % terutama pada trimester akhir.

2. Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat

kandungan, payudara dan badan ibu serta untuk persiapan laktasi.


3. Hidrat arang : wanita hamil sering haus, nafsu makan bertambah,

sering buang air kecil. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar

endokrin agak terasa.

4. Metabolisme lemak kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg

atau lebih per 100 c. Hormon somatomotropin berperan dalam

pembentukan lemak pada payudara.

5. Metabolisme mineral

a. Kalsium : dibutuhkan rata – rata 1,5 gram sehari, sedangkan

untuk pembentukan tulang – tulang, terutama dalam trimester

terakhir dibutuhkan 30 -40 gram.

b. Fosfor: dibutuhkan rata – rata 2 g/ hari

c. Zat besi : dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg

atau 30 -50 mg sehari.

d. Air : wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

6. Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5 -16,5 kg kenaikan

berat badan disebabkan oleh janin,uri,air,ketuban,uterus,payudara

, kenaikan volume darah, lemak, protein, dan retensi air.

7. Kebutuhan kalori meningkat selama hamil yang diperoleh dari

pembakaran zat arang, namun jika dibutuhkan, dipakai lemak

untuk mendapatkan tambahan kalori (mochtar,2012,h;32).


4. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

Menurut kuswanti (2014;h.135-138) kebutuhan psikososial ibu hamil

antara lain :

a. Support keluarga

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat

berpengaruh, sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu

akan mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi

kehidupan keluarga dan diikuti oleh stress dan kecemasan.

Kehamilan melibatkan keseluruh anggota keluarga. Karena

konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang

berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya

serang anggta keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan

dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi

terhadap kehamilan dan menginterpretasikannya berdasarkan

hubungan masing-masing.

Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam

adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Keberadaan ibu

disamping anak perempuannya selama masa kanak-kanak.

b. Support Dari Tenaga Kesehatan

1) Trimester I

a) Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang

terjadi padanya adalah suatu yang normal

b) Membantu untuk untuk memahami setiap perubahan yang

terjadi baik fisik maupun psikologis.


c) Meyakinkan bahwa ibu akan mulai merasa lebih baik dan

berbahagia pada trimester kedua.

2) Trimester II

a) Mengajarkan ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda-

tanda bahaya.

b) Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran

dan rencana kegawatdaruratan.

3) Trimester III

a) Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu

adalah nrmal

b) Menenangkan ibu.

c) Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-tanda

persalinan yang sebenarnya.

d) Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama ibu

untuk membantu melahirkan bayinya.

c. Rasa Aman Dan Nyaman Selama Kehamilan

Selama kehamilan mungkin ibu mengeluhkan bahwa ia

mengalami berbagai ketidaknyamanan, meskipun bersifat umum dan

tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat saja menjemukan

dan menyulitkan bagi ibu. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus

mendengarkan ibu, membicarakan tentang berbagai macam keluhan

dan membantunya mencari cara untuk mengatasinya sehingga ibu

dapat menikmati kehamilannya dengan aman dan nyaman. Keluarga


dapat memberiksn perhatian dan dukungan sehingga ibu merasa

aman dan tidak sendiri dalam menghadapi kehamilannya.

Untuk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh dengan

senam untuk memperkuat otot-otot, mengatur psisi duduk untuk

mengatasi nyeri punggung akibat janin, mengatur berbagai sikap

tubuh untuk meredakan nyeri dan pegal, melatih sikap santai untuk

menenangkan pikiran dan menenangkan tubuh, melakukan relaksasi

sentuhan atau teknik pemijatan.

d. Persiapan Menjadi orang Tua

Persiapan menjadi orang tua sangat penting karena setelah

bayi lahir akan banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu,

ayah dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai

anak, persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi

dengan orang yang mampu untuk membagi pengalamannya dan

memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi orang tua.

Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak,

dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya.

e. Persiapan Sibling

Sibling Rilvary adalah rasa persaingan diantara saudara

kandung akibat kelahiran anak berikutnya. Biasanya terjadi pada

anak usia 2-3 tahun. Sibling rivalry biasanya biasanya ditunjukan

dengan penlakan terhadap kelahiran adiknya, menangis, menarik diri

dari lingkungannya, menjauh dari ibunya atau melakukan kekerasan


terhadap adiknya. Kehadiran serang adik yang baru dapat

merupakan krisi utama bagi seorang anak.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah sibling

rivalry adalah:

1) Menceritakan mengenai calon adik yang disesuaikan dengan

usia dan kemampuannya untuk memahami, tetapi tidak pada

kehamilan muda karena anak akan cepat bosan.

2) Jangan sampai dia mengetahui tentang calon adiknya dari orang

lain.

3) Gerakkan dia merasakkan gerakkan janin adiknya.

4) Menjelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada

adiknya, ia tetap disayangi oleh ayah ibunya).

5) Melibatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya.

6) Mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak masih

dalam kandungan.

7) Ajak anak untuk melihat benda benda yang berhubungan dengan

kelahiran bayi. (kuswanti,2014;h.134)

5. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Dan Cara mengatasinya

a. Trimester 1

1) Nausea

Nausea disertai muntah - muntah,ditafsirkan keliru

sebagai morning sickness, tetapi sering terjadi pada siang atau

sore hari atau bahkan sepanjang. Nursea lebih kerap terjadi


pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah dipagi

hari. (Varney,2007;h.536).

Cara mengatasi Naursea diantaranya yaitu :

1. Makan porsi kecil, sering, bahakan setiap dua jam karena hal

ini lebih mudah dipertahankan dibanding makanan porsi besar

tiga kali sehari.

2. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari

tempat tidur ke pagi hari.

3. Jangan menyikat gigi anda segera setelah makan untuk

menghindari stimulasi reflek gak.

4. Minum lah minuman yang mengandung karbohidrat,

khususnya gingerale.

5. Hindari makanan beraroma kuat atau menyengat

6. Batasi lemak dalam diet anda.

7. Coba kenakan pembalut lengan yang berfungsi sebagai

akupresur

8. Selalu ingat bahwa nausea kemungkinan besar betakhir pada

trimester kedua.

9. Istirahat

10. Gunakan obat – obatan, obatantimual yang dikenal sebagai

bendectin diamerika serikat, yang mengandung pirodiksin

(vitamin B6) dan doksilamin,aman digunakan pada trimester

pertama (Varney, 2007;h.537).


2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat

disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi kelenjar saliva

pada wanita yang rentan mengalami sekresi yang berlebihan.

Pada wanita yang mengalami Ptialisme biasanya juga

mengalami mual. (Varney,2007;h.536).

3) Keletihan

Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastik laju

metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini

terjadi masih belumjelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan

progesteron memiliki efek menyebabkan tidur. Metode untuk

meredakkannya adalah menyakinkan kembali wanita tersebut

bahwa keletihan adalah hal yang normal dan bahawakeletihan

akan hilang secara spontan pada trimester ke dua. Pengetahuan

ini akan membantu wanita untuk sering beristirahat selama siang

hari jika memungkinkan hingga kelelahnnya menghilang. Nutrisi

yang baik juga dapat membantu mengatasi keletihan.

(Varney,2007;h.537).

4) Nyeri punggung bagian atas (non patologis)

Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara, yang

membuat payudara menjadi berat. Metode untuk mengurangi

nyeri ini adalah menggunakan bra yang berukuran sesuai

ukuran payudara dengan mengurangi mobilitas payudara,bra


penyongkong yang berukuran tepat juga untuk menguraingi

ketidaknyamanan akibat nyeri tekanan pada payudara yang

timbul karena pembesaran payudara. (Varney,2007;h.538).

5) Loukorea

Sekresi vagina dalam jumlah besar,dengan konsentrasi

kental atau cair, sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan

sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam

laktak oleh basil doderlain untuk mengatasi lokhea adalah

dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut

dan mengganti panty berbahan katun dengan sering,wanita

sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan semprot

untuk menjaga kebersihan area genetalia. (Varney,2007;h.538).

6) Peningkatan frekuensi berkemih (non patologis)

Terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.

Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istimus

menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada

uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan langsung

pada kandung kemih. Tekanan ini kan berkurang seiring uterus

terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah

satu organ abdomen, sementara kandung kemih tetap

merupakan organ panggul. Cara mengatasinya : mengurangi

asupan cairan sebelum tidur malam sehingga tidak perlu bolak –

balik kekamar mandi pada saat mencoba tidur. .

(Varney,2007;h.538).
7) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita

sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus

tidak lagi menekan pembluh darah pangguldan vena kafa

inferior. Satu –satunya cara untuk mengatasi nokturia adalah

menjelaskan mangapa hal ini terjadi lalu membiarkan memilih

cara yang nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi

cairan setelah makanan sore sehingga asupannya selama sisa

hari tersebut tidak akan memperberat masalah. .

(Varney,2007;h.541).

b. Trimester II

1) Konstipasi

Konstipasi dapat diduga terjadi akibat penurunan parites

yang disebabkan relaksasi otot polos pada uterus besar ketika

terjadi peningkatan jumlah progesteron pergeseran dan tekanan

pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi

juga dapat menurunkan motilitas dan saluran gastroinstetinal

sehingga menyebabkan konstipasi. . (Varney,2007;h.539).

Cara penanganan konstipasi yang paling efektif yaitu :

a. Asupan cairan yang adekuat, yakni minuman air mineral 8

gelas sehari (ukuran gelas minum).

b. Mengkonsumsi buah prem atau jus prem karena prem

merupakan laksatif ringan alami


c. Berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik,

mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot abdomen

bagian bawah secara teratur, Semua bagian memfasilitasi

sirkulasi vena sehingga mencegah kongesti pada usus

besar.

d. Makan makanan berserat, dan mengandung serat alami

(misalnya : slada, daun sledri. Kulut padi) .

(Varney,2007;h.539).

2) Hemoroid

Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan

usus besar. Pembesaran uterus mengakibatkan penikatan

tekanan,secara spesifikjuga secara umum pada vena hemoroid.

Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan

mengakibatkan kongesti pada vena panggul.

(Varney,2007;h.539).

Cara penanganan hemoroid antara lain :

a. Hindari konstipasi

b. Hindari mengejan saat defekasi

c. Mandi berendam : hangatnya air tidak hanya memberi

kenyamanan, tetapi juga meningkatkan sirkulasi

d. Mengomres witch hazel (untuk mengurangi hemoroid)

e. Mengomres es (untuk mengurangi hemoroid)


f. Memasukkan kembali hemoroid kedalam rectum

(menggunakan lubrikasi): dilakukan sambil latihan

mengencangkan perineum (kegel).

g. Tirah baring dengan cara mengelevasi panggul dan

ekstermitas bagian bawah. (Varney,2007;h.539).

3) Kesemutan dan baal pada jari

Perubahan pada pusat gravitalis akibat uterus yang

membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan wanita

mengambil prostur dengan posisi bahu terlalu jauh kebelakang

dan kepala antefleksi sebagi upaya menyeimbangkan berat

bagian depanya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga

menyebabkan penekanan pada syaraf median dan ulnar lengan,

yang akan mengakibatkan kesemutann dan ball pada jari – jari.

Cara penanganannyamencangkup penjelasasan penyebab yang

mungkin dan mendorong agar wanita tersebut mempertahankan

poster tubuh yang baik dan denga cara berbaring.

(Varney,2007;h.539).

c. Trimester III

1) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita

sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus

tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena kava

inferior. Satu – satunya cara untuk mengatasi nokturia adalah

menjelaskan mengapa hal ini terjadi lalu membiarkannya memilih


cara yang nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi

cairan setelah makan sore sehingga asupan selama sisa hari

tersebut tidak akan memberatkan masalah. (Varney,2007;h.541).

2) Nyeri ulu hati

Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut :

1. Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh

yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.

2. Penurunan mortilitas gastrointestinal yang terjadi akibat

relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan

peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus.

3. Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan

tempat dan penekanan oleh uterus. (Varney,2007;h.538)

Saran yang dapat diberikkan antara lain:

1. Makan dengan porsi kecil, tetapi sering, untuk menghindari

lambung menjadi terlalu penuh.

2. Regangkan lengan anda melampaui kepala untuk memberi

ruang bagi perut anda untuk berfungsi.

3. Hindari makanan berlemak, lemak mengurangi mortilitas

usus dan sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk

pencernaan.

4. Menghindari makanan dingin.

5. Menghindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat

menyebabkan gangguan pencernaan.


6. Mengupayakan minum susu murni dari pada susu manis.

Cara ini juga telah membantu beberapa wanita.

7. Menghindari makanan berserat atau makanan lengkap saat

sebelum tidur. (Varney,2007;h.538).

3) Dispareunia

Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal dari

sejumlah penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis

dapat terjadi penyebab, seperti kongesti vagina atau panggul

akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang

membesar atau tekanan bagian presentasi pemahaman yang

salah dan kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali terdapat

perdarahan vagina atau pecah ketuban. (Varney,2007;h.540).

Cara menanganinya antara lain :

a. Perubahan posisi dapat mengurangi masalah yang

disebabkan oleh pembesaran abdomen atau nyeri akibat

penetrasi yang terlalu dalam

b. Kompres es dapat mengurangi kongesti yang dapat

ditangani, juga menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri

c. Mendiskusikan pemikiran yang salah dan ketakutan yang

dirasakan dan memberi fakta dapat memenangkan wanita

tersebut.

d. Pasangan biasanya mnyambut baik informasi mengenai cara

alternatif untuk memuaskan hasrat seksual masing – masing

pasangan,
4) Hiperventilasi dan sesak nafas

Peningkatan jumlah progesteronselam kehamilan diduga

mempengaruhilangsung pusat pernafasan untuk menurunkan

kadar karbon dioksida dan meningkatkan kadar oksigen.

Peningkatan kadar oksigen menguntungkan janin. Peningkatan

aktivitas metabolic yang terjadi selama kehamilan mengakibatkan

peningkatan kadar karbon dioksida. Hiperventilasi akan

menurunkan kadar karbon dioksida.

Cara – cara penanganan antara lain :

a. Mengerti dasar fisiologis masalah tersebut

b. Melakukan berdiri dan meregangkan lengannya diatas

kepalanya secara bekala dan mengambil nafas dalam

c. Mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan bahu

d. Melakukan pernafasan interkosta

e. Melakukan peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat

sedang berdiri. (Varney,2007;h.543).

5) Varises

Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang

membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau

berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia berbaring.

Penanganan untuk mengatasi varises vulva sebagai

berikut:

a. Menghindari menggunakan pakaian ketat (contoh kaos kaki

setinggi lutut atau semata kaki)


b. Menghindari berdiri lama

c. Menyediakan waktu istirahat, dengan kaki dielevasi secara

periodic sepanjang hari.

d. Mempertahankan tungkai anda tidak menyilang saat duduk.

e. Melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva atau

hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.(Varney,2007;h.543).

6. Komplikasi selama kehamilan

Menurut prawiroharjo (2010;h. 280 – 284 ) komplikasi selama

kehamilan antara lain :

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamlan muda atau usia kehamilan dibawah

20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Penyebab yang

sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda

dan ukuran pembesar uterus yang diatas normal, pada umumnya

disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda

dengan uji kehamilan yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak

sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan, dan adanya massa di

adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopi. Perdarahan

pada usia kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umumnya

disebabkan oleh plasenta previa. (Prawiroharjo, 2010;h.282).

b. Preeklamsi

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20

minggu sisertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal


sering diasosiasikan dengan preeklamsia. Gejala dan tanda lain dari

preeklamsi adalah sebagai berikut (Prawiroharjo, 2010;h.283) :

1. Hipperefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)

2. Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak

membaik dengan pengobatan umum

3. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata,

silau, atau berkunang – kunang.

4. Nyeri epigastrik

5. Oliguria (iuaran kurang dari 500 ml/24 jam)

6. Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmhg dan diastolik 10 -20 mmhg

diatas normal

7. Protein uria (diatas positif 3)

8. Edem menyeluruh

c. Nyeri hebat didaerah abdominopelvikum

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua

atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda – tanda dibawah

ini, maka diagnosanya mengarah pada solusio plasenta, baik dari

jenis yang disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi

(concealed) :

1. Trauma abdomen.

2. Preeklamsia.

3. Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan.

4. Bagian bagian janin sulit teraba.

5. Uterus tegang dan nyeri.


6. Janin mati dalam rahim (Prawiroharjo, 2010;h.284).

Menurut prawiroharjo (201; h. 284) menambahkan bahwa

gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai. Beberapa gejala dan

tanda lain yang berkaitan dengan gangguan serius selama kehamilan

adalah sebagai berikut :

a. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.

b. Disuria.

c. Menggigil atau demam.

d. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.

e. Uterus lebih besar dari usia kehamilan sesungguhnya.

Dalam buku Mochtar (2012;h. 141-189) Komplikasi dalam

kehamilan antara lain :

a. Hiperemesis Gravidarum

Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil

sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.

b. Toksemia Gravidarum

Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala-gejala

dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria,

dan Edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah diikuti

oleh KK ( Kejang-kejang/konvulsi dan Koma).

c. Abortus (keguguran) dan kelain dalam Tua kehamilan

1) Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi :


a) Abortus imminens. Keguguran mengancam keguguran belum

terjadi kehamilan dapat dipertahankan.

b) Abortus insipien, adalah proses keguguran yang sedang

berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah

terjadi kontraksi rahim untuk mengelurakan hasil konsepsi.

Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak

dapat dipertahankan lagi.

c) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) : hanya sebagian

dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah

desidua atau plasenta.

d) Abortus komplektus (keguguran lengkap). Artinya seluruh

hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong.

e) Missed abortion. Adalah keadaan dimana janin yang telah

mati masih berada di dalam rahim.

2) Partus Prematurus dan Prematuritas

Menurut unur kehanilan (dan unur janin) pengahiran

kehamilan dapat berupa :

a) Abortus (keguguran, klurun, kelulusan) : yaitu kehamilan

dibawah 16 minggu, hasil konsepsi masih embrio dan

plasenta belum selesai.

b) Partus imaturus : yaitu kehamilan 16-48 minggu, berat badan

janin kurang dari 1000 gram, dan tidak dapat hidup di luar

kandungan.
c) Partus prematurus : yaitu kehamilan 28-37 minggu, berat

badan lahir 1000-2500 gram.

d) Partus aterm (maturus) : yaitu kehamilan 38-40 minggu, berat

badan lahir lebih dari 2500 gram, bayi matur.

e) Partus serotinus (postmaturitas) : kehamilan diatas 42

minggu, bayi disebut postmatur dengan tanda-tandanya.

3) Dismaturitas

Dismaturitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan

ketidaksesuaian tuanya kehamilan dengan berat janin lahir.

4) Postmatur

Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung

lebih lama dari 42 minggu, dihitung bedasarkan rumus Neagele

dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Partusnya disebut partus

postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut post-maturitas

(serotinus).

5) Kematian janin dalam kandungan

Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam

Kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD) sering

dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20 minggu maupun

sesudah kehamilan 20 minggu.

6) Kelainan letak kehamilan (Kehamilan Ektopik)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil

konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim.


d. Penyakit Trofoblas

a) Molahidatidosa, adalah jontot-jontot korion yang tumbuh berganda

berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak

cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena

itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini

merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).

b) Mola ivasif, muncul dari invasif myometrium melalui penyebaran

langsung maupun aliran darah vena. Dianogsia ditegakkan secara

klinis bedasarkan peningkatan atau pendataran kadar B HCG

yang tidak kunjung normal sesudah evakuasi mola hidatidosa.

c) Choriokarsinorma, adalah penyakit keganasan dengan

karakteristik hiperplasia dan anaplasia trofoblas abnormal.

d) Placental site throphoblastic tumor. Berasal dari tempat implantasi

plasenta yang mirip dengan syncytial endomyometritis. Secara

patologi sel tumor menginfiltrasi miometrium dan tumbuh diantara

sel-sel otot polos dan menginvasi pembuluh darah.

e. Air Ketuban

a) Oligohidramnion, adalah suatu keadaan dimana air ketuban

kurang dari normal, yaitu lebih kecil dari setengah liter.

b) Hidramnion, adalah suatu keadaan di mana jumlah air ketuban

jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter.

c) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ini perlu.

f. Perdarahan Antepartum (Hamil Tua)


Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya

daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan

sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap

berbahaya dan mengancam jiwa ibu, klasifikasi perdarahan dalam

kehamilannya, yaitu :

1) Kelainan plasenta :

a. Plasenta previa,

b. Solusio plasenta (abruptio placenta, atau

c. Peredaran antepartum yang belum jelas sebelumnya, seperti:

a) Insersio valamentosa.

b) Ruptura sinus marginalis.

c) Plasenta sirkumvalanta.

d. Bukan dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya,

misalnya: kelainan serviks dan vagina (erosio, polip, varises

yang pecah) dan trauma.

7. Penatalaksanaan

a. Jadwal kunjungan

1) Kunjungan 1 : <16 minggu dilakukan untu

a) Penapisan dan pengobatan anemis

b) Perencanaan persalinan

c) Pengenaan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan

2) Kunjungan II (24 – 28 minggu) dan kunjungan ke III (32 minggu),

dilakukan untuk :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan

b) Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi, alat reproduksi dan

saluran perkemiham. MAP

c) Mengulang perencana persalinan

3) Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir

a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

b) Mengenali adanya kelainan letak dan persalinan

c) Memantapkan rencana persalinan

d) Mengenali tanda – tanda persalinan. (Sarwono,2009).

b. Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang

mencakup minimal:

1) Timbang badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus

Toxoid

4) Tinggi fundus uteri

5) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan

6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling)

7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau

berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC)

(Profil kesehatan Profinsi Jawa Tengah, 2013) .


B. PERSALINAN

1. Definisi

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar

melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan

(labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng – kenceng teratur

sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan

cairan ketuban)dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir dengan

bantuan atau kekuatan sendiri. (sumarah,2008;h.1)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin

turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan 30-40 minggu. Lahir spontan dengan plasenta berkembang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun janin. (Prawiroharjo,2009;h.100).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil kosepsi ibu. Proses ini dimulai dengan kontaksi

persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada servik, dan

diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney,2007;h.672).

Kesimpulan dari pendapat tersebut, persalian adalah proses

pengeluaran janin atau hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan 30 – 40 minggu. Lahir spontan dengan plasenta berkembang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun janin.
2. Teori sebab- sebab terjadinya persalinan

Menurut Sumarah (2008;h.3) teori sebab – sebab terjadinya

persalinan antara lain :

a) Teori keregangan otot rahim

Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan

kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai dengan sendirinya.

b) Teori penurunan progesteron

Proses penuanan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu,dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap progesteron.

c) Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontarksi

braxton hicks. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas,sehingga

persalinan dimulai.

d) Teori prostagladin

e) Konsentrasi prostagladin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu,yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostagladin pada

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi

persalinan.
f) Teori hipotalamus

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering

terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

g) Teori kekurangan nutrisi

h) Bila nutrisi berkurang maka hasil konsepsi segera dikeluarkan.

i) Faktor lain.

3. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang terintregasidan lengkap serta intervensi

minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang optimal. Limaaspek dasar atau disebut lima benang

merah dirasa sangat penting dalam memberikanasuhan persalinan dan

kelahiran bayi yang aman dan bersih antara lain : membuat keputusan

klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi,

pencatatan (rekam medik), dan rujukan. (Sumarah,2008;h.10).

4. Rencana asuhan persalinan

a. Asuhan kala I

a) Memberikan dukungan emosional, dan psikososial

b) Mengatur posisi, dengan miring kiri

c) Pemenuhan nutrisi, dan cairan sebagai tenaga

d) Mempersiapkan ruangan untuk bersalin dan kelahiran bayi

e) Mempersiapkan perlengkapan, bahan – bahan, obat – obatan bila

diperlukan
f) Mempersiapkan rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

g) Melakukan pencegahan infeksi

h) Persiapan persalinan (sarwono,2010; h.N-8)

b. Asuhan kala II

a) Memantau tanda dan gejala kala II

b) Memberikan dukungan emosional dan psikososial

c) Pemenuhan nutrisi dan cairan sebagai cadangan energi

d) Melakuakan pencegahan infeksi

e) Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring,

setengah duduk.

f) Menjaga kandung kemih tetap kosong (Sarwono,2010;h. N-15)

c. Asuhan sayang ibu pada pasca bersalin

a) Menganjurkan ibu berada didekat bayi, untuk meningkatkan

hubungan ibu dan bayi

b) Memotifasi ibu untuk memberikan asi eksklusif selama 6 bulan

c) Menganjurkan ibu untuk pemenuhan nutrisi, dan istirahat yang

cukup

d) Memberi tahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

(Sarwono,2010;h.N-21)

5. Mekanisme dalam persalinan

Menurut varney (2008; h.754 -755) mekanisme persalinan adalah :

a. Enggagement : Terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah

melalui pintu atas panggul.


b. Penurunan : Terjadi selama persalinan Penurunan merupakan hasil

dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot – otot

abdomennya

c. Fleksi : Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang

lebih kecil digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih besar.

Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tekanan, tahapan ini

meningkat ketika terjadi penurunan dan yang kali pertama ditemui

adalah dari serviks, lalu dari sisi – sisi dinding pelvis, hingga akhirnya

dari dasar pelvis.

d. Rotasi internal : Mekanisme ini menyebabkan diametir anteroposterior

kepala janin menjadi sejajar dengan diametir anteroposterior pelvis ibu.

Oksiput berotasi kebagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.

Ketika oksiput berotasi dari posisi LOP, ROP, LOT, atau ROT, bahu

juga berotasi dengan kepala sampai mencapai posisi LOP atau ROP.

Ketika Oksiput melakukan rotasi 45 derajat akhir di dalam posisi

oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan rotasi mengikuti dengan

kepala, akan tetapi bahu bayi akan masuk kepintu atas panggul pada

salah satu diametir oblik. Oleh karena itu, mekanisme persalinanini

memiliki efek memuutat leher 45 derajat .

e. Pelahiran kepala : Berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk

mengeluarkan oksiput-anterior-ektensi harus terjadi ketika oksiput

berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis

yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala menuju


pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan dengan ekstensi

meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior, alis, orbit, hidung,

mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perinium.

f. Rotasi eksternal : Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat

menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter

anteroposterior pada pintu bawah panggul. Hal ini menyebabkan

kepala melakukan rotasi eksternal lain sebesar 45 derajat keposisi

LOT atau ROT, tergantung pada arah restitusi.

g. Pelahiran bahu : Bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina yang

menyentuh dibawah simfisis pubis,bahu posterior kemudian

menggembungkan perinium dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah

bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan

segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada

lengkung pelvis.

6. Langkah – langkah persalinan normal

Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58

langkah, sebagai berikut:

1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua,

seperti sebagai berikut:

a) Adanya keinginan untuk meneran.

b) Tekanan pada rektum dan vagina.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.


2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir. Untuk sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1

handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm

dari tubuh bayi.

a) menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal

bahu bayi.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di

dalam partus set.

3) Pakai celemek plastik.

4) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan

dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung

tangan DTT dan steril.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati dari

depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi.

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia.


c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila

selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka

lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam

keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci

kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Periksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah

kontrasksi dalam batas normal(120-160 x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan

yang ada

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

untuk meneran secara benar


12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa

ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu

merasa nyaman).

13) Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

b) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

f) Menganjurkan makan minum.

g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)

meneran (multigravida)

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih

dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.

20) Periksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan segera proses kelahiran

bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara dua klem tersebut

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masng-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk

meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis

dan kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan kearah luar

untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, geserkan tangan kearah perineum ibu

untuk menyangga kepala bayi. Lengan dan siku sebelah bawah.


Gunakan tagan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

25) Lakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia lakukan

resusitasi.

26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

a) keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.

b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam

uterus (hamil tunggal).

28) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan oksitosin

(agar uterus berkontraksi baik).

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

(IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin)

30) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit setelah bayi

lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit,

dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua

pada 2 cm distal dari klem pertama.


31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian lkukan pengguntingan, tali pusat (lindungi perut bayi)

diantara 2 klem tersebut

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi berlawanan dan

lalkukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci

d) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan

32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu

bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari putting susu ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.

34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis,

untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas

(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika

plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali

pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi


prosedur diatas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37) Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat

(1) Beri dosis ulangan oksitosin 1o unit IM

(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

(5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah

bayi lahir

(6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta mnual

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan

DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.


39) Segera setelah plassenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus terasa lembek). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus

tidaak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan

taktil/masase.

40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi dan pastikan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam

kantung plastik atau tempat yang sudah disediakan.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila leserasi menyebabkan perdarahan.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di dada ibu

paling sedikit 1 jam).

a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui

dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup menyusui dari 1

payudara

b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu

44) Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik

profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri anterolateral setelah

jam kontak kulit ibu-bayi.


45) Berikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam pemberian

vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa

disusukan

b) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu

46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pascapersalinan.

a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pascapersalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal
50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas

denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih

dan kering.

54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi makan dan minum.

55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan

bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit.

57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk yang bersih.

58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

7. Komplikasi dalam persalinan.

a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua dalam persalinan. Menurut

varney (2008,h; 780 -802) adalah sebagai berikut :

a) Riwayat sekso sesaria sebelumnya


b) Persalinan atau kelahiran prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai pada

awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37.

Penatalaksanaan pada persalinan prematur didasarkan pada

pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang beresiko

mengalami ini.

c) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda

inpartu (kemenkes RI,2013;h.122)

d) Amnionitis dan karioamnionitis

Varney (2008;h.792) mengatakan amnionitis adalah

inflamasi kantong dan cairan amnion. Korioamnionitis adalah

inflamasi korion selain infeksi cairan amnion dan kantong amnion.

Penatalaksanananya antara lain :

a. Fasilitas kesehatan

b. Induksi oksitosin atau augmentasi untuk memperpendek fase

laten dalam persalinan.

c. Hidrasi dengan cairan intravena

d. Pemantauan tanda – tanda vital setiap jam

e. Pelaporan kedokter pediatrik


e) Prolapstali pusat

Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali pusat

menurut varney (2008;h.795) adalah :

a. Tempatkan seluruh tangan anda kedalam vagina wanita dan

pegang bagian presentasi janin keatas sehingga tidak

menyentuh tali pusat dipintu atas panggul.

b. Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada kondisi

apapun.

c. Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera rujuk

ke fasilitas yang memadai.

f) Disporposi sefalopelvik

Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran pelvis,

yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk mengakomondasikan

keluarnya janin (varney,2008;h.797).

Indikasi kemungkinan disporposisefalopelvik

1. Ukuran janin besar

2. Tipe dankarakteristik khususnya tubuh wanita secara umum

3. Riwayat fraktur pelvis

4. Pelvia platiperoid

5. Maltipresentasi atau malposisi (varnaey,2008;h.797).


g) Difungsi uterus

a. Disfungsi uterus hipotonik.

Tanda dan gejala difungsi uterus hipotonis menurut varney

(2008;h.799) adalah sebagai berikut:

a) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan persalinan

berhenti.

b) Komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan

intensitas ringan.

c) Tidak ada kemajuan dilatasi servik atau penurunan janin.

b. Disfungsi uterus hipertonik.

Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut

vaney (2008;h.799) adalah sebagai berikut :

a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama priode persalinan dan

keparahan kontraksi saat palpasi.

b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.

c) Tidak ada kemajuan pendapatan dan dilatasi servik.

b. Komplikasi pada kala tiga persalinan.

1) Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum terlepas dan

mengakibatkan perdarahan tidak terlihat. Manajemen untuk kasus

ini adalah dengan menual plasenta. (varney.2008;h.831).

2) Perdarahan kala tiga

3) Retensio plasenta
Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah

bayi lahir. Manajemen untuk kasusu ini adalah dengan manual

plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang

memadai.

4) Inversio uterus

Adalah keadaan uterus benar – benar membaik dari

bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus menonjol

keluar melalui orifisum servik, turun dan masuk kedalam introitus

vagina, dan menonjol keluar melewati vulva (varney,2008;h.833).

c. Komplikasi pada kala empat persalinan

1) Perdarahan post partum

a) Definis

Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara

abnormal. Rata – rata kehilangan darah selama pelahiran

pervagina tanpa komplikasi adalah lebih dari 500

ml.(varney,2008;h.841).

b) Faktor predisposisi

(1). Distensi berlebihan pada uterus.

(2). Induksi oksitosin atau augmentasi.

(3). Persalinan cepat atau presipitatus.

(4). Kala satu atau kala dua yang memanjang.

(5). Grande multipara

(6). Riwayat antonia uteri.


8. Tanda – tanda persalinan

a. Ligtening dirasakan dua minggu sebelum persalinan, yaitu penurunan

bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor. Lightening menyebabkan

tinggi fundus menurunkeposisi yang sama dengan posisi fundus pada

usia kehamilan 8 bulan penyebabnya peningkatan intensitas kontraksi

braxton hick dan tonus otot abdomen yang baik. (Varney,2008;h.673).

b. Perubahan servik masih lunak dengan konsistensi seperti pudding,

dan mengalami sedikit penapisan (effacement) dan kemungkinan

sedikit diatasi. (Varney,2008;h.673).

c. Persalinan palsu yaitu kontraksi yang sangat nyeri akibat kontraksi

Braxton hicks. (Varney,2008;h.673).

d. Ketuban pecah dimi yaitu normalnya ketuban pecah pada akhir kala

atau persalinan,tetapi ini sebelum awitan persalinan.

(Varney,2008;h.673).

e. Bloody show adalah pengeluaran plak lender sebagai hasil proliferasi

kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Terlihat sebagai rabas

lender bercampur darah yang lengket dan harusdibedakan dengan

perdarahan murni. (Varney ,2008;h.673).

9. Tahapan persalinan.

Menurut Sondakh (2013;h. 5- 8) tahapan persalinan antara lain :

a. Kala 1 (Kala Pembukaan)

Kala 1 dimulai dari saat persalinan dimulai (pembukaan nol)

sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase

yaitu :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, servik membuka sampai

3 cm.

2) Fase aktif :berlangsung selama 7 jam, servik membuka dari 4 cm

sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3

fase yaitu :

a) Fase akselersi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

b) Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselarasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida,

tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek.

Pada primigravida, kla satu berlangsung +12 jam, sedangkan pada

multigravida +8 jam. (Sondakh,2013;h.5).

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser


4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi :

a) Kepala membuka pintu

b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara

berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, hidung, serta

kepala seluruhnya. (Sondakh,2013;h.6).

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

menyesuaikan kepala pada punggung. (Sondakh,2013;h.6).

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan cara :

a) Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu,

kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah

untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan

bahu belakang.

b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa

badan bayi .

c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. (Sondakh,2013;h.6).

7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam dan multigravida

1,5 – 1 jam. (

c. Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III dimuai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses


pelepasan plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan

tanda – tanda dibawah ini :

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi semburan darah tiba – tiba. (Sondakh,2013;h.6).

Menurut Sondakh 2013;h.5) kala III terdiri dari 2 fase antra lain :

1) Fase pengeluaran plasenta

a) Schultze

b) Proses pelepasan ini seperti menutup payung. Bagian yang

lepas terlebih dahu adalah bagian tengah, lalu terjadi

retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula –

mula bagian tengah, kemudian selutuhnya. Menurut cara ini,

biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah

banyak setelah plasenta lahir.

c) Duncam

d) Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya

plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar

antara selaput ketuban. Pengeluaran juga serempak dari

tengah dan pinggir plasenta.


2) Fase pengeluaran plasenta

Pesat – pesat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah:

a) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas

syimpisis, tali pusat diteggakkan, maka bila tali pusat masuk

berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas.

b) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat

kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.

(cara ini sudah tidak digunakan lagi).

c) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali

pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar

bererti sudah lepas. Tanda – tanda pelepasan plasenta

adalah rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah

panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara

tiba – tiba.

d. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum. Rata – rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal

adalah 250 cc, biasanya 100 – 300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500

cc, maka dikatakan abnormal.

Menurut Sondakh (2013;h.7) tujuh pokok penting dalam

pengawasan kala IV adalah :


a) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan

pemeriksaan palpasi.

b) Perdarahan : ada atau tidaknya, banyak atau biasa.

c) Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan untuk

berkemih dan kalau tidak bisa lakukan kateter.

d) Luka – luka : jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan

masalah lain.

g) Bayi dalam keadaan baik.

10. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Definisi

1) Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusui dini adalah

bayi mulai menyusu dendiri segera setelah lahir. Kontak

antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya

selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan

mencari payudara ibu dengan sendirinya.

(Sondakh,2013;h.170).

2) Prinsip menyusui atau pemberian ASI

Beberapa prinsip dalam pemberian asi menurut Sondakh

(2013;h.170) adalah sebagai berikut :

a) Setelah bayi lahir, tali pusat segera diikat.

b) Letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi

bersentuhan langsun kekulit ibu.


c) Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam

atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri

apabila sebelumnya tidak berhasil.

d) Bayi diberi topi dan diselimuti.

e) Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap

untuk menyusui.

f) Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir.

g) Tidak memberikan makanan peraktal seperti air gula

atau air tajin kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar,

tetapi mengusahakan bayi mengisap untuk merangsang

produksi ASI.

h) Menyusui bayi dari kedua payudara sampai

tetesterakhir, masing – masing 15 – 25 menit.

i) Memberikan asi saja selama 4 – 6 bulan (on demend).

b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

a) Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi,

sehingga apabila bayi diletakkan didada ibunya segera

setelah melahirkan, dapat menurunkan resiko

hipotermia dan menurunkan kematian akibat

kedinginan.

b) Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini akan

mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu

eksekutif dan mempertahankan menyusu dari pada


yang menunda menyusui dini. Lalu, sentuhan, kuluman/

emutan,dan jilatan bayi pada puting ibu akan

merangsang oksitosin yang penting untuk membuat

rahim berkontraksi dan merangsang pengaliran ASI dari

payudara. (Sondakh,2013;h.170).

2) Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu

a) Oksitosin

(a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko

perdarahan pasca persalinan.

(b). Merangsang pengeluaran kolostrum dan

meningkatkan produksi ASI

(c) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.

(d). Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran

plasenta, dan pengalihan rasa nyeri dari berbagai

prosedur pasca persalinan lainya.

b) Prolaktin

(a). Meningkatkan produksi ASI

(b). Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai

rasa kurang nyaman.

(c). Memebari efek relaksasi pada ibu setelah bayi

selesai menyusui.

(d). Menunda ovulasi.

3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk Bayi


(a). Makanan dengan kualitas dan kuantitas dengan

optimal. Mendapat kolostrum segera, disesuaikan

dengan kebutuhan bayi.

(b). Segera memberikan kekebalan posif pada bayi.

Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.

(c). Meningkatkan kecerdasan.

(d). Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan

menghisap, menelan, dan nafas.

(e). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu - bayi.

(f). Mencegah kehilangan panas.

(g). Meningkatkan berat badan.

C. BAYI BARU LAHIR

1. Definisi

Sarwono (2005) dalam Sondakh (2013; h. 150 ) mengatakan Bayi

baru lahir normal adalah bayi yan lahir pada usia kehamilan 37 – 42

minggu dengan berat badan lahir antara 2500 – 4000 gram.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang cukup bulan, 37 – 42

minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 4000 gram dan panjang

sekitar 50 – 55 cm. (Sondakh,2013; h. 150).

2. Kriteria bayi baru lahir

Menurut Sondakh (2013; h. 150) kriteria bayi baru lahir adalah

sebagai berikut :

a. Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram.


b. Panjang badan bayi 48 – 50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32 – 34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33 – 34 cm.

e. Munyi jantung dalam menit pertama + 180 kali/ menit, kemudian

turun sampai 140 – 120 kali/ menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Bernafas cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80 kali / menit

disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit.

g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki – laki)dan labia mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

k. Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium, normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

3. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan diluar uterus

Menurut Sondakh (2013;h.150 - 157) adaptasi fisiologis pada bayi

baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus antara lain :

a. Adaptasi pernafasan

a) Pernafasan awal dipicu oleh faktor fisik,sensorik, dan kimia.


1) Faktor – faktor fisik meliputi : usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru – paru dan mengisi alveolus yang

kolaps (misalnya: perubahan dalam gradien tekanan).

2) Faktor – faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara,

dan penurunan suhu.

3) Faktor – faktor kimia,meliputi : perubahan didalam darah

(misalnya: penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar

dioksida, dan penurunan Ph).

b) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30 – 60 kali /menit.

c) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah,

terutama selama 12 – 18 jam pertama.

d) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung.

b. Adaptasi kardiovaskular

a) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.

b) Sirkulasi perifer lambat, yaitu menyebabkan akrosianosis (pada

tangan, kaki, dan sekitar mulut).

c) Denyut nadi berkisar 120 – 160 kali / menit saat bangun dan 100

kali/ menit saat tidur.

d) Rata – rata tekanan darah adalah 80/ 46 mmhg dan bervariasi

sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

c. Adaptasi gastrointestinal.

a) Enzim – enzim digesti aktif saat lahir dan dapat menyongkong

kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36 – 38 minggu.


b) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.

c) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan

dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim

– enzim penkreas dan lipase.

d) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi

berusia 3 bulan.

e) Pengeluaran mekonium, yaitu fases berwarna hitam kehijauan,

lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24

jam pada 90 % bayi baru lahir yang normal.

f) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan

dipayudara, sebagian lainya memerlukan 48 jam untuk menyusui

secara efektif.

g) Gerakkan tangan acak kemulut dan mengisap jari telah diamati

didalam uterus, tindakan – tindakkan ini berkembang baik pada

saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.

d. Adaptasi imun

a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang

dipintu masuk.

b) Imaturisas jumlah sistem perlindungan secara singnifikan

menikatkan risiko infeksi pada bayi baru lahir.

c) Infeks merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

selama preode neonatus.

4. Perubahan termogulasi dan metabolik


a) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena

lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada uterus.

b) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit

yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi

mudah menghatarkan panas pada lingkungan.

c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi

melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya

dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada

bayi cukup bulan yang sehat. (Sondakh,2013;h.150)

5. Perlindungan termal (termoregulasi)

a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit

bayi dengan kulit ibu.

b) Gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut

dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

Pastikan bayi tetap hangat.

c) Mempertahankan pertubuhan terman netral.( Sondakh,2013;h.157)

6. Kunjungan bayi baru lahir

Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali antara

lain :

1) Kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir.

2) Kunjungan neonatus II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan 7 hari.


3) Kunjungan neonatus ke III (KN III) pada hari ke 8 – 28 hari.

7. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir menurut prawiroharjo

(2008;h.136) meliputi :

a. Pematauan 2 jam

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk

melihat adanya kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi

tampak aktif atau lunglai dan warna kulit kemerahan atau biru

seorang bidan sebelum meninggalkan bayi perlu melihat apakah

terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan.

b. Pemantauan 0 – 6 jam.

1) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir

dan diletakkan didekat ibu serta dalam ruangan yang sama.

2) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam

ruangan ibu atau didalam ruangan khusus.

c. Asuhan 2 – 6 hari.

Pemeriksaan bayi baru lahir antara lain :

a) Menilai pertumbuhan bayi.

b) Pemberian minuman dan nutrisi.

c) Pemberian asi eksklusif.

d. Asuhan 6 – 28 hari.

1) Pemeriksaan neonatus pada priode ini dapat dilaksanakan

dipelayanan kesehatan atau meliputi kunjungan rumah.

2) Pemeriksaan neonatus dilaksanakan didekat ibu bayi didampingi

ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan.


e. Asuhan rumah.

1) Kunjungan I pada 6 – 8 minggu.

2) Kunjungan 2 pada 3 – 7 hari

3) Kunjungan 3 pada 8 – 28 hari.

8. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir

Menurut manuaba (2013;h.432 – 435) komplikasi pada bayi baru

lahir antara lain :

a. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur

organ janin sejak saat pembuhan. Kelainan kongenital merupakan

penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah

persalinan pada minggu pertama. Kejadian kelainan kongenital

sekitar 0,2 % sampai 0,4 % dari seluruh persalinan.

b. Infeksi neonatorum

Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui : infeksi antenatal

(terjadi sejak masih dalam kandungan), infeksi intranatal (terjadi saat

berlangsungnya persalinan),infeksi postnatal (terjadi setelah bayi

berada diluar kandungan).

Gejala klinik infeksi neonatorum antara lain : malas minum, bayi

tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat

menurun, terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan

bervariasi dapat meningkat menurun atau dalam batas normal,

pergerakkan makin menurun, dan pada pemeriksaan mungkin

dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hati dan limpa


(hepatosplenoggemali), purpura (bercak darah dibawah kulit), dan

kejang – kejang.

c. Aspirasi pneumonia

Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi dengan

berat badan lahir rendah karena reflek menelan dan batuk yang

belum sempurna. Gejala penyakit ini mungkin

D. NIFAS

1. Definisi

Masa nifas (puerperinium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangusung selama kira – kira 6 minggu.

(Saleha,2009;h.2).

Masa nifas (puerperinium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa

sesudah melahirkan. (Saleha,2009;h.4).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi,2013;h.1).

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan

yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai

dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau

mendekati keadaan sebelum hamil. (Saleha,2009;h.4).


Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut, priode masa nifas

(puerperinium) adalah priode waktu selama 6 – 8 minggu setelah

persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir

setelah alat – alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/

tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi

karena proses persalinan.

2. Tujuan pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan

bayi sehari – hari. (Saleha,2009;h.4).

d. Memberikan pelayanan KB

Menurut Saleha (2009;h.6) mengataka tujuan asuhan

kebidanan pada masa nifas dilakukan kunjungn nifas minimal 4 kali

sehingga bidan dapat mendeteksi masalah, mengobati, serta merujuk

bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3. Prinsip dan sasaran asuhan masa nifas

Menurut Dewi (2013;h.1) prinsip dan sasaran asuhan masa nifas

adalah :

a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikolohis

b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis


c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian

makanan anak dan peningkatkan pengembangan hubungan antara ibu

dan anak yang baik.

d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia

melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.

e. Pencegahan,dianosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

f. Merujuk ibu keasuhan tenaga ahli jika perlu

g. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

4. Kunjungan masa nifas

Menurut Saleha (2009;h.6) kunjungan pada masa nifas adalah :

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 – 8 jam a. Mencegah terjadinya perdarahan

setelah pada masa nifas.

persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan fan memberi

rujukan bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena

antonia uteri.

d. Pemberian ASI pada masa awal

menjadi ibu.

e. Mengajarkan cara mempererat


hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dan cara

mencegah hipotermia

2 enam hari a. Memastikan involusi uteri berjalan

setelah normal, uterus berkontraksi, fundus

persalinan dibawah umbilikus tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak

ada bau.

b. Menilai adanya tanda – tanda

demam, infeksi, atau kelainan

pasca melahirkan.

c. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusi dengan

baik dan tidak ada tanda- tanda

penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan bagai mana

menjaga bayi, cara merawat tali

pusat, dan bagaimana menjaga

bayi agar tetap hangat.

3 dua minggu sama seperti diatas (enam hari setelah


setelah persalinan).

pesalinan

4 enam minggu a. Menanyakan pada ibu tentang

setelah penyulit – penyulit yang dialami

persalinan atau bayinya.

b. Memberikan konseling untuk Kb

secara dini.

5. Keuntungan dan keterbatasan kunjungan rumah

a. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.

b. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan.

c. Kekhawatiran tetang keamanan untuk mendatangi pasien didaerah

tertentu.

6. Peran bidan pada masa nifas

a. Memebrikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas baik

dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik

dan psikososial selama persalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik

dan psikologis.

c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman. Menurut Saleha (2009;h.5)

7. Tahapan masa nifas

Menurut Saleha (2009;h.5) tahapan persalinan antara lain:

a. Priode immediate postpartum


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena

atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan

suhu.

b. Priode early post partum ( 24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lockhea tidak berbai busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu – 5 mnggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari- hari serta konseling KB.

Menurut Dewi (2013;h.4) tahapan pada masa nifas antara lain :

a. Puerperium dini.

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,

serta menjalankan aktivitas layaknya wanita lainnya.

b. Puerperium intermediate.

Yaitu suatu kepulihan menyeluuh alat – alat genetalia yang

lamanya sekitar 6 – 8 minggu

c. Puerperium remote.

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

8. Perubahan fisiologis pada masa nifas


Menurut Saleha (2009;h.54) adaptasi fisiologi masa nifas antara lain

a) Perubahan sistem reprodiksi.

a. Uterus

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada

masa sebelumnya hamil sampai dengan kurangnya dari 4

minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1kg sebagai

akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi

kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah

persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi

100 gram atau kurang. ( Saleha,2009;h.54).

Tabel 4.1

Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan berat uteri menurut masa

involusi

Involusi TFU Berat Uterus

bayi lahir Setinggi pusat, 2 jaridibawah 1.000 gram

pusat

1 minggu Pertengahan puasat 750 gram

syimpisis

2 minggu Tidak teraba diatas syimpisis 500 gram

6 minggu Normal 50 gram

8 minggi normal tapi sebelum hamil 30 gram

b. Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dari vagina selama masa nifas. Lokia ini terbagi dalam 3 jenis

yaitu : lokia rubrasangulenta dan lokia serosa atau alba dan

lochea rubra.

c. Servik

Segera setelah berahirnya kala TU, servik menjadi sangat

lembek, kendur, dan terkulai.

d. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperinium

merupakan suatu yang luas berdinding tipis. Secara berangsur

angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti

ukuran nulipara. Rugae timbul lagi pada minggu ketiga.

e. Payudara atau mammae

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologi yaitu : produksi susu, sekresi susu atau let

down.

b) Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makananya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk

gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi

penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan

kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk

proses pertumbuhan janin juga padaibu dalam masa laktasi.


c) Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

melahirkan.

9. Adaptasi psikologi pada masa nifas

Priode ini diekspresikan oleh Refa Rubin yang terjadi pada tiga tahap

berikut ini :

a. Taking in period

Terjadi pada 1- 2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat tergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,

ibu lebih mengingat pengalamn melahirkan dan persalinan yang

dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

b. Taking hold period

Berlangsung 3- 4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi, pada masa ini ibu menjadi sangat

sensitif,sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat

untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Leting go periode

Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

10. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

a. Nutrisi dan cairan


Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian

yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Ibu

yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pascapersalinan.

5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat

tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya :

memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.

c. Eliminasi

1) Buang air kecil


Berikut adalah sebab – sebab terjadinya sulit berkemih

(retensio urine) pada ibu post partum adalah :

a) Berkurangnya tekanan intra abdominal

b) Otot – otot perut masih lemah.

c) Edem dan uretra

d) Dinding kandung kemih kurang sensitif.

2) Buang air besar

Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)

setelah hari kedua post partum.

d. Personal higiene

Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga

kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :

a) Anjurkan kebersihan seuruh tubuh, terutama perinium.

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sabun

dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

e. Istirahat dan tidur

Hal – hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi

kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :


a) Anjurkan pada ibu agar istirahat cukup

b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan – kegiatan rumah tangan

secara perlahan – lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal

diantaranya : mengurangi jumlah asi, memperlambat proses involusi

uterus, dan memperbanyak perdarahan, dan menyebabkan depresi

dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

11. Asuhan ibu pada masa nifas

a. Memeriksa tanda – tanda vital ibu

b. Membersihkan alat kelamin, perut,dan kaki ibu.

c. Mencegah perdarahan hebat antara lain :

a) Rasakan rahim untuk melihat apakah dia

berkontraksi.periksalah segera setelah plasentanya lahir.

Kemudian periksalah setelah 5 atau 10 menit setelah 1 jam.

Untuk 1 atau 2 jam berikutnya, periksalah setiap 15 – 30 menit.

Jika rahimnya terasa keras, maka dia berkontrasi sebagai

mana mestinya.

b) Periksa popok ibu untuk memeriksa seberapa sering

mengeluarkan darah, jika mencapai 500 ml (sekitar 2 cangkir)

berarti pendarahanya terlalu berlebihan.

c) Periksa denyut nadi ibu dan tekanan darahnya setiap jam.

Perhatikan tanda – tanda syok.


d. Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah – masalah lainya antara

lain :

a) Jika ibu memiliki robekan

b) Jika ibu memiliki hematoma atau rasa sakit divagina

c) Jika servik bisa dibuka dari bukaan vagina

e. Memperhatikan persaan ibu terhadap bayinya

f. Perhatikan gejala infeksi pada ibu.

g. Bantu bu menyusui. (saleha,2009;h.86 – 90).

12. Deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan penanganannya

Menurut saleha (2009;h.96 – 110) deteksi dini komplikasi masa

nifas dan penangananya antara lain :

a. Infeksi masa nifas

Adalah infeski pada traktus genitalia setelah persalinan,

biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.

Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob

yaitu: steptococcus haemolyticus aerobius, stapylococcus aereus,

escherichia coli dan clostridium welchi.

Gejala klinis dari infeksi masa nifas terbagi dalam 2 golongan

yaitu :

a. Infeksi terbatas diantaranya :

a) Vulvitis

Pada infeksi bekas sayatan epsiotomi atau luka

perinium jaringan sekitarnya membengkak, tetapi luka


menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka

yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

b) Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka

vagina atau melalui perineum.permukaan mukosa

membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah

mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.

c) Servisitis

Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak

menimbulkan banyak gejala.luka servik yang didalam dan

meluas dapat langsung kedasar ligamentum latum

sehingga menyebabkan infeksi menjalar ke parametrium.

Gejala klinik yang dirasakan pada servisitas antara lain

: nyeri dan rasa panans pada daerah infeksi, kadang perih

bila BAK, dan demam dengan suhu badan 39 oc – 40 oc.

b. Infeksi yang menyebar

Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah, limfe,

dan pembukaan endometrium (tromboflebitis, parameritis,

salpingitis, dan peritonitis).

13. Perawatan pada masa nifas

Menurut muchtar (2012; h. 88 – 89) perawatan pada masa nifas antara

lain :

a. Mobilisasi. Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat,tidur

terlentang selama 8 jam pascapartum.setelah ibu beleh mirin –


miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya

tromboemboli. Pada hari ke – 2, ibu diperbolehkan pulang.

Mobilisasi tersebut memiliki variasi, bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.

b. Diet. Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya,

makanan makanan yang mangandung protein, banyak cairan, sayur

– sayuran, dan buah.

c. Miksi. Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri

secepatnya. Kadang – kadang, wanita mengalami kesulitanberkemih

karena sfingter uretra ditekana oleh kepala janin dan spasme akibat

m.sfingter ani selama persalinan, juga karena adanya edema

kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Apabila kandung

kemih penuh dan wanita sulit berkemih, sebaiknya dilakukan

kateterisasi.

d. Defekasi. Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari pasca

persalinan. Apabila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi

apalagi buang air besar keras, dan diberikan obat laksatif per oral

atau per prektal. Jika masih belum bisa, dilakukan klisma.

e. Perawatan payudara (mamma). Perawatan mamma telah dimulai

sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan

kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Apabila bayi

meninggal, laktsi harus dihentikan dengan cara pembalutan mamma

sampai tertekan, pemberian obat ekstrogen untuk supresi LH,


seperti tablet lynoral dan parlodal. Sangat baik untuk kesehatan bayi

tersebut.

f. Laktasi. Untuk menghadapi masa laktasi, sejak kehamilan telah

terjadi perubahan – perubahan pada kelenjar mamma, yaitu :

1) Proliferasi jaringan pada kelenjar – kelenjar, alveoli, dan

bertambahnya jaringan lemak.

2) Pengeluaran cairan susu jolong (kolostrum), yang berwarna

kuning – keputihan dari duktus laktiferi, hipervaskularisasi pada

permukaan dan bagian dalam, vena – vena berdilatasi sehingga

nampak jelas.

3) Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesteron

hilang sehingga timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) Atau

Prolaktin Yang Akan merangsang air susu. Disamping itu,

pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu

berkontraksi sehingga air susu keluar. Produk akan banyak

sesudah 2 – 3 hari pasca persalinan.

4) Mudah menyusukan bayi.

5) Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi

6) Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.

a) Cuti hamil dan bersalin. Menurut undang – undang,

wanita hamil pekerja berhak mengambil cuti hamil

dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum

bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.


b) Pemeriksaan pascapersalinan. Pemeriksaan

postnatal antara lain meliputi :

1) Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksan

tekanan darah, nadi, keluhan dan

sebagainya.

2) Keadaan umum, seperti suhu badan, selera

makan, dan lain – lain.

3) Payudara yaitu ASI, puting susu.

4) Dinding perut,perineum, kandung kemih,

rektum.

5) Sekret yang keluar, misalnya lochia, flour

albus.

6) Keadaan alat – alat kandungan.

c) Nasehat untuk ibu postnatal.

1) Fisioterapi postnatal sangat baik diberikan.

2) Sebaiknya, bayi disusui.

3) Lakukan senam pascapersalinan.

4) Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga

sebaiknya malakukan KB untuk

menjarangkan anak.

5) bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi

Anda mungkin juga menyukai