Anda di halaman 1dari 12

. C.

NIFAS

1. Definisi

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut
hitungan awam. Masa ini penting sekali untuk di pantau,nifas merupakan masa pembersihan
rahim ,sama halnya seperti masa haid (Saleha Sitti.2009;h.2).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti semula sebelum hamil,masa nifas berlangsung kira kira 6
minggu (Saleha Sitti.2009;h.2).

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan kebidanan yang di berikan pada
pasien mulai pada saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha Sitti.2009;h.4).

Involusio adalah perubahan uterus setelah persalinan,yang berangsurkembali seperti


keadaan semula yang sama dengan kondisi dan ukuran dalam keadaan tidak hamil (Saleha
Sitti.2009;h.4)

2. Proses penting pada masa nifas (Saleha Sitti.2009;h.2-3)

a. Pengecilan rahim atau involusi

b. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

c. Proses laktasi atau menyusui

3. Tujuan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai
berikut(Saleha Sitti.2009;h.4-5) :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah,mengobati,dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun


bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,nutrisi,KB,cara dan


manfaat menyusui,imunisasi,serta perawatan bayi sehari –hari.
d. Memberikan pelayanan KB.

4. Peran Bidan Pada Masa Nifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut (Saleha Sitti.2009;h.5) :

a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikilogis selama persalinan dan
nifas.

b. Sebagai Promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.

5. Tahap Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Saleha Sitti.2009;h.5-6) :

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak maslah,misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,pengeluaran
lokia,tekanan darah,dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini biadan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,tidak ada
pendarahan,lokia tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu -5minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
6. Progam Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Kunjungan masa nifas di lakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah dan mendeteksi,serta
menangani masalah-masalah yang terjadi (Saleha Sitti.2009;h.6-7).

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah  Mencegah terjadinya pendarahan pada
persalinan masa nifas.
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan dan memberi rujukan bila
pendarahan berlanjut.
 Memberikan konseling kepada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah pendarahan masa
nifas karena atonia uteri.
 Pemberian ASI pada awal menjadi ibu.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
Jika bidan menolong persalinan,maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan  Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi dengan baik,
fundus di bawah umbilikus tidak ada
pendarahan abnormal, dan tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
 Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi
agar tetap dalam keadaan hangat.
3 2 minggu setelah Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).
persalinan
4 6 minggu setelah  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
persalinan penyulit yang di alami atau bayinya.
 Memberikan konseling untuk KB secara
dini.

7. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas,alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali ke keadaan


sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini
terjadi juga perubahan penting lainnya,yaitu perubahan perubahan yang terjadi antara lain
sebagai berikut :

1. UTERUS

Dalam keadaan normal,uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai
dengan kurang dari 4 minggu,berat uterus setelah kelahiran kurang lebih1 kg sebagai akibat
involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram,pada akhir
minggu kedua setelah melahirkan menjadi kurang lebih 300 gram,setelah itu menjadi 100
gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat/2 jari dibawah pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisi 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram

2. LOKHEA

Lokhea dalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas.
Lokhea terbagi menjadi 4 jenis yaitu :

a. Lokhea Rubra ( Cruenta

Berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,set-set
desidua,verniks caseosa,lanugo,dan mekonium selama 2-3 hari pasca persalinan.

b. Lokhea Sanguilenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lemak yang keluar pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.

c. Lokhea Serosa

Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokhea rubra,lokhea ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.

d. Lokhea Alba

Merupakan lokhea yang terakhir dimulai dari hari ke 14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Berbentuk seperti
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

3. ENDOMETRIUM

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,degenerasi,dan nekrosis di tempat


implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,mempunyai permukaan
yang sangat kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai
rata,sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

4. SERVIKS
Sefera setelah berakhirnya kala TU,serviks menjadi sangat lembek,kendur,dan terkulai.
Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet,terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat
padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,lubang serviks lambat laun
mengecil,beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4
minggu postpartum.

5. VAGINA

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luar
berdinding tipis. Secara berangsur luasnya berkurang,tetapi jarang sekali kembali seperti
ukuran seorang multipara.

Rugae tibul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak seperti tonjolan jaringan yang
kecil,yang dalam proses pembentukan berubah menjadi kurunkulae mitiformis yang khas
bagi wanita multipara.

6. PAYUDARA /MAMMAE

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis,yaitu sebagai berikut :

a. Produksi susu

b. Sekresi susu atau let down

7. SISTEM PENCERNAAN

Seoran wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makananya 2 jam setelah persalina.
Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas,dimana pada masa ini
terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada
ibu,terutama pada bayi yang di kandungnya untuk pertumbuhan janin juga pada ibu pada
masa nifas.

8. SISTEM PERKEMIHAN

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selam akehamilan kembali normal pada
akhir minggu keempat setelah melahirkan.
Di samping itu kandung kemih pada puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat
secara relatif. Oleh karena itu distensi yang berlebihan,urine residua yang berlebihan dan
pengosongan yang tidak sempurna,harus diwaspadai dengan seksama.ureter dan renalis yang
mengalami distensi akan kembali normal pada dua sampai delapan minggu setelah
persalinan (Saleha Sitti.2009;h.57-62).

8. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Pada Masa Nifas (Saleha Sitti.2009;h.63-64).

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan,terutama
pada ibu primipara.

Halhal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebgai berikut :

1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.

2. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

4. Harapan,keinginan,dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Peride ini di ekspresikan oleh REVA RUBIN yang terjadi pada 3 tahap yaitu :

1. Taking in periode

Terjadi pada 12 hari setelah persalinan,ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang
lain,fokus perhatian terhadap tubuhnya,ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang di alami,serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2. Taking hold periode

Berlangsung 34 hari postpartum,ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam


menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawtan bayinya. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif,sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongna perawat untuk
mengatasi kritikan yang di alami ibu.

3. Letting go periode

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggungjawab
sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya.
9. DEPRESI POSTPARTUM

Depresi postpartum sering terjadi pada masa nifas. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan gangguan afeksi yang paling
sering di jumpai pada masa postpartum (Saleha Sitti.2009;h.65-66).

Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah
sebagai berikut :

a. Perasaan sering gelisah,sedih dan kecewa.

b. Sering menangis

c. Merasa gelisah dan cemas

d. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenagkan

e. Nafsu makan menurun

f. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu

g. Tidak bisa tidur atau insomnia

Faktor atau penyebab defresi postpartum adalah :

1. Perubahan hormonal yang cepat

Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah prolaktin, steroid,
progesteron, dan estrogen.

2. Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH, diabetes melitus atau disfungsi tiroid.

3. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun dalam
keluarga.

4. Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan

5. Marah dengan kehamilannya.

6. Merasa terisolasi.

7. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga dan


melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.
10. KEBUTUHAN DASAR IBU PADA MASA NIFAS (Saleha Sitti.2009;h.71-76).

A. Nutrisi dan cairan

B. Ambulasi

C. Eliminasi

D. Personal hygiene

E. Istirahat dan tidur

F. Aktivitas seksual

G. Latihan dan senam nifas

11. DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA NIFAS DAN PENANGANANYA

(Saleha Sitti.2009;h.95-110).

1. Infeksi Masa Nifas

A. Pengertian

Infeksi Puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan,biasanya dari
endometrium bekas insersi plasenta.

B. Etiologi

Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob,yaitu :

1. Streptococcus haemolyticus aerobicus

2. Stapylococcus aereus

3. Escherichia coli

4. Clostridium welchii

C. Patofisiologi

Setelah kala III daerah bekas inersio plasenta merupakan sebuah luka dengan permukaan
yang tidak rata,daerah ini merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri. Begitu
juga serviks,vulva,vagina dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan.
Semua ini merupakan tempat masuk/berkembangnya kuman patogen.

D. Gejala klinis

Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut :

1. Infeksi Terbatas

Infeksi yang terbatas pada perineum,vulva,vagina,serviks,dan endometrium.

Contohnya : vulvitis,vaginitis,dan servisitis.

2. Infeksi yang menyebar

Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah,limfe,dan permukaan endometrium.

Contohnya : trombophlebitis

E. Penatalaksanaan

Di samping pemberian antibiotika dalam pengobatan infeksi puerperalis masih diperlukan


beberapa tindakan khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.

1. Penatalaksanaan luka perineum,vulva dan vagina

Luka biasanya menjadi nyeri,merah dan bengkak. Jika terjadi infeksi dari luka luar biasanya
jahitan diangkat supaya ada drainase getah luka atau lakukan kompres.

2. Penatalaksanaan endometitris

Pasien sebisa mungkin diisolasi,tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya.

Untuk Kelancaranpengaliran lokea,pasien boleh diletakan pada posisi fowler dan di beri
uterostonica serta di anjurkan banyak minum.

3. Penatalaksanaan trombophlebitis pelvis dan femoralis

Tujuan terapi pada penyakit ini adalah sebagai berikut :

1. Mencegah emboli

2. Mengurangi akibat trombophlebitis yaitu edema kaki yang lama,perasaan nyeri di tungkai.
2. Pendarahan Dalam Masa Nifas

Penyebab pendarahan pada masa nifas adalah :

1, Sisa plasenta dan polip plasenta

2. Endometritis puerperalis

3. Sebab fungsional

4. Pendarahan klinis

3. Infeksi Saluran Kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas masih relatif tinggi dan hal ini dihubungkan
dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan,pemeriksaan
dalam yang terlalu sering,kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.

Biasanya memperikan gejala yang lebih berat,demam,menggigil,serta perasaan mual dan


muntah. Selain disuria,dapat juga terjadi piuria dan hematuria.

Pengobatan

Antibiotika yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamid, trimetropim,


Bsulfametoksazol. Banyak penelitian yang melaporakan resistensi mikrobakterial terhadap
golongn penisilline.

4. Mastitis

Mastitis adalah radang payudara.

Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :

1. Payudara bengkak yang tidak disusul secara adekuat,akhirnya terjadi mastitis.

2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

3. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement,jika tidak disusui dengan
adekuat,maka bisa terjadi mastitis.

4. Ibu yang dietnya buruk,kurang istirahat dan anemia akan mudah terkena infeksi.

Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :


1. Bengkak,nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.

2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.

3. Payudara keras dan benjol

4. Panas badan dan rasa sakit umum.

5. Abses Payudara

Harus dibrdakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi
dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.

Gejala

1. Ibu tampak lebih parah sakite

2. Payudara lebih merah dan mengkilap

3. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah,sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah tersebut.

Penatalaksanaan

1. Tehnik menyusui yang benar

2. Kompres air hangat dan dingin

3. Terus menyusui pada mastitis

4. Susukan dari yang sehat

5. Senam laktasi

6. Rujuk

7. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotik bila abses bertambah.

Anda mungkin juga menyukai