Anda di halaman 1dari 3

Vampire Twins (Part 1)

Judul Cerpen Vampire Twins (Part 1)

Cerpen Karangan: Hanifah Putri Alamsyah

Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)

Lolos moderasi pada: 11 November 2015


Kedua insan ini sedang duduk di sofa rumahnya. Mereka adalah Ravelin dan James, mereka adalah dua
orang vampir kembar. Tapi, James lebih dulu lahir dan usia mereka berbeda 2 jam. Mereka kini telah
meninggal karena leher mereka diterkam oleh seorang vampir.

“Aku menginginkan darah segar.” Hidung James terus mengendus-endus mencari aroma darah manusia
yang segar. Mata James berubah menjadi merah, taringnya mulai muncul di giginya. Selama beratus-
ratus tahun ini Ravelin dan James tidak meminum darah dan James tidak bisa mengendalikan diri ketika
melihat dan mencium darah.

“Tahan dirimu! Jangan bertindak ceroboh.” Tangan Ravelin menarik tangan James yang sudah beranjak
dari duduknya dan hendak pergi ke luar untuk mencari keinginannya.

“Argghh!! Sekarang tolong jangan hentikan aku! Aku haus! Aku menginginkan darah!” Seketika wajah
tampan James berubah menjadi garang dan mengerikan, tangannya berusaha menyingkirkan tangan
adiknya yang selalu menghentikannya ketika ia menginginkan darah manusia.

“Itu akan mencelakakan dirimu! Jangan bertindak ceroboh!” Ravelin kini sudah beranjak dari duduknya.
Ia memandangi wajah James dengan tatapan dingin bahkan sangat dingin. “Aku tidak mau kamu terluka!
Kini tinggal kau dan Ayah yang ada untukku.”

James menatap wajah Ravelin dengan wajah iba, seketika matanya yang merah berubah seperti semula
dan taringnya mulai hilang. James merapikan rambutnya sebentar dan kembali duduk. Ia menatap
langit-langit rumahnya dengan tatapan dingin. “Aku akan berusaha menahan nafsuku..”

James dan Ravelin berjalan menelusuri sekolah, pandangan mereka mengarah ke depan menatap
sesuatu dengan dingin, orang-orang di sekelilingnya menatap mereka yang sangat dingin dan jarang
berbicara dan berkomunikasi dengan lainnya walau James tampan dan Ravelin cantik, bahkan banyak
pria dan gadis yang menggilai mereka. James dan Ravelin terus berjalan menghiraukan orang-orang di
sekelilingnya, langkah mereka cenderung pelan sebenarnya mereka bisa berjalan sangat cepat namun
tidak mungkin mereka memperlihatkannya di sini itu bisa membuat yang lainnya mengetahui siapa
sebenarnya mereka.

“Apa yang kau sukai dari tempat ini?” Ravelin menyilangkan tangannya di depan dadanya, tatapannya
tidak ia alihkan ke James. Ia tetap menatap ke depan dengan dingin. Para vampir memang seperti ini,
selalu bersikap sangat dingin datar.

“Hmm.. darah para manusia.” James masih tidak bisa mengendalikan nafsunya, ia terus mengendus-
endus mencium darah para manusia yang menurutnya segar, itu jika manusia itu tidak memiliki penyakit
yang membahayakan.
“Apa kau tidak lihat? Kita sekarang berada di sekolah. Jangan sampai para manusia tahu kita
sebenarnya.” Ravelin menghembuskan napas beratnya, sebenarnya ia sangat ingin kembali menjadi
manusia tetapi itu tidak akan bisa terjadi. “Kendalikan dirimu.”

“Hey, Ravelin! Kita sudah tidak meminum darah selama beratus-ratus tahun, jadi tidak salahkan kalau
aku menginginkan darah? Lagi pula seorang vampir membutuhkan minuman layaknya seorang manusia
dan minuman itu adalah darah manusia yang segar.” Mata indah James menatap Ravelin yang selalu
berusaha melarangnya, ia masih menatap adiknya itu dengan dingin. “Menurutku, itu sangat wajar.”

“Itu memang wajar, tapi aku selalu mengendalikan diriku. Darah para manusia memang segar, aku pun
sama halnya denganmu, haus akan darah segar. Tapi aku selalu mengendalikan diriku, kau pun harus
begitu.” Ravelin masih menatap wajah tampan James. Vampir seperti James memang banyak
penggemarnya di kalangan manusia, tapi vampir tidak boleh berhubungan dengan manusia. Padahal
dahulu ketika James masih menjadi manusia.

“Itu adalah dirimu bukan diriku, walaupun kita kembar bukan berarti kemampuan kita mengendalikan
diri itu sama.”

Ravelin menundukkan wajahnya, pikirannya dipenuhi oleh James, Kakaknya. James masih belum bisa
mengendalikan diri padahal berulang kali ia sudah memperingatkan James. Ravelin mengacak
rambutnya dengan kasar, matanya berubah menjadi merah, vampir ketika marah, matanya akan
berubah menjadi darah. Wajah Ravelin menjadi menyeramkan. Seandainya, ia bisa mengulang kejadian.
Itu akan sangat menyenangkan, Ravelin dan James tidak akan menjadi vampir dan selalu berusaha
menjauh dari orang.

“Ravelin..”

Suara seseorang gadis membuat lamunan Ravelin terhenti, amarahnya mulai ia padamkan, matanya pun
sekarang sudah menjadi semula. Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah seorang gadis yang
sedang tersenyum, ia menatap gadis itu lagi lagi dengan sikap dingin, padahal jika Ravelin tersenyum, ia
akan menjadi sangat-sangat cantik. Ravelin tidak merespon panggilan itu.

“Namaku Amanda.” Gadis itu kembali tersenyum, ia menjulurkan tangannya kepada Ravelin.

“Kita tidak perlu berjabat tangan. Saya tidak butuh itu! Ada apa?” Ravelin menatap Amanda dengan
malas. Semenjak menjadi vampir, ia tidak pernah berhubungan dengan manusia.

“Apa kita bisa berteman?” Amanda menunjukkan senyumnya.

“Tidak! Cepat pegi, jauhi aku!” Ravelin membentak Amanda.

Ravelin membulatkan matanya melihat seseorang yang seakan siap untuk menerkam leher Amanda.
James. James sudah menyiapkan taringnya untuk menerkam leher Amanda. Amanda tidak menyadari
bahwa dirinya sedang terancam bahaya, bahaya yang dapat membunuhnya. Ravelin segera beranjak
dari duduknya dan menarik James menjauh dari kelas. “Cepat Amanda! Pergilah! Jauhi aku!”
Ravelin mendorong paksa tubuh James ke dinding suatu ruangan yang sepi. Matanya berubah lagi
menjadi marah dan taringnya sudah muncul, ia menatap tajam wajah James, menatap dengan penuh
amarah.

“Sudah berulang kali aku peringatkan! Kenapa tidak didengarkan juga!” Mata James sekarang benar-
benar menyeramkan bukan hanya matanya bahkan wajahnya. Ia menuding kasar jari telunjuknya ke
wajah James, ia menarik kerah baju James.

“Aku tidak bisa mengendalikan diriku! Tolong jangan paksakan aku, aku haus! Sangat haus!” Mata James
juga mulai merah. Ia sudah menyiapkan taringnya.

Keduanya kini sudah mundur, mereka sepertinya akan bertengkar.

“Argghh!!”

James maju ke depan lalu mulai meninju kasar perut Ravelin. Ravelin dapat menghindar lalu
mengarahkan pukulannya ke hidung James, hingga James tergeletak di lantai, Ravelin terus memukul-
mukul wajah James. “Kendalikan dirimu, James!”

Ravelin menyudahi pukulannya dan langsung berdiri normal begitu pun dengan James, ia bergerak maju
sehingga Ravelin terus mundur. Punggung Ravelin kini sudah berada di dinding, ia tidak dapat mundur
lagi sedangkan James terus maju dan mengurungnya.

“Oke. Aku akan berusaha mengendalikan diriku tapi jika tidak bisa jangan salahkan aku.” James kini
tersenyum sinis ke arah Ravelin.

Tangan James meraih dagu Ravelin membuat wajah vampir cantik ini terangkat. Ravelin menatap wajah
Kakaknya dingin. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kakaknya ini?

“Aku mencintai kamu, Ravelin. Lebih dari hubungan keluarga” James menatap Ravelin. Mencintai?
James benar-benar sudah gila. James mulai memiringkan wajahnya.

Ravelin mendorong dada James sangat keras, vampir memang mempunyai kekuatan 100 kali lipat dari
kekuatan manusia.

“Jangan gila! Kita ini saudara!”

“Kalau aku ingin lebih dari itu? Seperti kekasih?”

“Stop! Jangan gila, James! Aku ini adikmu! Adikmu! Satu darah denganmu! Dilahirkan dari wanita yang
sama!”

“Memang benar kau saudaraku! Tapi aku mencintaimu, tak bisakah hubungan kita menjadi seorang
kekasih? Aku sangat menginginkan hal itu.”

“Lebih dari darah yang segar? Yang didapatkan dari manusia yang segar?”

“Lebih dari itu! Aku sangat mencintaimu!”

“Ternyata kau benar-benar sudah gila!”

Anda mungkin juga menyukai