Anda di halaman 1dari 4

41.

Back To Jakarta

Cahaya mentari menelisik masuk melalui celah tirai yang menutupi kaca jendela besar. Limpahan
cahayanya mengenai wajah dua manusia yang masih bergelung di bawah selimut, dengan bentuk
acak-acakan--tersingkap hingga batas perut.

Scarletta perlahan membuka matanya yang terasa perih. Posisi tidur menyamping membuatnya
berhadapan langsung dengan wajah tampan yang semalam memeluknya begitu erat.

Pipi Scarletta memerah mengingat hal itu. Dapat ia rasakan bagaimana semalam lelaki itu
membawanya dalam pelukan.

"Sayangku ..." lirih Scarletta dengan suara serak khas bangun tidur. Diusapnya wajah pulas Riyu
dengan gerakan pelan, lalu dikecupnya singkat bibir lelaki itu.

"Kayak mimpi rasanya perlakuan manis kamu dua hari ini. Makin sayaaaaang!!" suara Scarletta
bernada 'gemas'.

Lalu, diulanginya lagi mengecup kedua mata, hidung, kening, pipi, dan berakhir di bibir Riyu.

"Aku sayang kamu ..." rengek Scarletta, memagut tubuh Riyu erat-erat.

Nyatanya, perlakuan Scarletta membuat tidur Riyu terusik. Lelaki itu terbangun karena gerakan-
gerakan yang diterimanya lewat perlakuan Scarletta.

Menyadari Riyu mengerang, Scarletta mengerjapkan mata, cepat-cepat menjauhkan tubuhnya


karena takut dibentak atau diperlakukan tidak baik seperti kemarin-kemarin.

"Udah bangun?" lirih Riyu dengan suara parau.

"Udah," jawab Scarletta singkat. Ia membalikkan tubuh hingga posisinya kini membelakangi Riyu.

Ponsel Riyu yang ditaruhnya di atas nakas berdering, membuat Scarletta mengangkat kepalanya
karena ya keingintahuan yang cukup besar.

Raut wajahnya langsung berubah mendapati nama Aluna di layar.

"Pacar kamu nelfon." Scarletta berguman singkat.

Posisi nakas yang berada di sisi ranjang sebelah Scarletta membuat Riyu mencondongkan tubuhnya
demi menggapai ponsel. Alhasil, lengan Scarletta bersentuhan langsung dengan lengan Riyu yang
tengah meraih benda pipih itu.

Bukannya mengangkat, Riyu justru me-reject panggilan Aluna. Hal itu membuat bola mata Scarletta
membesar.

"Kok nggak diangkat?" tanya Scarletta menaikkan kedua alis.

Riyu meletakkan kembali ponselnya, lalu merebahkan diri di samping Scarletta.

Dengan sekali sentakan, dibawanya gadis itu menghadap kembali ke arahnya. Tangan Riyu
mengusap pipi Scarletta, lalu turun ke leher jenjang gadis itu.

"I want to hear your moan again ... Can i?" bisik Riyu lembut.
Dan entah apa yang membuat Scarletta terpaku tanpa penolakan. Gadis itu menatap Riyu lebih
seduktif. Bahkan bahu polos lelaki itu terlihat begiru menggiurkan di matanya. Gara-gara panggilan
Aluna barusan, Scarletta jadi semakin ingin memiliki tubuh Riyu seutuhnya.

"Yes ... please," jawab Scarletta lirih, kemudian mengambil tangan Riyu di pipinya untuk ia kecup.

Alhasil, Riyu tersenyum sebagai jawaban. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Scarletta, memberi
kecupan singkat di bibir gadis itu. "Ride me then!"

"With my pleasure ..." jawab Scarletta seraya terkekeh pelan.

Lalu Scarletta bersingut menaiki tubuh Riyu. Tangan lelaki itu membuka kancing kemejanya satu per
satu, hingga dada gadis itu terpampang jelas tanpa penghalang.

"Sekali aja, ya?" Scarletta bernegosiasi.

"Nggak janji," jawab Riyu sebelum akhirnya menarik tengkuk gadis itu untuk menciumi bibirnya.

***

"Beraninya kamu reject telfon aku!"

"Kenapa, sih, ini? Kenapa aku ngerasa kamu sedang ngejauh, Riyu?"

Aluna mengerang kesal saat Riyu menolak teleponnya. Ia sedang dalam perjalanan pulang dari
apartemen Wardana. Ya. Gadis itu baru bisa pulang pagi ini setelah semalam Wardana menahannya,
bahkan 'bermain' berkali-kali hingga badannya lelah.

Di saat seperti ini, Aluna butuh Riyu. Ia butuh dimanjakan oleh jemari lelaki itu. Bermain bersama
Wardana membuat badannya kesakitan. Walau rasanya sakitnya sebanding dengan hasil yang ia
tuai. Aluna tidak bisa memungkiri itu semua.

"Apa kamu lagi sama Letta?" tebaknya dengan tatapan jengkel.

"Bahkan kamu nggak balas pesan aku satu pun Riyu!" erang Aluna kepalang kesal. Gadis itu
membanting setir, terbakar api amarah dan cemburu yang menghanguskan jantungnya.

"Akan aku bikin kamu milih aku terus. Karena aku yakin kamu nggak akan ninggalin aku. Kamu itu
cinta sama aku, Riyu. Kamu merasa terganggu sama Scarletta. Iya! Itu faktanya!" ucap Aluna
meyakinkan dirinya sendiri. Tapi tetap saja, meski pun berujar dengan lantang, hati Aluna merasa
kurang yakin dengan pemikirannya.

"Argh!" Aluna menjerit sendiri, hingga mobil yang ia kendarai sedikit tidak terkontrol.

**

Scarletta dan Riyu sama-sama merebahkan tubuh mereka ke aras ranjang usai sama-sama mencapai
'pelepasan'. Dengan napas terengah-engah, Scarletta menatap Riyu dengan raut sendu. Tangannya
mengusap peluh yang bercururan di dahi lelaki itu.

"Kita nggak sarapan gara-gara ini. Dasar Kamu!" ucap Scarletta setelah mendesah panjang.

Riyu terkekeh kecil. "Anggap aja itu sarapannya, Ta."


"Enak aja. Lapar ya lapar, Ri. Semalam kita cuma makan jagung bakar. Itu pun satu ber ..." Ucapan
Scarletta tertahan karena pipinya memerah mengingat kejadian semalam.

Riyu yang paham muara ucapan Scarletta ikut tersenyum. Lelaki itu dengan iseng menyenggol
'puncak sensitif' gadis itu dengan telunjuk hingga Scarletta menjerit.

"Riyu, you naughty!" decak Scarletta menyingkirkan jemari Riyu.

Lelaki itu tertawa lagi. Ditariknya tubuh polos Scarletta merapat ke tubuhnya, hingga kini bagian atas
mereka menempel tanpa penghalang. Perlahan tangan Riyu tergerak mengusap punggungnya
dengan lembut.

Scarletta memejamkan mata, menikmati usapan-usapan lembut yang diterimanya. Dapat ia rasakan
bagaimana napas Riyu terhela tetap di depan bibirnya. Bahkan tanpa melakukan sentuhan 'intim'
pun, gairah dalam tubuhnya masih saja meronta-ronta. Apalagi ketika mengingat dada mereka saling
menempel. Scarletta meneguk ludah susah payah. Ingin beranjak, tapi kenapa rasanya susah?
Bahkan tungkainya begitu lemah untuk bangkit dari tubuh Riyu.

"Jadi benar ... Kamu baru pertama kali?" bisik Riyu begitu lembut dengan terpaan napas begitu
hangat. Scarletta meremas punggung Riyu untuk menyalurkan euforia dalam tubuhnya.

"Udah s--sering. Siapai bilang yang per--pertama." Scarletta mengerucutkan bibir. Pipinya memerah
ditanyai begitu.

"Sering tapi kaku?" Riyu tertawa sebelum akhirjya mengecup ceruk leher Scarletta lembut. "Kamu
pemula."

"Jangan disebut keras-keras. Apaan, sih, kamu!" gerutu Scarletta.

"Ngapain malu? Jujur makanya."

"Hm. Iya, deh. Kamu ... Pengalaman pertama aku," jujur Scarletta dengan suara amat pelan.
Senyum Riyu segera terbit. Cantik sekali wajah Scarletta, terlebih dari dekat begini. Wajah bangun
tidurnya terlihat natural. Riyu menyukai itu.

"Maaf." Riyu bergumam sembari merapikan surai Scarletta yang menutupi matanya ke belakang
telinga. "Maaf udah ngambil ..." Ucapan Riyu terhenti begitu saja.

Scarletta mengerti lamjutan kata itu. Bagaimana pun, tidak etis juga rasanya menyalahkan Riyu
sendirian. Kejadian di malam itu murni karena kelalaiannya. Ia mabuk berat dan ia juga yang
menggoda Riyu duluan. Scarletta merutuki hal itu. Namun apalah dayanya. Sudah terlanjur terjadi,
bahkan berubah candu karena sekarang mereka melakukannya lagi.

Anda mungkin juga menyukai