Anda di halaman 1dari 7

55.

SATU WARSA BERSAMA LUKA

Kehilangan satu anggota tubuh yang cukup penting, tidaklah


mudah. Luka sayatan operasi menghambat aktifitas Rama,
terkesan penakut. Tapi rasa trauma lebih mendominasi. Perasaan
takut kian mengantui setiap aktivitas Rama. Rasa sakit yang
kian lama mendera perlahan menghilang, namun muncul satu
masalah baru yang tak kunjung menemukan solusi.

Sering buang air besar adalah masalah utama Kesehatan Rama di


episode pasca pengangatan kantung empedu. Setiap kali ada
makan, makan besar atau sekedar makan cemilan, selang lima
bekan menit kemudian keluar alias BAB. Inilah yang pada
akhirnya menghambat aktifitas, tidak bisa bebas kemana-mana.
Selalu memastikan berada di dekat toilet jika ingin keluar
dengan istri dan anak-anaknya.

Seperti ajang balas dendam, persoalan makan pun menjadi


perdebatan setiap hari oleh Rama dan Elvina. Hampir setiap
hari menu nasi padang adalah wajib bagi Rama. Sang istri hanya
bisa menuruti saja, tidak ada pilihan lain. Jika tidak
dituruti seharian Rama tidak akan mau makan.

Makana yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh manusia yang


sudah tidak mempunyai kantung empedu, dengan hebatnya dibabat
habis oleh Rama. Pantangan adalah tantangan yang wajib
dilakukan.

“Udah dong bi, harus bisa jaga Kesehatan.” Mungkin ini


kesekian juta kali Elvina ngomel perihal asupan suaminya yang
kian hari badannya kian mengecil.

“Makan sehat atau enggak sama aja sayang, sama-sama sering


BABnya.” Sanggahnya.

“Periksa aja gimana?” Diam-diam sang istri terus mencari


informasi tentang apa yang dialami oleh Rama.
“Aku udah sehat, ini penyesuaian saja sayang pasca operasi,
aku kan udah nggak punya kantung empedunya.” Terus saja alasan
ini yang dijadikan alasan oleh Rama.

“Jalan-jalan yuk sayang.” Tawar Rama.

“Kemana?” Bosan juga Elvina bertarung dengan angka-angka di


depan laptopnya.

“Ajak anak-anak ke time zone sayang, nanti kamu yang standbye.


Kemarin mereka pecahin celengan ayamnya. Minta main ke
timezone.” Rama menunjukkan video Nara dan Kalundra yang
sedang asyik mengitung uang receh dari celengan ayam masing-
masing.

“Iya, aku nyiapin anak-anak dulu.” Elvina bergegas memanggil


anak-anaknya untuk bersiap.

Celotehan Nara terdengar menggemaskan, Minara Tavhisa anak


perempuan satu-satunya, si bungsu yang selalu dimanjakan. Nara
yang paling dekat dengan bapaknya, tapi hubungan mereka kian
merenggang sejak sang bapak sakit-sakitan.

“Nanti Nara digandeng Abi ya!” Rama menimpali ocehan sang


putri.

“Nggak mau! Aku mau digandeng mas Kalundra.” Jawab Nara dengan
suara lucunya.

“Yah,abi sedih. Yang gandeng abi siapa dong?” Nada Rama


terdengar kecewa.

“Umik aja, nanti kalo abi jatuh ada yang nangkep.” Balas Nara.
“Abi kan kecil, nanti kalo nana jatuh Abi nggak bisa cepet-
cepet nyelametin Nara.” Mata Nara kian membulat, semakin
menggemaskan.

“Hmmmm… abi masih bisa kok melindungi Nara.” Rama tidak


menyerah merayu putrinya. Hanya untuk sebuah genggaman tangan
mungil Nara.

“Bohong! Kemarin nana kepleset abi nggak kuat narik Nara.”


Tangan Nara sudah bersedekap kuat.

“Hahaha… maaf ya sayang. Iya deh, nanti mas Kalundra yang


jagain Nara ya! Abi di belakang aja jagain umik.” AKhirnya
Rama menyerah memperjuangan genggaman tangan Nara.

“Anakku semakin jauh sama aku sayang, gimana dong? Sedih aku
sayang.” Rengek Rama kepada Elvina.

“Bukan gitu, Nara takut membebani Abi aja. Dia masih deket-
deket kok, Cuma kadang takut menyakiti Abi.” Sanggah Elvina,
membesarkan hati suaminya.

“Dia kehilangan sosok ayah ya sayang.” Hembusan nafas kasar


kali ini keluar dari Rama.

“Sabar ya, cepat sehat. Biar Nara berani mendekat.” Elvina


menutup percakapan, Rama menganggukkan kepala tanda setuju.

Setelah semuanya siap, Elvina segera menelpon teman grab


langganannya.

“Umik, mau pegang salju.” Rengek Nara.

“Dingin Nara, kita main yang lain aja!” Rumah salju bukanlah
target Kalundra.
“Tapi, Nara mau mas!” Tegas Nara.

“Nanti uangnya Abi abis Nara, masuk situ mahal.” Omel


Kalundra.

Kalundra adalah sosok anak yang lebih dewasa dari usianya,


Elvina sangat nyaman berdiskusi dengan anak sulungnya sejak
dalam kandungan. Kalunda merupakan sosok solutif di Keluarga
Ekawira.

“Uangnya Abi cukup mas Kalundra. Mau kan nemenin Nara?” Rama
menengahi perdebatan kedua anaknya.

“Beneran mik?” Kalundra menatap wajah Elvina.

“Iya mas, cukup kok, mau main apa aja di sini insyaallah juga
cukup.” Elvina meyakinkan.

“Alhamdulillah, Nara ayo berdoa, semoa uangnya Abi sama umik


ditambah sama Allah yang buanyak.” Kalundra memaksa tangan
Nara untuk bersiap memanjatkan doa.

“Maaf ya bi, uangnya dihabisin Kalundra sama Nara.” Kalundra


menggamit tangan bapaknya.

Rama tersenyum haru, mengusap kepala anaknya.

“Terimakasih mas Kalundra.” Ucap Rama.

“Yuk main, umik juga mau masuk ke ruangan bersaju. Mau bikin
snowman, biar kaya elsa yang punya olif.” Elvina menggandeng
Nara meenuju rumah salju.

“Namanya Olaf umik.” Sanggah Nara.


“Iya..iya.. olaf si manusia salju.” Ralat Elvina cepat.

Kalundra bersenandung.

Do you wanna build a snowman?


Come on let’s go and play
I never see you any more
Come out the door
Its like you’ve gone away!
We used to the best buddies
And now we’re not
I wish you would tell me why
Do you wanna build a snowman?
It’s doesn’t have to be a snowman

“Siapa yang jadi Elsa mik?” Tanya Nara, mengentikan konser


kakaknya.

“Ya umik dong!” Jawab Elvina mantap.

“Elsa nggak gendut umik.Udah, Nara aja yang jadi Elsa.”


Ungkapan yang ringan keluar dari mulut Nara, tapi begitu
menghujam hati Elvina.

Terdengar gelak tawa di barisan laki-laki, siapa lagi kalo


bukan Rama dan Kalundra yang ada tepat di belakang Elvina dan
Nara.
----------------------------------
Satu warsa dihabiskan Rama untuk bekerja, mengisi berbagai
Zoominar akademisi untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi
dapur yang harus terus mengepul. Dengan segala
keterbatasannya, Rama masih bisa memberi uang belanja lebih
dari cukup untuk istrinya. Perlahan hutang-hutang dari trading
bisa dilunasi.
Rama juga menyempatkan waktu, dan memaksa dirinya untuk
menemani sang istri menghirup udara segar, kala anak-anaknya
terlelap dalam mimpi, dia mengajak Elvina ride night sekedar
membeli makanan kesukaan istrinya.

Acap kali dia juga mengajak istrinya quality time ke bioskop,


walaupun saat film sedang berlangsung Rama bolak-balik ke
toilet untuk menuntaskan hajatnya.

“Maaf ya sayang.” Bisik Rama,mengecup pipi Elvina sekilas.

“Hmmm, mau pulang aja?” tawar Elvina, mash berbisik karena


film masih berlangsung.

“Nggak sayang. Aman” Rama menggenggam tangan istrinya,


memfokuskan diri ke layar lebar di depannya. Pikiran Elvina
terpecah, khawatir suaminya kurang nyaman.

Film sayap-sayap patah yang diperankan oleh aktor Nicholas


saputra dan Aktris Ariel tatum mengalihkan pikian Rama dan
Elvina sejenak dari hiruk pikuk kehidupan nyata mereka.

“Enak banget ya jadi Ariel, bisa peluk-peluk Nicho. Ada adegan


hotnya lagi.” Celotehan Elvina berhasil mengalihkan pandangan
Rama dari layar bioskop yang sedang menanyangkan adegan
dewasa.

“Kaya udah akrab saja sama Nicholas, pake manggil Nicho Nicho
segala.” Sewot Rama.

“Lah, dia kan mantan pacarku. Jelas aku pernah akrab.” Sanggah
Elvina.

“Mantan pacar hayalan. Hehehe.” Lanjut Elvina.


“Jadi Nicholas juga untung tau sayang, itu ariel cantik
banget. Bodinya hot lagi.” Rama Kembali menatap layar.

“Hmmm, iya juga ya. Kaya gitu nanti jadi pacaran beneran nggak
ya? Bang Nicho kan belum bisa move on dari aku.” Elvina
semakin absurd.

“Kayanya Ariel tatum juga belum bisa move on dari aku sayang.”
Balas Rama.

“DASAR HALU!” Umpat Elvina.

“Kita sama sayang, Makanya berjodoh.” Ucap Rama santai,


disusul geplakan tangan Elvina.

Hampir satu tahun berdamai dengan drama persahabatan antara


Rama dan toilet. Jika dulu Allah memberi ujian ekonomi,
sekarang Allah ganti menguji keluarga Ekawira dengan
Kesehatan.

Disaat Elvina merasa tenang, tentang karirnya, pershabatannya,


keuangannya, masih saja Allah mengirimkan luka. Entah luka ini
akan menjadi duka, atau luka ini akan menutup, mengering
berhasil meregenerasi sel baru yang lebih sehat. Kesehatan
Rama masih menjadi momok besar di pikiran Elvina. Rama tidak
seperti pasien yang tidak punya kantung empedu seperti pasien
pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai