PKSA telah dirancang untuk membantu memenuhi hak-hak termasuk Perlindungan anak
dan kebutuhan anak-anak termiskin dan paling rentan melalui penyediaan bantuan
tunai bersyarat dan pelayanan kesejahteraan sosial yang menyertainya. Sejak tahun
2010 hingga 2015, PKSA sudah menjangkau 173.611 anak-anak yang paling rentan
di seluruh Indonesia. Program ini telah mendorong aksesibilitas yang lebih baik pada
pendidikan, gizi, akta kelahiran dan inklusi keuangan untuk penerima manfaat.
Di dalam Konvensi Hak Anak (KHA) Perserikatan Bangsa - Bangsa yang telah diratifikasi
oleh Pemerintah Indonesia, kita semua diingatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk
dilindungi dan untuk hidup di dalam lingkungan keluarga. Jika dapat diterapkan, semua
tindakan harus dilakukan untuk kepentingan terbaik bagi anak dan untuk menjaga
hak anak untuk tumbuh dan berkembang dalam sebuah keluarga dan komunitas.
Kami memiliki aspirasi agar semua anak, terutama yang paling rentan, untuk dapat
memenuhi potensi mereka dan untuk dapat berpartisipasi penuh dalam komunitas
mereka. Pekerjaan pekerja sosial dan pakar kesejahteraan anak lainnya adalah sangat
penting untuk kesejahteraan dan perkembangan anak-anak di Indonesia. Untuk itu, para
pekerja sosial memerlukan pedoman yang relevan dan mekanisme kerja lintas sektor.
Investasi pada penilaian PKSA merupakan investasi pada anak-anak bangsa kita yang
paling rentan dan kami selaku pembuat kebijakan akan terus berusaha untuk membuat
layanan unggul bekerjasama dengan kementerian dan mitra lainnya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk UNICEF Indonesia, BAPPENAS, DFAT,
GIZ dan yang lainnya atas kontribusi mereka untuk evaluasi ini. Yang terakhir, saya
juga ingin memberikan penghargaan kepada pekerja sosial dan pakar terkait lainnya
yang melakukan tugas sehari-hari yang menuntut banyak energi mereka agar dapat
melayani anak-anak yang kurang mampu sehingga mereka bisa menjadi yang terbaik.
Dalam upaya kita ke depan untuk memperkuat kesejahteraan sosial di Indonesia, saya
berharap penilaian ini dapat menjadi referensi untuk peningkatan kualitas PKSA.
Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial
Kementerian Sosial Republik Indonesia
i
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1 Jumlah Anak yang Dibantu oleh PKSA di Tahun 2012 dan 2013
Menurut Sub-Program............................................................ 17
Tabel 2 Rencana Cakupan PKSA Pemerintah Pusat dan Anggaran
2010-2020 .......................................................................... 19
Tabel 3 Daftar Anggaran Tahunan PKSA Untuk Tahun 2012 dan 2013.... 50
Tabel 4 Cakupan Populasi Target yang Dicapai oleh PKSA di Tahun
2012 dan 2013..................................................................... 54
ii
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
AKRONIM/SINGKATAN
iii
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
AKRONIM/SINGKATAN
iv
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
1
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
1
Sumber: Bagian pendahuluan Panduan PKSA (Kementerian Sosial , 2011)
2
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
3
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
disebabkan oleh tidak tercapainya tujuan lain dari PKSA, yaitu Meningkatnya jumlah
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang mensinergikan PKSA dengan
program-program kesejahteraan yang ada dan perlindungan untuk anak yang didanai
oleh APBD (Kementerian Sosial, 2011). Alih-alih mengintegrasikan struktur Pemerintah
Daerah, sumber daya manusia, dan data ke dalam proses penargetan, PKSA sangat
bergantung kepada sejumlah lembaga-lembaga pengasuhan anak (LKSA) yang tidak
dibekali dengan baik untuk tugas ini.
Kinerja implementasi PKSA memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan. LKSA dan
pekerja sosial pada umumnya memberikan layanan yang berharga pada para penerima
manfaat. Mereka adalah tulang punggung PKSA. Berdasarkan kekuatan ini, Kementerian
Sosial harus lebih banyak berbuat untuk meningkatkan kapasitas LKSA dan memperbaiki
kondisi kerja pekerja sosial.
Sosialisasi dan penetapan target adalah titik lemah program ini. Meskipun PKSA di
tahun 2012 telah menghabiskan Rp. 7.949 juta untuk sosialisasi dan rapat-rapat
koordinasi, struktur Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lokal lainnya merasa
tidak diberi tahu dan diabaikan. Ini adalah salah satu alasan mengapa PKSA tidak bisa
mensinergikan dan membangun kemitraan yang efektif dengan pemerintah daerah.
LKSA menangani hampir semua aktivitas penetapan target, yang memilih penerima
manfaat berdasarkan data yang tidak tepat. Hal ini menyebabkan hasil penetapan
target yang berkualitas sangat rendah.LKSA tidak bisa dan sebagian tidak mau untuk
secara sistematis memilih anak-anak yang paling membutuhkan. PKSA mendukung
LKSA dari klaster anak-anak terlantar yang menerima jumlah anak yang besar, yang
orangtuanya tinggal di provinsi lain dan hanya menginginkan pendidikan yang baik bagi
anak-anak mereka. Ini tidak konsisten dengan prinsip yang umumnya diterima untuk
mempromosikan pengasuhan berbasis keluarga dan untuk menggunakan pengasuhan
institusional sebagai langkah terakhir.
Kementerian Sosial tidak memonitor hasil dan dampak dari PKSA dan tidak memiliki
prosedur pengaduan. Tidak adanya mekanisme umpan balik mungkin menjadi salah satu
alasan mengapa ada kesenjangan antara tujuan dan regulasi sebagaimana disampaikan
dalam panduan PKSA dan realitas di lapangan.
4
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
Mengenai efisiensi, biaya operasional PKSA mencapai 20 persen dari biaya keseluruhan.
Biaya ini tidak berlebihan, tetapi jika dibandingkan dengan program bantuan tunai
lainnya yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial, PKSA memiliki biaya operasional
yang paling tinggi.
Relevansi kontribusi PKSA terhadap kesejahteraan dan perlindungan anak harus dinilai
dari dua perspektif. Dari perspektif konseptual, pendekatan PKSA, yaitu integrasi
bantuan tunai dengan akses pada layanan sosial dan pengasuhan anak oleh LKSA dan
panduan dan mentoring oleh pekerja sosial, merupakan respons yang relevan dengan
kebutuhan anak yang berisiko dan anak yang dalam situasi krisis. Namun demikian,
karena organisasinya yang tidak tepat sebagai sebuah program pemerintah pusat yang
terisolasi, karena beberapa isu implementasi dan karena cakupan yang sangat rendah,
hasil dan dampak dari PKSA tidaklah begitu signifikan dilihat dari perspektif makro.
Agar bisa berkelanjutan secara finansial, program ini memerlukan dukungan dari
kekuatan politik yang berpengaruh. Anggaran PKSA telah stagnan sejak tahun 2012.
Anggaran tahun 2014 telah dipotong meskipun pada kenyataannya perlindungan anak
merupakan salah satu prioritas pemerintah, sementara anggaran PKH terus meningkat.
Ini menunjukkan tidak adanya dukungan politis dan menimbulkan pertanyaan tentang
5
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
RINGKASAN
bagaimana PKSA bisa mendapatkan dukungan politik yang diperlukan agar bisa
berkelanjutan secara finansial. Mengintegrasikan PKSA dan PKH (sebagai program yang
lebih besar dan lebih mapan secara politis) bisa menjadi salah satu opsi untuk menjaga
keberlanjutan PKSA. Mendapatkan dukungan yang berkomitmen dan pembiayaan dari
Pemerintah Daerah bisa menjadi strategi lain. Dengan tetap berada di dalam isolasi,
keberlangsungan PKSA tidak dapat terjamin.
Rekomendasi
Laporan ini mengajukan tiga rekomendasi:
6
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
1. TUJUAN DAN METODOLOGI KAJIAN
Tujuan Penelitian
Penilaian cepat atas Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) telah dirancang
untuk memberikan Kementerian Sosial dan UNICEF informasi tentang kinerja
program dan beberapa rekomendasi untuk implementasi di masa mendatang.
Menurut TOR, kajian ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Menilai apakah model program PKSA yang sekarang ini efektif dan
efisien dalam mencapai hasil dan dampak perlindungan anak yang
relevan dan berkelanjutan. Selain itu, juga dilihat apakah program PKSA
memainkan peranan yang memadai dalam sistem kesejahteraan sosial dan
perlindungan anak di Indonesia.
7
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
1. TUJUAN DAN METODOLOGI KAJIAN
Kerja lapangan dilakukan dalam tiga minggu berturut-turut pada bulan Oktober dan
November 2014 oleh sebuah tim peneliti yang terdiri dari seorang pemimpin tim dari Team
Consult dan tiga orang peneliti dari Universitas Padjadjaran. Kerja lapangan mencakup
6 kabupaten/kota, yaitu Jakarta Timur dan Jakarta Barat (Provinsi DKI Jakarta), Kota
Surakarta dan Kota Magelang (Provinsi Jawa Tengah), serta Kota Makassar dan
Kabupaten Gowa (Provinsi Sulawesi Selatan). Daerah ini dipilih setelah berkonsultasi
dengan UNICEF. Ini meliputi kabupaten-kota, di mana kebanyakan sub-program PKSA
diimplementasikan sejak tahun 2009 dan di mana 3 program pilot Kementerian Sosial
dan UNICEF yang berbasis daerah terletak untuk menjalankan intervensi kesejahteraan
sosial dan perlindungan sosial yang terpadu untuk perlindungan anak di Indonesia.
8
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
1. TUJUAN DAN METODOLOGI KAJIAN
Responden untuk wawancara dan untuk FGD telah dipilih guna mendapatkan representasi
yang seimbang dari berbagai perspektif, lokasi dan fungsi dalam bidang perlindungan
anak. LKSA dipilih dari catatan yang diberikan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak di
Kementerian Sosial. Anak-anak dan orangtua dipilih oleh pekerja sosial dan LKSA. Etika
yang jelas dan protokol perlindungan anak yang merujuk pada Ethical Research Involving
Children (UNICEF, 2013) memandu komponen penelitian dan proses pengumpulan data,
yang menangani isu-isu terkait dengan pencegahan dampak buruk, izin, kerahasiaan,
dan kompensasi atas partisipasi.
Analisis Data
Efektivitas PKSA telah dinilai dengan membandingkan luaran, hasil dan dampak yang
dicapai dengan tujuan PKSA sebagaimana disampaikan dalam keputusan Menteri Sosial
di mana PKSA didasarkan. Kinerja dianalisa dengan menilai kualitas dari aktivitas yang
dilakukan oleh PKSA untuk mencapai tujuannya. Efisiensi PKSA ditentukan dengan
menghitung rasio biaya operasional dengan biaya program secara keseluruhan.
Relevansi PKSA telah dinilai dalam hal sejauh mana program memenuhi kebutuhan
kelompok target dan apakah itu berkontribusi secara signifikan bagi kesejahteraan
dan perlindungan anak di Indonesia. Keberlanjutan program telah dinilai dengan
membandingkan rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang menyangkut
cakupan PKSA dan anggarannya dengan perkembangan cakupan yang sesungguhnya
dan anggaran dari tahun 2010 sampai 2014 dan dengan menganalisa alasan-alasan
mengapa cakupan dan anggaran itu stagnan.
9
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
1. TUJUAN DAN METODOLOGI KAJIAN
Berdasarkan temuan dari penilaian cepat dan analisis biaya, tim telah
menyampaikan rekomendasi tentang bagaimana memastikan bahwa PKSA yang
telah meningkat memainkan peranan yang efektif sebagai sebuah komponen
dari sebuah sistem perlindungan sosial dan perlindungan anak yang terintegrasi.
Rekomendasi-rekomendasi tersebut dikembangkan dengan bekerja sama dengan
Kementerian Sosial dan UNICEF dan telah disampaikan dan dibicarakan dalam
sebuah lokakarya nasional yang diadakan di Jakarta pada tanggal 3 Desember
2014. Begitu sebuah konsensus tentang hasil-hasil penilaian dan tentang
implikasi pada PKSA telah dicapai, tim akan merevisi panduan PKSA bekerja
sama dengan Direktorat Kesejahteraan Anak di Kementerian Sosial.
Batasan Kajian
Meskipun beberapa literatur yang dikutip merujuk ke seluruh Indonesia, kerja
lapangan yang dilakukan untuk kajian ini dibatasi pada 6 kabupaten di 3provinsi.
Seluruh LKSA yang dikunjungi oleh tim peneliti memiliki pekerja sosial. Dengan
memusatkan perhatian pada LKSA yang memiliki pekerja sosial, tim peneliti bisa
mengamati hasil apa yang telah dicapai ketika pendekatan PKSA diterapkan
secara penuh, yaitu integrasi bantuan tunai, pekerja sosial, dan hubungan dengan
layanan sosial. Tapi kajian ini belum menilai hasil dan dampak PKSA dalam LKSA
yang tidak memiliki pekerja sosial.
Kajian ini tidak mencakup risiko fidusia (fiduciary risk) yang terkait dengan
pendelegasian manajemen bantuan tunai ke LKSA dan kontrol finansial dan
mekanisme audit yang telah dibuat untuk memastikan transparansi manajemen
dana publik melalui badan-badan swasta.
10
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
11
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
Meskipun Panti bisa memenuhi kebutuhan anak di tahun 2013. Sebagian besar
anak akan pendidikan, pangan, dan dari mereka tinggal di keluarga-keluarga
tempat tinggal, tapi kebanyakan dari miskin (Kementerian Sosial, 2014).
lembaga itu tidak banyak memberikan
Banyak anak yang dibiarkan tanpa
pengasuhan yang yang memadai pada
pengasuhan dan perlindungan yang
anak (Kementerian Sosial , Save the
memadai dan terpaksa menjadi anak
Children, UNICEF, 2007).
jalanan. Anak jalanan terpapar pada
Kerentanan sebagian anak Indonesia risiko yang meliputi masalah kesehatan,
disebabkan oleh kurangnya pengasuhan eksploitasi dan kekerasan, putus sekolah,
yang memadai dari orangtua atau dan terlibat dalam aksi kejahatan.
pengasuh mereka. Sekitar 19,6 persen Anak jalanan yang diidentifikasi oleh
anak balita menderita gizi buruk, yang Kementerian Sosial pada tahun 2007
meningkatkan risiko mereka untuk adalah sebanyak 230.000 anak,
mengalami masalah kesehatan dan sementara CBS dan ILO memperkirakan
masalah kognitif (Riskesdas, 2013). Di bahwa ada 320.000 anak jalanan di tahun
tahun 2011, dua puluh persen dari anak- 2009.
anak dibawah 5 tahun kurang berat
Kelompok anak rentan lainnya adalah
badannya dan lebih dari 17 persen bayi
mereka yang berhadapan dengan
dilahirkan tanpa bantuan tenaga kesehatan
hukum dan membutuhkan perlindungan
yang profesional. Sebagian dari hal-hal
khusus. Data dari Kementerian Hukum
tersebut terjadi karena ketidakmampuan
menunjukkan bahwa 54.712 anak
mereka untuk membiayai layanan
melakukan pelanggaran hukum dan
kesehatan. Di tahun 2011, ada sekitar
ditahan pada tahun 2011 (Kementerian
1,2 juta anak balita dan 3,1 juta anak di
Pemberdayaan Perempuan dan
atas 5 tahun yang dikategorikan sebagai
Perlindungan anak, 2012). Susenas
anak terlantar (BPS, 2011).
melaporkan bahwa 285.500 anak telah
Di Indonesia, anak-anak penyandang menjadi korban kejahatan. Menyangkut
disabilitas menghadapi risiko lebih eksploitasi seksual (misalnya prostitusi
besar untuk mengalami diskriminasi, dan pornografi anak), data sulit
penelantaran, dan perlakuan buruk diperoleh karena kasus seperti itu
dibandingkan saudaranya yang ‘mampu’ tidak dilaporkan. Kendati demikian,
karena stigma yang melekat pada kondisi Kementerian Pemberdayaan Perempuan
mereka, kurangnya sumber daya dan dan Perlindungan Anak (2012) mencatat
fasilitas, masalah akses dan kebijakan bahwa 30% dari 30.000 – 70.000
perlindungan yang lemah. Di tahun 2009, pekerja seks di Indonesia masih tergolong
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang anak-anak. Data dari Kepolisian Indonesia
Disabilitas di Kementerian Sosial mencatat (dikutip oleh Kementerian Pemberdayaan
bahwa sebanyak 199.163 anak di 24 Perempuan dan Perlindungan Anak,
provinsi menyandang disabilitas – 78.412 2012) menyebutkan bahwa sebanyak
anak dengan disabilitas ‘ringan’, 74.603 344 anak, kebanyakan perempuan, telah
anak dengan disabilitas ‘sedang’ dan menjadi korban perdagangan anak selama
46.148 anak dengan disabilitas ‘parah’. periode 2007 sampai 2011.
Angka ini meningkat menjadi 367.520
12
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
13
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
14
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
2.3 Angin Perubahan – Inisiatif yang Sedang Berjalan dan yang Direncanakan
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan yang Sensitif
Anak
Kementerian Sosial, TN2PK, Bappenas, berbagai mitra internasional mereka, dan
beberapa pemerintah daerah telah memulai dan/atau merencanakan sejumlah
intervensi untuk menyebarluaskan dan mencoba cara-cara baru untuk meningkatkan
perlindungan sosial. Tujuannya adalah untuk mengurangi fragmentasi ekstrem
program sosial, mengintegrasikan bantuan tunai dan layanan sosial dan menguji
tempat rujukan satu pintu (one-stop referral) dan model-model layanan. Subsidi
BBM telah dikurangi untuk mendapatkan dana untuk pengentasan kemiskinan
yang lebih efektif. Ada seruan yang meminta agar seluruh aktivitas bantuan sosial
dipusatkan di dalam program bantuan tunai yang harmonis. Beberapa inisiatif
tersebut adalah:
• Kementerian Sosial bekerja sama dengan UNICEF merencanakan program-
program pilot berbasis daerah yang akan menguji sebuah pendekatan yang
terintegrasi dengan kesejahteraan dan perlindungan anak berbasis keluarga di
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (Griffith University, 2014).
• TNP2K dan Bappenas bekerja sama dengan Department of Foreign Affairs and
Trade (DFAT) Australia sudah memulai 11 proyek pilot untuk meningkatkan
data nasional terpadu (national unified data-base atau UDB) dengan
memperkenalkan sistem rujukan terpadu atau Integrated Referral System
(IRS), yang memberikan solusi teknologi untuk menghapuskan fragmentasi
program perlindungan sosial dan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi
layanan perlindungan sosial di tingkat nasional dan daerah.
15
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
2. ISU-ISU KESEJAHTERAAN ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
• “Model Sragen” adalah inisiatif pemerintah daerah yang disebut UPTK yang
langsung melapor kepada Sekretaris Daerah (Sekda). Ini ditujukan untuk
koordinasi tingkat daerah untuk perlindungan sosial melalui sebuah sistem
pencatatan online yang terintegrasi. Model ini mengalihkan implementasi
perlindungan sosial dari Kementerian Sosial ke pemimpin daerah. Model ini
merupakan respons terhadap fakta bahwa sistem penetapan target nasional
(UDB) memiliki kesalahan inklusi dan eksklusi yang tinggi. Namun demikian,
UPTK dalam bentuknya yang sekarang ini tidak cocok untuk mengidentifikasi
anak-anak yang sangat rentan yang tidak punya akte kelahiran atau bentuk
identifikasi lainnya
• Surakarta memiliki database sendiri tentang keluarga miskin dan sedang
melakukan uji coba pencatatan sipil online yang menghubungkan catatan
rumah sakit dengan data pencatatan sipil sehingga pengguna bisa dengan
mudah menentukan pencatatan sipil dan status kesehatan dari rumah tangga
tertentu.
Keempat inisiatif di atas fokus untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan dari sistem
perlindungan anak dan sistem kesejahteraan yang ada sekarang. Menggabungkan
inisiatif-inisiatif ini bisa menghasilkan sinergi yang signifikan dan akan menghindar
fragmentasi inisiatif yang bertujuan untuk mengurangi fragmentasi
16
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
3. PERANAN DAN ORGANISASI PKSA
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah program bantuan tunai perlindungan
anak bersyarat, yang dirancang sebagai sebuah model untuk merespon masalah-masalah
anak yang menghadapi krisis yang tinggal di keluarga miskin. PKSA menggabungkan
elemen-elemen bantuan tunai dengan bantuan pekerja sosial dan akses pada layanan
sosial dasar untuk menghasilkan keuntungan rehabilitatif agar keluarga bisa berfungsi.
Persyaratan fokus pada perubahan perilaku yang meliputi perubahan perilaku yang
positif dan peningkatan fungsi sosial dari anak-anak dan keluarga, serta meningkatkan
pemanfaatan layanan sosial dasar. Sebuah pendekatan manajemen kasus dan serangkaian
sesi pembangunan keluarga diaplikasikan untuk mencapai perubahan perilaku, untuk
memastikan rehabilitasi sosial dan untuk memfasilitasi akses pada layanan sosial.
Sesuai dengan kategori situasi krisis yang dialami oleh anak-anak, PKSA diatur dalam
enam sub-program, masing-masing dengan profil kelompok target sendiri (lihat Tabel
1).
*) mencakup anak korban berbagai macam kekerasan/perlakuan salah dan eksploitasi seperti
perdagangan anak, perlakuan salah seksual dan eksploitasi, dan pekerja anak, anak yang hidup
dengan HIV/AIDS, dan anak dari masyarakat adat terpencil
17
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
3. PERANAN DAN ORGANISASI PKSA
mengelola sub-sub program secara terpusat. Pada saat yang sama, sebagian dari dana
pusat dikirimkan ke pemerintah daerah(yang dikenal dengan istilah dana dekonsentrasi)
agar daerahmemulai program-program kesejahteraan anak sendiri yang mirip dengan
PKSA. Sebagai langkah selanjutnya yang dimulai di tahun 2011, direncanakan untuk
memulai proses pengintegrasian PKSA pusat dan program kesejahteraan anak daerah.
Untuk periode 2014 sampai 2019 direncanakan untuk meningkatkan peranan dan
kontribusi Pemerintah Daerah. Pada tahun 2020, pemerintah daerah diharapkan bisa
melaksanakan sebagian besar intervensi PKSA sementara pemerintah pusat memainkan
peranan pendukung.
Sumber: Presentasi Powerpoint dari Dr. Ir. R. Harry Hikmat: Best Practice PKSA 2009-2011,
Kementerian Sosial RI, 2012
Sebagai sebuah model untuk respons yang efektif terhadap kebutuhan perlindungan anak
dan kesejahteraan secara nasional, PKSA seharusnya dipakai sebagai referensi untuk
otoritas dan masyarakat provinsiatau kabupaten untuk memberikan pengasuhan dan
perlindungan untuk anak-anak (Kementerian Sosial, 2010). Oleh sebab itu, rancangan
PKSA mencakup pemerintah provinsidan kabupaten sebagai bagian dari struktur
pelaksana, bersamaan dengan deskripsi peranan yang khusus dari setiap level. Panduan
PKSA bahkan menyebutkan bahwa Dinas Sosial di seluruh level harus membentuk unit
pelaksana PKSA di kantor mereka masing-masing. Pendek kata, diperkirakan sejak awal
bahwa pada tahun 2019 pemerintah daerah akan memiliki kapasitas untuk mengelola
PKSA secara independen menggunakan sumber daya mereka sendiri.
18
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
3. PERANAN DAN ORGANISASI PKSA
Tabel 2 menunjukkan rencana jangka panjang. PKSA bertujuan untuk meliputi 522.000
anak di tahun 2015 dan 822.000 anak pada periode 2016-2020 dari anggaran pusat.
Jumlah ini adalah 20 persen dari total populasi target dari anak yang membutuhkan.
Untuk secara perlahan mengurangi kesenjangan antara jumlah anak yang membutuhkan
dan jumlah anak yang sudah terjangkau program, diasumsikan bahwa 80% lainnya
dari kelompok target akan dicakup oleh sumber daya provinsidan kabupaten. Untuk
memastikan bahwa pemerintah daerah akan mengalokasikan tambahan dana untuk
implementasi program kesejahteraan anak, Kementerian Sosial harus mendapatkan
komitmen dan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Oleh sebab itu, salah satu
tujuan utama PKSA adalah untuk mensinergiskan, bekerja sama dengan erat dan
berbagi sumber daya dengan pemerintah daerah.
19
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI, DAN
KEBERLANJUTAN PKSA
Diringkas dan diurutkan dengan urutan luaran - hasil - dampak, tugas PKSA
adalah untuk menghasilkan empat luaran berikut ini: :
• Meningkatkan jumlah lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang
memberikan layanan perlindungan untuk anak-anak (tujuan 4)
• Meningkatkan jumlah pekerja sosial terlatih yang profesional (tujuan 5).
• Mensinergiskan PKSA dengan program-program kesejahteraan dari
pemerintah daerah (tujuan 6)
• Meningkatkan kerangka hukum sebagai landasan hukum untuk PKSA
(tujuan 7)
20
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Sebagai akibat dari empat luaran itu, PKSA diharapkan untuk mencapai dua
luaran:
• Meningkatnya persentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang
berkonflik dengan hukum, anak penyandang disabilitas, dan anak yang
membutuhkan perlindungan khusus untuk mendapatkan akses pada layanan
sosial dasar (tujuan 1).
• Meningkatnya persentase orangtua/keluarga yang akan bertanggung jawab
atas pengasuhan anak dan perlindungan (tujuan 2).
Berdasarkan tinjauan pustaka dan observasi yang dilakukan selama kerja lapangan,
sub-sub bab berikut ini menganalisa sampai sejauh mana PKSA telah mencapai
luaran, hasil dan dampaknya.
21
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
22
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Di Makassar, beberapa pekerja sosial mengeluh bahwa mereka tidak pernah dilibatkan
oleh LKSA dalam mendistribusikan dan memonitor bantuan tunai. Di samping itu, ada
indikasi malpraktek yang sudah lama ada di beberapa lembaga pengasuhan berbasis
lembaga untuk anak-anak terlantar (panti) yang juga telah diamati dalam kajian
sebelumnya (Kementerian Sosial , Save the Children, UNICEF, 2013; 2008). Beberapa
peserta di Sulawesi Selatan yakin bahwa mengambil keuntungan merupakan motif
yang dominan bagi beberapa panti yang terlibat dalam PKSA. Panti-panti secara reguler
merekrut anak dari kabupaten atau provinsi lain. Banyak anak-anak yang direkrut itu
masih memiliki orangtua dan keluarga yang masih mampu mengasuh mereka. Bekerja
dengan LKSA semacam itu jelas tidak konsisten dengan tujuan mempromosikan
pengasuhan berbasis keluarga.
23
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Isu-isu lain yang terkait dengan penetapan target dan layanan, aktivitas
penetapan target yang dilakukan oleh LKSA tidak bermuara pada pemilihan
anak yang sangat miskin dan anak yang betul-betul membutuhkan (lihat Bab
4.2.2). Di samping itu, meskipun banyak LKSA yang disurvei menyatakan
bahwa mereka tidak terpengaruh secara signifikan dengan pengurangan
bantuan operasional, kajian ini menunjukkan hal sebaliknya. Beberapa
LKSA telah mengurangi frekuensi dan keteraturan pendampingan dan
aktivitas dengan orangtua/anak karena ada kendala finansial.
Pekerja sosial adalah komponen utama dalam program ini. Jumlah dan
kualitas mereka menentukan efektivitas intervensi-intervensi PKSA.
Pekerja sosial yang bekerja untuk PKSA, yang juga dikenal dengan
sebutan Sakti Peksos, memberikan layanan kepada anak-anak dan
pengasuh, menghubungkan mereka dengan organisasi layanan sosial dan
mempromosikan perubahan perilaku di tingkat keluarga dan masyarakat.
Peranan dan kompetensi pekerja sosial menjadi sangat penting dalam
platform PKSA yang baru karena program itu akan memberikan lebih
banyak prioritas untuk layanan rehabilitasi dan tidak akan banyak fokus
pada bantuan tunai. Panduannya mengatur bahwa setiap pekerja sosial
harus memiliki kompetensi profesional, pribadi, dan sosial yang tepat.
24
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Di beberapa LKSA yang tidak memiliki pekerja sosial, rasio antara anak
per pekerja sosial cukup problematis. Rasio yang sangat timpang adalah
pada klaster anak terlantar, dimana dalam rata- rata seorang pekerja
sosial harus menangani antara 915 anak (tahun 2013) sampai lebih dari
1000 anak (2012). Rasio rata-rata malah lebih buruk pada klaster balita
terlantar (1:47 di tahun 2012 dan 1:93 di tahun 2013) dan di klaster
anak yang membutuhkan perlindungan sosial (1:17 di tahun 2012 dan
1:78 di tahun 2013). Pekerja sosial dengan rasio yang tinggi dan bidang
pekerjaan yang luas mengakui bahwa mereka merasa kesulitan untuk
melakukan kunjungan rumah secara reguler atau memberikan layanan
yang tepat untuk memperkuat pengetahuan dan kapasitas orangtua.
Banyak pekerja sosial yang tidak puas dengan kondisi pekerjaan mereka
karena tidak adanya asuransi kesehatan, tidak adanya keamanan
pekerjaan, pengembangan karier yang terbatas, dan tidak adanya
pengakuan profesionalisme dari profesi lain. Beberapa dari masalah-
masalah ini telah dilaporkan dana kajian-kajian terdahulu (World Bank,
2011, Lahiri, 2013).
25
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
26
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
27
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
28
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Peningkatan akses pada layanan dasar adalah salah satu tujuan PKSA
untuk memastikan pemenuhan hak-hak anak dan perlindungan anak.
Program ini memberikan bantuan tunai yang dikirim melalui rekening
penerima yang bisa dipakai untuk mengakses layanan. Pada saat ini,
setiap penerima manfaat menerima setiap tahunnya sebesar Rp. 1 juta
dibandingkan Rp.1,2 sampai Rp.1,5 juta pada tahun-tahun sebelumnya.
Untuk memonitor kemajuannya, Kementerian Sosial mulai menjalankan
sistem verifikasi di tahun 2014. Namun demikian, sampai pada saat
laporan ini ditulis, tim peneliti belum bisa mendapatkan hasil dari aktivitas
monitoring PKSA.
29
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Khusus untuk anak balita terlantar, akses mereka pada makan bergizi,
imunisasi dasar, dan layanan kesehatan dasar hampir sama. Kebanyakan
dari anak ini juga mendapatkan akses untuk pendidikan prasekolah
kecuali di Makassar. Akses yang lebih besar juga dilaporkan untuk
pengobatan psikososial dan aktivitas pengayaan (misalnya, tutorial
akademis, olahraga, seni, dan aktivitas rekreasi lainnya) di kalangan
klaster anak yang memerlukan perlindungan khusus, anak yang berkonflik
dengan hukum, dan anak jalanan atau anak terlantar. Di Jakarta, anak
penyandang disabilitas mengakses layanan kesehatan atau pengobatan
menggunakan uang bantuan mereka dan dibantu oleh pekerja sosial. Di
Gowa, beberapa kemajuan terlihat tapi beberapa anak masih menghadapi
kesulitan untuk mengakses pengobatan reguler karena masalah tingginya
biaya pelayanan, ketersediaan pelayanan dan jaraknya yang jauh. Jumlah
anak yang bisa mendapatkan alat bantu tertentu (misalnya, alat bantu
untuk mobilitas dan alat bantu dengar masih terbatas di kedua wilayah
itu).
“Meskipun tidak banyak dari anak-anak ini yang mendapat nilai yang
tinggi, tapi kehadiran mereka di sekolah sangat tinggi, sekitar 85%.
Sebelum mereka bergabung dengan PKSA, banyak anak jalanan keluar
dari sekolah. Orangtua mereka tidak bisa membayar uang sekolah dan
biaya lainnya. Uang dari PKSA telah berbuat banyak untuk mengurangi
beban orangtua dan untuk memotivasi anak jalanan ini untuk pergi ke
sekolah secara teratur.” (guru di Jakarta)
30
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
“Banyak orangtua anak jalanan yang tidak punya surat nikah atau KTP.
Dokumen-dokumen ini diperlukan untuk meminta akta kelahiran. Syukurlah
pekerja sosial dan LKSA bekerja keras untuk melakukan advokasi atas
nama orangtua dan anak. Dari 12 permohonan akta kelahiran yang
diajukan tahun ini, 6 telah disetujui dan 6 lagi masih dalam proses.”
(Kepala LKSA di Surakarta)
31
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
32
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. ASSESSMENT OF PKSA EFFECTIVENESS,
IMPLEMENTATION PERFORMANCE, EFFICIENCY,
RELEVANCE AND SUSTAINABILITY
33
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
“Apa yang saya pelajari dari pertemuan orangtua dengan pekerja sosial adalah
bahwa orangtua harus memenuhi hak-hak anak mereka. Seperti mendapatkan
pendidikan … mendapatkan pengobatan bila mereka sakit … menuntun dan
mencintai mereka. Saya ingat ketika saya marah terhadap anak saya, kadang
saya ancam dia dengan mengatakan saya akan meninggalkannya atau saya
bukan ibunya. Sekarang saya mencoba menghindari hal itu … itu salah dan
itu melukai perasaan anak saya.” (orangtua di Jakarta).
Saya suka mencubit anak saya kalau ia sulit diatur. Kadang-kadang saya
pukul kakinya kalau bandel. Perangainya seringkali menguji kesabaran saya
sampai saya kelewat batas. Sekarang saya jarang melakukan itu karena
pendamping atau terapisnya di LKSA mengatakan pada saya bahwa saya
harus menangani anak saya dengan penuh hormat, kasih sayang dan
kesabaran. Saya menyesal telah berlaku kasar padanya.” (orangtua di
Jakarta)
“Sebelumnya saya hanya cemas bahwa anak saya akan ditangkap polisi
ketika dia bekerja di jalanan. Setelah beberapa waktu, pendampingnya
mengatakan pada saya tentang bahaya lain yang mungkin timbul seperti
terbunuh, disodomi atau memakai narkoba. Saya betul-betul ingin anak
saya berhenti bekerja. Saya ingin ia sekolah, tapi kadang-kadang ia masih
melakukannya (bekerja di jalanan) tanpa sepengetahuan saya.´(orangtua di
Jakarta)
“Pendamping selalu mengingatkan kami bahwa uang itu hanya untuk anak
dan kami tidak boleh memakainya untuk keperluan lain. Kami harus mematuhi
aturan itu atau bantuan itu akan dihentikan oleh pemerintah.” (orangtua)
“Saya sebelumnya berpikir bahwa anak-anak akan baik-baik saja jika saya
bekerja karena ada kakek dan nenek yang akan mengasuh mereka. Saya rasa
saya telah menjadi ibu yang baik bila saya bekerja keras untuk keluarga. Saya
sangat menyesalkan kejadian ini (anak perempuannya diperkosa oleh seorang
anak laki-laki).Pembicaraan dengan pendamping telah membuka mata saya
bahwa menyediakan barang materi tidaklah cukup. Saya memutuskan untuk
berhenti bekerja sehingga saya bisa memberikan pengasuhan yang lebih baik
kepada anak-anak saya. Saya harus ada untuk mereka, bicara sebanyak
mungkin dengan mereka dan mengawasi mereka sehingga saya merasa
yakin akan keselamatan mereka.” (orangtua di Magelang)
34
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
“Sekarang ibu saya sering marah-marah jika saya lama bermain di luar
rumah. Ia akan mencari saya di sekitar jalanan. Jika ia mendapati saya
di dekat jalanan bersama teman-teman saya, ia akan marah. Ia tidak
ingin saya dapat pengaruh buruk dari mereka. Ya … banyak teman saya
yang merokok, ngelem, dan kadang mengajak berantem juga.” (anak di
Jakarta).
35
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
36
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
37
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Kajian itu mencatat bahwa di kalangan LKSA dan pekerja sosial yang
menangani anak jalanan/rentan, ada peningkatan kesadaran tentang
perlunya layanan lanjutan. Mereka merasa bahwa rancangan PKSA yang
ada sekarang ini tidak secara jelas mengindikasikan bagaimana menjaga
dampak itu. Mereka lebih fokus pada bagaimana anak jalanan yang telah
tamat sekolah non-formal (Kejar Paket) bisa bersaing dalam pasar kerja.
Meskipun ijazah yang diperoleh dari Kejar Paket telah dilegalisir, para
pemberi kerja umumnya lebih menyukai orang yang memiliki latar belakang
pendidikan formal. Oleh sebab itu, mereka akan memerlukan dukungan
lanjutan seperti pelatihan yang bisa menjembatani yang memungkinkan
mereka untuk bersaing secara lebih kompeten. Apabila mereka tidak bisa
dipekerjakan, mereka mungkin akan kembali ke jalanan atau melakukan
aktivitas lain yang tidak produktif.
38
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Tim kajian tidak menemukan banyak bukti yang mendukung bahwa PKSA
telah mencapai tujuannya. Ini sebagian disebabkan oleh kelemahan dalam
manajemen data PKSA dan rancangan monitoring/evaluasi dan praktek-
praktek yang dilakukan. Berdasarkan dari apa yang ada atau yang bisa
dikumpulkan selama kunjungan lapangan, penilaian ini menyimpulkan
bahwa PKSA memiliki hasil dan dampak positif di tataran mikro (di
tingkat yang dicapai anak), tapi tidak memiliki dampak yang signifikan di
tataran makro.
39
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
4.2.1 Sosialisasi
Selama kerja lapangan, dokumen cetak dari PKSA seperti booklet, pamflet
atau flyer, sulit dijumpai di kantor-kantor pemerintah daerah dan di
LKSA yang dikunjungi. Para pekerja sosial melaporkan bahwa sosialisasi
kepada penerima manfaat dan pemangku kepentingan PKSA dilakukan
secara informal oleh mereka atau bersama dengan perwakilan LKSA,
umumnya dari mulut ke mulut. Tidak adanya materi diseminasi memaksa
mereka untuk menghabiskan waktu tambahan untuk menjelaskan sifat,
tujuan, dan komponen program kepada penerima manfaat, pemangku
kepentingan, dan badan-badan pemerintah daerah.
40
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
41
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
42
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Untuk mendapatkan daftar anak-anak yang dalam daftar. Yang lain memilih anak
paling membutuhkan yang berhak untuk berdasarkan berbagai kriteria, misalnya
PKSA, Kementerian Sosial mengandalkan anak yang tinggal dekat LKSA, anak yang
data yang diberikan oleh LKSA, yang berperilaku baik, anak yang orangtuanya
menyusun daftar itu tanpa ada kontrol menjaga hubungan baik dengan LKSA.
dari Kementerian Sosial atau Dinas Sosial. Begitu anak yang akan diprioritaskan telah
Ketika LKSA menyusun daftar penerima dipilih, mereka dikunjungi oleh pekerja
manfaat yang diusulkan untuk disetujui, sosial untuk memverifikasi eligibilitas
mereka tidak mengambil dari database mereka. Namun demikian, karena
manapun atau daftar semua anak miskin proposal itu sendiri tidak didasarkan
dan rentan di daerah mereka yang sesuai pada bukti yang bisa diandalkan,
dengan kriteria dari LKSA (seperti anak verifikasi ini hanya mengoptimalkan
terlantar usia di atas 5 tahun), tapi hanya yang kurang optimal. Dalam beberapa
menggunakan informasi yang ada saja. kasus pekerja sosial melaporkan bahwa
Seringkali mereka hanya menggunakan mereka telah melakukan verifikasi tapi
LKSA mengabaikannya. Dalam kasus
daftar anak yang sudah menjadi klien
lain Kementerian Sosial meminta LKSA
LKSA. Dinas Sosial menerima proposal dari
untuk mengesahkan lebih banyak anak
LKSA termasuk daftar anak yang diusulkan
daripada yang mereka usulkan guna
untuk disetujui, tapi tidak memverifikasi
memenuhi kuota tertentu. LKSA akan
apakah anak tersebut memenuhi kriteria segera mencari lebih banyak anak dari
eligibilitas. Mereka hanya mengirimkan mana pun mereka bisa mendapatkannya.
daftar itu ke Kementerian Sosial . Dinas Sosial dalam banyak hal tidak
Berdasarkan pertimbangan anggaran, terlibat dalam memverifikasi. Petugas
Kementerian Sosial menetapkan berapa Kementerian Sosial mengunjungi LKSA
banyak anak dari daftar yang dikirim oleh untuk melakukan beberapa verifikasi
LKSA itu yang bisa disetujui (misalnya, 40 dengan mengadakan pertemuan-
persen). Jika jumlah ini kurang dari jumlah pertemuan dengan pemangku kepentingan
yang diusulkan oleh LKSA, maka LKSA dan dengan mengunjungi beberapa rumah
harus menetapkan anak mana dari daftar tangga. Tapi ini tidak begitu berpengaruh
itu yang harus mendapatkan prioritas. Ini pada kualitas penetapan target.
merupakan tingkat kedua dari penetapan Kesimpulannya, penetapan target dan
target dan dilakukan berbeda di setiap verifikasi adalah titik terlemah dari PKSA.
LKSA. Beberapa hanya mengambil saja
anak yang berada dalam deretan atas
43
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Dari perspektif orangtua dan anak seringkali tidak ada akuntabilitas dan
transparansi. Beberapa orangtua mengaku bahwa LKSA tidak pernah
memperlihatkan kepada mereka buku tabungan anak atau memberi tahu
mereka sisa saldo. Pekerja sosial mengeluhkan bahwa mereka tidak
punya banyak pengaruh dan transparansi sehubungan dengan distribusi
uang dalam LKSA, yang menyebabkan kurangnya kepercayaan. Mereka
melaporkan bahwa beberapa LKSA, yang memberikan pengasuhan
institusional, menggunakan uang dari PKSA tidak sepenuhnya untuk
kebutuhan anak penerima PKSA.
Seluruh informan sepakat bahwa bantuan itu tidak bisa diandalkan dalam
hal waktu penyampaian. Tertundanya pembayaran bervariasi antara
4 sampai 6 bulan. Ini mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan
oleh pekerja sosial dan LKSA karena integrasi bantuan uang dengan
konseling, kunjungan rumah, interaksi dengan penerima manfaat dan
menghubungkan dengan layanan sosial hanya dilakukan begitu uang
sudah ada.
44
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
45
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
46
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
47
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Menurut Panduan PKSA tahun 2014, bantuan dari PKSA akan berakhir
apabila salah satu dari kriteria berikut telah dipenuhi:
Karena STILA hanya ada di atas kertas, ini merupakan sebuah strategi phase
out tanpa tindak lanjut. Orangtua mengeluhkan prosedur penghentian
yang tidak jelas dan terkesan tiba-tiba itu, yaitu sebuah praktek yang
menyebabkan mereka tetap merasa khawatir dan tidak nyaman tentang
masa depan anak-anak mereka. Kriteria 7,8, dan 9 bisa memberikan
sinyal bahwa anak mereka justru membutuhkan lebih banyak bantuan,
bukannya dikurangi. Ini bisa bermuara pada penghentian bantuan pada
anak-anak yang sangat tidak beruntung, yang tidak bisa memenuhi
persyaratan karena alasan-alasan yang ada di luar kendali mereka.
48
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Sosialisasi dan penetapan target adalah titik lemah. Meskipun PKSA telah
menghabiskan Rp. 5.598 juta untuk sosialisasi di tahun 2012 (lihat Tabel
3), pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lain merasa tidak diberi
tahu dan dilangkahi. Ini merupakan salah satu alasan mengapa PKSA
tidak bisa bersinergi dan membangun kemitraan yang efektif dengan
pemerintah daerah (lihat bab 4.1.3).
49
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Tabel 3: Daftar Anggaran Tahunan PKSA Untuk Tahun 2012 dan 2013
2012 2013
Pembiayaan/ Mata Anggaran
(Rp) 1,000 % (Rp) 1,000 %
1. Bantuan Sosial untuk
139.726.100 62,59% 142.311.000 63,18%
Anak-Anak
2. Gaji dan Tunjangan
13.740.000 6,16% 17.862.000 7,93%
Pekerja Sosial
3. Bantuan untuk institusi 3.182.840 1,43% 4.837.222 2,15%
4. Dukungan Operasional
untuk Pekerja Sosial 31.802.400 14,25% 31.780.200 14,11%
(BOP)
5. Biaya Operasional LKSA
15.719.700 7,04% 15.890.100 7,05%
(BOL)
6. Pelatihan Pekerja Sosial 4.687.330 2,10% 2.959.514 1,31%
7. Pelatihan untuk LKSA 2.063.075 0,92% 2.205.636 0,98%
8. Pemilihan Pekerja Sosial 505.475 0,23% 392.385 0,17%
9. Sosiallisasi 5.597.520 2,51% NA
10. Verifikasi 1.451.176 0,65% 1.178.918 0,52%
11. Supervisi 1.077.300 0,48% 474.740 0,21%
12. Monitoring dan Evaluasi 672.650 0,30% 954.377 0,42%
13. Penulisan Laporan 644.920 0,29% 799.211 0,35%
14. Pengembangan Panduan - - 1.101.429 0,49%
15. Pertemuan Koordinasi
2.352.130 1,05% 2.382.640 1,06%
Nasional
Total 223.222.616 225.257.827
50
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Membagi total biaya PKSA ke dalam kategori berikut ini membantu dalam menilai
efisiensi biaya -- biaya transfer yang sebetulnya dibayarkan kepada penerima manfaat,
biaya untuk pemberian konseling dan pengasuhan oleh LKSA dan pekerja sosial
dan biaya operasional untuk penetapan target, verifikasi, pengesahan, pemberian,
monitoring, dan administrasi memungkinkan dilakukannya penilaian tentang efisiensi
biaya. Biaya Operasional dalam Persen dari Total Biaya dan Total Rasio Biaya - Transfer
(total anggaran yang diperlukan untuk membagikan uang tunai dan layanan bernilai
Rp. Satu (1) juta kepada penerima manfaat) dihitung dengan membandingkan biaya
operasional dengan biaya untuk transfer dan layanan yang bisa menjangkau penerima
manfaat. Idealnya rasio yang berasal dari analisis ini kemudian harus dibandingkan
dengan standar nasional dan internasional. Namun demikian, PKSA merupakan sebuah
jenis program yang sangat spesifik sehingga tidak ada standar.
Tabel 3 berisi daftar biaya tahunan untuk bantuan tunai dan layanan yang telah
menjangkau penerima manfaat dan biaya operasional untuk melaksanakan PKSA.
Bantuan tunai yang diterima oleh penerima manfaat berjumlah 63 persen dari total
biaya program di tahun 2012 dan 2013. Layanan yang diberikan oleh pekerja sosial dan
LKSA (item 2 dan 4) adalah sebesar 20 persen di tahun 2012 dan 22 persen di tahun
2013. Biaya operasional dari Kementerian Sosial dan LKSA (seluruh item kecuali 1, 2,
dan 4) berjumlah 17 persen di tahun 2012 dan 15 di tahun 2013.
Namun demikian, biaya operasional belum mencakup gaji dan biaya operasional untuk
listrik, kantor, peralatan kantor dari Direktorat Kesejahteraan Anak. Tim peneliti tidak
bisa mendapatkan biaya-biaya untuk ini. Kami asumsikan bahwa itu berkisar antara 3
sampai 5 persen.
Ini berarti bahwa biaya operasional dalam persentase total biaya berjumlah sekitar 20
persen. Total rasio biaya dengan rasio transfer (TCTR) adalah 1.25. Biaya operasional
PKSA untuk bantuan tunai dan layanan adalah Rp. 1 kepada penerima manfaat berjumlah
Rp. 0.25.
Menurut sebuah kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank, 2012b), biaya
operasional dalam persentase dari total biaya di tahun 2010 adalah 8 persen dalam
JSLU (program untuk orang tua), dan 9 persen di JSPACA (Jaminan Sosial Penyandang
Cacat) dengan TCTR masing-masing sebesar 1.09 dan 1.10. Kajian Bank Dunia lainnya
(WB, 2012a) memperkirakan biaya operasional PKH di tahun 2010 sebesar 17 persen
dari total biaya yang menghasilkan TCTR sebesar 21. Meskipun program-program ini
tidak sepenuhnya bisa diperbandingkan, namun perbandingan itu mengindikasikan
bahwa efisiensi biaya PKSA relatif rendah meskipun tidak berlebihan.
51
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Jumlah anak yang memperoleh manfaat dari PKSA adalah sebanyak 158.843
orang di tahun 2012 dan 160.950 orang di tahun 2013. Biaya program tahunan
berjumlah sebesar Rp. 223.222.616 Miliar dan Rp. 225.257.827 Miliar Ini berarti
bahwa total biaya tahunan per anak adalah sebesar Rp. 1.405.300 di tahun
2012 dan Rp. 1.399.552 di tahun 2013.
Tujuan dan sasaran PKSA sebagaimana disebutkan dalam panduan PKSA (lihat
bab 3 dan 4) merespon berbagai bentuk kerentanan anak di Indonesia sebagaimana
dirangkum dalam bab 2.1. PKSA bertujuan untuk “memastikan pemenuhan hak-
hak dasar bagi anak dan perlindungan anak dari penelantaran, eksploitasi dan
diskriminasi sehingga perkembangan, kelangsungan hidup, dan partisipasi anak
bisa dicapai” (Kementerian Sosial, 2010). Pendekatan untuk mencapai tujuan-
tujuan PKSA mengintegrasikan bantuan tunai bersyarat kepada anak-anak
dengan konseling anak dan keluarga yang diberikan oleh pekerja sosial dan oleh
lembaga-lembaga pengasuhan anak dan dengan akses pada layanan sosial yang
menghubungkan anak dan keluarga dengan pemberi layanan.
Secara prinsip pendekatan ini masuk akal dan sesuai dengan praktek terbaik
internasional. Pekerja sosial, orangtua dan anak-anak melaporkan bahwa anak-
anak dan keluarga, yang telah dijangkau oleh PKSA telah memperoleh manfaat
52
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
53
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
Dalam hal cakupan geografis, PKSA diberikan melalui 5.563 LKSA (2014) secara
acak di 33 provinsi. Tidak ada pola standar dalam menentukan wilayah target, selain
ketersediaan LKSA yang mau bekerja sebagai badan implementasi. Mengingat LKSA
lebih terkonsentrasi di daerah perkotaan, banyak anak dari daerah pedesaan yang tidak
terjangkau layanan ini. Karena cakupannya yang kecil, pemangku kepentingan tidak
menganggap PKSA sebagai sebuah program yang signifikan atau sebagai sebuah model
intervensi yang kuat untuk mengatasi masalah anak yang berada dalam krisis.
Ringkasan: Dari perspektif konseptual, pendekatan PKSA, yaitu integrasi bantuan tunai
dengan akses pada layanan sosial dan bantuan intensif yang diberikan oleh pekerja sosial
dan lembaga-lembaga pengasuhan anak, adalah sebuah respons yang relevan dengan
kebutuhan anak yang menghadapi krisis. Namun demikian, karena organisasinya yang
tidak tepat sebagai sebuah program pemerintah pusat yang terisolasi, karena beberapa
isu implementasi dan karena sangat rendahnya cakupan, hasil dan dampak dari PKSA
tidak begitu signifikan.
54
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
4. PENILAIAN EFEKTIVITAS, KINERJA
IMPLEMENTASI, EFISIENSI, RELEVANSI,
DAN KEBERLANJUTAN PKSA
4.5 Keberlanjutan – Apakah PKSA Dalam Bentuknya yang Sekarang Ini Bisa
Terus Berlanjut?
Keberlanjutan PKSA bergantung pada kinerjanya. Penerima manfaat yang telah
diwawancarai dalam penelitian ini umumnya mengakui bahwa PKSA telah
berkontribusi pada kesejahteraan anak dan keluarganya yang telah dijangkau.
Beberapa pejabat pemerintah daerah yang diwawancarai juga mengakui
pentingnya program-program seperti PKSA, termasuk pentingnya pekerja sosial
sebagai sebuah elemen penting dalam menangani isu-isu kesejahteraan anak.
Apa yang telah dicapai melalui kolaborasi elemen-elemen bantuan tunai, pekerja
sosial, dan LKSA akan mendukung pertanyaan PKSA untuk tetap berlanjut. Pada
saat yang sama banyak responden mengkritisi bahwa PKSA tidak menjangkau
anak-anak yang paling miskin dan paling rentan.
Dari sudut pandang ekonomi politik, PKSA hanya akan tetap bertahan jika program
ini mendapatkan dukungan dari kekuatan politik yang berpengaruh. Anggaran
PKSA telah stagnan sejak tahun 2012, sementara anggaran PKH meningkat
dengan stabil. Ini mengindikasikan kurangnya dukungan politik dan menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana PKSA bisa mendapatkan dukungan politik yang
diperlukan. Mengintegrasikan PKSA dan PKH mungkin merupakan sebuah pilihan
untuk mengamankan keberlanjutan PKSA. Mendapatkan dukungan dan pendanaan
bersama dari pemerintah daerah bisa menjadi strategi lain. Dengan tetap berada
di dalam isolasi, keberlangsungan PKSA tidak dapat terjamin.
55
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Sejauh keterbatasan ini tidak berkurang, hanya ada satu lingkup terbatas untuk
meningkatkan efektivitas dan kinerja PKSA. Rekomendasi-rekomendasi yang
diberikan di bawah ini berasumsi bahwa keterbatasan yang disebutkan di atas
tidak akan hilang dalam waktu dekat.
56
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
PKSA harus menerima bahwa dengan anggaran yang ada ia hanya bisa
menjangkau sekitar 3 persen dari anak yang membutuhkan. Ia harus
mempertimbangkan untuk memilih kabupaten-kabupaten termiskin
(penetapan target geografis) dan memastikan bahwa di kabupaten-
kabupaten ini seluruh anak yang layak ditargetkan. Atau PKSA harus
berkonsentrasi pada kabupaten-kabupaten itu, dimana pemerintah
daerah mau berkontribusi untuk 50 persen dari biaya-biaya PKSA, yang
akan menggandakan anggaran PKSA. Jika di kabupaten-kabupaten ini
jumlah LKSA yang mau tidak mencukupi, PKSA harus “bersinergi dengan
program-program pemerintah daerah” (ini adalah salah satu tujuan
PKSA – lihat bab 4.1.3) guna “meningkatkan jumlah lembaga-lembaga
kesejahteraan sosial yang memberikan layanan perlindungan untuk anak”
(ini merupakan tujuan lain dari PKSA – lihat bab 4.1.1).
57
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Klaster “anak terlantar usia di atas 5 tahun” memiliki 3.2 juta anak –
74 persen dari kelompok target PKSA. Anak-anak di LKSA yang peduli
58
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
59
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
60
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Model kompetensi untuk pekerja sosial yang efektif bisa didasarkan pada
pembagian kerja yang diberikan dalam Buku Panduan Pekerja Sosial. Tapi,
pekerja sosial yang baru lulus tidak mampu untuk mengatasi tantangan-
tantangan yang akan ditemukan pada saat bekerja dengan anak-anak
yang kurang beruntung dan keluarga mereka. Menggunakan pengalaman
yang didapatkan dalam beberapa tahun setelah melaksanakan PKSA,
model kompetensi yang lebih akurat dapat dikembangkan. Pekerja
sosial yang berkinerja baik bisa menjadi contoh bagaimana tugas sosial
dilakukan dalam praktek. Model seperti ini bisa menjadi dasar bagi proses
rekrutmen dan untuk penyusunan program pelatihan, yang perlu dipakai
untuk menggantikan pelatihan 3-4 hari yang tidak memadai seperti saat
ini.
61
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
5.1.6 Memastikan Bahwa Panduan PKSA Bisa Dipakai dan Akan Dipakai
Untuk memperbaiki situasi ini, versi terbaru dari panduan PKSA harus
dicetak dan seluruh pemangku kepentingan harus dilatih kembali
menggunakan pendekatan didaktik yang tepat. Ini harus diikuti oleh
proses monitoring dan supervisi yang sistematis. Konsentrasi intervensi
PKSA pada sejumlah kecil kabupaten (lihat bab 5.1.1) akan sangat
membantu mengontrol secara efektif dan memberlakukan panduan dan
memastikan bahwa panduan tersebut dipahami dan diimplementasikan.
62
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
63
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
64
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Sampai saat ini anak-anak keluar dari program karena mereka telah
melewati batas usia atau karena mereka pindah keluar dari wilayah LKSA
atau karena mereka tidak mematuhi persyaratan. Banyak anak yang
dihapus dalam program karena pemotongan anggaran PKSA.
Kelulusan berarti situasi anak dan/atau situasi keluarga sudah stabil dengan
cara yang berkelanjutan dan sampai taraf tertentu tidak lagi memerlukan
intervensi perlindungan sosial. Dengan mempertimbangkan bahwa
kebanyakan anak dan keluarga mereka adalah orang termiskin dari yang
miskin dan paling rentan (jika ditargetkan dengan benar), pengurangan
yang signifikan dan berkelanjutan dari risiko atau krisis yang mengarah
pada pengesahan anak mayoritas tidak akan terjadi. Kebanyakan anak
dan keluarga mereka akan mengalami perubahan sebagai akibat dari
intervensi PKSA, tapi akan gagal lagi jika bantuan dihentikan. Evaluasi
kelihatannya mengindikasikan bahwa PKH menghadapi masalah kelulusan
yang sama. Banyak rumah tangga bermasalah yang tidak selesai. PKSA
harus menerima bahwa kebanyakan anak yang ditargetkan secara tepat
(yang paling membutuhkan) tidak selesai dan harus didukung sampai
mereka mencapai batas usia.
Sayangnya mencapai batas usia (5 tahun untuk anak balita terlantar dan
18 tahun untuk anak-anak) tidak selalu memperlihatkan bahwa risiko
atau krisis yang dihadapi oleh anak tersebut telah teratasi. Atas alasan
ini, PKSA memerlukan sebuah strategi lanjutan yang sistematis. Sebuah
strategi lanjutan terdiri dari sebuah “exit package”, sebuah komponen
monitoring dan komponen respons cepat yang beraksi ketika hasil
monitoring mengindikasikan sebuah krisis. Ketiga komponen itu perlu
dijabarkan dengan jelas dalam panduan PKSA.
65
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
66
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
67
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
68
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Secara umum, kebanyakan program Amerika Latin yang didukung oleh Bank Dunia
dan Inter-American Development Bank memberlakukan persyaratan sementara
negara-negara di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika tidak begitu. Salah satu alasan
yang diberikan untuk menerapkan syarat di Amerika Latin adalah bahwa bantuan
tunai bersyarat lebih mudah dijual kepada pembayar pajak daripada bantuan tunai
tanpa syarat. Ini sepertinya menunjukkan bahwa persepsi pro dan kontra tentang
persyaratan mungkin memiliki dimensi budaya dan politis dan bisa dianggap
berbeda dalam budaya yang berbeda. Hasil-hasil penelitian empiris tentang isu ini
sangat jarang.
69
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
70
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
71
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
5. REKOMENDASI
Bisakah cakupan yang rendah dari program bantuan tunai yang dikombinasikan
dengan rendahnya tingkat bantuan tunai mengurangi kemiskinan?
PKH adalah program bantuan tunai utama di Indonesia. Program ini mencakup
hanya sekitar 50 persen dari keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa program ini tidak memasukkan
seluruh keluarga yang tidak memiliki anak atau perempuan hamil. Program ini
memberikan setiap tahunnya uang rata-rata sebesar Rp. 1.750.000 kepada
keluarga miskin. Beberapa keluarga hanya mendapatkan Rp. 1 juta per tahun.
Dengan keluarga rata-rata sebesar lima orang, bantuan tahunan per orang adalah
sebesar Rp. 350.000 atau Rp. 29.000 per bulan atau Rp. 958 per hari.
Dibandingkan dengan rata-rata garis kemiskinan sebesar Rp. 302.735 per kapita
per bulan, bantuan bulanan PKH sebesar Rp. 29.000 adalah kurang dari 10 persen
garis kemiskinan. Untuk keluarga yang menerima Rp. 1 juta per tahun, bantuan
bulanan per orang adalah sebesar Rp. 17.700. Ini sama dengan Rp. 556 per hari
(US$0.05) atau 6 persen dari garis kemiskinan. Bagaimana bantuan sebesar Rp.
556 per hari per orang bisa memberikan harapan bagi keluarga miskin?
Perpaduan antara cakupan yang rendah dengan volume bantuan yang sangat
rendah membuat PKH dan program bantuan tunai Kementerian Sosial lainnya
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pengurangan kemiskinan dan
kerentanan yang disebabkan oleh kemiskinan yang ekstrem.
72
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
REFERENSI
de Janvry, Alain, Sadoulet, Elisabeth, and Vakis, Renos 2008, Protecting vulnerable
children from uninsured risks:adapting conditional cash transfer programs to provide
broader safety nets. Journal of Well-Being and Social Policy, 6(1), pp 161-183.
Griffith University (2014a) Developing child protection and social work in Indonesia.
Area-based pilot projects design proposal. Meadowbrook
Griffith University (2014b) Developing child protection and social work in Indonesia.
Report on stage 2 Technical Assistance. Meadowbrook
Lahiri, Antara (2013), Understanding the Indonesian Child Social Welfare Program. Exit
strategies and way forward. Jakarta
Levinger, Beryl and Jean McLeod (2002), Hello, I Must Be Going: Ensuring Quality
Services and Sustainable Benefits through Well-Designed Exit Strategies. Newton,
Massachusetts
Kementerian Sosial Republik Indonesia, Save the Children, UNICEF (2007), Someone
that matters: the quality of care in childcare institutions in Indonesia. Save the Children
UK, the Ministry of Social Affairs & UNICEF. Jakarta
73
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
REFERENSI
Martin, Florence (2013), Changing the paradigm: Save the Children’s work to strengthen
the child protection system in Indonesia 2005-2012. Save the Children Indonesia
Country Office. Jakarta.
Ministry of Social Affairs (2010), Decree of the Minister of Social Affairs of the Republik
of Indonesia No: 15 A/HUK/2010 and General Guidelines Child Welfare Program (PKSA).
Jakarta
Patton, Michael Quinn (2002), Qualitative research & evaluation methods. (3rd ed.).
Sage Publication. London
Rook, John (2014a), Family-based social assistance in Indonesia: Origins and evolution.
Jakarta
Rook, John (2014b), Family-based social assistance in Indonesia: Present day provision.
Jakarta
Sanfilippo, Marco, de Neubourg, Chris and Martorano, Bruno (2012), The Impact of
Social Protection on Children: A review of the literature. Working Paper 2012-06.
UNICEF Office of Research. Florence, Italy
TNP2K (2013), Program Keluarga Harapan (PKH): Indonesian conditional cash transfer
program. Research Brief 42. Jakarta
World Bank (2011) Program Keluarge Harapan. Main Findings from the Impact Evaluation
of Indonesia’s Pilot Household Conditional Cash Transfer Program. Jakarta
Word Bank (2012b), JSLU, JSPACA, PKSA. Cash transfers for at-risk youth, the
disabled and vulnerable elderly. Jakarta
74
Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)