Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai negara tropis yang kaya akan sumber daya
hayati sebagai tanaman berkhasiat obat. Sejak zaman dahulu, orang-orang telah
memanfaatkan tumbuhan dan hewan untuk kebutuhan sehari-hari, salah satunya
dijadikan sebagai bahan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit berdasarkan
senyawa kimia yang terdapat dalam hewan tertentu. Seperti halnya makhluk hidup
yang lain, biota melakukan metabolisme yang akan menghasilkan senyawa kimia
yang bermanfaat.
Senyawa metabolit terbagi atas dua, yaitu metabolit primer dan metabolit
sekunder. Senyawa metabolit primer seperti karbohidrat, protein, lemak dan asam
nukleat. Sedangkan senyawa metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavanoid,
saponin, tannin, steroid, vitamin dan minyak atsiri. Dalam fitokimia menggunakan
berbagai macam metode penarikan senyawa metabolit sekunder pada tanaman.
Metode tersebut salah satunya ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari
suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating
agent. Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk mengidentifikasi senyawa yang
terkandung dari biota yang dijadikan sampel. Salah salu biota laut yang
menghasilkan senyawa kimia yaitu bulu babi.
Bulu babi merupakan salah satu jenis biota perairan yang berasal

dari filum echinodermata. Penyebaran bulu babi terlihat hampir di seluruh zona

perairan. Bulu babi memiliki beragam manfaat. Sebagian memiliki manfaat

sebagai bahan pangan,ekologi, ekonomi dan sifat racun. Sebagian lain telah

dimanfaatkan sebagai organisme model, hewan hias dan digunakan dalam

bidang kesehatan terutama untuk pengobatan penyakit pada manusia. Bahkan

beberapa ahli biologi, biokimia, biologi molekul, lingkungan telah

memanfaatkan bulu babi untuk berbagai kepentingan.


Aprilia et al. (2012) menyatakan duri dan cangkang bulu babi memiliki
potensi sebagai antimikroba karena memiliki kandungan senyawa bioaktif yang
bersifat toksik, senyawa tersebut antara lain histamin, serotoin, glikosida, bahan
cholinergi, dan steroid.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi komponen
kimia dalam bulu babi yaitu kromatografi. Kromatografi didefinisikan sebagai
suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada
hakekatnya molekuler. Salah satu teknik dari kromatografi yaitu Kromatografi
Lapis Tipis. Kromatografi Lapis Tipis adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan peramabatan komponen dalam medium tertentu.
Pada kromatografi lapis tipis, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk mengetahui tentang uji
identifikasi senyawa suatu sampel biotalaut menggunakan kromatografi lapis
tipis, maka dilakukan percobaan mengenai kromatografi lapis tipis yang
menggunakan sampel biota laut yaitu bulu babi (Diadema setosum).
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara kerja mengekstraksi dan mengidentifikasi
komponen senyawa kimia dengan menggunakan ekstraksi panas yaitu
metode soxhletasi dan refluks ?
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui uji
kualitatif dengan mengidentifikasi suatu senyawa pada sampel biota laut
menggunakan metode kromatografi
I.2.2 Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan prinsip kerja dari
kromatografi lapis tipis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan
identifikasi senyawa steroid dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
menggunakan sampel biota laut yaitu bulu babi (Diadema setosum)
berdasarkan nilai Rf.

Anda mungkin juga menyukai