Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

IMUNODIAGNOSIS,PENCEGAHAN KANKER DAN IMUNTERAPI


1. IMUNODIAKNOSIS
Dapat dilakukan dengan tujuan:
1. Menemukan Ag spesifik terhadap sel tumor.
2. Mengukur RI pejamu terhadap sel tumor.
Sel tumor dapat ditemukan dalam sitoplasma. Ciri-ciri suatu tumor dapat
ditentikan dari sitopasma permukaan sel atau produk yang dihasilkan atau
dilepasnya yang berbeda baik dalam sifat maupun dalam jumlah disbanding
orang normal.
Pertanda tumor mempunyai sifat antigen yang lemah. Adanya antibody
monoklonal telah banyak membantu dalam imunodiagnosis sel tumor dan
produknya. Sampai sekarang, imunodiagnosis tumor belum dapat dipraktekkan
untuk menemukan tumor dini, tetapi mempunyai arti penting di klinik dalam
memantau progres atau regresi tumor tertentu.

Imunodiagnosis tumor
1. Deteksi sel tumor dan produknya dengan cara imunologik
• Protein mieloma Bence-Jones (misalnya tumor sel plasma)
• Alfa Feto Protein (AFP pada kanker hati)
• Antigen karsinoembrionik (CEA pada kanker gastrointestinal)
• Deteksi antigen tumor spesifik (dalam sirkulasi atau dengan
immunoimaging)

2. Deteksi respons imun anti-tumor


• Antibodi antitumor
• CMI antitumor
Tumor Marker (Petanda Tumor)
Petanda tumor adalah suatu substansi yang dapat ditemukan dalam tubuh
karena adanya kanker, biasanya ditemukan dalam darah atau urine, yang
diproduksi langsung oleh sel-sel kanker atau tubuh sendiri sebagai respon
terhadap adanya kanker atau kondisi lain. Mayoritas petanda tumor adalah
protein.
Petanda tumor ini ada beberapa macam. Beberapa hanya terdapat dalam satu
jenis kanker, lainnya bisa terdapat dalam beberapa jenis kanker. Marker ini
didaatkan dengan memeriksa darah atau urine menggunakan antibodi manusia
yang akan bereaksi dengan protein spesifik dari tumor tersebut.
Petanda tumor ini sangat berguna untuk skrining dan deteksi awal kanker.
Skrining digunakan pada pasien sehat yang tidak memiliki keluhan maupun
gejala klinis. Sedangkan deteksi awal berarti menemukan kanker pada stadium
awal, sebelum penyebaran dan masih berespon baik terhadap pengobatan.
Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis kanker
dan membantu diagnosis penyebaran tumor ketika tumor primer(asal)nya
belum diketahui. Petanda tumor biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis
kanker, pada banyak kasus, kanker hanya didiagnosis dengan biopsi. Petanda
tumor juga dapat digunakan untuk menunjukkan agresivitas kanker seseorang
atau seberapa baik responnya terhadap obat tertentu. Hal ini mengingat
beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker yang lain.

Tumor marker juga digunakan untuk mendeteksi adanya kekambuhan (relaps)


kanker setelah terapi. Beberapa wanita yang sudah mendapatkan terapi untuk
tumor payudara selama bertahun-tahun, tetap harus melakukan pemeriksaan
kadar Ca 15-3. Hal ini kadang dapat mendeteksi berulangnya kanker bahkan
sebelum munculnya gejala klinis atau terbukti dari pemeriksaan MRI, pada
kasus kanker colorectal, pemeriksaan CEA juga dapat mendeteksi kekambuhan.
Dan yang paling penting dari manfaat petanda tumor adalah untuk monitoring
erapi kanker, utamanya pada kanker stadium lanjut. Jika petanda tumor yang
diperiksa spesifik dengan jenis kanker, akan sangat mudah untuk mengetahui
rspon terapi daripada harus melakukan foto toraks ulang, CT scan, bone scan
atau pemeriksaan lain yang relatif lebih mahal. Jika kadar petanda tumor
menurun, hampir selalu merupakan indikasi keberhasilan terapi, begitu juga
sebaliknya.

Diagnosa kanker
Kanker diduga berdasarkan gejala seseorang, hasil pemeriksaan fisik,
dan kadangkadang hasil tes skrining. Kadang-kadang, x-ray diperoleh karena
alasan lain, seperti cedera, menunjukkan kelainan yang mungkin kanker.
Konfirmasi bahwa kanker hadir membutuhkan tes lainnya (disebut tes
diagnostik). Setelah kanker didiagnosis, itu dipentaskan. Staging adalah cara
menggambarkan bagaimana maju kanker telah menjadi, termasuk kriteria
seperti seberapa besar itu dan apakah telah menyebar ke jaringan tetangga
atau yang lebih jauh ke kelenjar getah bening atau organ lainnya.
1.1 Diagnosa
Biasanya, ketika seorang dokter tersangka pertama kanker, beberapa
jenis studi pencitraan, seperti x-ray ( Plain X-Rays ), ultrasonografi ( USG ),
atau computed tomography (CT- Computed Tomography (CT) ), dilakukan.
Misalnya, seseorang dengan batuk kronis dan penurunan berat badan mungkin
memiliki dada x-ray. Seseorang dengan sakit kepala berulang dan kesulitan
seeing mungkin memiliki CT otak atau magnetic resonance imaging (MRI-
Magnetic Resonance Imaging (MRI) ). Meskipun tes ini dapat menunjukkan
adanya, lokasi, dan ukuran massa yang abnormal, mereka tidak dapat
memastikan kanker yang penyebabnya. Kanker dikonfirmasi dengan
mendapatkan sepotong tumor melalui jarum biopsi atau operasi dan
menemukan sel-sel kanker pada pemeriksaan mikroskopis dari sampel dari
daerah yang dicurigai. Biasanya, sampel harus sepotong jaringan, meskipun
kadang-kadang pemeriksaan darah memadai (seperti pada leukemia).
Memperoleh sampel jaringan disebut biopsi. Biopsi dapat dilakukan dengan
memotong sepotong kecil jaringan dengan pisau bedah, tetapi sangat umum
sampel diperoleh dengan menggunakan jarum. Tes tersebut biasanya
dilakukan tanpa perlu untuk tinggal di rumah sakit semalam (prosedur rawat
jalan). Dokter sering menggunakan ultrasonografi atau CT untuk memandu
jarum ke lokasi yang tepat. Karena biopsy dapat menyakitkan, orang tersebut
biasanya diberi bius lokal untuk mematikan daerah. Ketika temuan
pemeriksaan atau hasil tes pencitraan menunjukkan kanker, mengukur kadar
penanda tumor dapat memberikan bukti tambahan untuk atau terhadap
diagnosis kanker. Pada orang yang telah didiagnosis dengan jenis kanker
tertentu, penanda tumor mungkin berguna untuk memantau efektivitas
pengobatan dan untuk mendeteksi kemungkinan kambuhnya kanker. Untuk
beberapa jenis kanker, tingkat penanda tumor tetes setelah perawatan dan
meningkatkan jika kanker berulang.
1.2 Pementasan

Ketika kanker didiagnosis, tes pementasan membantu menentukan


seberapa luaskanker adalah dari segi lokasi, ukuran, pertumbuhan ke dalam
struktur di dekatnya,dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Orang dengan
kanker kadang-kadangmenjadi tidak sabar dan cemas selama tes pementasan,
berharap untuk memulaicepat pengobatan. Namun, pementasan
memungkinkan dokter untuk menentukanpengobatan yang paling tepat serta
membantu untuk menentukan prognosis.Staging dapat menggunakan scan
atau tes pencitraan lain, seperti x-ray, CT, MRI, scantulang dengan bahan
radioaktif, atau PET. Pilihan uji pementasan (s) tergantung padajenis kanker.
CT digunakan untuk mendeteksi kanker di berbagai bagian tubuh,termasuk
otak dan paru-paru dan bagian perut, termasuk kelenjar adrenal, kelenjargetah
bening, hati, dan limpa. MRI adalah nilai khusus dalam mendeteksi
kankerotak, tulang, dan sumsum tulang belakang.Biopsi sering diperlukan
untuk mengkonfirmasi kehadiran tumor untuk pementasantujuan dan kadang-
kadang dapat dilakukan bersama-sama dengan pengobatan bedah awal kanker.

2. PENCEGAHAN KANKER
2.1 Jenis-jenis kanker dan peyebabnya
1. Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru
sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah
keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan,
seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena
kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 19901. Data yang dibuat
WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan
yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat
keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan2.
Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya
penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam
stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru
pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage
I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II,
apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9
bulan.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis
penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana
dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini
membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan
ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan
ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya.
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada
kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan
diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya
respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam
beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera
mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru
dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar
paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini
yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah
penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh
berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan
gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.
Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya
hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor
suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali.
Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan
proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya
hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai
mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari
berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan
dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras
sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb.
Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering
ditemukan pada sel kanker paru.

2. Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distrorsi struktur haper dan hilangnya
sebagai besar fungsi hepar (Gips dan Willson).
Penyebab dari Ca hepar yaitu:
a. Virus hepatis (HBV dan HCV)
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai dengan nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis B disebabkan oleh virus
B (HBV). Hepatitis B akut adalah penyakit yang tidak bisa diobati namun
bisa dicegah dengan diet dan istirahat (sylvia A, Price dan Lorraine M.
Wilson,2006)
b. Sirosis hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor ditandai dengan kerusakan sel parenchim hati (hepatocyte). Terjadi
perubahan bentuk hati dari lobelur menjadi noduler. Juga terjadi
penggantian sel hati dengan jaringans serat (sease et al,2008)
c. Obesitas
Salah satu fungsi hati adalah untuk metabolisme karnohidrat, lemak,
protein, vitamin, pada obesitas, terjadi peningkatan koestrol sehingga
meningkatkan fungsi kerja hati. Jika terus menerus dibiarkan maka hati
aka mengalami kegagalan, dari gagal hati itulah akan menjadi kanker hati
(Suzanne c. smeltser & Brenda G Bare,2002)
d. Diabetes militus
Diabetes militus merupakan faktor resiko untuk penyakit hati kroik
maupun untuk HCC melalui terjadinya perlmekan hati dan steatohepatis
non alkoholik (NASH). Disamping itu,diabetes militus dihubugkan
dengan peningkatan kadar insulin dan insulin like growth faktor (IGFs)
yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
3. Kanker kulit, jenis kanker ini dapat diamati langsung karena letakkan
dipermukaan kulit. Oleh karena itu, tumor ini dapat ditemukan dalam
stadium awal karena lebih cepat terdeteksi. Kanker kulit lebih sering
dijumpai pada laiki-laki, hal ini disebabkan karena laki-laki lebih banyak
keluar rumah dan terkena paparan sinar matahari.
Secara umum kenker kulit dibagi menjadi dua kelompok, yaitu non-
melanotik dan melanotik. Non melanotik terbagi menjadi basalloma dan
karsinoma sel skuamosa.
2.2 Pencegahan
1. Pencegahan pada kanker paru
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang
dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik
juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker
paru, maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah
kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok
dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang
perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada
mereka yang tidak terpajan kepada asap rokok. Dengan dasar penemuan di
atas adalah wajar bahwa pencegahan utama kanker paru berupa upaya
memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif
adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif.
2. Pencegahan pada kanker hati
Pencegahan kanker hati dengan menghidari minuman beralkohol,
menghindari makanan berjamur, melakukan vaksinasi hepatitis, terutama
hepatitis B.
3. Pencegahan pada kanker kulit
Pencegahan kanker kulit dengan menghindari paparan sinar matahari
secara langsung yang berlebihan (dengan menggunakan tabir surya, topi,
dan paying), menghindari kontak yang lama dan terus menerus dengan zat
kimia tertentu, menghindari radiasi ionisasi seperti sinar X yang
berlebihan dan menghindari trauma atau iritasi pada nevus/tembong/tahi
lalat hidup.
3. Sejarah imunoterapi
Penggunaan imunoterapi sebenarnya Bukan merupakan hal yang baru
dalam dunia medis. Pada akhir abad ke 19, William Coley, seorang ahli bedah
dari New York, sudah memulai imunoterapi pada kanker dengan
menginfeksikan bakteri Coley toxins pada pasiennya. Namun, karena
perkembangan dari pengobatan kanker lainnya yang lebih maju, teknik
dengan cara menginfeksikan bakteri ini tidak terdengar lagi.
Penggunaan imunoterapi lainnya dapat dilihat pada tahun 1992 dan
1998 ketika interleukin-2 digunakan sebagai obat kanker ginjal dan
melanoma. Selain itu, pada tahun 2003, ditemukan an-tibodi yang dapat
berikatan dengan CTLA-4 (protein di permukaan sel limfosit T yang
berfungsi untuk mencegah sel tersebut menyerang sel tubuh lainnya)
sehingga membantu proses pemulihan pada pasien kanker yang mengalami
penyebaran ke bagian tubuh lainnya.
Ilmu mengenai imunoterapi pada kanker terus berkembang. Hingga
saat ini, sudah terdapat berbagai jenis imunoterapi dengan mekanisme kerja
yang berbeda-beda.
3.1 Definisi imunoterapi
Imunoterapi adalah bentuk perawatan kanker yang memanfaatkan
sistem kekebalan tubuh (imun) manusia untuk melawan kanker. Hal ini bisa
dilakukan dengan dua cara. Yang pertama adalah merangsang sistem
kekebalan Anda sendiri untuk menghentikan pertumbuhan dan perkembang
biakan sel kanker dalam tubuh. Cara kedua yaitu memberikan zat khusus
buatan manusia yang memiliki fungsi dan sifat seperti imun, misalnya protein
imun.

3.1. Mekanisme kerja dari imunoterapi


Pertahanan tubuh manusia merupakan sekumpulan sistem yang
bekerja dengan proses yang sangat kompleks. Organ, sel dan substansi
tertentu memiliki peran masing-masing dalam merespon benda asing di dalam
tubuh. Ketika sistem pertahanan tersebut mendeteksi adanya benda asing
dalam tubuh manusia, akan timbul respons imun yang sangat hebat untuk
menghancurkan benda asing tersebut.
Dengan respons tubuh yang sangat hebat tersebut, seharusnya tidak
ada benda asing yang dapat melewati pertahanan tubuh. Akan tetapi,
kenyataan menunjukkan bahwa sel kanker yang katanya “benda asing” tidak
mampu dikenali oleh tubuh manusia. Hal ini disebabkan struktur sel kanker
hanya memiliki sedikit perbedaan dengan sistem imun tubuh manusia
sehingga sukar untuk dikenali dan dilawan. Akibatnya, sel kanker dapat
berkembang dengan baik dalam tubuh manusia.
Untuk mengatasi hal tersebut, imunoterapi memiliki peranan penting
memimpin pasukan sistem pertahanan tubuh menyerang sel kanker. Peran dari
terapi yang melibatkan sistem imun ini dengan meningkatkan jumlah sistem
pertahanan tubuh atau melatih sistem pertahanan tubuh untuk menyerang
bagian dari sel kanker tertentu secara spesifik.
Apabila dilihat lebih dalam, terdapat tiga jenis imunoterapi yang
dapat digunakan untuk mengobati kanker, yakni antibodi monoklonal, vaksin
kanker, dan imunoterapi non-spesifik ,
a. Antibodi monoklonal bekerja dengan menyerang bagian tertentu dari sel
kanker secara spesifik. Anti bodi yang diinjeksikan dalam tubuh ini akan
menempel pada sel yang bermasalah sehingga sel tersebut bisa langsung
dilawan
b. vaksin kanker bekerja dengan memicu sistem imun untuk menyerang sel
kanker. Vaksin ini akan memicu reaiksi system kekebalan tubuh terhadap
antigen tertentu, yaitu zatyang bisa mendorong produksi antibodi, Dengan
vaksin tersebut, sistem imun pun akan bereaksi untuk mendeteksi dan
mencegah sel kanker.
c. Terapi T-cell
Ada dua bentuk terapi T-cell yang saat ini dipakai untuk melawan kanker.
Yang pertama, para ahli akan mengambil sel imun yang sebenarnya mampu
mendeteksi dan mencegah tumbuhnya kanker, tapi jumlahnya terlalu
sedikit atau responnya terlalu lemah. Sel imun tersebut akan kemudian
digandakan di laboratorium dan disuntikkan kembali dalam tubuh supaya
reaksinya jadi lebih kuat. Yang kedua, sel imun Anda akan direkayasa
sedemikian rupa agar bisa bekerja lebih efektif dalam mendeteksi dan
menghentikan pertumbuhan kanker dalam tubuh.
3.3 Perkembangan terbaru imunoterapi pada kanker
Penelitian tentang imunoterapi merupakan salah satu isu yang
berkembang hingga saat ini ka-rena potensinya yang menjan-jikan. Penelitian
terbaru tentang antibodi monoklonal berhasil menciptakan antibodi yang dapat
berikatan dengan sel kanker dan sel imun (antibodi bispesifik) sehingga
respons obat tersebut dapat menjadi lebih baik lagi. Penelitian tentang vaksin
pada kanker menghasilkan vaksin sel dendritik yang memicu respons imun
terhadap sel kanker setiap individu. Vaksin tersebut bekerja dengan
menginfeksikan setiap sel imun yang dikeluarkan dari tubuh manusia terhadap
sel kanker. Setelah itu, sel imun tersebut akan berubah menjadi sel den-dritik
yang siap menginfeksi sel kanker ketika dimasukkan ke tubuh individu
tersebut.
Isu terbaru lain pada pen-gobatan kanker adalah penggunaan limfosit
T yang di-ambil dari darah pasien dan diubah secara genetik supaya memiliki
reseptor spesifik ter-hadap antigen kanker (chimeric antigen receptors/CAR).
Sel limfosit tersebut lalu dimasukkan kembali ke tubuh pasien untuk
menyerang sel kanker. Pasien yang diberikan pengobatan ini dapat mengalami
penurunan jumlah sel kanker secara signifikan, bahkan sel kanker dapat
menjadi tidak terdeteksi dalam tubuh penderita. Namun, pengobatan ini
memiliki efek samping seperti demam tinggi dan penurunan tekanan darah
dalam waktu beberapa hari setelah pemberian obat.
3.4 Potensi imunoterapi pada kanker
Imunoterapi pada kanker memiliki potensi yang menjanjikan karena
perannya yang dapat menghambat dan mengeliminasi sel kanker. Terapi ini
dapat menyerang sel kanker secara spesifik sehingga meningkatkan efek anti-
kanker dan lama hidup dari pasien. Selain itu, beberapa obat imunoterapi juga
memiliki efek samping yang minimal jika dibandingkan dengan terapi kanker
lainnya.
Di samping berbagai kelebihan imunoterapi, masih terdapat berbagai
efek samping yang perlu diwaspadai seperti penggunaan antibodi monoklonal
yang hanya dapat bertahan untuk sementara waktu dan efek imunoterapi lain
yang dapat membahayakan jiwa seperti penurunan tekanan darah dan demam
tinggi. Selain itu, biaya yang besar juga menjadi perhatian dalam
pengembangan imunoterapi. Oleh sebab itu, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai potensi imunoterapi dalam pengobatan
3.5 Penyaringan

Tes skrining berfungsi untuk mendeteksi kemungkinan bahwa kanker


hadir sebelum gejala terjadi. Tes skrining biasanya tidak definitif. Hasil
dikonfirmasi atau disangkal dengan pemeriksaan lebih lanjut dan tes.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sekali dokter mencurigai bahwa
seseorang menderita kanker. Meskipun tes skrining dapat membantu
menyelamatkan nyawa, mereka dapat mahal dan kadang-kadang memiliki
dampak psikologis atau fisik. Tes skrining dapat menghasilkan hasil-hasil
yang menunjukkan kanker hadir ketika itu benar-benar tidak positif palsu.
Positif palsu hasil dapat membuat stres psikologis yang tidak semestinya dan
dapat menyebabkan tes lain yang mahal dan berisiko. Tes skrining juga dapat
menghasilkan negatif palsu hasil-hasil yang tidak menunjukkan
tandatandadari kanker yang sebenarnya hadir. Negatif palsu hasil dapat
meninabobokan orang menjadi rasa aman yang palsu. Untuk alasan ini, hanya
ada sejumlah kecil tes skrining yang dianggap cukup handal bagi dokter untuk
menggunakan secara rutin. Dokter menentukan apakah orang tertentu yang
berisiko khusus kanker karena usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat,
atau gaya hidup-sebelum mereka memilih untuk melakukan tes skrining. The
American Cancer Society telah memberikan pedoman skrining kanker yang
banyak digunakan. Kelompok-kelompok lain juga telah mengembangkan
pedoman skrining. Kadang-kadang rekomendasi bervariasi antara kelompok
yang berbeda, tergantung pada bagaimana para ahli kelompok menimbang
kekuatan relative dan pentingnya bukti ilmiah yang tersedia.
3.6 Rekomendasi Skrining Kanker
a. Kanker kulit
Pemeriksaan fisik Harus menjadi bagian dari pemeriksaan rutin
pemeriksaan khusus screening atau tes (seperti fotografi seluruh tubuh)
tidak dianjurkan.
b. Kanker paru-paru
Heliks dosis rendah (spiral) computed tomography. Tidak dianjurkan
sebagai bagian dari evaluasi rutin. Perokok berat antara usia 55 dan 74
harus mendiskusikan risiko dan manfaat dari skrining dengan dokter
mereka
c. Kanker dubur dan usus besar
Pemeriksaan feses untuk darah yang tersembunyi. Tahunan setelah usia 50
†. Sigmoidoscopic atau pemeriksaan colonoscopic. Setiap 5 tahun dimulai
pada usia 50 (sigmoidoskopi) †. Setiap 10 tahun dimulai pada usia 50
(kolonoskopi). Computed tomography colonography Setiap 5 tahun,
dimulai pada usia 50.

d. Kanker prostat
Pemeriksaan dubur untuk merasakan pembesaran prostat atau tidak teratur
ditambah tes darah untuk antigen spesifik prostat. Manfaat skrining tidak
pasti, sehingga pria di atas 50 dan dokter mereka harus mendiskusikan
risiko dan manfaat dari skrining mungkin
e. Kanker serviks
Papanicolaou (Pap) test dan human papillomavirus (HPV) tes DNA tes Pap
setiap 3 tahun antara usia 21 dan 29. Tes Pap ditambah tes DNA HPV
setiap 5 tahun antara usia 30 dan 65 atau tes Pap setiap 3 tahun. Tidak ada
pengujian setelah usia 65 jika hasil tes sebelumnya normal dan uji terbaru
dalam 5 tahun.
f. Kanker payudara
Pemeriksaan payudara sendiri. Pertimbangan diri pemeriksaan bulanan
setelah usia20 pemeriksaan fisik payudara oleh penyedia layanan
kesehatan. Setiap 3 tahun antara usia 20 dan 39, maka tahunan mamografi
Tahunan, dimulai pada usia 40. Magnetic Resonance Imaging. Tahunan
(selain mamografi), dimulai pada usia 30 untuk beberapa wanita yang
berisiko tinggi kanker payudara.
3.7 Faktor Rekomendasi Untuk Skrining
Rekomendasi untuk skrining dipengaruhi oleh banyak faktor. Ini
rekomendasi skrining, terutama didasarkan pada orang-orang dari American
Cancer Society, adalah untuk orang-orang tanpa gejala dengan risiko rata-rata
kanker. Bagi orang orang dengan risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki
riwayat keluarga yang kuat dari kanker tertentu atau mereka yang memiliki
kanker sebelumnya, skrining mungkin disarankan lebih sering atau untuk
memulai di usia muda. Tes skrining selain yang tercantum di sini juga
mungkin dianjurkan. Selanjutnya, organisasi lain, seperti Preventive Services
Task Force, mungkin memiliki rekomendasi yang sedikit berbeda. Dokter
seseorang dapat membantu orang memutuskan kapan mulai skrining dan yang
tes harus digunakan. † Kombinasi pemeriksaan tinja tahunan untuk darah
samar dan sigmoidoskopi setiap 5 tahun lebih disukai lebih baik dari pilihan
ini saja.

Anda mungkin juga menyukai