Anda di halaman 1dari 40

A.

Pengertian dan Tujuan KTSP

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum


operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan yang dikembangkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan,
Kerangka Dasar Dan Struktur kurikulum, dan pedoman-pedoman implementasi
kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bahan
acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yaitu pencapaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat


(19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2);
Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan

Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat


(5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3),
(4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal
16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal
20.

3. Standar Isi

SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai


kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI
adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis
dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas
No. 22 Tahun 2006.

4. Standar Kompetensi Lulusan

SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,


pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan
Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

C. Komponen KTSP

Pengembangan kurikulum tidak terlepas dari beberapa indikator yang harus


diperhatikan oleh setiap pengembang. Tim Penyusun BSNP (2006:12),
mendeskripsikan bahwa komponen yang terdapat dalam KTSP yaitu : (a) tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, (b) acuan operasional penyusunan KTSP, (c)
struktur dan muatan KTSP, (d) kalender pendidikan, dan (e) standar isi.
Menindaklanjuti amanat dari Permendiknas, standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah yang selanjutnya disebut standar isi mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang secara keseluruhan
mencakup: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan; (2) Beban belajar
bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah; (3) Kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari
standar isi; dan (4) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Isi kurikulum KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di
samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke
dalam isi kurikulum.

KTSP meliputi 3 dokumen, yaitu:

1. Dokumen 1 yang disebut dengan Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi,


misi, tujuan, muatan kurikulum, pengaturan beban belajar, dan kalender
pendidikan. Buku 1 dikembangkan oleh sekolah dibawah tanggung jawab kepala
sekolah SMA yang bersangkutan.

2. Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II KTSP berisi silabus yang telah
dikembangkan.

3. Dokumen 3 disebut dengan Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan


pembelajaran yang disusun sesuai potensi, minat, bakat, dan kemampuan peserta
didik oleh masing-masing guru mata pelajaran dengan berpedoman pada
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah


dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

(4) Kelompok mata pelajaran estetika

(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau


kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. Muatan
KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu
materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi
kurikulum.

1. Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan


pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI.

2. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan


kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran
lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata
pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan
pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti
bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal.

3. Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan


kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk
sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.

Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada


peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian
kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti
pada mata pelajaran.

4. Pengaturan Beban Belajar

a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri,
SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem
kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri,
dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam
sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
kategori mandiri.

b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu
tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang
tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran
tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap
penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam
Standar Isi.

c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50%
dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.

d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan
satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap
muka.

e. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan
sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.

(1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

(2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25
menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
5. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung
dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan
meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai
kriteria ketuntasan ideal. Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan
pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh
direktorat teknis terkait.

6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir
tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis
terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;

c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan


dan teknologi; dan

d. lulus Ujian Nasional.

Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut
dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

7. Penjurusan Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria


penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait. Penjurusan pada SMK/MAK
didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur oleh direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
8. Pendidikan Kecakapan Hidup

a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,


SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup
kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan
vokasional.

b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan


semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara
khusus.

c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.

9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang


memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lainlain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.

b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan


pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari
semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.

d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau satuan pendidikan nonformal.

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender


pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan
peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
D. Konsep Pengembangan KTSP

Pengembangan KTSP SMA mengacu pada Standar Nasional Pendidikan


dan peraturan pendukung implementasi Kurikulum 2013, dikembangkan,
ditetapkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan, sesuai potensi , kebutuhan,
dan karakteristik masing masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP
dilaksanakan di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan kabupaten/kota,
sehingga mengacu kepada visi dan misi daerah.

Sebagaimana telah tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan
prinsip prinsip sebagai berikut (a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (b) beragam dan terpadu, (c)
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (d) relevan
dengan kebutuhan kehidupan, (e) menyeluruh dan berkesinambungan, (f) belajar
sepanjang hayat, dan (g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentigan
daerah.

Dari penjelasan di atas, dapatlah dipahami bahwa setiap pengembangan


kurikulum khususnya dalam mengembangkan KTSP hendaknya memperhatikan
potensi, perkembangan, dan kebutuhan peserta didik secara beragam dan terpadu,
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan
dengan kebutuhan hidup, dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentigan
daerah.

E. Acuan pengembangan KTSP meliputi;

1. Acuan Operasional

a. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian


peserta didik secara utuh, sehingga perlu dituangkan dalam KTSP, agar semua
kegiatan yang terkait pembelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak
mulia.
b. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi


dan kerukunan inter-umat dan antar-umat beragama, serta antar umat beragama
dengan pemerintah.

c. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan


peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus
menumbuh kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI, melalui kegiatan terkait
yang diatur dan dituangkan dalam KTP

d. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat


Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik

Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk


meningkatkan harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan dengan
itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, bakat, minat, serta tingkat
perkembangan kecerdasan; intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik, melalui berbagai kegiatan yang diatur dan dituangkan dalam KTSP.

e. Kesetaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan


keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan
warga negara memperoleh pendidikan bermutu, yang dapat dituangkan dalam
proses dan mekanisme rekruitmen dan mutasi peserta didik.

f. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan

Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan
membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas bidang
keilmuan, berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan berkolaborasi,
menggunakan pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola keuangan,
kesehatan, dan tanggung jawab warga negara. Hal tersebut dapat tertuang dalam
komponen kurikulum nasional, daerah, sekolah, maupun pengembangan diri.

g. Tuntutan Dunia Kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya


pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan
hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan
kecakapan hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau
memasuki dunia kerja. bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Hal tersebut antara lain dapat dikembangkan melalui pengembangan
muatan lokal maupun pengembangan diri.

h. Perkembangan IPTEK

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa


masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEK sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
penyesuaian terhadap perkembangan IPTEK sehingga tetap relevan dan
kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan
secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan IPTEK,
melalui pengaturan dalam kurikulum satuan pendidikan.

i. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan


karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena
itu, kurikulum perlu memuat hal tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan daerah dan lingkunganya, yang dituangkan
dalam pengembangan KTSP.

j. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media
pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi
masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum
perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

k. Dinamika Perkembangan Global

Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada


secara individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara. Kemandirian sangat
penting di era globalisasi. Hubungan antar bangsa yang tidak lagi mengenal batas
wilayah, persaingan dalam pelaksanaan pasar bebas, menuntut kemandirian dan
ketangguhan daya saing, oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi yang siap
menghadapi persaingan dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain,
yang mendasari pengembangan KTSP.

l. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial


budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkembangkan terlebih
dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

m. Karakteristik Satuan Pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan


pendidikan, sehingga KTSP memiliki ke khasan satuan pendidikan.

2. Prinsip pengembangan KTSP

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik


dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik


memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan
pada masa kini dan yang akan datang. Memiliki posisi sentral berarti bahwa
kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.

b. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan


pemberdayaan kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

c. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap,


pengetahuan, dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar jenjang pendidikan.

3. Prosedur operasional pengembangan KTSP

Prosedur operasional pengembangan KTSP sekurang-kurangnya meliputi


langkah-langkah:

a. Analisis yang mencakup:

1) analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;

2) analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan; dan

3) analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.

b. Penyusunan yang mencakup:

1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;

2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;

3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat kelas;

4) penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;


5) penyusunan silabus muatan lokal atau mata pelajaran muatan lokal; dan

6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan pembelajaran.

c. Penetapan yang dilakukan kepala sekolah/madrasah berdasarkan hasil rapat


dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah/madrasah.

d. Pengesahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan


kewenangannya.

F. Langkah Kerja Pengembangan KTSP

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


dilaksanakan oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah, dikoordinasikan
oleh kepala sekolah dengan melibatkan komite sekolah, dan guru, serta pengawas
pembina dengan pendampingan atau bimbingan dan kerjasama dinas pendidikan
kabupaten/kota, atau dinas/instansi lain yang terkait.

Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah


atau memperkaya muatan kurikulum sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah,
keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat. Kurikulum Sekolah yang
telah disusun harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh setiap
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih
dahulu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah setelah disahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi. Memperhatikan prosedur operasional dan langkah kerja
seperti diatas, pengembangan KTSP jenjang SMA dapat digambarkan seperti pada
bagan 1 berikut:
Bagan 1: Langkah Kerja Pengembangan KTSP Jenjang SMA

Pada bagan 1 di atas terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu;

1) Kegiatan Koordinasi dan Persiapan,

2) Pelaksanaan Pengembangan,

3) Supervisi,

4) Sosialisasi dan Implementasi, dan

5) Evaluasi.

Masing-masing kegiatan tersebut akan dijelaskan berikut ini.

1. Kegiatan Persiapan dan Koordinasi Kegiatan persiapan yang dapat dilakukan


antara lain;

a. Kepala SMA berkoordinasi dengan /pengawas membentuk atau melakukan


revitalisasi fungsi Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi
pengarahan teknis untuk melakukan proses pengembangan KTSP, antara lain
tentang;

1) Evaluasi Kurikulum tahun sebelumnya, yang meliputi analisis keberhasilan,


kendala, dan kekurangan, baik pada dokumennya maupun dalam implementasinya.
2) Telaah regulasi yang relevan pengembangan Kurikulum Sekolah, antara lain
implementasi Kurikulum 2013,.

3) Analisis konteks, yaitu analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di


sekolah, antara lain Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Standar Sarana dan Prasarana.

4) Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat pengembangan kurikulum sekolah,


difokuskan pada pencapaian kompetensi Kurikulum 2013 sesuai Visi dan Misi
sekolah. Manfaat pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
acuan dalam implementasi kurikulum.

5) Hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum Sekolah terkait


dengan pengembangan potensi peserta didik yang mencakup tiga domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

6) Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan


pengembangan Kurikulum Sekolah..

a) Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah selanjutnya menyusun rencana,


jadwal, materi, dan strategi pengembangan Kurikulum untuk tahun berjalan. Pada
kegiatan ini dapat melibatkan pengawas atau nara sumber lain yang kompeten,
sehingga diperoleh suatu pemahaman untuk diaplikasikan dalam penyusunan
kurikulum sekolah. Kegiatan tersebut antara lain : Penyamaan persepsi terhadap
Kurikulum 2013 berikut peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain PP No. 32
Tahun 2013, Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, Permendikbud Nomor 65 tentang
Standar Proses, Permendikbud Nomor 66 tentang Standar Penilaian, Permendikbud
Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum,
Permendikbud Nomor 103/2014; Permendikbud Nomor 104/2014; Permendikbud
Nomor13/2015.

b) Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan keberhasilan dan


kendala pelaksanaan Kurikulum yang dilakukan melalui kajian analisis terhadap
dokumen kurikulum tahun sebelumnya, serta kemungkinan kendala dalam
pelaksanaan Kurikulum Sekolah yang akan disusun untuk tahun berjalan. Tabel 1
berikut adalah contoh hasil analisis dokumen kurikulum.

c) Tabel 1 berikut adalah contoh hasil Analisis dokumen Kurikulum.

Tabel 1: Contoh Hasil Analisis dan Revisi Kurikulum SMA tahun 2014-2015

Kurikulum SMA…. Kurikulum SMA …


No Komponen
TP. 2013-2014 TP. 2014-2015
1. Pengembangan Pengembangan - Disesuaikan Analisis kondisi

Kurikulum kurikulum sesuai riil sekolah dan


dengan Analisis Karakteristik Kurikulum
Konteks tahun 2013 2013 (hal. 4)
(hal. 4)

2. Struktur Alokasi waktu Penambahan alokasi waktu:

Kurikulum (hal. 16) 1. Kelas X:

- menggunakan struktur
kurikulum 2013 dengan
penambahan mata pelajaran
Bahasa Sunda di Mata
Pelajaran Umum B.
- Mata Pelajaran
Prakarya diisi dengan
keterampilan
Peminatan kelas X
dilaksankan dengan
penjaringan minat dan
lintas minat melalui format
isian orang tua dan peserta
didik yang didistribusikan
ke peserta didik SMP/MTs
kelas IX.
- Berdasarkan hasil angket
tidak ada Peminatan Bahasa
dan Budaya, tetapi ada
lintas Minat ke
Peminatan Bahasa

(Bahasa Inggris)
3. Ketuntasan Kriteria ketuntasan mengacu

Belajar kepada Permendikbud


Nomor 104 Tahun 2014
tentang penilaian hasil
belajar oleh pendidik

4. Kenaikan Kelas Syarat kenaikan kelas, - Melengkapi syarat


dan Kelulusan kelulusan dan kenaikan kelas, kelulusan
penjurusan., ujian sekolah, dan
(hal. 29) peminatan.
- Kenaikan kelas
disesuaikan dengan aturan
yang dimuat dalam
Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian.
- Syarat kelulusan
mengacu kepada PP 13
Tahun 2015 sebagai
perubahan kedua atas PP 19
Tahun 2005 tentang SNP.
5. Silabus dan RPP RPP disusun berdasarkan
pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dengan
materi yang faktual,
konseptual, dan prosedural
dengan mencakup domain
sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, serta
menerapkan penilaian
autentik (hal. 41)
6. Kalender Waktu belajar Disesuaikan dengan aturan

Pendidikan (hal. 39) sesuai Kurikulum 2013

7. Lampiran RPP menerapkan pendekatan


pembelajaran saintifik dan
penilaian autentik non
autentik
d) Analisis kondisi riil sekolah terutama yang berkaitan dengan tenaga pendidik,
sarana dan prasarana yang akan dijadikan dasar dalam menyusun program
peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat (lihat lampiran Mekanisme dan
Prosedur Peminatan, Lintas Minat, Pendalaman Minat). Hasil analisis tersebut
merupakan gambaran kondisi riil sekolah, terutama tentang ketersediaan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana-prasarana sekolah sebagai acuan
dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat. Tabel 2
berikut adalah contoh hasil analisis terhadap sarana dan prasarana, serta pendidik
dan tenaga kependidikan.

Tabel 2: Contoh hasil analisis sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di SMA.

N Tindak
Kondisi Ideal Kondisi Rill Kesenjangan
o Lanjut
(kolom ini
diisi sesuai (kolom ini disi
dengan sesuai dengan
tuntutan kondisi rill
Permendiknas sekolah)
atau
Permendikbu
d yang
berlaku)
Standar
Sarana dan
Prasarana
Bangunan:
a. Ruang a. Ruang a. Masih sisa Rencana
Belajar belajar ada ruang sebanyak penerimaan
(ruang 30 ruang dan 12 ruang, siswa kelas X
Kelas) ; jumlah sehingga sebanyak 10
jumlah rombel kelas memungkinkan rombel dengan
ruang kelas XI dan XII untuk menerima peminatan dan
minimal ada 18 minimal 9 lintas minat

1. sama rombel rombel kelas X disesuaikan


dengan dengan hasil
jumlah angket dan
rombongan ………………… wawancara
belajar ……………… …... …………………
…. ...
b. Perpustaka
an
c. dst

Lahan ……………… ………………… …………………


2. a. …………d …. …... ...
st
3. Dst
Standar
Pendidik dan
Tenaga
Kependidika
n
Kualifikasi
a. Pendidikan Semua Pendidik 52 orang guru S1, 4 Studi lanjutan
1 minimal S1 orang S2 dan 1 bagi guru yang
orang S3, D3 ada 3 masih D3
orang
b. Jumlah Rasio Guru dan
Guru Siswa maksimal Rasio Guru dan Analisis struktur
1 : 20 siswa 1 : 14 kurikulum 2013
dalam
penyusunan
program
peminatan dan
lintas minat
untuk kelas X
(pelaksana
Kurikulum 2013)
Dst ……………… ………………… …………………
2
…. ….. ..
e) Perencanaan penambahan mata pelajaran kelompok Umum B, penambahan jam
dan mata pelajaran, sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah atau berdasarkan
keputusan kepala daerah kabupaten/kota atau provinsi masing-masing, misalnya
penambahan Bahasa Daerah. Penambahan ini dapat dipadukan pada mata pelajaran
kelompok Umum B atau berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Muatan Lokal
(Mulok).

f) Penyusunan rencana program peminatan dan lintas minat untuk kelas X


berdasarkan hasil analisis tenaga pendidik, kondisi saranaprasarana, dan hasil
angket peserta didik kelas X tentang minat dan lintas minat (lihat lampiran tentang
mekanisme dan prosedur peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat).

2. Pengembangan KTSP
Hasil analisis pada kegiatan persiapan dan koordinasi, dijadikan bahan dan materi,
serta strategi pengembangan kurikulum sekolah dengan langkah kegiatan antara
lain;

a. Menyusun draf KTSP

TPK mengembangkan draf KTSP untuk tahun berjalan berdasarkan hasil


analisis tersebut di atas

b. Kegiatan Review, Revisi, dan Finalisasi

Setelah draf KTSP jadi, maka TPK melakukan review, revisi, dan finalisasi
untuk memastikan kebenaran dan keterlaksanaannya. Kegiatan ini dapat melibatkan
pengawas atau stakeholder lain, misalnya orang atau sumber yang berkaitan dengan
pelaksanaan muatan lokal.

Review dan revisi juga harus dilakukan terhadap RPP, sehingga RPP yang
dikembangkan benar-benar sudah mencakup kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Kegiatan pengembangan RPP dilakukan
oleh guru mata pelajaran dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik yang mencakup tiga domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan mengacu kepada silabus dan buku yang diterbitkan
oleh Kementerin Pendidikan (lihat E-Katalog untuk buku) (lihat model
Pengembangan RPP, Model Pengembangan Penilaian, dan Analisis Hasil Belajar
Peserta Didik).

c. Pemantapan dan Penilaian

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan hasil finalisasi, yang dilakukan


oleh TPK sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Pengawas atau Kepala
Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat menggunakan
instrumen verifikasi/validasi), serta persetujuan dari Komite Sekolah.

d. Pengesahan KTSP

Kepala SMA dan ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen


kurikulum hasil pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan
kurikulum tersebut di sekolahnya, kemudian mengirimkannya ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk
mendapatkan pengesahan Tim Pengembang Kurikulum menggandakan dokumen
kurikulum dan Kurikulum SMA siap untuk disosialisasikan dan
diimplementasikan.

G. Pengembangan Silabus

Yulaelawati (Majid, 2008: 38-39), bahwa silabus adalah rancangan


pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang
dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan
penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan
daerah setempat. Silabus juga merupakan seperangkat rencana serta pengaturan
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat
komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar.

Dalam implementasinya silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan


pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing
guru. Silabus harus dikaji dan dikembangakan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan hasil evaluasi belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran. Prinsip pengembangan silabus,
dalam tinjauan Trianto (2010:201 202), antara lain mencakup (a) Ilmiah, (b)
relevan, (c) sistematis, (d) konsisten, (e) memadai, (f) aktual dan kontektual, (g)
flekibel, dan (h) menyeluruh. Bagian akhir dari penyusunan KTSP adalah membuat
silabus.

Selanjutnya Trianto (2010: 202-210), menyebutkan bahwa langkah-langkah


penyusunan silabus mencakup beberapa komponen, yaitu: (a) mengkaji standar
kompetensi dan kompetensi dasar, (b)mengidentifikasi materi pokok pembelajaran,
(c) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (d) merumuskan indikator pencapaian
kompetensi, (e) menentukan jenis penilaian, (f) menentukan alokasi waktu, (g)
menentukan sumber belajar.
Dalam penyusunannya, silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh
alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Penyusunan silabus memperhatikan
alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata
pelajaran lain yang sekelompok. Implementasi pembelajaran per semester
menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur
kurikulum. ( Nurasmah, dkk. 2015 : 1-4 ).

H. Sistematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Buku 1 Jenjang SMA Sistematika KTSP jenjang SMA dapat digambarkan


seperti tampak pada tabel 3 berikut:

Sistematika
Penjelasan
Kurikulum SMA
Cover Berisi judul, logo sekolah dana tau logo pemda,
tahun pelajaran, dan alamat sekolah.
LEMBAR Ditandatangani oleh kepala sekolah, ketua komite
PENGESAHAN sekolah, dan kepala dinas pendidikan provinsi/
pejabat yang berwenang di dinas pendidikan
provinsi.
KATA PENGANTAR Cukup jelas
DAFTAR ISI Cukup jelas

BAB I. a. Berisi dasar pemikiran pengembangan KTSP


PENDAHULUAN serta pemberlakuan kurikulum 2013.
A. Latar Belakang b. Untuk sekolah yang melaksanakan Sistem
Kredit Semester uraikan pula tentang dasar
pemikiran pengembangan/ pelaksanaan SKS
tersebut.
B. Landasan Berisi landasan hukum terkait pengembangan
KTSP, termasuk PP No. 13 tahun 2015 dan PP No.
32 Tahun 2013 sebagai pengganti atas PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
berikut Permendikbud yang mengiringnya
C. Tujuan Berisi Tujuan Pengembangan KTSP termasuk
pencapaian kompetensi yang mencakup tiga
domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan
BAB II. TUJUAN
SATUAN
PENDIDIKAN Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
A. Tujuan Pendidikan kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
Menengah untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut dengan memiliki keseimbangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu dalam
kehidupan sehari-hari
B. Visi Sekolah Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang
dari warga satuan pendidikan, yang dirumuskan
berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan
pendidikan.
a. dijadikan sebagai cita-cita bersama warga
satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan pada masa yang akan datang;
b. mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan
kekuatan pada warga satuan pendidikan dan
segenap pihak yang berkepentingan;
c. dirumuskan berdasar masukan dari berbagai
warga satuan pendidikan dan pihak-pihak yang
berkepentingan, selaras dengan visi institusi di
atasnya serta visi pendidikan nasional;
d. diputuskan oleh rapa dewan guru yang dipimpin
oleh kepala sekolah/madrasah dengan
memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
e. disosialisasikan kepada warga satuan
pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan;
f. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala
sesuai dengan perkembangan dan tantangan di
masyarakat.
C. Misi Sekolah Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus
dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah
ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk
menjadi rujukan bagi penyusuna program jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang, dengan
berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan
pendidikan.
a. memberikan arah dalam mewujudkan visi
satuan pendidikan sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional;
b. merupakan tujuan yang akan dicapai dalam
kurun waktu tertentu;
c. menjadi dasar program pokok satuan
pendidikan;
d. menekankan pada kualitas layanan peserta didik
dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan
pendidikan;
e. memuat pernyataan umum dan khusus yang
berkaitan dengan program satuan pendidikan;
f. memberikan keluwesan dan ruang gerak
pengembangan kegiatan satuan-satuanunit
satuan pendidikan yang terlibat;
g. dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap
pihak yang berkepentingan termasuk komite
skeolah/ madrasah dan diputuskan oleh kepala
sekolah/ madrasah;
h. disosialisasikan kepada warga satuan
pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan;
i. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala
sesuai dengan perkembangan dan tantangan di
masyarakat.
D. Tujuan SMA……. Tujuan Pendidikan adalah gambaran tingkat
kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu. Tujuan satuan pendidikan :
a. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu
dicapai dalam jangka menengah (empat
tahunan);
b. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan
nasional serta relevan dnegan kebutuhan
masyarakat;
c. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan
Pemerintah;
d. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak
yang berkepentingan termasuk komite sekolah/
madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan guru
yang dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah;
e. disosialisasikan kepada warga satuan
pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan.
BAB III.
STRUKTUR
KURIKULUM Dapat disalin dari;
A. Kerangka Dasar a. Lampiran 1 Permendikbud Nomor 59 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/ Madarsah Aliyah, ditambah
dengan landasan lain yang menjadi landasan
kerangka dasar yang sesuai dengan karakteristik
daerah atau sekolah, misalnya untuk
penambahan muatan local pada mata peajaran
kelompok umum B.
b. Peraturan Daerah tentang kebijakan
pelaksanaan muatan local.
B. Struktur Kurikulum a. Kompetensi Inti
b. Mata Pelajaran
c. Pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, termasuk muatan local,
penambahan mata pelajaran, peminatan, lintas
minat dan pendalaman minat serta kegiatan
pengembangan diri.
d. Disusun berdasarkan kebutuhan dan minat
peserta didik dan sekolah terkait dengan upaya
pencapaian SKL yang mecakup domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
struktur kurikulum yang meliputi mata pelajaran
pilihan (peminatan, lintas minat, dan
pendalaman minat)
e. Dikembangkan mengacu lampiran 1
Permendikbud Nomor 59 tentang Kurikulum
SMA-MA
f. Mengatur alokasi waktu pembelajaran tatap
muka seluruh mata pelajaran minimal 42 jam
pelajaran per minggu.
g. Beban belajar tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri, baik sistem
Paket maupun yang melaksanakan Sistem
Kredit Semester (SKS).
h. Beban belajar tambahan : Satuan Pendidikan
dapat menambah beban belajar perminggu
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik,
baik dalam jam pelajaran maupun dalam satuan
kredit semester (sks).
i. Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan
local yang dilaksanakan yang dapat
dicantumkan pada mata pelajaran kelompok
umum B, baik terintegrasi pada mata pelajaran
yang tersedia atau berdiri sendiri.
j. Bagi sekolah yang melaksanakan SKS uraikan
tentang struktur dan jam pelajaran dalam sks,
serta jumlah sks maksimal dan minimal yang
harus ditempuh oleh peserta didik, per semester,
per tahun, atau selama masa pendidikan di SMA
sesuai dengan hasil analisis dan perhitungan
internal sekolah serta mengacu kepada
Permendikbud 158 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
C. Muatan Kurikulum 1. Muatan KTSP terdiri atas muatan umum yang
berupa muatan nasional dan muatan local;
muatan peminatan akademik; muatan peminatan
lintas minat/ pendalaman minat.
a. Muatan Kurikulum pada tingkat nasional
dikembangkan oleh pemerintah pusat,
terdiri atas kelompok mata pelajaran
kelompok umum A, kelompok mata
pelajaran kelompok umum B, dan kelompok
mata pelajaran peminatan (C), termasuk
bimbingan konseling dan ekstrakurikuler
wajib pendidikan kepramukaan.
b. Muatan local yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/
kota dan/ atau satuan pendidikan dapat
berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap
keunggulan dan kearifan daerah setempat.
Dapat dilaksanakan sebagai mata pelajaran
kelompok umum B atau mata pelajaran yang
berdiri sendiri jika pengintegrasian tidak
dapat dilakukan.
2. Jumlah mata pelajaran :
a. Jumlah mata pelajaran di kelas X minimal
15 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata
pelajaran umum A sebagai muatan
kurikulum nasional seluruhnya, minimal 3
mata pelajaran kelompok umum B dan dapat
ditambah dengan muatan daerah, dan 5 mata
pelajaran peminatan.
b. Untuk mata pelajaran peminatan peserta
didik dapat minimal memilih 3 dari 4 mata
pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS,
atau Bahasa dan Budaya), dan maksimal 3
mata pelajaran dari kelompok lain sebagai
lintas minat, atau dapat memilih 4 mata
pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS,
atau Bahasa dan Budaya), dan maksimal 2
mata pelajaran dari kelompok lain sebagai
lintas minat, kecuali untuk peminatan Ilmu
Bahasa dan Budaya dapat memilih 6 mata
pelajaran dalam kelompoknya. Misalnya
untuk kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran
dengan 6 mata pelajaran kelompok umum A,
4 mata pelajaran umum B, 3 mata pelajaran
dalam satu kelompok peminatan, dan 3 mata
pelajaran dari kelompok yang lain sebagai
lintas minat.
c. Jumlah mata pelajaran di kelas XI dan kelas
XII untuk semua peminatan ilmu
Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu
Penegetahuan Sosial, dan peminatan Ilmu
Bahasa dan Budaya minimal 14 mata
pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
wajib A, minimal 3 mata pelajaran umum B,
5 mata pelajaran peminatan yang dipilih dari
kelas X.
d. Khusus untuk kelas XII dapat dilaksanakan
pendalaman minat yang bekerja sama
dengan perguruan tinggi.
1. Kegiatan 1. Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan
Ekstrakurikuler dengan tujuan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang terdiri atas
ekstrakurikuler wajib dan pilihan.
2. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan satuan pendidikan, dapat berupa :
a. Krida, misalnya : Kepramukaan, Latihan
Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah
Remaja, Usaha Kesehatan Sekolah, Pasukan
Pengibar Bendera, dan lainnya;
b. Karya ilmiah, misalnya : Kegiatan Ilmiah
Remaja, kegiatan penguasaan keilmuan dan
kemampuan akademik, penelitian, dan
lainnya;
c. Latihan olah-bakat latihan olah-minat,
misalnya : pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik,
teater, teknologi informasi dan komunikasi,
rekayasa, dan lainnya;
d. Keagamaan, misalnya : pesantren kilat,
ceramah keagamaan, baca tulis alquran,
retreat; atau
e. Bentuk kegiatan lainnya;
3. Kegiatan kepramukaan dilaksanakan melalui
tiga kegiatan, yaitu :
1) Kegiatan blok dilaksanakan melalui
perkemahan (wajib untuk semua peserta
didik) dapat dilakukan ada saat MOPDB
atau pada libur semester 36 jp per tahun.
2) Aktualisasi Mata Pelajaran (wajib untuk
semua peserta didik); kegiatan-kegiatan
sebagai aktualisasi mata pelajaran yang
dirancang oleh guru mata pelajaran untuk
dilaksanakan kepada Pembina pramuka dan
dilaksanakan pada kegiatan kepramukaan,
wajib 120 menit perminggu.
3) Gugus Depan (untuk peserta didik yang
berminat, lihat pedoman/ peraturan
pelaksanaan ekstrakurikuler dan
kepramukaan)
2. Pengaturan beban a. Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur
belajar dalam bentuk SKS atau Sistem Paket
b. Ketentuan tentang beban belajar tatp muka,
penugasan trstruktur, dan kegiatan mandiri
untuk SKS dan sistem paket disesuaikan dengan
ketentuan masing-masing
c. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan
hasil analisis kondisi rill sekolah yang menjadi
tanggungjawab sekolah masing-masing
d. Pengaturan pola pelajar harus memperhatikan
14 prinsip pembelajaran sesuai lampiran
Permendikbud No. 65 tahun 2013 halaman 1-2
yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
e. Proses pembelajaran mencakup pengetahuan
factual, konseptual, dan procedural (untuk kelas
X) ditambah dengan metakognitif (untuk kelas
XI dan XII) dengan menggunakan pendekatan
saintifik dan penilaian autentik.

Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang


pembelajaran pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah harus dijadikan salah stau
acuan

Perlu diperhatikan pula permendikbud No. 59 tahun


2014 dan Peremndikbud No. 61 tahun 2014 Jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka
yang digunakan
3. Ketuntasan Belajar Ketuntasan minimal merupakan kriteria ketuntasan
belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai,
daya dukung, dan karakteristik peserta didik
dengan tetap mengacu kepada ketentuan penilaian
yang berlaku dengan minimal perolehan nilai 2,67
untuk pengetahuan dan keterampilan, serta nilai
Baik (B) untuk sikap
(lihat Peremndikbud No. 66 tahun 2013 tentang
Standar penilaian, Disamping itu perlu berpedoman
pada Peremndikbud No. 104 tahun 2014 tentang
Penilaian hasil belajar oleh pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Menengah
4. Kriteria Kelulusan Berisi tentang kriteria kenaikan kelas dan
dan Kenaikan Kelas kelulusan, serta strategi penanganan peserta didik
yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan
oleh sekolah, dengan memperhatikan ketentuan
kenaikan kelas dan kelulusan melalui uji
pencapaian kompetensi mengacu kepada
Peremndikbud No. 66 tahun 2013 (lihat juga
panaduan pengembangan penilaian. Lihat
Peremndikbud No. 5 tahun 2015 tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik dan Peraturan pemerintah
nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan
5. Kriteria Berisi tentang :
Peminatan, Lintas a. Diawali konsep dasar rekruitmen peserta didik
Minat,dan baru
Pendalaman minat, b. Kriteria peminatan dan lintas minat, serta tata
dan Mutasi peserta cara pemilihan mata pelajaran lintas minat
didik sesuai hasil analisis kondisi rill sekolah (lihat
panduan Peminatan, Lintas Minat,dan
Pendalaman minat) untuk kelas X, antara lain
waktu penentuan pemillihan minat (sebelum
atau sesudah diterima), dan penyediaan menu
mata pelajaran pilihan.
c. Peserta didik dapat memilih 4 atau 3 mata
pelajaran peminatan, dan 2 atau 3 mata pelajaran
lintas minat.
d. Peraturan pindah peminatan atau pindah lintas
minat, diatur oleh satuan pendidikan dengan
mengacu pada Permendikbud No. 64 tahun 2014
tentang Peminatan Pada Pendidikan Menengah,
e. Pengaturan mutase peserta didik antar satuan
pendidikan diatur oleh satuan pendidikan
masing-masing.
f. Tata cara dan strategi pelaksanaan pendalaman
minat yang dilakukan melalui kerjasama dengan
perguruan tinggi sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013.
(lihat panduan pendalaman minat di SMA)
6. Pendidikan Berisi tentang bagaimana penerapan pendidikan
Kecakapan Hiduip kecakapan hidup yang dilaksanakan di sekolah.
Dapat berupa implementasi dari mata pelajaran
pada domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
atau pembiasaan yang dilakukan di sekolah.
7. Pendidikan a. Menjelaskan bagaimana bentuk pendidikan
Kewirausahaan kewirausahaan dikembangkan di sekolah,
(dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai
kewirausahaan melalui integrase berbagai
kegiatan sekolah, maupun kegiatan rill praktik
wira usaha.
b. Sekolah melakukan analisis internal sekolah dan
dukungan lingkungan (eksternal sekolah ) untuk
memperoleh jenis kewirausahaan yang sesuai
untuk dilaksanakan.
c. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat
dipadukan pada mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, dengan mengambil
Kompetensi Dasar pada Kewirausahaan yang
sesuai dengan hasil analisis.
d. Dapat diwujudkan dalam kegiatan, misalnya
pameran seni.
(lihat panduan pelaksanaan kewirausahaan di
SMA)
BAB IV. KALENDER a. Berisi tentang kalender pendidikan dan rencana
PENDIDIKAN time schedule kegiatan yang akan dilaksanakan,
dan disusun berdasarkan kalender pendidikan
yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan
setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik kegiatan sekolah, serta kebutuhan
peserta didik dan masyarakat, dengan
memperhatikan aturan kalender pendidikan
sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
b. Rencana kegiatan atau jadwal memuat antara
lain; kegiatan awal tahun, minggu efektif
(Proses Pembelajaran, ujian, ulangan, hari libur,
PPDB, MOPDB, dll)
c. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan
(contoh kalender pendidikan terlampir).
Lampiran a. Hasil analisis keterkaitan kompetensi dengan
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan penilaian,
b. Laporan Hasul Analisis Konteks

I. Pengorganisasian

Pengembangan Kurikulum Sekolah dilaksanakan oleh Tim Pengembang


Kurikulum Sekolah, dikoordinasikan kepala sekolah, dengan melibatkan komite
sekolah, dan guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan atau bimbingan
dan kerjasama dinas pendidikan kabupaten/kota, atau dinas/instansi lain yang
terkait. Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah
atau memperkaya muatan Kurikulum Sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah,
keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat. Kurikulum Sekolah yang
telah disusun dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh setiap pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah setelah disahkan oleh kepala dinas
pendidikan provinsi/ pejabat yang berwenang di dinas pendidikan provinsi.

J. Pelaksanaan

Pelaksanaan kurikulum di satuan pendidikan dilakukan setelah ada


sosialisasi kurikulum. sosialisasi ini dapat dilakukan sebelum atau setelah dokumen
kurikulum disahkan oleh kepala dinas pendidikan provinsi / pejabat yang
berwenang di dinas pendidikan provinsi., tetapi telah ditandatangani dan ditetapkan
pemberlakuannya oleh kepala sekolah dan komite sekolah.

Pelaksanaan kurikulum yang telah disusun merupakan tanggung jawab


bersama seluruh unsur satuan pendidikan yakni kepala sekolah/madrasah, tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, maka untuk optimalnya
pelaksanaan memerlukan daya dukung yang mencakup kebijakan, ketersediaan dan
komitmen tenaga, dan sarana dan prasarana pendidikan.

Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan


dan panduan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Adapun
mekanisme penyusunan KTSP mencakup beberapa komponen, yaitu : (a) tim
penyusun, (b) nara sumber, (c) kegiatan penyusunan KTSP, dan (d) pemberlakuan
(Tim Penyusun BSNP, 2006: 19).

K. Koordinasi dan Supervisi

Pelaksanaan kegiatan supervisi disini tidak diartikan sebagai supervisi pada


saat implementasinya di sekolah, tetapi merupakan kegiatan “penilaian atau
judgement ” terhadap kelayakan dokumen KTSP yang telah dikembangkan oleh
sekolah. Pada kegiatan ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat dilakukan oleh
pengawas sekolah) melakukan verifikasi, untuk selanjutnya disahkan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi. Evaluasi KTSP dilaksanakan secara berkesinambungan
dan berkala yang dilakukan oleh sekolah) dan Komite Sekolah minimal satu tahun
sekali.

L. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berkarakter dan Prestasi


Belajar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilandasi oleh undang-


undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut.

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


(SNP).

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(SI).

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar


Kompetensi Lulusan (SKL).

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan


Permendiknas No. 22 dan 23.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum


operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
Sekolah/Madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan/Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan Dasar dan Dinas
Pendidikan/Kantor Departemen Agama untuk Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus.
KTSP adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan
seperangkat kompetensi tertentu, KTSP merupakan seperangkat standar program
pendidikan yang mengantarkan siswa memiliki kompetensi pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap sehingga dapat meningkatkan potensi peserta didik secara utuh. Oleh karena
itu, kurikulum tersebut mengharapkan proses pembelajaran di sekolah beroreintasi
pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif.
KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip mampu beradaptasi
dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai
dengan perkembangan zaman) dan pengembangannya melalui proses akreditasi
yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Dengan demikian kurikulum ini
merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap
dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran
dan rasa tanggung jawab. Lebih jauh lagi kurikulum ini merupakan suatu desain
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kopetensi tertentu, sehingga
setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu
menguasai serangkaian kompetensi dan menerapkan dalam kehidupan kelak.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan


penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.
Terkait dengan penyusunan KTSP ini, BSNP telah membuat panduan penyusunan
KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMAK/MAK dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian tersebut, perbedaan esensial antara KBK dengan


KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedaannya nampak
pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini
(Depdiknas), sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-
masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, tetapi masih tetap mengacu pada
rambu-rambu nasional panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh badan
independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak


dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus
dan rencana program pembelajaran (RPP) yang sudah ada ( Hakim, 2017 : 1-6 ).

Anda mungkin juga menyukai