Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Guru sebagai pendidik yang setiap harinya berinteraksi dengan siswanya di tuntun
untuk dapat menjalankan kewajiabannya secara profesional, tidak cukup samapi di situ
guru pun di tuntup untuk meningkatkan kompetensi dirinya, ada 4 kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru yaitu :
a. Kompetensi Pedagogik
kompetensi pedagogik menyangkut kemampuan guru dalam mendesain, dan
Merapkan pembelajaran yang efektif dan efisen.
b. Kompetensi Pribadi
Kompetensi pribadi menyangkut bagaimana sikap dan tingkah laku seorang guru
yang baik karena guru adalah panutan bagi siswanya.
c. Kompetensi Sosial
Seorang guru harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat di sekitarnya,
baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesioanal menyangkut bagaimana guru dapat melaksanakan
tugas-tugas secara pofesional
Guru Hal yang perlu di sadari oleh orang tua dan guru bahwa anak didik kita itu
berbeda antara satu dan lainnya, tidak ada satupun yang sama, mulai dari bentuk
fisiknya, bakat, minat, kemampuan dan talentanya, sehingga dalam pembelejaran ketika
kita menerapkan sebuah model, metode dan pendekatan harus mengakomodasi
perbedaan yang ada. termasuk jika ada anak yang berkebutuhan husus. tiadk menutup
kemungkian dalam sebuah kelas terdapat anak-anak yang berkebutuhan khusu yang
membutuhkan penangan khusus dalam bejalar, jika tidak anak tersebut tidak akan
dapat menyerap apa yang kita ajarkan dengan baik
Guru yang baik harus mengetahui klasifikasi dan ciri ciri anak yang berkebutuhan
khusus sehingga dapat tepat mengambil metode, model pendekatan dan strategi apa
yang di gunakan dalam menangani anak yang berkebutuhan khusu tersebut sehingga
kami mengganggap penting untuk mengangkat sebuah tulisan yang berjudul ANAK
YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang di angkat dalam makalah ini yaitu :

1. Apa defenisi anak yang berkebutuhan Khusus?


2. Klasifikasi anak yang berkebutuhan Khusus
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui anak anak yang
berkebutuhan khusu, klasifikasi anak berkebutuhan khusus
D. Manfaat
Kami berharap dengan membaca makalah ini guru mengethui anak-anak yang
berkebutuhan khusus
BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi anak yang berkebutuhan Khusus

Pada dasarnya anak semua berkebutuhan khusus karena anak tidak ada satupun
yang sama mulai dari bentuk fisik sampai kemampuan, talenta dan hobinya. Sehingga
sekolah pun tidak dapat memakai satu pendekatan, model, metode dan strategi dalam
mendidik siswanya.

Dalam mendidik siswa, guru harus melihat anak itu berbeda sehingga melakukan
variasi-variasi dalam pembelajaran sehingga secra bertahap kebutuhan semua anak
dapat terpenuhi. Tapi untuk kasus tertentu ada anak yang ketika tidak dibimbing secara
khusus ia tidak dapat mengikuti pelajaran yang di berikan, seperti anak yang memilki
keterbelakangan dalam berkomunikasi, siswa yang mengalami masalah dalam bejar
misalnya ketakmampuan dalam penjumlaha.

B. Klasifikasi anak yang berkebutuhan Khusus


Ada beberapa tipe anak yang mempunyai kebutuhan khusus tergantung pada masalah
yang di hadapi oleh anak antara lain :

a. Ketidakmampuan dalam belajar


Siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar adalah siswa yang
mempunyai gangguan yang menghambatnya belajar dalam domain atau
konteks yang spesifik, dan biasanya dalam membaca, menulis dan
mendengar. Siswa yang memiliki ketidakmampuan belajar pada dasarnya
memiliki intelegensia yang normal.
Menurut Komite Nasionai pada Ketidakmampuan Belajar bahwa
ketidakmampan belajar adalah kesulitan yang signifikan dalam memperoleh
dan menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis,
mengeluarkan pendapat, atau kemampuan rnatematis. Ketidakmampuan
beiajar ini disebabkan oleh disfungsi sistem pusat saraf. Ketidakmampuan
belajar biasanya muncul seiring dengan kondisi-kondisi penghalang yang lain
seperti pelemahan yang berhubungan dengan perasaan atau perbedaan
budaya.

i. Karakteristik
Adapun karakteristik siswa yang mengalami ketidakmampuan beiajar
adalah sebagaii berikut:
a. Ciri-ciri Umum
1. Hiperaktif dan gelisah
2. Kurang koordinasi dan keseimbangan
3. Kurang perhatian
4. Tidak dapat bergaul dan cenderung merusak
5. Tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik
6. Kemampuan yang tidak seimbang
b. Kemampuan Akademik
1. Membaca: Tidak lancar, gagap, dan sering salah ucap.
2. Menulis: tulisan tidak teratur, tulisan tidak terpola pada garis,
lambat dalam menulis dan mempunyai kesulitan dalam meniru
tulisan yag dicontohkan.
3. Menghitung: sulit mengingat angka, sulit menjumlahkan, dan
tidak dapat menyelesaikan soai cerita.
b. Keterbelakangan dalam berbahasa
Bahasa adalah kode yang tersususn dari kata yang memiliki makna dan
mempunyai aturan tertentu. Anak yang memiliki keterbelakang dalam bahasa
tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena tidak dapat mengerti bahasa yang
di terima dan tidak dapat mengutarakan maksud dan tujuannya dengan bahasa
Menurut suatu survei anak yang memiliki keterbelakangan dalam
berbahasa sekitar 1 anak dari tiap 40 anak. Anak yang demikian harus mendapat
terapi khusus agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Keterbelakangan dalam berbahas biasanya ketika siswa tidak dapat
melafalkan khuruf dengan sempurna, hal yang umum bisa kita jumpai ada anak
yang tidak dapat menyebutkan hurup “R” “S” dalam kata Baru.
c. Keterbelakangan Mental
Asosiasi Keterbelakangan Mental Amerika (AAMR) memberikan defenisi
kelerbelakangan mental sebagai berikut:
Keterbelakangan mental adalah tidak berkembangnya kemampuan dasar.
Hal ini ditandai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata serta
terhambatnya perkembangan dua atau lebih keterampilan dasar diantaranya,
komunikasi, penjagaan diri, home living, keterampilan sosial, pengarahan diri,
pergaulan sosial, kesehatan dan keselamatan, kemampuan akademik,
kesenangan dan pekerjaan.
Menurut Turbbuli bahwa ada dua karakteristik yang ditekankan
datam defenisi tersebut. Yang pertama adalah keterbatasan fungsi
intelektual yang diindikasikan dengan kesulitan-kesulitan dalam belajar dan
yang kedua adalah keterbatasan pada kemampuan beradaptasi, seperti
komunikasi, penjagaan diri, dan kemampuan sosiai.
Menurut Luckasson bahwa ada 4 tingkatan keterbelakangan mental,
dan setiap tingkatan terkait dengan dukungan yang dibutuhkan. Tingkatkan
itu adalah sebagai berikut:
1. Lambat: dukungan sebagai kebutuhan dasar.
2. Terbatas: dibutuhkan dukungan secara konsisten selamanya
3. Ekstensif: dibutuhkan dukungan regula, seperti dukungan
harian
4. Pervasif: dibutuhkan dukungan yang mempunyai intensitas
tinggi dan mendukung kehidupan secara potensial.
Usaha yang dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah menciptakan
kerangka pendukung untuk meningkatkan program pengajaran. Dan usaha--
usaha yang dilakukan adalah membantu siswa sesuai dengan kehidupan
sosial dan akademisnya. Namun pada pokoknya bahwa guru menyiapkan
kerangka yang lebih kuat dan mendukung siswa untuk memaksimalkan
potensi kearah kesuksesan dan memnimalkan peluang kegagalan dan
frustasi.
d. Gangguan Prilaku
i. Pengertian Ganggrsan Prilaku

Kirk dan Gallagher berpendapat bahwa siswa yang mengalami


gangguan prilaku ditandani dengan ketidakstabilan prilaku yang serius
dan parah yang menyebabkan konflik sosial, ketidakbahagiaan, dan
kegagalan sekolah.

ii. Macarn-Macam Gangguan Prilaku


Gangguan prilaku terbagi atas dua kategori besar yaitu gangguan
perilaku yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal
ditandai dengan wujud perilaku yang hiperaktif tidak dapat bekerja
sama, penentang, sikaf bermusuhan, kejam, dan kadang-kadang cepat
tersinggung. Siswa yang seperti ini biasanya suka melanggar aturan
dan tidak bertanggung jawab. Dan gangguan perilaku yang disebabkan
oieh faktor internal ditandai dengan kesulitan dalam bergaul, selalu
merasa bersalah, tertekan atau gelisah.
iii. Perlakuan yang diberikan pada siswa yang memiliki gangguuan prilaku
1. 1) Strategi manajemen prilaku.
Siswa yang mengalami gangguan perilaku sering tidak mampu
mengontrol dan memonitor perilakunya yang menyimpang.
Guru dapat membantunya dengan cara menciptakan
lingkungan belajar yang positif dengan melibatkan siswa
tersebut. Strategi manaiemen perilaku tersebut dapat
digunakan untuk memberikan perubahan pada perilaku
tertentu.
2. 2) Keterampilan- keterampilan manajemen diri
Menurut Heward bahwa pemberian pelajaran keterampilan
juga sangatlah efektif bagi siswa vang mengalami gangguan
perilaku. Melalui manajemen diri siswa dibantu untuk
mengidentifikasi perilakunya yang menyimpang untuk
diarahkan mempero!eh kemauan dan menentukan suatu
tujuan yang baru. Strategi ini berhasil mendorong dan
mengontrol perilaku siswa yang berbeda, termasuk perhatian
dan respon dalam kelas serta mengurangi keributan serta
meninggalkan kelas tampa permisi.
3) Kesensitifan dan kefleksibilan guru
Siswa yang mengalami perilaku menyimpang ini memang sulit
untuk diajar. Kadang-kadang mereka membuat guru frustasi
dan, bahkan lupa bahwa mereka ini memerlukan perhatian
khusus. Oleh karena itu para psikolog menganjurkan perlunya
ada ruangan khusus di bagian belakang kelas yang dapat
digunakan oleh siswa apabila ia frustrasi. Dengan demikian
kelas akan tetap aman karena guru akan ke tempat tersebut
untuk memberi bimbingan khusus kepada siswa tersebut.

e. Kesulitan mendengar
Dalam proses pembelajaran, faktor pendengaran memegang peranan
penting. Siswa yang mengalami gangguan pendengaran akan mengalami
kesulitan dalam belajar. Gangguan pendengaran dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu:
1. Gangguan pendegaran rlngan: gangguan jenls ini dapat diatasi
dengan mengenakan alat bantu dengar sehingga pendengaran dapat
berfungsi seperti biasa. Dari 1000 orang peluang penderita
gangauan telinga ringan adalah 3 orang
2. Gangguan pendengaran berat, siswa rnengalami ketulian total,
dalam berkomunikasi biasanva menggunakan bahasa isyarat. Dari
100 orang terdapat satu orang tuli.
Masalah belajar yang berhubungan dengan gangguan pendengaran adalah
kurangnya kemampuan dalam suara dan bahasa. Masalah ini kemudian
mempengaruhi aspek bahasa lainnya seperti membaca, menulis dan
menyimak. Tapi harus diingat oleh guru bahwa gangguan pendengaran
tidak berpengaruh pada fungsi-fungsi intelektual. Siswa yang mengalami
gangguan pendengaran ini dapat belajar sebagaimana layaknya, jika
didukung strategi pembelajaran yang tepat.

f. Cacat Mata
Satu diantara 10 anak vanq memasuki sekolah mengalami gangguan
pengelihatan. Atau dengan kata lain 1 dianta 1000 orang mempunyai
ketidakmampuan dalam penghasilan.
Berkaitan dengan gangguan pengelihatan ini ada dua sisi efek
potensialnya, yaitu konsep diri yang rendah dan mengajarkan
ketakberdayaan.
g. Autis
Autis merupakan keterbelakangan dalam komunikasi verbal maupun non verbal.
Siswa yang mengidap autis umumnya terjadi sebelum usia 3 tahun dan
berpengaruh pada aktivitas belajar anak tersebut.
C. Implikasi dalam pembelajaran
Studi kasus
SISWA YANG SUKA BIKIN ONAR DAN MALAS MASUK SEKOLAH
 PENYEBAB KASUS TERSEBUT DIATAS
Seorang siswa dikategorikan bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala
penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. hal ini
biasanya disebabkan berbagai factor:
1. Faktor Internal, misalnya kelainan psikis.
Kelainan psikis artinya kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (
kecerdasan )seorang anak. Kelainan ini baik secara inperior (lemah) maupun
superior ( kuat ). Karena tidak dipungkiri bahwa setiap anak memiliki taraf
kecerdasan yang berbeda-beda.
Kelainan nperior dalam kecerdasan meliputi: idiot, embisil, debil, border
line dan bodoh. Anak dalm kecerdasan ini akan sangat tersiksa jika distukan
dalam satu kelas dengan anak yang normal
Anak-anak yang superior dalam arti memiliki tarap kecerdasan yang
sangat cerdas atau bahkan jenius juga merasa tertekan apabila harus
dikumpulkan satu kelas dengan anank-anak pada umumnya.Hal ini terjadi
karena mereka merasa bahwa sekolah tidak member apa-apa.
2. Faktor eksternal, misalnya:
 Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dikenal
oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru ari keluarga sehingga
anak mulai mensosialisasikan diri. Sehingga orang tua yang otoriter akan
memperlakukan anaknya secara otoriter memaksakan kehendak
terhadap anak.perlakuan ini akan berkesan dalam jiwa anak sebagai
persepsi dasar sehingga anak tersebut akan tumbuh dan berkembang
sebagai anak otoriter dank eras kepala, tetapi anak yang dibesarkan
dengan segala kemudahan juga akan terkesan bahwa segala sesuatunya
itu mudah. Sehingga dia akan terpukul jika menghadapi beberapa
kesulitan dalam memahami satu bahan pelajara.
 Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal anak adalah lingkungan masyarakat atau
lingkungan pergaulan anak-anak yang telah dididik baik oleh orang
tuanya, sehingga anak mendapatkan kesulitan untuk mengembangkan
diri di tengah-tengah lingkungannya yang tidak baik. hal ini akan
menjadikan jiwanya terguncang. misalkan seorang anak yang dididik
untuk jujur akan merasa jengkel jika ternyata teman-temannya suka
berbohong, maka dia dihadapkan pada dua pilihan, jujur sesuai dengan
didikan orang tuanya tapi tidak diterima oleh kelompoknya, atau
berbohong agar diterima oleh kelompoknya.
sehingga lingkungan pergaulan itu juga sangat berarti bagi
perkembangan psikis anak. Jika lingkungan baik anak cenderung menjadi
baik, tapi jika lingkungan jelek ada kecendrungan ikut jelek.
 lingkungan sekolah, terkadang seorang anak merasa kurang diperhatikan
oleh guru dan teman-temannya sehingga anak tersebut berusaha
mencari perhatian dengan cara selalu berbuat yang mengganggu teman-
temannya
CARA MENGATASINYA
cara mengatasi masalah anak seperti ini anara lain:
 Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
 Dengan wawancara yang logis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab
utama yang menimbulkan masalah
 Mendengar dengan empati dan meneguhkan perasaan, dalam hal ini bukan
mengumpulkan data-data sebanyak mungkin melalui telinga, tetapi
pendengaran yang penuh empati adalah menggunakan mata dan segenap
aparatur fisik dan fisiknya untuk mereka apa yang terjadi perasaan-perasaan
(emosi) anak. pada waktu mendengarkan anak yang bermasalah
sampaikanlah pengamatan-pengamatan yang sederhana yang jauh lebih
bermanfaat daripada mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bernada
menyidik.
 Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya.
 menunjukkan cara penyelesaian masalah yang tepat untuk direnungkan oleh
anak kemudian untuk dikerjakan.
 menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisir guru
mengatasi kekurangannya.
 menanamkan nilai-nilai spiritual yang benar.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa klasifikasi anak yang berkebutuhan khusus anatara lain anak yang
memiliki:
1. Ketidak mampuan dalam belajar
2. Keterbelakangan dalam Bahasa
3. Keterbelakangan mental
4. Ganguan prilaku
5. Gangguan pendengaran
6. Gangguan penglihatan
7. Autis
B. Saran
Agar dalam merancang pembelajaran, guru memperhatikan keberagaman siswa.

Anda mungkin juga menyukai