Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diketahui dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 sejumlah 25% remaja pria dan 26% remaja wanita memulai

berpacaran pada umur 12-14 tahun. Tipe aktifitas yang mereka lakukan ketika

berpacaran seperti berpegangan tangan, berciuman, dan petting. Menurut data

SDKI tahun 2012 bahwa sebanyak 72% remaja perempuan dan 80% remaja

pria pernah berpegangan tangan, 30% remaja perempuan dan 48% remaja pria

pernah berciuman,6% remaja perempuan dan 30% remaja pria pernah meraba

atau merangsang bagian tubuh yang sensitif. Data dari Komisi Nasional

Perlindungan Anak tahun 2008 di 33 provinsi menyimpulkan 97% remaja SMP

dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% pernah berciuman, meraba alat

kelamin dan oral seks, 62% tidak perawan dan 21,2% mengaku pernah

melakukan aborsi. Perilaku seks bebas pada remaja tersebar di kota dan di desa

pada tingkat ekonomi kaya dan miskin (BKKBN,2012). Badan kependudukan

dan keluarga berencana nasional tahun 2010 menyatakan kasus aborsi di

Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa pertahun.1-1,5 juta (41,6%-62,5%)

diantaranya dilakukan oleh remaja.

Survei lain yang dilakukan oleh USeCC (Unnes Sex Care Community)

pada mahasiswa UNNES tahun 2008 dengan 160 responden dihasilkan

mahasiswa UNNES yang pernah melakukan kissing 43%, necking 17%, petting
15%, intercourse 5% dan 20% responden melakukan aktifitas lain selain

kissing, necking, petting dan intercourse. Hasil penelitian deskriptif yang

dilakukan oleh jurusan Psikologi UNNES (Universitas Negeri Semarang) pada

pertengahan tahun 2009 mengungkapkan bahwa 3,2% mahasiswa sudah

melakukan hubungan seks bebas. Penelitian ini dibedakan antara mahasiswa

(533 orang) dan mahasiswi (565 orang). USeCC (Unnes Sex Care Community)

juga melakukan survei pada akhir tahun 2012 mengenai perilaku seksual

mahasiswa. Dari 438 mahasiswa, 29% mahasiswa melakukan perilaku seksual

yang berisiko tinggi dan 71% mahasiswa melakukan perilaku seksual yang

berisiko rendah.

Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya bisa karena

pengaruh lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-

nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi (Sarwono, 2011).

Berdasarkan dari jurnal penelitian dan referensi terkait, mengemukakan

beberapa factor yang mempengaruhi perilaku seks bebas baik itu eksternal

maupun internal, yaitu latar belakang keluarga, kelompok reverensi atau teman

sebaya, perubahan biologis, pengalaman berhubungan seksual, media massa,

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja,

tingkat perkembangan moral kognitif, usia, kekerasan yang terjadi,

meningkatnya pergaulan bebas, narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif

(NAPZA),kemiskinan, status tempat tinggal, religiusitas, dan kepribadian atau

identitas diri. Pengetahuan remaja tentang seks masih sangat kurang. Faktor ini

ditambah dengan informasi keliru yang diperoleh dari sumber yang salah,
seperti mitos seputar seks, VCD porno, situs porno di internet dan lainnya yang

akan membuat pemahaman dan persepsi anak tentang seks menjadi salah.

Pengetahuan remaja yang kurang mengetahui tentang perilaku seks pra nikah,

maka sangatlah mungkin jika membuat mereka salah dalam bersikap dan

kemudian mempunyai perilaku terhadap seksualitas. Selain faktor tersebut yang

mempengaruhi dapat pula disebabkan remaja mempunyai persepsi bahwa

hubungan seks merupakan cara mengungkapkan cinta, sehingga demi cinta,

seseorang merelakan hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah.

Menurut Amrillah (2006), semakin tinggi pengetahuan kesehatan

reproduksi yang dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku seksual

pranikahnya, sebaliknya semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi

yang dimiliki remaja maka semakin tinggi perilaku seksual pranikahnya. Hasil

ini di dukung oleh survey yang dilakukan oleh WHO di beberapa negara yang

memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan

permasalahan reproduksi pada remaja. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja maka akan semakin baik

perilakunya, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2010)

Berdasarkan hasil survey awal dengan guru BK SMPN 1 Kamuu dan

SMP YPPK Moanemani didapatkan data bahwa hampir setiap tahun ada satu

sampai dua siswa yang keluar dengan alasan hamil diluar nikah. Di tahun ajaran
2016/2017 sampai dengan awal tahun ajaran 2017/2018 siswa yang keluar

dengan alasan KTD mengalami peningkatan pada SMPN 1 Kamuu sebanyak 4

orang dan pada SMP YPPK Moanemani sebanyak 8 orang.

Penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang perilaku seksual di

wilayah kabupaten Dogiyai belum pernah ada. Padahal penelitian ini perlu

dilakukan untuk mengetahui pengetahuan remaja Dogiyai tentang perilaku

seksual dengan kejadian perilaku seksual pranikah sehingga pemerintah dapat

memikirkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah

terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja (Diyah, 2013)

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan perilaku seksual dengan

kejadian perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Kabupaten Dogiyai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah :

Adakah hubungan antara pengetahuan perilaku seksual dengan kejadian

perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Kabupaten Dogiyai?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan perilaku seksual dengan

kejadian perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Kabupaten Dogiyai.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindetifikasi gambaran pengetahuan perilaku seksual pada

remaja putri di Kabupaten Dogiyai.

2. Mengidentifikasi gambaran kejadian perilaku seksual pranikah pada

remaja putri di Kabupaten Dogiyai.

3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan perilaku seksual dengan

kejadian perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Kabupaten

Dogiyai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Penelitian ini dapat menguatkan teori yang sudah ada tentang hubungan

pengetahuan perilaku seksual dengan kejadian perilaku seksual pranikah pada

remaja.

1.4.2 Praktis

1. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengetahuan pada siswa SMP di tentang perilaku seksual remaja untuk

dijadikan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan sekolah

mengenai program pendidikan seksual dilingkungan sekolah.


2. Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapatkan memberikan masukan dan

manfaat terkait untuk program pendidikan perilaku seksual pada

remaja.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana

pengetahuan dan perilaku seksual pranikah saat ini, sehingga

memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap

lingkungan terkait dengan perilaku yang meyimpang pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai