Judul
Akut Rhinosinusitis Maxilaris Dekstra Pada Laki-Laki Perokok Aktif : Kondisi Rumah
Berdebu
Pembimbing
dr. Indriati Dwi R. Mkes
Akut Rhinosinusitis Maxilaris Dekstra Pada Laki-Laki Perokok Aktif : Kondisi Rumah
Berdebu
Oleh:
Fills Prayoga B
NIM. 150070200011194
2
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : 31 November 2017
No. Rekam Medis : 432xx
Identitas Pasien:
Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Pasien mengeluh hidung kanan terasa berbau sejak 5 hari yang lalu disertai nyeri pada pipi
kanan. Nyeri terutama memberat saat malam hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan
kental berwarna putih kekuningan dari hidung kanan sejak 5 hari yang lalu. Keluhan muncul
hilang timbul dan disertai hidung buntu. Hidung buntu dirasakan pada hidung kanan dan
hilang timbul, dirasakan memberat pada pagi hari disertai penurunan penciuman. Demam
sumer-sumer (+) 1 hari yang lalu, disertai sakit kepala.
Keluhan telinga nyeri -/-, keluar cairan -/-, penurunan pendengaran -/-, grebek-
grebek -/-, berdenging -/-.
Tenggorok sulit menelan -, sakit menelan -, rasa ngganjal -, rasa berlendir -, suara
parau -, sesak -.
Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama akan tetapi tidak sampai mengeluhkan
hidung bau. DM disangkal, hipertensi disangkal
Riwayat Atopi
Riwayat bersin-bersin di pagi hari dan terpapar debu rumah (+), alergi makanan (-), riwayat
asma(-).
3
Riwayat Keluarga (Family History)
Pasien merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Ayah pasien memiliki riwayat ASMA. 2
saudara kandung pasien memiliki riwayat Alergi. Pasien memiliki satu istri dan 6 anak,
sekarang tinggal bersama 3 orang anaknya. Pasien bekerja sebagai tukang pijat panggilan.
Dan pasien merupakan perokok aktif yang sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien memiliki 6 orang anak. Saat ini pasien tinggal dengan 3 orang anak pasien. Anak
pertama dan kedua sudah menikah dan hidup rumah sendiri, anak nomer tiga sudah bekerja
dan tinggal bersama, anak ke 4 bekerja dijakarta, anak ke 5 dan 6 masing masing masih
sekolah SMP. Pasien memiliki hubungan keluarga yang baik. dPasien mampu datang ke
pelayanan kesehatan sendiri. Hubungan pasien dengan tetangga terjalin baik dan tidak ada
masalah. Pasien aktif di lingkungan masyarakat dengan mengikuti pengajian rutin setiap
minggu.
Makanan sehari-hari pasien adalah nasi 3x1 porsi dengan lauk ikan laut, ayam, tempe,
sayur.
Pasien memiliki satu istri dan 6 anak, sekarang tinggal bersama 3 orang anaknya. Pasien
bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Dan pasien merupakan perokok aktif yang sudah
berhenti sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter umum praktek akan tetapi keluhan
tidak membaik dan pada akhirnya dibawa ke puskesmas. Obat yang diberikan pasien lupa
namanya.
Telinga Hidung
4
Nyeri telinga : -/- Terus menerus :-
Lamanya :- Campurdarah/bau :-
Vertigo :- Dingin/lembab :-
Mual :- Debu :+
Tenggorok Laring
Frekuensi :- Kumat-kumatan : -
5
Yang terakhir :-
Trismus :-
Ptyalismus :-
Rasa mengganjal: -
Rasa berlendir :-
Rasa kering :-
Gigi berlubang :+
Nistagmus :-
Parese/paralise n.fasialis :-
6
Status Lokalis THT
Hidung Deformitas - -
Hematoma - -
Krepitasi - -
Nyeri - -
Rhinoskopi anterior :
Vestibulum
Edema - -
Sekret
- -
massa
Kavum nasi - -
Licin licin
mukosa
- -
hiperemi
massa - -
Konka
+ -
edema
- -
pucat
hiperemi + -
Sekret
- -
mucopurulen
Septum deviasi - -
Fenomena palatum + +
mole
7
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2
A. Definisi
Rinosinusitis diartikan sebagai adanya inflamasi pada hidung dan sinus paranasal
dicirikan dengan 2 atau lebih gejala, salah satunya adalah sumbatan/obstruksi/kongesti
hidung atau pengeluaran sekret dari hidung (anterior atau posterior), kemudian nyeri tekan
pada wajah dan gangguan penghidu (Lund VJ et all, 2012)
Rinosinusitis akut diartikan sebagai munculnya 2 atau lebih gejala yang terjadi tiba-tiba
(< 12 minggu). Gejala-gejala tersebut adalah sumbatan/obstruksi/kongesti hidung,
pengeluaran sekret dari hidung (anterior/posterior), nyeri tekan pada wajah, dan gangguan
penghidu (Lund VJ et all, 2012).
B. Etiologi
Rinosinusitis umumnya merupakan penyakit infeksi. Gejala-gejalanya dapat sembuh
sempurna dengan terapi medis pada hampir 90% kasus. Sekitar 20-30% kasus rinosinusitis
akut, penyebabnya adalah virus. Bakteri patogen yang sering menjadi penyebab adalah
Streptococcus pneumoniae (~20-43%) dan Haemophilus influenza (~22-35%), spesies
Streptococcus yang lain (3-9%), dan Moraxella catarrhalis (~2-10%). Penyebab yang tidak
terlalu sering adalah Staphylococcus aureus (~4%), bakteri anaerob (~5%), dan spesies
Haemophilus yang lain (~8%). Beberapa faktor non-infeksi yang penting dalam patogenesis
rinosinusitis adalah intak ostia sinus, aliran udara dalam hidung, aktivitas mukosiliar,
imunokompeten, dan proses sekresi (Skye EP et al, 2011).
C. Patofisiologi
Patofisiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan
inflamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. Oedem mukosa akan
menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak (sinus
stasis). Pada keadaan ini ventilasi dan drainase sinus masih mungkin dapat kembali normal,
baik secara spontan atau efek dari obat-obat yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan.
Apabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi (obstruksi total) maka dapat terjadi
pertumbuhan bakteri sekunder pada mukosa dan cairan sinus paranasal (Kentjono WA,
2004).
Pada saat respons inflamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih,
lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. Flora bakteri menjadi semakin
8
banyak (polimikrobial) dengan masuknya kuman anaerob seperti Streptococcus pyogenes
(microaero-philic streptococci), dan Staphylococcus aureus. Perubahan lingkungan bakteri
ini dapat menyebabkan peningkatan organisme yang resisten dan menurunkan efektivitas
antibiotik akibat ketidakmampuan antibiotik mencapai sinus. Infeksi menyebabkan 30%
mukosa kolumnar bersilia mengalami perubahan metaplastik menjadi mucus secreting
goblet cells, sehingga efusi sinus makin meningkat (Kentjono WA, 2004).
E. Gejala Klinis
Gejala rinosinusitis akut adalah sumbatan/obstruksi/kongesti nasal, pengeluaran
sekret dari hidung (anterior/posterior), dan penurunan fungsi penciuman. Gejala-gejala ini
terjadi selama < 12 minggu.2 Gejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam,
halitosis, sakit gigi, faringitis, dan telinga terasa penuh (Ryan D, 2008).
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosis rinosinusitis akut, informasi didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, didapatkan gejala-gejala
9
seperti sumbatan/obstruksi/kongesti nasal, nyeri wajah, pengeluaran sekret dari hidung
(anterior/posterior), dan penurunan fungsi penciuman. Gejala-gejala ini terjadi selama < 12
minggu.2 Gejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi,
faringitis, dan telinga terasa penuh. Dapat ditanyakan juga mengenai gejala-gejala alergi,
seperti bersin-bersin, hidung meler, gatal pada hidung, dan gatal pada mata (Ryan D, 2008).
Dalam pemeriksaan fisik, akan ada nyeri tekan pada wajah saat dipalpasi. Pada
rinoskopi anterior, tampak mukosa konka nasi yang polipoid, aliran sekret mukopurulent di
meatus media, dan edema mukosa pada meatus media (Lund VJ et all, 2012).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah transiluminasi, pemeriksaan foto
rontgen sinus paranasal, CT-scan, dan juga kultur kuman.6 Tetapi pemeriksaan foto rontgen
sinus paranasal atau CT-scan tidak direkomendasikan untuk rinosinusitis akut, kecuali untuk
penyakit yang parah, pasien-pasien immunocompromised, dan ada tanda-tanda komplikasi
(Lund VJ et all, 2012).
G. Diagnosis Banding
1. Rinitis alergi
Adalah penyakit/kelainan yang merupakan manifestasi klinis kerusakan jaringan tipe I
(Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. Alergen penyebab
adalah alergen inhalan dan alergen ingestan. Gejala utama adalah hidung tersumbat,
rinore, gatal hidung disertai bersin. Kadang-kadang disertai gatal pada mata dan
tenggorok (Rusmono, 2003).
2. Rinitis TB
Adalah kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat
(Rusmono, 2003).
H. Penatalaksanaan
Antibiotik tidak harus diberikan secara rutin. Antibiotik diberikan untuk pasien-pasien
dengan gejala yang memberat secara sistemik (demam > 37°C atau nyeri pada wajah yang
bertambah parah) selama 5-7 hari. Antibiotik lini pertama adalah amoksisilin. Jika sudah
resisten, diberikan trimethoprim-sulfamethoxasole 160-800 mg per 12 jam selama 10 hari
atau cefuroxime axetil 250 mg per 12 jam selama 7 hari, atau klaritromisin 500 mg per 12
jam atau 1000 mg per 24 jam selama 7-14 hari. Untuk lini kedua, diberikan amoksisilin-
klavulanat potasium 500 mg per 8 jam atau 875 mg per 12 jam selama 10 hari, atau
levofloksasin 500 mg per 24 jam selama 10 hari, atau moxifloksasin 400 mg per 24 jam
selama 7 hari. Indikasi diberikan lini kedua jika semua obat pada lini pertama sudah
10
resisten, riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan yang lalu, gagal berespon pada obat lini
pertama setelah 72-96 jam, pasien-pasien immunosuppressed, dan sinusitis frontalis atau
sfenoid (Bird et al, 2010).
Tatalaksana tambahan dapat berupa dekongestan sistemik (seperti pseudoefedrin)
atau dekongestan nasal topikal (seperti xylometazoline) atau obat semprot hidung (seperti
Sterimar atau Sinus Rinse). Penggunaan jangka pendek kortikosteroid intranasal (seperti
mometasone furoate 50 mcg—semprot hidung—dua kali setiap hari selama 7-14 hari)
diyakini efektif untuk penyakit sedang dan kombinasi dengan antibiotik untuk penyakit berat.
Dekongestan hidung tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari karena dapat memicu
terjadinya rinitis medikamentosa (Higler AB, 1997).
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah (Higler AB, 1997) :
1. Komplikasi orbita
Terdapat lima tahapan :
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi
sinus etmoidalis di dekatnya.
b. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi
orbita namun pus belum terbentuk.
c. Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
d. Abses orbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur
dengan isi orbita. Tahap ini disertai gejala sisa neuritis optik dan kebutaan
unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang
terserang dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga
proptosis yang makin bertambah.
e. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran
bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya
terbentuk suatu tromboflebitis septik.
2. Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus.
Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista
retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
11
3. Komplikasi intrakranial
a. Meningitis akut
Di samping trombosis sinus kavernosus, salah satu komplikasi sinusitis yang
terberat adalah meningitis akut. Infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar
sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat
dinding posterior sinus fromtalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem
sel udara etmoidalis.
b. Abses dura
Adalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna kranium; seringkali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat sehingga pasien mungkin
hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala
neurologik lain.
c. Abses otak
Abses otak biasanya terjadi melalui tromboflebitis yang meluas secara langsung.
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal :
12
KIE tenaga kesehatan yang kurang mengenai pentingnya pencegahan
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2
Intervensi Komprehensif
Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga, karena faktor resiko dari
penyakit pasien selain dari faktor internal juga dipengaruhi dari faktor eksternal. Pasien
menderita akut rhinosinusitis maxilaris yang sering kambuh dimana bila gejala muncul akan
membutuhkan terapi yang lebih lanjut, sehingga diperlukan pemantauan dari penyakit
pasien, tata cara pencegahan supaya terhindar dari alergen yang bisa membuat kambuh.
Pasien juga sudah menginjak usia senja sehingga membutuhkan pembinaan bagaimana
dapat tetap menjaga kesehatan.
13
Kunjungan rumah pertama Family Genogram
31 November 2017
Keterangan:
Laki-laki
Wanita
Riwayat : Asma
Meninggal
14
Family Apgar
Family SCREEM
Sosial Pasien dan keluarganya hidup dalam daerah perumahan yang padat
penduduk. Interaksi keluarga pasien dengan warga sekitarnya berjalan
dengan baik. Pasien dan keluarganya saling kenal dengan tetangganya.
Kultural -
Religion Pasien menjalani shalat 5 waktu dengan teratur dan sering mengaji
Ekonomi Pasien saat ini bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Sumber
penghasilan tersebut mampu mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan dua
anak terakhirnya yang masih SMP. Namun untuk kebutuhan mendadak,
kurang dapat terpenuhi namun pasien masih bisa menyisihkan uangnya
untuk ditabung. Anak keempat yang bekerja di Jakarta juga mengirimkan
uang kepada pasien, namun tidak menentu.
Edukasi Pasien merupakan lulusan SD(Pasien punya keingintahuan yang tinggi
namun tidak tahu harus mencari info darimana)
Medical Pasien memeriksakan kesehatannya ke puskesmas Kendalkerep.
Keluarga pasien juga tidak rutin memeriksakan kesehatannya.
15
Mandala of Health
Culture
Life Style
- Pola makan sekarang
yang kurang sehat
- Jarang berolahraga
Family
- terlalu banyak
anggota keluarga
Personal Behaviour - Beban dua anak yang
- Kesadaran tentang Psycho-socio-economic
masih SMP
kesehatan belum - Pasien merasa sedih karena
maksimal pasien tidak memiliki pekerjaan
- Pasien tidak menjaga yang dengan gaji tetap
pola makannya
Pasien
Sick care system - Laki-Laki
- Jarak antara - 59 tahun
puskesmas ke - Akut Rhinosinusitis
rumahnya ± 2 km maxilaris dexstra
Biosphere
16
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holisti
k
Aksis Pasien memiliki Pasien tampak sakit Menjelaskan kepada pasien
1 persepsi bahwa ringan dan keluarga mengenai
hidung bau itu Pasien terlihat penyakit rhinosinusitis yang
sudah tidak khawatir dengan bisa disebabkan oleh virus
penyakitnya saat ini dan bakteri
seperti pilek
Memberi penjelasan kepada
biasanya, pasien rhinosinusitis akut
sehingga pasien merupakan penyakit yang
datang periksa mudah kambuh apabila ada
ke dokter. riwayat alergi dan dapat
Pasien berharap menjadi kronis.
agar dapat
diberikan obat
untuk hidung
bau terutama
menghilangkan
ingus yang
sering menetes.
Pasien khawatir
bahwa ingus
yang keluar
terus menerus
tidak dapat
dihentikan
sehingga
mengganggu
kepercayaan
dirinya dan tidak
nyaman.
17
antihistaminnya dan
decongestannya sesuai
anjuran atau ada gejala,
antihistaminnya
menggunakan
loratadine 5mg diminum
2 kali sehari,
decongestan
menggunakan
xylometazoline spray
dua kali sehari sehari
disemprotkan 2
semprotan dimasing
masing lubang hidung.
Dan sebelum
menyemprotkan lubang
hidung dibersihkan
terlebih dahulu
Aksis Pasien memiliki Pasien sering bersin Memberikan edukasi ke
3 riwayat atopi pada pagi hari pasien untuk mengendalikan
Pasien setelah mandi keluhan atopi dengan
merupakan Pasien merokok olahraga pemanasan ringan
perokok aktif sehari habis 1 pada pagi hari kurang lebih
bungkus rokok 15 menit
Kurang aktivitas
Pasien jarang Mengedukasi pasien tentang
fisik
berolahraga bahaya merokok
18
Intervensi yang telah dilakukan saat Kunjungan rumah Pertama:
Dx Intervensi
Holistik
Aksis 1 Mengedukasi kepada pasien mengenai penyakit akut rhinosinusitis maxilaris
dekstra
Mengevaluasi keluhan pasien saat intervensi
Aksis 2 Follow up pasien terhadap ketaatan minum obat pasien
Aksis 3 Mengedukasi dan melihat adanya perubahan gaya hidup, pola makan, dan
aktivitas pasien.
Mengedukasi tentang pencegahan terjadi kekambuhan
19
Lampiran:
Tidak bertingkat
Ventilasi
Kelembapan rumah: tidak lembap
Bantuan ventilasi di dalam rumah: tidak ada, kurang baik
Sumber air
air minum dari: PAM
air cuci dan masak dari: PAM
Jarak sumber air dari septic tank: 2 m
Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok, tanpa pegangan
20
Denah Rumah Pasien
Kamar tidur
Kamar Ruang
Tidur santai
untuk
nonton
tv Kamar tidur
Kamar Mandi
Dapur
Keterangan :
Pintu
Jendela
Kursi
TV
21
DAFTAR PUSTAKA
Bird J et al. Adult acute rhinosinusitis. BMJ 2013;346:f2687
Diseases of Ear, Nose, and Throat & Head and Neck Surgery Dingra PL dan Dhingra
Shruti, 2014
Higler AB. BOIES buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC, 1997
2004
kronik tanpa polip nasi pada orang dewasa. Surabaya: FK UNAIR, 2004
Lund VJ et al. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps, 2012
22
Dokumentasi
Foto Ruang Tamu
23
Foto Dapur Foto Kamar 1
24