Anda di halaman 1dari 24

PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT

KEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA FKUB

Judul

Akut Rhinosinusitis Maxilaris Dekstra Pada Laki-Laki Perokok Aktif : Kondisi Rumah
Berdebu

Dokter Muda Pembina


Fills Prayoga B
150070200011194

Puskesmas Kendal Kerep


Periode
15 oktober-11 november 2017

Pembimbing
dr. Indriati Dwi R. Mkes

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya


2017
HALAMAN PERSETUJUAN

FAMILY HEALTH CARE PROJECT

Akut Rhinosinusitis Maxilaris Dekstra Pada Laki-Laki Perokok Aktif : Kondisi Rumah
Berdebu

Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Kedokteran Keluarga

Oleh:
Fills Prayoga B
NIM. 150070200011194

Menyetujui untuk diuji


Ketua Tim Dokter Keluarga, Dosen Pembimbing,

dr. Arief Alamsyah, MARS dr. Indriati Dwi Rahayu, M.Kes


NIP. 197802192006041002 NIP. 197605192005012001

2
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : 31 November 2017
No. Rekam Medis : 432xx

Identitas Pasien:

Nama : Tn. Suwandi


Umur / tanggal lahir : 59 thn/7-7-1958
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Krisna no. 20 RT 5/RW 1 Polehan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
Sistem pembayaran : Umum

Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:

Hidung Kanan terasa berbau

Riwayat keluhan saat ini

Pasien mengeluh hidung kanan terasa berbau sejak 5 hari yang lalu disertai nyeri pada pipi
kanan. Nyeri terutama memberat saat malam hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan
kental berwarna putih kekuningan dari hidung kanan sejak 5 hari yang lalu. Keluhan muncul
hilang timbul dan disertai hidung buntu. Hidung buntu dirasakan pada hidung kanan dan
hilang timbul, dirasakan memberat pada pagi hari disertai penurunan penciuman. Demam
sumer-sumer (+) 1 hari yang lalu, disertai sakit kepala.

Keluhan telinga nyeri -/-, keluar cairan -/-, penurunan pendengaran -/-, grebek-
grebek -/-, berdenging -/-.

Tenggorok sulit menelan -, sakit menelan -, rasa ngganjal -, rasa berlendir -, suara
parau -, sesak -.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama akan tetapi tidak sampai mengeluhkan
hidung bau. DM disangkal, hipertensi disangkal

Riwayat Atopi
Riwayat bersin-bersin di pagi hari dan terpapar debu rumah (+), alergi makanan (-), riwayat
asma(-).
3
Riwayat Keluarga (Family History)

Pasien merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Ayah pasien memiliki riwayat ASMA. 2
saudara kandung pasien memiliki riwayat Alergi. Pasien memiliki satu istri dan 6 anak,
sekarang tinggal bersama 3 orang anaknya. Pasien bekerja sebagai tukang pijat panggilan.
Dan pasien merupakan perokok aktif yang sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu.

Pasien memiliki 6 orang anak. Saat ini pasien tinggal dengan 3 orang anak pasien. Anak
pertama dan kedua sudah menikah dan hidup rumah sendiri, anak nomer tiga sudah bekerja
dan tinggal bersama, anak ke 4 bekerja dijakarta, anak ke 5 dan 6 masing masing masih
sekolah SMP. Pasien memiliki hubungan keluarga yang baik. dPasien mampu datang ke
pelayanan kesehatan sendiri. Hubungan pasien dengan tetangga terjalin baik dan tidak ada
masalah. Pasien aktif di lingkungan masyarakat dengan mengikuti pengajian rutin setiap
minggu.

Makanan sehari-hari pasien adalah nasi 3x1 porsi dengan lauk ikan laut, ayam, tempe,
sayur.

Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)

Pasien memiliki satu istri dan 6 anak, sekarang tinggal bersama 3 orang anaknya. Pasien
bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Dan pasien merupakan perokok aktif yang sudah
berhenti sejak 2 bulan yang lalu.

Riwayat pengobatan

Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter umum praktek akan tetapi keluhan
tidak membaik dan pada akhirnya dibawa ke puskesmas. Obat yang diberikan pasien lupa
namanya.

Anamnesa Umum THT:

Telinga Hidung

Gatal : -/- Rinore : :+/-

Korek telinga : -/- Lamanya : 5 hari

4
Nyeri telinga : -/- Terus menerus :-

Bengkak : -/- Kumat-kumatan :+

Otore : -/- Cair/lendir/nanah : kental, putih kekuningan

Lamanya :- Campurdarah/bau :-

Terus menerus :- Hidung buntu : +/-

Kumat-kumatan :- Lamanya : 5 hari

Cair/lendir/nanah : - Terus menerus :-

Tuli : -/- Kumat-kumatan :+

Tinnitus : -/- Bersin :+

Vertigo :- Dingin/lembab :-

Mual :- Debu :+

Muntah :- Berbau : +/-

Mau jatuh :- Mimisan : -/-

Muka menceng :- Nyeri hidung : -/-

Pajanan bising :- Suara sengau :-

Tenggorok Laring

Sukar menelan :- Suara parau :-

Sakit menelan :- Lamanya :-

Lamanya :- Terus menerus : -

Frekuensi :- Kumat-kumatan : -

Yang terakhir :- Afonia :-

Badan panas :- Sesaknafas :-

Lamanya :- Rasa sakit :-

Frekuensi :- Rasa mengganjal :-

5
Yang terakhir :-

Trismus :-

Ptyalismus :-

Rasa mengganjal: -

Rasa berlendir :-

Rasa kering :-

Gigi berlubang :+

STATUS PRAESENS (tanggal 31-10-2017)


Status Generalis

Keadaan umum: tampak sakit ringan, Sesak nafas/RR : -/ 18x/menit


GCS 456
Sianosis :-
Kesadaran : compos mentis
Stridor inspiratoir :-
Gizi : kesan cukup
Retraksi suprasternal :-
Anemia :-
interkostal :-
Tekanan darah : 120/60
epigastrial :-
Nadi : 84x/ menit
Thorak –jantung&paru : DBN
Suhu badan : 37,6 C
Abdomen : DBN
Muntah :-
Ekstremitas : DBN
Kejang :-

Nistagmus :-

Parese/paralise n.fasialis :-

6
Status Lokalis THT

Hidung Deformitas - -

Hematoma - -

Krepitasi - -

Nyeri - -

Rhinoskopi anterior :

Vestibulum

 Edema - -
 Sekret
- -
 massa
Kavum nasi - -

 luas Lapang lapang

Licin licin
 mukosa
- -
 hiperemi
 massa - -
Konka
+ -
 edema
- -
 pucat
 hiperemi + -
 Sekret
- -
mucopurulen
Septum deviasi - -

Fenomena palatum + +

mole

Transluminasi Sinus Frontalis Terang/Terang

Sinus Maksilaris Samar/Terang

Pemeriksaan Disarankan untuk foto waters


penunjang

7
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2

A. Definisi
Rinosinusitis diartikan sebagai adanya inflamasi pada hidung dan sinus paranasal
dicirikan dengan 2 atau lebih gejala, salah satunya adalah sumbatan/obstruksi/kongesti
hidung atau pengeluaran sekret dari hidung (anterior atau posterior), kemudian nyeri tekan
pada wajah dan gangguan penghidu (Lund VJ et all, 2012)
Rinosinusitis akut diartikan sebagai munculnya 2 atau lebih gejala yang terjadi tiba-tiba
(< 12 minggu). Gejala-gejala tersebut adalah sumbatan/obstruksi/kongesti hidung,
pengeluaran sekret dari hidung (anterior/posterior), nyeri tekan pada wajah, dan gangguan
penghidu (Lund VJ et all, 2012).

B. Etiologi
Rinosinusitis umumnya merupakan penyakit infeksi. Gejala-gejalanya dapat sembuh
sempurna dengan terapi medis pada hampir 90% kasus. Sekitar 20-30% kasus rinosinusitis
akut, penyebabnya adalah virus. Bakteri patogen yang sering menjadi penyebab adalah
Streptococcus pneumoniae (~20-43%) dan Haemophilus influenza (~22-35%), spesies
Streptococcus yang lain (3-9%), dan Moraxella catarrhalis (~2-10%). Penyebab yang tidak
terlalu sering adalah Staphylococcus aureus (~4%), bakteri anaerob (~5%), dan spesies
Haemophilus yang lain (~8%). Beberapa faktor non-infeksi yang penting dalam patogenesis
rinosinusitis adalah intak ostia sinus, aliran udara dalam hidung, aktivitas mukosiliar,
imunokompeten, dan proses sekresi (Skye EP et al, 2011).

C. Patofisiologi
Patofisiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan
inflamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. Oedem mukosa akan
menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak (sinus
stasis). Pada keadaan ini ventilasi dan drainase sinus masih mungkin dapat kembali normal,
baik secara spontan atau efek dari obat-obat yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan.
Apabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi (obstruksi total) maka dapat terjadi
pertumbuhan bakteri sekunder pada mukosa dan cairan sinus paranasal (Kentjono WA,
2004).
Pada saat respons inflamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih,
lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. Flora bakteri menjadi semakin

8
banyak (polimikrobial) dengan masuknya kuman anaerob seperti Streptococcus pyogenes
(microaero-philic streptococci), dan Staphylococcus aureus. Perubahan lingkungan bakteri
ini dapat menyebabkan peningkatan organisme yang resisten dan menurunkan efektivitas
antibiotik akibat ketidakmampuan antibiotik mencapai sinus. Infeksi menyebabkan 30%
mukosa kolumnar bersilia mengalami perubahan metaplastik menjadi mucus secreting
goblet cells, sehingga efusi sinus makin meningkat (Kentjono WA, 2004).

D. Faktor Predisposisi (Dhingra et all, 2014)


1. Obstruksi ventilasi dan drainase sinus
• Faktor yang mempengaruhi:
• Nasal packing
• Deviasi septum nasi
• Hypertrophic turbinates
• Edema ostium sinus akibat rhinitis alergi atau vasomotor
• Polip hidung
• Neoplasma jinak atau ganas
2. Stasis dari sekresi pada kavitas hidung  viscocity (cystic fibrosis) atau obstruksi
(pembesaran adenoid, atresia koana) dan infeksi
3. Riwayat sinusitis sebelumnya  pertahanan lokal pada mukosa sinus telah rusak
General
• Lingkungan
• Cuaca dingin, asap, debu, polusi
• Kondisi kesehatan rendah
• Malnutrisi, riwayat exanthematous fever (measles, chickenpox, whooping
cough), dan penyakit sistemik (DM, defisiensi imun)

E. Gejala Klinis
Gejala rinosinusitis akut adalah sumbatan/obstruksi/kongesti nasal, pengeluaran
sekret dari hidung (anterior/posterior), dan penurunan fungsi penciuman. Gejala-gejala ini
terjadi selama < 12 minggu.2 Gejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam,
halitosis, sakit gigi, faringitis, dan telinga terasa penuh (Ryan D, 2008).

F. Diagnosis
Untuk mendiagnosis rinosinusitis akut, informasi didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, didapatkan gejala-gejala

9
seperti sumbatan/obstruksi/kongesti nasal, nyeri wajah, pengeluaran sekret dari hidung
(anterior/posterior), dan penurunan fungsi penciuman. Gejala-gejala ini terjadi selama < 12
minggu.2 Gejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi,
faringitis, dan telinga terasa penuh. Dapat ditanyakan juga mengenai gejala-gejala alergi,
seperti bersin-bersin, hidung meler, gatal pada hidung, dan gatal pada mata (Ryan D, 2008).
Dalam pemeriksaan fisik, akan ada nyeri tekan pada wajah saat dipalpasi. Pada
rinoskopi anterior, tampak mukosa konka nasi yang polipoid, aliran sekret mukopurulent di
meatus media, dan edema mukosa pada meatus media (Lund VJ et all, 2012).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah transiluminasi, pemeriksaan foto
rontgen sinus paranasal, CT-scan, dan juga kultur kuman.6 Tetapi pemeriksaan foto rontgen
sinus paranasal atau CT-scan tidak direkomendasikan untuk rinosinusitis akut, kecuali untuk
penyakit yang parah, pasien-pasien immunocompromised, dan ada tanda-tanda komplikasi
(Lund VJ et all, 2012).

G. Diagnosis Banding
1. Rinitis alergi
Adalah penyakit/kelainan yang merupakan manifestasi klinis kerusakan jaringan tipe I
(Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. Alergen penyebab
adalah alergen inhalan dan alergen ingestan. Gejala utama adalah hidung tersumbat,
rinore, gatal hidung disertai bersin. Kadang-kadang disertai gatal pada mata dan
tenggorok (Rusmono, 2003).
2. Rinitis TB
Adalah kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat
(Rusmono, 2003).

H. Penatalaksanaan
Antibiotik tidak harus diberikan secara rutin. Antibiotik diberikan untuk pasien-pasien
dengan gejala yang memberat secara sistemik (demam > 37°C atau nyeri pada wajah yang
bertambah parah) selama 5-7 hari. Antibiotik lini pertama adalah amoksisilin. Jika sudah
resisten, diberikan trimethoprim-sulfamethoxasole 160-800 mg per 12 jam selama 10 hari
atau cefuroxime axetil 250 mg per 12 jam selama 7 hari, atau klaritromisin 500 mg per 12
jam atau 1000 mg per 24 jam selama 7-14 hari. Untuk lini kedua, diberikan amoksisilin-
klavulanat potasium 500 mg per 8 jam atau 875 mg per 12 jam selama 10 hari, atau
levofloksasin 500 mg per 24 jam selama 10 hari, atau moxifloksasin 400 mg per 24 jam
selama 7 hari. Indikasi diberikan lini kedua jika semua obat pada lini pertama sudah

10
resisten, riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan yang lalu, gagal berespon pada obat lini
pertama setelah 72-96 jam, pasien-pasien immunosuppressed, dan sinusitis frontalis atau
sfenoid (Bird et al, 2010).
Tatalaksana tambahan dapat berupa dekongestan sistemik (seperti pseudoefedrin)
atau dekongestan nasal topikal (seperti xylometazoline) atau obat semprot hidung (seperti
Sterimar atau Sinus Rinse). Penggunaan jangka pendek kortikosteroid intranasal (seperti
mometasone furoate 50 mcg—semprot hidung—dua kali setiap hari selama 7-14 hari)
diyakini efektif untuk penyakit sedang dan kombinasi dengan antibiotik untuk penyakit berat.
Dekongestan hidung tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari karena dapat memicu
terjadinya rinitis medikamentosa (Higler AB, 1997).

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah (Higler AB, 1997) :
1. Komplikasi orbita
Terdapat lima tahapan :
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi
sinus etmoidalis di dekatnya.
b. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi
orbita namun pus belum terbentuk.
c. Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
d. Abses orbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur
dengan isi orbita. Tahap ini disertai gejala sisa neuritis optik dan kebutaan
unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang
terserang dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga
proptosis yang makin bertambah.
e. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran
bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya
terbentuk suatu tromboflebitis septik.

2. Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus.
Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista
retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

11
3. Komplikasi intrakranial
a. Meningitis akut
Di samping trombosis sinus kavernosus, salah satu komplikasi sinusitis yang
terberat adalah meningitis akut. Infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar
sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat
dinding posterior sinus fromtalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem
sel udara etmoidalis.
b. Abses dura
Adalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna kranium; seringkali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat sehingga pasien mungkin
hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala
neurologik lain.
c. Abses otak
Abses otak biasanya terjadi melalui tromboflebitis yang meluas secara langsung.

Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal :

 Alasan Kedatangan : Hidung kanan terasa bau dan menetes


Persepsi : Pasien memiliki persepsi bahwa hidung bau itu sudah tidak
seperti pilek biasanya, sehingga pasien datang periksa ke dokter.
 Harapan : Pasien berharap agar dapat diberikan obat untuk hidung bau
terutama menghilangkan ingus yang sering menetes.
 Kekhawatiran : Pasien khawatir bahwa ingus yang keluar terus menerus tidak
dapat dihentikan sehingga mengganggu kepercayaan dirinya dan tidak nyaman.
 Upaya : Pasien periksa ke praktek dokter dan diberi obat, lupa dikasih
obat apa, serta keluhan tidak berkurang.

Aksis 2 - Aspek Biomedis : Suspek Rhinosinusitis Maksilaris Akut Dekstra


Aksis 3 - Aspek Risiko Internal :

 Pasien memiliki riwayat atopi


 Pasien merupakan perokok aktif
 Kurang aktivitas fisik
Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal :

 Lingkungan yang padat penduduk dan rumah yang berdebu


 Pasien tidak rutin kontrol ke puskesmas, dan hanya datang apabila ada keluhan

12
 KIE tenaga kesehatan yang kurang mengenai pentingnya pencegahan
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2

Intervensi Komprehensif

Diagnosis Intervensi Komprehensif


Holistik
Aksis 1  Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
rhinosinusitis yang bisa disebabkan oleh virus dan bakteri
 Memberi penjelasan kepada pasien rhinosinusitis akut merupakan
penyakit yang mudah kambuh apabila ada riwayat alergi dan dapat
menjadi kronis.
Aksis 2  Menyarankan untuk melakukan foto waters, sehingga kita bisa
menegakkan diagnosis secara pasti
 Mengedukasi pasien agar tetap meminum obat secara rutin,
menghindari faktor pencetusnya
 Menjelaskan untuk minum obat antibiotiknya secara teraratur dan
dihabiskan amoxicillin 3 kali sehari tablet 500mg
 mengedukasi untuk minum obat antihistaminnya dan
decongestannya sesuai anjuran atau ada gejala, antihistaminnya
menggunakan loratadine 5mg diminum 2 kali sehari, decongestan
menggunakan xylometazoline spray dua kali sehari sehari
disemprotkan 2 semprotan dimasing masing lubang hidung. Dan
sebelum menyemprotkan lubang hidung dibersihkan terlebih
dahulu
Aksis 3  Memberikan edukasi ke pasien untuk mengendalikan keluhan
atopi dengan olahraga pemanasan ringan pada pagi hari kurang
lebih 15 menit
 Mengedukasi pasien tentang bahaya merokok
Aksis 4  Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk memberikan
dukungan ke pasien dalam menghadapi penyakitnya dengan
mengingatkan pasien untuk kontrol ke puskesmas atau rumah
sakit
 Menyarankan keluarga pasien untuk lebih memperhatikan
kebersihan dirumah dari debu yang bisa mencetuskan alergi.
Aksis 5  Memberikan solusi untuk mencegah hidung keluar ingus dengan
membawa tisue yang bisa disaku dan dibawa kemana-mana
sehingga bisa langsung dibersihkan sebelum keluar.

Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:

Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga, karena faktor resiko dari
penyakit pasien selain dari faktor internal juga dipengaruhi dari faktor eksternal. Pasien
menderita akut rhinosinusitis maxilaris yang sering kambuh dimana bila gejala muncul akan
membutuhkan terapi yang lebih lanjut, sehingga diperlukan pemantauan dari penyakit
pasien, tata cara pencegahan supaya terhindar dari alergen yang bisa membuat kambuh.
Pasien juga sudah menginjak usia senja sehingga membutuhkan pembinaan bagaimana
dapat tetap menjaga kesehatan.

13
Kunjungan rumah pertama Family Genogram

31 November 2017

Keterangan:

Laki-laki

Wanita

Riwayat : Asma

Riwayat : Alergi makanan telur

Akut Rhinosinusitis maxilaris dexstra

Meninggal

Tinggal satu rumah

14
 Family Apgar

No. Pertanyaan Sering Kadang- Jarang


kadang

1. Saya puas karena saya dapat bercerita √


kepada keluarga saat saya memiliki
masalah

2. Saya puas dengan cara keluarga √


bermusyawarah untuk memecahkan
masalah
3. Saya puas karena diberikan kesempatan √
bertumbuh sesuai arah kehidupan yang
saya inginkan

4. Saya puas dengan kasih sayang yang √


terjalin di antara keluarga saya

5. Saya puas dengan keluarga membagi √


antara waktu pribadi dan waktu bersama

Penilaian nilai total:


8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
4-7 : Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)

Skor Family APGAR = 8 Fungsi keluarga baik (HiglyFunctional Family)

 Family SCREEM

Sosial Pasien dan keluarganya hidup dalam daerah perumahan yang padat
penduduk. Interaksi keluarga pasien dengan warga sekitarnya berjalan
dengan baik. Pasien dan keluarganya saling kenal dengan tetangganya.
Kultural -
Religion Pasien menjalani shalat 5 waktu dengan teratur dan sering mengaji
Ekonomi Pasien saat ini bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Sumber
penghasilan tersebut mampu mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan dua
anak terakhirnya yang masih SMP. Namun untuk kebutuhan mendadak,
kurang dapat terpenuhi namun pasien masih bisa menyisihkan uangnya
untuk ditabung. Anak keempat yang bekerja di Jakarta juga mengirimkan
uang kepada pasien, namun tidak menentu.
Edukasi Pasien merupakan lulusan SD(Pasien punya keingintahuan yang tinggi
namun tidak tahu harus mencari info darimana)
Medical Pasien memeriksakan kesehatannya ke puskesmas Kendalkerep.
Keluarga pasien juga tidak rutin memeriksakan kesehatannya.

 Bentuk Keluarga: Keluarga orang tua tunggal (single parent family)


 Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap V Keluarga dengan anak remaja

15
Mandala of Health

Culture

Life Style
- Pola makan sekarang
yang kurang sehat
- Jarang berolahraga

Family
- terlalu banyak
anggota keluarga
Personal Behaviour - Beban dua anak yang
- Kesadaran tentang Psycho-socio-economic
masih SMP
kesehatan belum - Pasien merasa sedih karena
maksimal pasien tidak memiliki pekerjaan
- Pasien tidak menjaga yang dengan gaji tetap
pola makannya
Pasien
Sick care system - Laki-Laki
- Jarak antara - 59 tahun
puskesmas ke - Akut Rhinosinusitis
rumahnya ± 2 km maxilaris dexstra

Human Biology Physical environment


- Pasien Laki-Laki usia - Lingkungan rumah yang padat
tua penduduk
- Adanya faktor - Lingkungan rumah merupakan
keturunan Riwayat gang kecil sehinggacirkulasi
atopi udarakurang baik

Biosphere

16
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holisti
k
Aksis Pasien memiliki  Pasien tampak sakit  Menjelaskan kepada pasien
1 persepsi bahwa ringan dan keluarga mengenai
hidung bau itu  Pasien terlihat penyakit rhinosinusitis yang
sudah tidak khawatir dengan bisa disebabkan oleh virus
penyakitnya saat ini dan bakteri
seperti pilek
 Memberi penjelasan kepada
biasanya, pasien rhinosinusitis akut
sehingga pasien merupakan penyakit yang
datang periksa mudah kambuh apabila ada
ke dokter. riwayat alergi dan dapat
 Pasien berharap menjadi kronis.
agar dapat
diberikan obat
untuk hidung
bau terutama
menghilangkan
ingus yang
sering menetes.
 Pasien khawatir
bahwa ingus
yang keluar
terus menerus
tidak dapat
dihentikan
sehingga
mengganggu
kepercayaan
dirinya dan tidak
nyaman.

Aksis Suspek akut  Pemeriksaaan  Menyarankan untuk


2 rhinosinusitis maxilaris Rhinoskopi anterior: melakukan foto waters,
Dextra Konka hiperemi sehingga kita bisa
Dekstra menegakkan diagnosis
Sekret Mucopurulen secara pasti
Dekstra  Mengedukasi pasien
 Transluminasi agar tetap meminum
Sinus maxilaris obat secara rutin,
Dekstra samar menghindari faktor
pencetusnya
 Menjelaskan untuk
minum obat
antibiotiknya secara
teraratur dan dihabiskan
amoxicillin 3 kali sehari
tablet 500mg
 mengedukasi untuk
minum obat

17
antihistaminnya dan
decongestannya sesuai
anjuran atau ada gejala,
antihistaminnya
menggunakan
loratadine 5mg diminum
2 kali sehari,
decongestan
menggunakan
xylometazoline spray
dua kali sehari sehari
disemprotkan 2
semprotan dimasing
masing lubang hidung.
Dan sebelum
menyemprotkan lubang
hidung dibersihkan
terlebih dahulu
Aksis  Pasien memiliki  Pasien sering bersin  Memberikan edukasi ke
3 riwayat atopi pada pagi hari pasien untuk mengendalikan
 Pasien setelah mandi keluhan atopi dengan
merupakan  Pasien merokok olahraga pemanasan ringan
perokok aktif sehari habis 1 pada pagi hari kurang lebih
bungkus rokok 15 menit
 Kurang aktivitas
 Pasien jarang  Mengedukasi pasien tentang
fisik
berolahraga bahaya merokok

Aksis  Lingkungan  Tempat tinggal  Memberikan edukasi kepada


4 yang padat ditempat yang padat keluarga pasien untuk
penduduk dan penduduk dan memberikan dukungan ke
rumah yang berdebu pasien dalam menghadapi
berdebu  Jarang penyakitnya dengan
memperhatikan mengingatkan pasien untuk
 Pasien tidak
kesehatan kontrol ke puskesmas atau
rutin kontrol ke
rumah sakit
puskesmas, dan
 Menyarankan keluarga pasien
hanya datang untuk lebih memperhatikan
apabila ada kebersihan dirumah dari debu
keluhan yang bisa mencetuskan
 KIE tenaga alergi.
kesehatan yang
kurang
mengenai
pentingnya
pencegahan
Aksis  Pasien merasa  Hidung keluar  Membicarakan untuk jalan
5 sedikit sekret berwarna keluar pasien agar tidak
terganggu hijau merasa terganggu dengan
ketika ingus yang keluar
hidungnya
keluar ingus
dan bau

18
Intervensi yang telah dilakukan saat Kunjungan rumah Pertama:

Dx Intervensi
Holistik
Aksis 1  Mengedukasi kepada pasien mengenai penyakit akut rhinosinusitis maxilaris
dekstra
 Mengevaluasi keluhan pasien saat intervensi
Aksis 2  Follow up pasien terhadap ketaatan minum obat pasien

Aksis 3  Mengedukasi dan melihat adanya perubahan gaya hidup, pola makan, dan
aktivitas pasien.
 Mengedukasi tentang pencegahan terjadi kekambuhan

Aksis 4  Melakukan pengamatan terhadap keadaan rumah pasien dan lingkungan


sekitar rumah pasien
Aksis 5  Mengedukasi untuk membawa tisue pada saat keluar rumah untuk lebih
mudah membersihkan ingus

 Family coping score : 3 Minimal participation, limited ability/resources, fully depend on


provider

19
Lampiran:

Karakteristik Rumah dan Lingkungan

Luas rumah: 10x8 m2

Jumlah orang dalam satu rumah: 5 orang

Luas halaman rumah: 1.5x3 m2

Tidak bertingkat

Lantai rumah dari: keramik

Dinding rumah dari: tembok

Penerangan di dalam rumah


Jendela: ada; Jumlah: 1 buah di ruang tamu depan; 3 buah di kamar tidur
Listrik: ada

Ventilasi
Kelembapan rumah: tidak lembap
Bantuan ventilasi di dalam rumah: tidak ada, kurang baik

Kebersihan di dalam rumah: cukup bersih dan rapi

Tata letak Barang dalam rumah: tersusun rapi dan teratur

Sumber air
air minum dari: PAM
air cuci dan masak dari: PAM
Jarak sumber air dari septic tank: 2 m

Kamar Mandi Keluarga: ada


dalam rumah
jumlah 1 buah, ukuran 2x2 m2

Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok, tanpa pegangan

Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumah


Kesan kebersihan lingkungan pemukiman: cukup baik

Kendaraan: Sepeda motor

20
Denah Rumah Pasien

Kamar tidur
Kamar Ruang
Tidur santai
untuk
nonton
tv Kamar tidur

Kamar Mandi

Dapur

R. Tamu dan Toko


sembako

Keterangan :
Pintu
Jendela
Kursi
TV

21
DAFTAR PUSTAKA
Bird J et al. Adult acute rhinosinusitis. BMJ 2013;346:f2687

Conseil du médicament. Acute rhinosinusitis in adults. Québec, 2010

Diseases of Ear, Nose, and Throat & Head and Neck Surgery Dingra PL dan Dhingra
Shruti, 2014
Higler AB. BOIES buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC, 1997

Kentjono WA. Rinosinusitis : etiologi dan patofisiologi. Surabaya: FK UNAIR,

2004

Kristyono I, Selvianti. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis

kronik tanpa polip nasi pada orang dewasa. Surabaya: FK UNAIR, 2004

Lund VJ et al. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps, 2012

Ryan D. Management of acute rhinosinusitis in primary care: changing

paradigms and the emerging role of intranasal corticosteroid. Primary

Care Respiratory Journal (2008); 17(3)

Rusmono N. Rinitis alergi. Dalam: Penatalaksanaan penyakit dan kelainan

telinga, hidung, tenggorok. Soepardi EA dkk, editors. Edisi ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003

Skye EP et al. Acute rhinosinusitis in adults. Guidelines for Clinical Care

Ambulatory, University of Michigan, 2011

Sambuda A. Korelasi antara rinitis dengan sinusitis pada pemeriksaan sinus

paranasalis di instalasi radiologi RSUD DR. Moewardi Surakarta.

Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret, 2008

22
Dokumentasi
Foto Ruang Tamu

Foto Halaman dan Pintu masuk rumah Foto Kamar Mandi

23
Foto Dapur Foto Kamar 1

Foto Kamar 2 Foto Kamar 3

24

Anda mungkin juga menyukai