Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KOSMETOLOGI DAN TEKNOLOGI KOSMETIK

“BODY LOTION WHITENING”

Dosen: Rachmi Hutabarat, S.Si., M.Si., Apt.

Disusun Oleh:

 Yonathan Tri Atmodjo R. 13330096

 Rubmana Sikumbang 13330097

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam sejarah kosmetologi dan kosmetika, ilmu kedokteran telah ikut mengambil

peranan sejak zaman kuno. Data-data diperoleh ,dari penyelidikan antropologi, aerkologi, dan

etnologi di Mesir dan India dengan ditemukannya salep-salep aromatik, bahan-bahan pengawet

mayat dan lain-lain yang dapat dianggap sebagai bentuk awal dari kosmetika. Seorang bapak

ilmu kedokteran HIPPOCRATES (460 — 370 S.M.) dan kawan-kawan telah membuat resep-

resep kosmetika dan menghubungkannya dengan ilmu kedokteran. Ilmu Kedokteran bertambah

luas dan kosmetologi terus berkembang, maka diadakan pemisahan kosmetologi dari Ilmu

Kedokteran (HENRI de NODEVILI 1260 — 1325), dikenal 2 bentuk kosmetika :

1. Kosmetika untuk merias (decoratio)

2. Kosmetika untuk pengobatan kelainan patologi kulit. GOODMAN, H. (1936), seorang

dermatolog telah mempelajari secara mendalam tentang kosmetika baik mengenai sifat

sifat fisika, kimia, fisiologi dari bahan-bahannya, maupun tentang pemakaian dan akibat

akibatnya pada kulit. Penulis mengemukakan perlunya latar belakang dermatologi dalam

masalah kosmetika, yang , pengetahuan yang lengkap tentang kulit dan fungsinya,

pengalaman yang luas tentang penggunaan dan pemakaian remedial kosmetika pada

kulit, penelitian lebih jauh tentang berbagai efek bahan-bahan kosmetika terhadap kulit.

Pada tahun 1700 — 1900 kosmetika dibagi menjadi :

1. Cosmetic decorative yang lebih banyak melibatkan ahli kecantikan.

2. Cosmetic treatment yang berhubungan dengan ilmu kedokteran dan beberapa ilmu

pengetahuan lainnya seperti dermatologi, farmakologi, kesehatan gigi dan lain-lain.


Pada abad modern ini kosmetologi dan kosmetika telah melibatkan banyak profesi,

seperti dokter ahli kulit, ahli farmasi, ahli kimia, ahli biokimia, ahli mikrobiologi, ahli

fotobiologi, ahli imunologi, ahli kecantikan dan lain-lain.

B. RUMUSAN MASALAH

Memahami bagaimana cara membuat formulasi sediaan hand body lotion, dan

mengetahui bahan – bahan yang diperlukan, bobot bahan, cara pembuatan hingga pada proses

pengujian sediaan tersebut.

C.TUJUAN MASALAH

Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara membuat formulasi sediaan hand body

lotion, dan mengetahui bahan – bahan yang diperlukan, bobot bahan, cara pembuatan hingga

pada proses pengujian sediaan tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN LOTION

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air

lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,

memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi

lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan

dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran .

Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang digunakan

pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat

pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk

mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai

dan memberi efek penyejuknya . Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik

yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan

mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan

untuk pemakaian pada kulit yang sehat.

Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan

oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk

pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan

pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat

segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit .
B. ANATOMI FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang

terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.

Klasifikasi berdasar :

1. Warna :

o terang (fair skin), pirang, dan hitam

o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi

o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa

2. Jenisnya :

o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium

o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa

o Tipis : pada wajah

o Lembut : pada leher dan badan

o Berambut kasar : pada kepala


Anatomi kulit secara histopatologik

1. Lapisan Epidermis (kutikel)

o Stratum Korneum (lapisan tanduk)

=> lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,

protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)

o Stratum Lusidum

=> terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,

protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih

jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.

o Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)

=> merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan

terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya

tidak mempunyai lapisan ini.

o Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )

=> terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak

mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke

permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular

bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero.

Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.

o Stratum Basalis

=> terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan

dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan

berfungsi reproduktif.

 Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan

oleh jembatan antar sel.

 Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna muda,

sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)

2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa

pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf

dan pembuluh darah.


o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut

penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini

terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini

terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya

membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.

Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut

dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya

bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar

berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak

yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.

Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan

lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di

kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus

profunda (terletak di subkutis)

Adneksa Kulit

1. Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis

o Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-

6,8.

 Kelenjar Ekrin => kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret

encer.

Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan

berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan

bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki,

dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik,

faktor panas, stress emosional.

 Kelenjar Apokrin => lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih

kental.

Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae,

pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu

lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan

secret
o Kelenjar Palit (glandula sebasea)

Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki.

Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar

ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di

samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel

rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester,

dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak,

jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.

2. Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.

Pertumbuhannya 1mm per minggu.

o Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari

o Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.

o Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku

o Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal

o Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas

3. Rambut

o Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit

o Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit


Jenis rambut

o Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.

o Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai

medula, terdapat pada orang dewasa.

Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut

kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon

seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.

Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) b erlangsung 2-6 tahun

dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa

bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu

saat 85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.

Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah

dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan

kimia.

FUNGSI KULIT

1. Fungsi Proteksi

Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat

melindungi tubuh dari gangguan :

o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat


o panas : radiasi, sengatan sinar UV

o infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan

tanning (penggelapan kulit)

o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo

terhadap infeksi bakteri maupun jamur

o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati

melepaskan diri secara teratur.

2. Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut

mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,

hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah

antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi

Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat,

dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya

memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir

ditemui sebagai Vernix Caseosa.


4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih

banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas

o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)

Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)

pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik.

Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding

pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit

bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran

pigmen (melanosomes)

7. Fungsi Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang

lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas
sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti

makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung

14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi

kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik

masih tetap diperlukan.

C. FORMULASI LOTION

Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan humektan.
Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari tanaman, hewan maupun
minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan
sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun nonionik.
Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan
polialkohol .
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari lotion
yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah untuk mempertahankan
kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan air, dan
mempertahankan bahan aktif .Lotion juga dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti
pruritik dan efek protektif dalam pengobatan dermatosis akut. Sebaiknya tidak digunakan pada
luka yang berair sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap tinggal di
bawah lotion yang menjadi cake .Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,
pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet .
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut

dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan

pengadukan Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah sun screen,
humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif. Sun screen berfungsi

sebagai ultra violet filter, yaitu melindungi kulit dari panas matahari juga bahan dasar pembuatan

krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di bawah lapisan kulit agar tidak

keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan. Mineral oil dan silikon berfungsi

sebagai pelembab (moisturizing) kulit.

Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab . Selain itu, setil
alkohol pada sedian lotion berfungsi sebagai thickening agent dengan konsentrasi 2%, 6% dan
10%. Thickening merupakan pengental yang berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air
yang terkait dengan Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang
ditambahkan ke dalam suatu formula, yang berfungsi sebagai bahan pengental atau pengeras di
dalam formula lotion. Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur
kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan
kestabilan dari produk tersebut Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion
bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers
digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis
polimer, dan polimer .
EVALUASI SEDIAAN

Evaluasi Fisika
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual.
2. Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
3. Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang
dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan luas daerah yang
diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban
tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan
luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung .Sediaan lotion yang memiliki nilai
daya sebar yang baik berkisar antara 7-16cm
4. Uji Daya Lekat
Sampel 0,25 gram diletakan diatas 2 gelas obyek yang telah ditentukan. Kemudian
ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas obyek
kemudian gelas obyek dipasang pada alat uji. Alat uji diberi beban 80 gram dan
kemudian dicatat waktu pelepasannya krim dari gelas obyek (Miranti, 2009). Dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali.
5. Pemisahan Fase
Formula yang telah dibuat dituang ke dalam wadah sebanyak 10 ml. Pemisahannya
diamati pada hari ke 0,1,3,7 selama 4 minggu. Cara pengukuran persen pemisahan dapat
dilihat pada :
Keterangan:
F = Persen pemisahan (%)
Hu = Tinggi endapan air
Ho = Tinggi mula-mula

6. Uji Viskositas
Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan
mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan
menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur
viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip kerjanya adalah
dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah motor dihidupkan maka
spindel akan berputar dan diamati angka yang ditunjukkan oleh jarum merah,
dicatat. Untuk menghitung viskositasnya maka angka yang ditunjukkan oleh
jarum merah dikalikan dengan suatu faktor yang terdapat pada brosur alat.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara menempatkan sediaan krim
yang akan diperiksa dalam gelas bermulut lebar 100 mL, kemudian spindel yang
sesuai (spindel No. 1) dimasukkan ke dalam sediaan sampai terbenam. Klep
pengunci dibuka dan rotor dinyalakan hingga diperoleh angka yang stabil yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Pengukuran viskositas dilakukan pada hari ke
1, 3, 7 selama 1 minggu (Gozali ,2009)
Sediaan lotion yang memiliki nilai viskositas yang baik berkisar antara 20-
60 dpas serta pergeseran viskositas tidak kurang dari 30%

Evaluasi Kimia
1. Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10
mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum
pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang
ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI, 1995).

SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN

Minyak Zaitun
a. Pemeriaan : Minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna atau berwarna
kuning transparan. Minyak zaitun murni diperoleh minyak zaitun
diperoleh dengan penyulingan minyak zaitun mentah sehingga isi
gliserida minyak tidak berubah. Suatu antioksidan yang cocok
dapat ditambahkan .
b. Kandungan : Minyak zaitun mengandung asam lemak tak jenuh dalam kadar
yang tinggi (utamanya asam oleat dan polifenol), vitamin E dan
vitamin K .
c. Penggunaan : Minyak zaitun banyak digunakan pada kosmetik dan sediaan
farmasi topikal. Telah digunakan dalam formulasi topikal sebagai
emolien dan untuk membuat kulit radang menjadi mulus, untuk
melembutkan kulit dan kerak di eksim; digunakan untuk minyak
pijat, dan untuk melunakkan kotoran telinga .
d. Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); larut dengan eter,
kloroform, light petroleum (50-70oC), dan karbon disulfida .
e. Stabilitas : Ketika didinginkan, minyak zaitun menjadi keruh sekitar 10 oC, dan
menjadi massa seperti butter pada 0oC .
f. Penyimpanan : Minyak zaitun harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di
tempat sejuk dan kering .
Asam Stearat
a. Pemeriaan : asam stearat berbentuk padat, berupa kristal padat atau serbuk putih
atau kekuningan, mengkilap, bau lemah .
b. Penggunaan : Pada penggunaan topikal, asam stearat digunakan sebagai agen
pengemulsi dan agen untuk meningkatkan
c. Kelarutan : sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter;
larut dalam etanol 95%, hexan, dan propilen glikol; praktis tidak
larut dalam air .
d. Stabilitas : Asam stearat adalah material yang stabil, antioksidan juga dapat
ditambahkan pada asam stearat .
e. Penyimpanan : Pada wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan kering .

Gliserin
a. Pemeriaan : Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis,
rasa manis .
b. Penggunaan : Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama
sebagai humektan dan emolien. Gliserin digunakan sebagai pelarut
atau kosolven pada krim dan emulsi .
c. Kelarutan : Larut dalam air, etanol dan metanol; sedikit larut dalam aseton;
praktis tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak .
d. Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mudah dioksidasi
oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi akan
terdekomposisi oleh panas dan akan berevolusi menjadi zat yang
toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol 95%, dan propilen
glikol stabil secara kimia. Gliserin membentuk kristal jika disimpan
pada temperatur rendah, kristal tidak meleleh sampai penghangatan
hingga 20oC .
e. Penyimpanan : Gliserin dapat disimpan pada wadah kedap udara, di tempat sejuk
dan kering .
Trietanolamin
a. Pemeriaan : Trietanolamina tak berwarna, berwarna kuning pucat, cairan kental,
memiliki sedikit bau amoniak..
b. Penggunaan : Trietanolamina banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal,
terutama dalam pembentukan emulsi.
c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, metanol, air, dan karbon
tetraklorida, kelarutan 1:24 dalam benzen, kelarutan 1:63 dalam etil
eter .
d. Penyimpanan : Trietanolamin dapat berubah menjadi coklat apabila terpapar udara
atau cahaya. 85% trietanolamin cenderung akan terbagi-bagi pada
suhu di bawah 15oC, Homogenitas trietanolamin dapat dipulihkan
dengan penghangatan dan pencampuran sebelum digunakan.
Trietanolamin disimpan pada wadah kedap udara, terlindung dari
cahaya dan ditempat kering .
Metil Paraben
a. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
b. Penggunaan : Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan sebagai
bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben bersama
dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan
farmasetika .
c. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter .
d. Stabilitas : Larutan cair metal paraben pada pH 3–6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit, tanpa terdekomposisi.
Larutan pH 3–6 stabil (kurang dari 10% terdekomposisi) sekitar 4
tahun pada temperature ruangan. Sementara larutan pH 8 atau lebih
terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih sekitar 60 hari pada
temperatur ruangan) .
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik .
Propil Paraben
a. Pemerian : Serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa .
b. Penggunaan : Propilparaben dengan persentase 0,01 – 0,6% digunakan sebagai
bahan pengawet pada sediaan topikal. Propil paraben bersama
dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan
farmasetika .
c. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam
eter, sukar larut dalam air mendidih .
d. Stabilitas : Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan
autoklaf tanpa terjadi dekomposisi..
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik .

Propilenglikol
a. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, manis, berasa
sedikit tajam .
b. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 15% digunakan sebagai humektan
pada sediaan topikal; 15-30% digunakan sebagai bahan pengawet
pada sediaan larutan dan semisolida; digunakan sebagai solven atau
kosolven dengan konsentrasi 10-30% pada sediaan larutan
aerosol, 10-25% pada sediaan larutan oral, 10-60% pada sediaan
parenteral, dan 5-80% pada sediaan topikal .
c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin,
dan air; larut 1:6 dalam eter; tidak dapat bercampur dengan minyak
mineral atau campuran minyak, tetapi dapat dilarutkan oleh
beberapa minyak essensial .
d. Stabilitas : Propilenglikol stabil pada suhu kamar jika disimpan pada wadah
tertutup baik, tetapi pada keadaan terbuka dan temperatur tinggi
akan teroksidasi dan menghasilkan produk seperti propionaldehida,
asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilenglikol stabil
ketika dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air.
Propilenglikol bersifat higroskopis .
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk
dan kering .
Setil Alkohol
a. Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul, kubus,
bau dan rasa lemah .
b. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai emolien;
2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi; digunakan sebagai agen
pengeras (Stiffening agent) pada konsentrasi 2-10%; dan sebagai
pengabsorpsi air pada konsentrasi 5% .
c. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan
peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air. Ketika
dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, parafin padat atau cair,
dan isoprpil miristat .
d. Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya, serta udara, dan
tidak menjadi tengik .
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering .

Aqua Purificata
a. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau .
b. pH : Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan secara potensiometrik pada
larutan yang ditambahkan 0,30 mL larutan kalium klorida P jenuh
pada 100 mL zat uji .
c. Kemurnian bakteriologi : Memenuhi syarat air minum .
d. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat .

Vitamin E

a. Pemerian : Tokoferol tidak berbau, atau sedikit bau, tidak berasa atau sedikit berasa.
Alfa-tikoferol atau alfa-tokoferil asetat, cairan seperti; minyak, kuning,
jernih,d-alfa-tokoferil asetatpada suhu dingin bentuk padat. Pada alfa-
tokoferil asam suksinat, serbuk, putih melebur pada suhu lebih kurang750.
Sediaan cairan seperti minyak, kuning hinggamerah kecokltan, jernih.
Bentuk esternya stabil di udara dan cahaya.

Kelarutan : Alfa-tokoferil asam suksinat praktis tidak larut dalam air, sukar larut
dalam minya, sangat mudah lar ut dalam klorof orm P, bentuk lain
tokoferol praktis tidak larut dalam air, , dalam etanol (95%) P, dan dapat
bercampur dengan ester P, dengan aseton P, dengan minyak nabati, dan
dengan kloroform P.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. FORMULASI BAHAN LOTION PERTAMA :

Bahan Bobot fungsi


bahan
Zaitun 42.5% fase minyak

Setaric Acid 10.3% agen pengemulsi (stabilizer in oil)

Trietanolamin 2% agen pengemulsi (stabilizer in water)

Gliserin 8,5% emolient

Metil Paraben 0,2% pengawet

Propil Paraben 0,5% pengawet

Propilenglikol 2% emolint & pelarut

Setil Alkohol 1% agen pengemulsi (stabilizer in oil)

Essential oil qs Pewangi

Aqua destilata ad 100% Fase air

Cara kerja:
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan minyak zaitun, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatan
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.

B. FORMULASI BAHAN LOTION KEDUA:

Ekstrak

Bahan Bobot bahan fungsi

Teh hijau cap kepala jenggot 200 g


Apel 200g
Etanol 96% 375g
Aquades 375g Fase air

Formulasi :

1. Campuran Ekstrak Teh hiaju dan Apel 2 mg

2. Bagian A

Bahan Bobo bahan Fungsi

Setil alcohol 0,5mg agen pengemulsi (stabilizer in oil)


Lanolin 1mg
Asam stearat 3mg agen pengemulsi (stabilizer in oil)

3. Bagian B:

Bahan Bobot bahan Fungsi

Gliserin 2 mg emolient
Trietanolamin 0,1 mg agen pengemulsi (stabilizer in water)
Metil paraben 0,75 mg pengawet
Aquadest 100 Fase air

Cara kerja:

Pembuatan ekstrak teh hijau dan apel

1. 200mg Teh Hijau kering dan 200mg apel segar yang dipotong-potong dimasukkan di bejana

2. Simplisia direndam dengan penyari campuran etanol 95% dan aquades (1:1) sebanyak 500ml

3. Biarkan 5 hari, diaduk sehari sekali

4. Setelah 5 hari , serkai, ampas diperas

5. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, aduk serkai hingga keseluruhan sari yang

diperoleh 750 ml

6. Buat ekstrak kental

7. Timbang ekstrak kental yang diperlukan

Pembuatan Lotion

1.Bagian A (setil alkohol, lanolin, asam stearat) dipanaskan sampai 70°C, begitu pula bagian B
(gliserol, trietanolamin, metil paraben, aquadest)

2. Bagian B ditambahkan ke dalam bagian A sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogeny

3.Campuran perlahan-lahan didinginkan sambil terus-menerus diaduk sampai suhunya 40°C,


sehingga menjadi lotion.

4.Campuran ditambahkan ekstrak teh hijau dan ekstrak apel

5.campuran dihomogenkan

6.Tambahkan oleum jasmin secukupnya, homogenkan

7.Masukkan dalm wadah dan diberi kemasan


C. FORMULASI BAHAN LOTION KETIGA:

Bahan Bobot bahan fungsi

vco 42% fase minyak


Setaric acid 10,3% agen pengemulsi (stabilizer in oil)

Gliserin 8,5% emolient


Metil paraben 0,2% Pengawet
Propil paraben 0,5% pengawet
propilenglikol 2% emolint & pelarut
Setil alcohol 1% agen pengemulsi (stabilizer in oil)
Vitamin E 0,5% vitamin (zat tambahan)
Essential oil qs pewangi
tietanolamin 2% agen pengemulsi (stabilizer in water)
Aquadestilata 100% Fase air

Cara kerja :
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen
lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
D. FORMULASI SEDIAAN LOTION BARU:

Bahan Bobot bahan fungsi

zaitun 42,5% fase minyak


Ekstrak Teh hiaju dan 0,002% Pemutih dan pencerah kulit
Apel
Vitamin E 0,5% Vitamin (zat tambahan)
Metil paraben 0,2% Pengawet
Propil paraben 0,5% Pengawet
propilenglikol 2% emolint & pelarut
Setil alcohol 1% agen pengemulsi (stabilizer in oil)
Vitamin E 0,5% vitamin (zat tambahan)
Gliserin 8,5% Emollient
tietanolamin 2% agen pengemulsi (stabilizer in water)
Aquadestilata 100% Fase air
BAB IV

PEMBAHASAN

Formula sediaan baru

R/ Zaitun 42.5 %

Ekstrak Teh hiaju dan Apel 0.002 %

Vitamin E 0.5 %

Stearic Acid 10.3 %

Trietanolamin 2 %

Gliserin 8,5 %

Metil Paraben 0.2 %

Propil Paraben 0.5 %

Propilenglikol 2 %

Setil Alkohol 1 %

Aqua Destillata ad 100 %

Dari hasil pembuatan formulasi sediaan lotion didapatkan hasil bahwa sediaan tersebut

mempunyai karakteristik sediaan lembut dan mengandung minyak 43% dari sediaan yang dibuat

sehingga dapat langsung kontak dengan kulit. Untuk komponen dalam bahan dan kegunaan

dapat dibahas dalam table berikut:

No Nama Kegunaan

1 Zaitun Fase Minyak

2 Ektrak Teh hijau dan apel Pemutih dan Pencerah Kulit

3 Vitamin E Anti oksidan


4 Asam Stearat Stabilizer in oils

5 Trietanolamin Emoliensia

6 Gliserin Stabilizer in water

7 Metil paraben Pengawet

8 Propil paraben Pengawet

9 Propilenglikol Emolient dan pelarut

10 Setil alcohol Emolient dan pelarut

11 Aqua Destilata Pelarut

Cara pembuatannya:

1. Diawali dengan pemanasan asam stearat, minyak zaitun, dan setil alkohol dalam beker
gelas hingga suhu 70oC disertai dengan pengadukan.
2. Suhu diturunkan hingga 65oC, dimasukkan trietanolamin secara perlahan-lahan dan
terus diaduk sampai adonan tercampur rata dalam beker gelas diatas magnetic stirer
(Adonan 1)
3. Gliserin dan air dipanaskan hingga suhu 80oC dalam wadah yang berbeda. Lalu
dilakukan pendinginan hingga suhu 65oC (Adonan 2).
4. Adonan 1 dan 2 dicampur sambil terus diaduk dengan magnetic stirer pada putaran
penuh. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Kemudian
pengadukan dilanjutkan secara manual terus dilakukan sampai adonan mengembang
(Adonan 3).
5. Adonan 3 dibiarkan hingga suhu turun menjadi 40oC. Metil paraben ditambahkan
sambil terus dilakukan pengadukan sampai terbentuk emulsi yang halus.
6. Masukan ektrak the hijau dan apel lalu diaduk kembali sampai homogeny.
7. Masukan vitamin E kedalam sediaan diaduk sampai homogeny
8. Masukan semua sediaan kedalam wadah yang sudah ditentukan.
Uji yang dilakukan pada pembuatan formulasi ini adalah uji evaluasi fisika dan uji

evaluasi kimia. Pada uji evaluasi fisika menggunakan uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya

sebar, uji daya lekat, uji viskositas, dan uji pemisahan fase. Dan pada uji evaluasi secara kimia

dilakukan dengan uji pengukuran pH.

Pada pembuatan sediaan baru ini memiliki beberapa keunggulan yaitu menghasilkan

suatu sediaan yang lembut sehingga dapat langsung kontak dengan kulit. Selain itu penggunaan

ekstrak kental teh hijau dan apel dapat berfungsi sebagai pencerah dan pemutih karena

mengandung vitamin – vitamin dan glycolic acid pada teh hijau dan apel. Selain itu penambahan

vitamin E berfungsi sebagai mencegah pengerutan kulit dan mencegah penuaan dini dari kulit

serta meningkatkan elastisitas kulit. Sehingga pembuatan sediaan formulasi baru ini sangat baik

untuk penggunaan sebagai hand and body lotion whitening.


BAB V

KESIMPULAN

Dari pembuatan formula baru sediaan ini terdapat bahan-bahan yaitu sebagai berikut:

R/ Zaitun 42.5 %

Ekstrak Teh hiaju dan Apel 0.002 %

Vitamin E 0.5 %

Stearic Acid 10.3 %

Trietanolamin 2 %

Gliserin 8,5 %

Metil Paraben 0.2 %

Propil Paraben 0.5 %

Propilenglikol 2 %

Setil Alkohol 1 %

Aqua Destillata ad 100 %

Pemilihan dengan menggunakan bahan seperti minyak zaitun adalah berfungsi

sebagai emoliensia dan untuk membuat kulit radang menjadi mulus, untuk melembutkan

kulit dan kerak di eksim; digunakan untuk minyak pijat. Selain itu minyak zaitun dalam

sediaan ini merupakan fase minyak dalam lotion sehingga menggunakan asam stearate

sebagai penstabil dari minyak zaitun.

Selain itu, penggunaan ekstrak teh hijau dan apel adalah sebagai pencerah dan

pemutih karena mengandung vitamin – vitamin dan glycolic acid. Penggunaan vitamin E

berfungsi sebagai mencegah pengerutan kulit dan mencegah penuaan dini dari kulit serta

meningkatkan elastisitas kulit.


Uji yang dilakukan pada pembuatan formulasi ini adalah uji evaluasi fisika dan uji

evaluasi kimia. Pada uji evaluasi fisika menggunakan uji organoleptis, uji homogenitas,

uji daya sebar, uji daya lekat, uji viskositas, dan uji pemisahan fase. Dan pada uji evaluasi

secara kimia dilakukan dengan uji pengukuran pH.


Pertanyaan :

1. apa perbedaan hidroksipolin dan hidroksilin?

Jawab: Hidroksiprolin dan hidroksisilin sama-sama merupakan bahan pembentukan

kolagen biasanya dijumpai pada kolagen bersama dengan kandungan prolin. Berada pada

kelompok 7 asam amino yang terkandung di dalam protein. Perlu diketahui bahwa ada 7

kelompok ketika kita mencoba untuk mengenal asam amino lebih jauh dan pembagian ini

dibagi atas dasar struktur di mana asam amino tak bisa disintesis maupun dibuat di dalam

tubuh, dan asam amino yang bisa dibentuk di dalam tubuh atau dengan kata lain asam

amino esensial dan asam amino non esensial.

Hidroksiprolin pertama kali diisolasi oleh Hermann Emil Fischer di tahun 1902

dari gelatin hidrolisat. Tiga tahun kemudian, yaitu pada 1905, Hermann Leuchs adalah

seseorang yang melakukan proses sintesis campuran rasemat dari 4-hidroksiprolin. Meski

bersama dengan prolin keduanya ada pada kolagen,

Manfaat dari hidroksipolin adalah menyembuhkan luka, mencegah penuaan dini,

membuat awet muda, menghilangkan stretch mark, menjaga kulit terhidrasi.

2. Sampel yang dibuat sediaan baru masuk kedalam fase apa?

Jawab: sediaan baru tersebut masuk dalam tipe emulsi dimana membentuk fase minyak

dalam air / oil in water / O/W.

3. Kandungan apakah yang terdapat pada teh hijau dan apel yang berfungsi sebagai pencerah?

Jawab: pada teh hijau terdapat vitamin – vitamin yaitu vitamin A, B1, B2, C, E dan K.

dimana dalam proses Kandungan vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidant. Dan

pada apel terdapat manfaat buah apel untuk memutihkan kulit karena kandungan vitamin
A, B, C, dan antioksidan dalam buah apel berperan penting dalam memperbaiki jaringan

kulit yang rusak. Kandungan glycolic acid dalam buah apel dapat membantu proses

regenerasi kulit dan berperan aktif dalam membersihkan kotoran hinga ke pori-pori,

mengatasi luka bakar, juga berperan dalam mencerahkan kulit.


DAFTAR PUSTAKA

 Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

 Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

 Wilkinson, J.B and Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology. London : George Godwin.

 Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).

London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and

Profesional.

 Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

 http://samrinafarmasi09.blogspot.co.id/2012/03/teknologi-sediaan-emulsi-body-lotion.html

Anda mungkin juga menyukai