Anda di halaman 1dari 20

Kenali Berbagai Penyakit Alergi dan Imunologi

Kenali Berbagai Penyakit Alergi dan Imunologi

Artikel Rumah Sakit


Oleh: Prof. DR. Dr. Heru Sundaru, Sp.PD, KAI

Jangan pernah menyepelekan penyakit lingkup alergi dan imunologi. Seluruh tubuh merasa
nyeri atau sesak napas. Jangan pula merasa tidak terjadi apa-apa jika tiba-tiba hidung gatal,
tersumbat, kulit melepuh serta akhirnya menimbulkan kematian. Itu semua merupakan
bagian kecil dari gejala penyakit-penyakit alergi dan imunologi.
Jenis penyakit alergi dan imunologi sangat beragam. Asma merupakan kasus yang relatif
paling sering, diikuti rinitis alergi, dan urtikaria kronik. Jenis alergi lain yang tak kalah
pentingnya adalah reaksi alergi obat. Sementara dalam bidang imunologi, terdapat penyakit
autoimun, khususnya Lupus Eritematosis Sistemik (LES).
Sementara dari penyakit imunodefisiensi, salah satunya yang terkenal adalah penyakit
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Dalam artikel ini juga akan dikemukakan
pentingnya imunisasi pada orang dewasa.

Penyakit Alergi
Berikut beberapa penyakit dalam lingkup alergi:
1. Asma Bronkial
Masalah utama asma adalah sering tak terdiagnosis atau pengobatan tak adekuat. Pasien
mengobati sendiri, pemahaman dan pengetahuan mengenai asma yang kurang serta
beberapa mitos atau salah persepsi mengenai asma.
Tak jarang dijumpai rasa sesak disangka penyakit jantung, atau batuk-batuk kronis yang
disebabkan penyakit bronkitis atau sukar tidur karena insomnia. Keluhan batuk mengi atau
sesak saja bukan monopoli penyakit asma. Beberapa penyakit atau keadaan dapat
menyerupai asma, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) bronkitis kronik dan
emfisema; infeksi paru; sinusitis paranasal; tuberkulosis; refluks gastroesofageal dan
penyakit jantung seperti gagal jantung. Diagnosis tepat mengarahkan pengobatan yang
tepat.
Dalam praktiknya sering dijumpai pasien mengobati dirinya sendiri. Mereka menggunakan
obat semprot pelega (inhaler) untuk mengatasi gejala asmanya. Dalam jangka panjang,
kondisi ini justru akan memperburuk gejala asma dan akan makin sering mendapat serangan
asma.
Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan penderita obat anti inflamasi,
menghindari faktor pencetus serangan, dan mendapatkan edukasi. Edukasi bertujuan agar
pemahaman dan pengetahuan pasien mengenai asma dan penyebabnya menjadi lebih baik.
Pengetahuan inilah yang akan mempermudah komunikasi dengan dokter, dan memahami
mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
Beberapa mitos yang dijumpai di masyarakat, diantaranya, obat semprot berbahaya untuk
jantung, dan hanya dipakai untuk asma yang berat. Pemakaian obat asma secara teratur
akan menyebabkan kecanduan (adiksi). Mitos-mitos itu tidak benar.
Apakah asma bisa sembuh? Sejujurnya, tak ada obat yang dapat menyembuhkan asma.
Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat penderita asma dapat menjalani hidup dengan
normal (pasien harus mematuhi instruksi, dan kontrol dokter. Ia pun wajib memakai obat
pengontrol secara teratur. Jangan pergi ke dokter saat asma menyerang saja).
Mitos lainnya yang juga tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya adalah:
mengobati asma jika muncul gejala saja. Asma akan hilang dengan sendirinya menjelang
dewasa. Penderita asma masih boleh merokok. Stress penyebab asma. Penderita asma tak
boleh berolah raga, dan lain-lain.
Layaknya penyakit hipertensi, atau diabetes tak dapat disembuhkan, manajemen penyakit
asma saat ini berdasarkan Kontrol Asma. Panduan manajemen asma internasional
berdasarkan Global Initiative for Asthma (GINA) menekankan pentingnya kontrol asma.
Sekali asma terkontrol, kecil kemungkinan untuk mendapat serangan asma, apalagi sampai
memerlukan perawatan rumah sakit. Meskipun panduan GINA tersebut telah diedarkan
secara luas, kenyataannya, sebagian besar pasien asma belum atau bahkan tidak terkontrol.
Oleh karenanya peran dokter yang mengobati asma sangat penting dalam memberikan
edukasi kepada pasien. Tak hanya itu. Dokter pun memberikan pengobatan yang profesional
sehingga pasien dapat secara optimal menikmati hidupnya.

2. Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan salah satu bentuk rinitis yang mekanismenya secara umum melalui
sistem imun, atau IgE secara khusus. Prevalensinya berkisar antara 10-15% dari
masyarakat. Penderitanya pun beragam, mulai dari usia anak hingga dewasa. Gejalanya
dapat berupa rinorea, hidung gatal, bersin dan hidung tersumbat. Terkadang disertai rasa
gatal di mata. Akibatnya, mengganggu kualitas hidup penderitanya. Seperti, gangguan tidur,
gangguan aktivitas, hingga absen dari sekolah atau pekerjaan. Berdasarkan lama dan
seringnya gejala rinitis dapat diklasifikasikan sebagai rinitis alergi intermiten atau persisten.
Dikatakan rinitis intermiten bila gejala berlangsung kurang dari empat hari per minggu dan
lamanya kurang dari empat minggu. Sedangkan rinitis persisten gejala berlangsung lebih
dari empat hari/ minggu dan lamanya lebih dari empat minggu. Derajatnya dikatakan sedang
atau berat bila gejalanya menggangu kualitas hidup penderitanya. Yang perlu diwaspadai
adalah komplikasi terjadinya sinusitis, polip hidung, dan gangguan pendengaran.
Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asma. Sering pasien baru datang
ke dokter jika telah terjadi komplikasi. Dengan pengobatan yang baik, gejala rinitis dapat
terkontrol. Sehingga kualitas hidup penderitanya meningkat kembali dan menjalani hidup
layaknya orang normal.

3. Alergi Obat
Seiring pertumbuhan obat-obat baru untuk tujuan diagnosis, terapi, dan pencegahan
penyakit maka terjadinya reaksi simpang obat pun meningkat. Reaksi simpang obat
didefinisikan sebagai respons yang tidak diinginkan pada pemberian obat dalam dosis terapi,
diagnosis, dan profilaksis. Reaksi alergi obat adalah reaksi simpang obat yang
mekanismenya melalui reaksi imunologis. Kejadian reaksi alergi obat diperkirakan 6-10%
dari reaksi simpang obat. Dalam praktek tidak mudah menentukan sistem imun terlibat.
Banyak kejadian yang gejalanya mirip atau serupa dengan gejala alergi, tetapi
mekanismenya bukan alergi seperti sesak napas atau angioderma karena aspirin atau anti
inflamasi non steroid (AINS), maka diperkenalkan istilah hipersensitivitas obat.
Alergi obat perlu dipahami oleh tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan
pemberian obat. Hal ini terkait dengan masalah mediko-legal, terutama bila kejadiannya
dianggap merugikan pasien, sehingga pasien atau keluarganya dapat menuntut dokter,
petugas kesehatan lain atau rumah sakit.
Gejala alergi obat sangat bervariasi. Gejala paling sering adalah gejala kulit, mulai dari
eritema, urtikaria, pruritus, angioedema, vesikula, bula hingga kulit melepuh. Gejala lain
yang lebih jarang, misalnya sesak nafas, pusing hingga pingsan, seperti pada anafilaksis.
Dapat juga terjadi anemia, gangguan fungsi hati atau ginjal.
Komplikasi alergi obat yang paling berbahaya adalah anafilaksis, disusul dengan Steven
Johnson Syndrome, nekrosis epidermal toksik, dan Drug Rash Eosinophilia and Systemic
Symptoms (DRESS).
Klinik Alergi RS Medistra memberikan pelayanan penyuluhan bagi pasien untuk menghindari
terjadinya reaksi alergi obat di masa mendatang, mengobati reaksi alergi obat yang terjadi,
dan uji diagnosis alergi obat.
Tes Kulit. Sebenarnya hanya sedikit jenis obat yang dapat dipakai untuk tes kulit. Hal ini
dikarenakan obat setelah masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme. Hasil
metabolisme atau metabolit umumnya belum diketahui kecuali penisilin. Selanjutnya
metabolit akan berikatan dengan protein tubuh, untuk kemudian menimbulkan reaksi alergi.
Tes kulit obat-obat lainnya belum pernah divalidasi, sehingga hasilnya kurang dapat
dipercaya. Sebagai contoh, hasil tes kulit terhadap cefalosporin negatif tetapi sewaktu
diberikan, pasien mengalami anafilaksis. Ada dua jenis tes kulit untuk alergi obat, yaitu tes
tusuk, dan intra kutan untuk reaksi alergi obat fase cepat dan tes tempel untuk reaksi alergi
obat fase lambat. Tetapi kembali lagi kedua tes di atas tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Tes Provokasi Obat. Tes ini merupakan baku emas untuk menentukan adanya reaksi alergi
obat. Karena dapat menyebabkan reaksi yang serius, tes ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang ahli dalam bidang ini dan dilakukan di rumah sakit.
Tes Laboratorium. Sampai sejauh ini baru dalam tahap penelitian dan hanya terhadap obat
yang terbatas. Seperti halnya tes lain, tes invitro ini lebih spesifik tetapi tidak sensitif.
Sehingga banyak negatif palsu. Yang paling penting dalam reaksi alergi obat adalah
pencegahan. Jadi dalam memberikan obat indikasi pemberian harus tepat, kemudian
dipastikan tidak pernah mengalami reaksi alergi obat yang akan diberikan. Selanjutnya
selalu waspada dan siap bertindak bila terjadi alergi obat.

4. Urtikaria dan Angioderma


Urtikaria ditandai kelainan kulit berupa bentol, kemerahan, dan gatal. Dikatakan urtikaria
akut jika gejala berlangsung kurang dari enam minggu dan sebabnya jelas. Sedangkan
urtikaria kronik jika gejala berlangsung lebih dari enam minggu, bahkan bisa sampai 20
tahun. Umumnya pasien yang datang ke poli alergi adalah urtikaria kronik.
Umumnya pasien telah lama berobat ke berbagai dokter baik umum maupun spesialis,
sehingga pasien merasa jengkel karena urtikarianya tidak sembuh-sembuh. Sebagian besar
urtikaria kronik penyebabnya tidak diketahui sehingga pengobatan bisa berlangsung lama.
Bila sebabnya diketahui, mungkin gejalanya dapat dihilangkan. Angioderma menyerupai
urtikaria, tetapi mengenai jaringan kulit yang lebih dalam. Gejala sering tidak gatal tetapi
terasa sakit. Umumnya mengenai mukosa mata, bibir atau kemaluan. Bila mengenai daerah
trakea atau bronkus, seperti pada reaksi anafilaksis dapat membahayakan nyawa pasien.
5. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
LES merupakan salah satu penyakit autoimun. Karena bersifat sistemik, auto-antibodi
menyerang beberapa organ, baik secara bersamaan atau berurutan. Radang sendi
merupakan gejala yang tersering, tetapi demam yang berkepanjangan juga merupakan
salah satu gejala lupus. Gejala seperti kemerahan di wajah, sariawan, anemia, lekopeni atau
trambositopeni merupakan petunjuk ke arah LES. Proteinuria dan hematuria sampai kepada
efusi pleura atau perikard tidak jarang dijumpai. Kelainan neorologi atau psikitrik dapat
disebabkan LES. Makin dini diagnosis, dan makin cepat diobati, diharapkan komplikasi yang
serius dapat dihindari.
6. Penyakit Imunodefisiensi
Penyakit imunodefisiensi bisa didapat sejak lahir, atau setelah dewasa. Berbagai penyakit
atau keadaan seperti pemakaian obat dapat menyebabkan imunodefisiensi. Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu penyebab imunodefisiensi yang dikenal
dengan AIDS. Umumnya pasien datang dalam keadaan sudah lanjut karena infeksi
oportunistik, padahal semakin awal penyakit diketahui dan diobati semakin baik
prognosisnya. Penyakit-penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus, gagal ginjal kronis,
sirosis hati, dan PPOK dapat menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, meningkatkan
daya tahan tubuh sangat diperlukan, agar terhindar dari bahaya penyakit infeksi.
Imunisasi Dewasa
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit yang paling efektif, contohnya
penyakit cacar (variola) telah lama hilang dari muka bumi, sedangkan kasus-kasus polio
dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah dijumpai lagi. Program imunisasi selama ini
diwajibkan untuk anak, dan hasilnya sangat memuaskan.
Pertanyaan mengapa orang dewasa memerlukan vaksinasi, jawabannya adalah imunisasi
dapat menurunkan kejadian sakit, perawatan rumah sakit atau meninggal dunia karena
penyakit-penyakit infeksi. Pemberian vaksin influenza pada orang dewasa usia < 65 tahun
menurunkan insidensi influenza sebesar 70-90%, pada orang usia lanjut menyebabkan
penurunan insidensi kasus influenza 30-40%, perawatan rumah sakit 50-60% dan
penurunan angka kematian sebesar 70-100%. Vaksin pneumokok efektivitasnya sekitar 60-
64%, hepatitis B 80-95%, dan MMR 90-95%.
Keberhasilan imunisasi menyebabkan biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit menjadi
lebih hemat. Peranan imunisasi sama pentingnya dengan olahraga dan diet dalam menjaga
kesehatan tetapi sering dilupakan. Jenis vaksin yang di rekomendasikan orang dewasa
antara lain influenza, pneumokok (infeksi paru), varicella, human papiloma virus (untuk
mencegah kanker leher rahim), hepatitis A & B, dan Measles, Mumps and Rubella (MMR),
serta tetanus, difteri & pertusis (TDaP).
Siapa saja yang perlu mendapat imunisasi? Tentu saja imunisasi direkomendasikan kepada
semua orang dewasa, tetapi khususnya kepada orang-orang yang berisiko seperti orang-
orang lanjut usia, pasien imunodefisiensi, penyakit paru kronis, penyakit jantung, diabetes
dan penyakit ginjal kronis. Meskipun telah banyak manfaat imunisasi disampaikan, ternyata
hanya sedikit orang yang menyadarinya, apalagi melakukannya. Demikianlah ulasan
selayang pandang tentang layanan pada Klinik Asma, Alergi, dan Imunologi di RS Medistra,
semoga dapat menambah wawasan pembaca.

ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA

A. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


 KULIT
 Kulit merupakan sistem tubuh yang paling luas
 Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi dan melindungi permukaan
tubuh.
 Pada permukaan kulit bermuara kelenjar dan kelenjar mukosa
 Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.
 Luas : 1,50 – 1,75 m.
 Tebal rata – rata : 1,22mm.
 Daerah yang paling tebal : 66 mm, pada telapak tangan dan t. kaki dan paling tipis : 0,5 mm.pada
daerah penis.
 LAPISAN KULIT
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN:
1. EPIDERMIS
Terbagi atas 4 lapisan:
a. Lapisan basal / stratum germinativum
 terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
 Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
 Lapisan terbawah dari epidermis.
 Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit dari
sinar matahari.
b. lap. Malpighi/ stratum spinosum.
 Lapisan epidermis yang paling tebal.
 Terdiri dari sel polygonal
 Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.

c. lap. Granular / s. granulosum.


1. Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.

d. lapsan tanduk / korneum.


1. Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang
membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
1. Sel merkel.
Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan
klavus pada tangan dan kaki.
2. Sel langerhans.
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.
Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2. DERMIS.( korium)
 merupakan lapisan dibawah epidermis.
 Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel
fibroblast yang memproduksi kolagen DAN Retikularis YG Terdapat banyak p. darah , limfe, dan
akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS.
 Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
 Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan
tulang.
 Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
 Sebagai bantalan terhadap trauma.
 Tempat penumpukan energi.
KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
1. Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut
yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan,
kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut.
Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus
haid. K.Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri
menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus
yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).
 PELENGKAP KULIT
1. RAMBUT
 LANUGO rambut halus tak berpigmen terdppt pada bayi.
 RANBUT TERMINAL padao rang dewasa banyak mengandung pigmen, kasar. Terdpt di kepala,
bulu mata, alis, kumis, pubis, janggut dan pertumbuhanya dipengaruhi oleh hormon androgen (
hormon seks).
 VELUS rambut halus di dahi dan badan lain.
 Rambut tumbuh dari folikel rambut didalam epidermis.
 Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas
 Dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh
 Akar rambut berada dlm folikel pada ujung paling dalam
 Bagian sebelah luar disebut batang rambut
 Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sbg penegak rambut
2. KUKU
 Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanamdalam palung kuku menurut
garis lekukan pada kulit.
 Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yg banyak
 Bagian kuku: ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yg mrpkan bagian yang besar, akar kuku/
radik
3. KELENJAR KULIT
 Kelenjar kulit mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar lurus
merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (Kelenjar keringat).
 FUNGSI KULIT
 Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia dan termis karena epitelnya dengan bantuan
sekret kelenjar memberikan perlindungan terhadap kulit.
 Perlindungan terhadap mikro organisme patogen
 Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah
 Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar.
 Alat indera melalui persarafan sensorik dan tekanan temperatur dan nyeri.
 Sbg alat rangsangan rasa yg datang dr luar yg dibawa oleh saraf sensorik dan motorik keotak.

B. PENGERTIAN
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas
dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria
dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20
menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut
umumnya berlangsung 24-48 jam.
Pengertian Urtikaria adalah lesi di kulit yang ditandai khas dengan urtika. Pengertian
urtikaria yang lain adalah reaksi vaskular dari dermis yang ditandai dengan gambaran
sementara dengan bercak atau bejolan, lebih merah atau lebih pucat dari pada kulit
disekitarnya dan seringkali ditandai dengan gatal yang sangat hebat. Urtikaria sering dikenal
oleh orang awam dengan biduran
Sebenarnya macam dari urtikaria ini sendiri sangat banyak, misalnya :
 urtikaria karena tekanan
 urtikaria karena dingin (udara)
 urtikaria cahaya
 urtikaria kontak (biasanya karena eksposure pekerjaan)
 urtikaria idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
 urtikaria kolinergik (karena gigitan serangga)

C. ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banak urtikaria di sebabkan oleh alergi, baik alergi
makanan, obat-obatan, dll.
 jenis makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan, kerang, coklat, jenis
kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dll.
 jenis obat-obatan yang menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin, bronide, serum, vaksin,
dan opium.
 bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur, debu dari bulu
burung, debu rumah dan ketombe binatang.
 Pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas,sinar matahari,tekanan atau air.
 Faktor psikologis pasien misalnya : Krisis emosi

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk
antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat
terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah
berikatan dengan sel mast sebelumbnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah
kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada
akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa
sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada
seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada
benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast
ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang
terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan
karena histamin menyentuh saraf perifer.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat mengalami
edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar mata,
bibir dan di dalam orofaring.
4. adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara
keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.

F. TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding nya
adalah :
 Ig E test
 ANA test
 skin test
 Pemeriksaan darah, urin, feses rutin
 Pemeriksaan Histopatologik
 Tes eleminasi makanan
 Tes Provokasi
 Tes Alergi

G. KOMPLIKASI
 Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi
kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
 Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa
menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan
antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit
yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.

H. KLASIFIKASI
1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi
penyebabnya adalah:
1. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strouberi.
3. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.

3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-
kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.

4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )


Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria
popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
8. vaskulitik urtikaria
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress

I. EPIDEMOLOGI
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami
urtikaria dibanding orang muda. Umur rata-rata penderita urtikaria adalah 35 tahun, dan jarang
dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun. Beberapa referensi
mengatakan urtikaria lebih sering mengenai wanita dibanding laki-laki yaitu 4:1, namun
perbandingan ini bervariasi pada urtikaria yang lain.

J. PROGNOSIS
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi. Kebanyakan
kasus dapat disembuhkan dalam 1-4 hari. Urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya
sulit dicari. Hal ini juga tergantung dari penyebab dari urtikaria itu sendiri.

K. PENCEGAHAN
Hindari Penyebab
Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah
satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi).
Sayangnya, penderita terkadang alergi terhadap banyak hal, dan ini tentu sungguh membutuhkan
ketelatenan penderita untuk mengidentifikasinya.
Penyebab alergi yang perlu Anda waspadai:
[+] Makanan. Meliputi susu sapi, telur ayam, daging ayam, ikan (terutama ikan laut), udang (ebi),
kepiting dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang mede). Sebagai sumber protein pengganti,
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai mengandung protein yang tidak
menimbulkan alergi. Kadar asam amino lisinnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan nilai gizi protein pada nasi yang umumnya rendah kadar lisinnya. Secara umum
susu kedelai juga mengandung vitamin B1, B2 dan niasin dalam jumlah yang setara dengan susu
sapi.
[+] Obat-obatan tertentu. Biasanya dari golongan pereda nyeri (aspirin, antalgin) dan antibiotik
(amoksisillin, kotrimoksazol).
[+] Cuaca. Terutama yang terlalu dingin atau panas. Urtikaria yang disebabkan oleh cuaca dingin
biasanya menyerang orang dewasa muda dan dapat timbul jika udara menjadi semakin dingin.
Untuk itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan. Gunakan
masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu dingin.
[+] Debu dan polusi. Bersihkan rumah dari debu secara rutin, terutama kamar tidur dan tempat
tidur. Batasi pemakaian karpet di dalam rumah.
[+] Tekanan dan goresan. Urtikaria yang disebabkan oleh tekanan biasanya terjadi pada mereka
yang menderita dermografisme yang berupa goresan pada kulit. Tekanan akibat goresan ini juga
dapat memicu urtikaria.
[+] Stres. Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara emosional, karena urtikaria juga
dapat dipicu oleh faktor psikologis pasien.
Olahraga Teratur
Penyakit alergi berkaitan erat dengan daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh lemah, mudah
sekali muncul gejala-gejalanya. Olahraga yang dianjurkan misalnya berjalan kaki, berenang,
bersepeda, berlari dan senam.
L. PENATALAKSANAAN
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak perlu adanya pengobatan
secara intensif karena urtikaria pada tahap ini gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh
sendiri.
Tetapi pada urtikaria kronik bisa di lakukan pengobatan dengan menggunakan
anthihistamin. Obat ini merupakan pilihan utama adalah penanganan urtikaria.
Menurut www.tempo.co.id/medika/arsip/04200/kas-1htm, ada beberapa tindakan yang harus di
lakukan dalam penangnan urtikaria adalah :
 mencari dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan urtikaria
 untuk menghilangkan rasa gatal dapat di oleskan sedikit tepung soda bakar yang sudah di
campur dengan air atau 1/10 larutan menthol dalam alkohol

M. ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien cystitis menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh
yaitu :
1.pengumpulan data
I. Biodata
• Identitas klien : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,tanggal
MRS,tanggal pengkajian,diagnostic medic.
• Identitas penanggung : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,hubung
An dengan klien.

II. Riwayat kesehatan


• Keluhan utama
Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga dating ke RS untuk menerima pertolongan
dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.
• Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien (biasanya wanita tua) mungkin
melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat , pasien menyatakan nyeri beberapa
lama ,letak nyeri,dll.
• Riwayat kesehatan masa lalu
Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan riwayat
pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita infeksi saluran kemih
sebelumnya,riwayat pernah menderita batu ginjal ,riwayat penyakit DM, dan jantung.
• Riwayat kesehata keluarga
Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta melampirkan genogram klien.

III. Pemeriksaan fisik,meliputi :


1) Keadaan umum
• Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
• Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
• Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent
2) Kulit
• Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit
• Palpasi : suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan, apakah ada mas
sa / benjolan atau apakah ada odema.
3) Kepala
• Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di kepala,apa
Kah kebersihan kulit terjaga.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan
4) Wajah
• Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau tidak.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
5) Mata
• Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat atau tid
ak ,apakah palpebra oedema atau tidak.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
6) Hidung
• Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan
7) Telinga
• Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan
8) Mulut
• Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan
9) Leher
• Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
• Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
10) ketiak
• Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
• Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening
11) Dada dan pernapasan
• Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan kanan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
• Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
• Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler,apakah ada sua
ra tambahan,misalnya : roles,ronchi.
12) Jantung
• Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis pada ve
ntrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri
• Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/ kekuat
an getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu
menit penuh.
• Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
• Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung
13) Abdomen
• Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase,apakah permukaan abdomen dat
ar ,pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
• Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
• Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik ususnya
normal atau tidak.
14) Genetalia dan anus
• Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
• Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
15) Ekstermitas
a. Ekstermitas atas
• Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
• Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
• Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
• Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,temperature,ra
sa ,gerak dan tekanan.
b. Ekstermitas bawah
• Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
• Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
• Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
• Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,temperature,ra
sa ,gerak dan tekanan.

IV. Pola kebiasaan sehari-hari


Menurut GORDON ada 11pola kegiatan sehari-hari yang meliputi : kebutuhan nutrisi,kebutuhan
cairan,kebutuhan eliminasi,istirahat,personal hygiene,persepsi kognitif,persepsi dan konsep
diri,aktivitas dan latihan,kebutuhan seksual,mekanisme koping,kepercayan / keyakinan.adapun
data dasar pengkajian pada pasien dengan urtikaria adalah :
- Aktivitas atau istirahat
o Gejala : malaise,perubahan pola tidur
- Sirkulasi
o Tanda : TD normal/sedikit dari jangkauan normal (selama curah jantung
Tetap meningkat) kulit hangat kering,bercahaya,pucat,lembab.
- Eliminasi
o Gejala : -
- Makanan atau cairan
o Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia
o Tanda :Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan BB. Penurunan lemak
subkutan/massa otot (malnutrisi). Pengeluaran haluaran konsentrasi urine. Perkembangan
kearah oliguri, auria.
- Neurosensori
o Gejala :Sakit kepala, pusing, pinsang
o Tanda :Gelisah, ketakutan
- Nyeri/ ketidaknyamanan
o Gejala :Kejang obdominal, lokalisasi rasa sakit, pruritas umum (urtikaria).
- Pernafasan
o Tanda :Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, suhu: umumnya meningkat
(37,95 C atau lebih), tetapi kadang subnormal.
- Seksualitas
o Gejala :Pruritas perineal
o Tanda :Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.
- Penyuluhan / pembelajaran
o Gejala :Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misalnya: hati, ginjal, DM, kecanduan
alcohol, penggunaan anti biotic (baru saja atau jangka panjang).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman : pruritus berhubungan dengan vasodilatasi subkutan
2. Gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan gatal
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
5. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman pruriatas berhubungan dengan vosodilatasi subkutan

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan angiodema


Tujuan :Agar dapat mengekspresikan perasaan dan masalah yang menyebabkan penurunan
citra tubuh
Intervensi :
1. Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional :Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi, membuat
perasaan kehilangan pada perubahan actual/yang dirasakan.ini memerlukan dukungan
perbaikan optimal
2. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan.Pada penyuluhan kesehatan dan menyusun
tujuan dalam keterbatasan
Rasional :Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan
perawat.
3. Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas
Rasional :Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional :meringankan beban psikologis klien.
5. HE kepada keluarga pasien tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien.
Rasional :Keluarga dapat meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respons yang
lebih membantu pasien.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan gatal.


Tujuan :Pasien menunjukkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
Intervensi:
1. Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
Rasional :Untuk mengetahui kebiasaan tidur klien serta gangguan yang dirasakan, dan
membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Beri posisi yang nyaman.
Rasional :Posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidur
3 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional :Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman sehingga mempermudah
klien tidur.
4 .Anjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.
Rasional :Pencernaan protein menghasilkan triptopan yang mempunyai efek sedative
5. Menghindari minuman yang mengandung kafein,pada malam hari.
Rasional :Memudahkan pasien untuk dapat tidur.

4. Anxietas berhubunga dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.


Tujuan :Pasien akan menunjukkan kecemasan berkurang/ teratasi dengan criteria:
a.Pasien dapat menerima keadaanya
b.Ekspresi wajah rileks
c.Pasien tampak tenang
Intervensi :
1. Observasi tingkat kecemasan pasien.
Rasional :mengetahui sejauh mana kekhwatiran / kecemasan pasien dan pemahaman pasien
mengenai penyakitnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Rasional :Mengurangi beban perasaan pasien.
3. Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.
Rasional :Meningkatkan hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien.
4. Beri doronga spiritual.
Rasional :Membantu pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menerima keadaanya
denga ikhlas.
5. HE tentang penyakit yang diderita pasien.
Rasional :Dengan informasi denga baik dapat menurunkan kecemasan pasien.
5 . Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan.
Tujuan :Tidak terjadi kerusakan jaringan kulit.
Intervensi :
1. Kaji dan catat keadaan dan warna kulit
Rasional :Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan derajat kerusakan kulit.
2. Pijat kulit dengan lembut.
Rasional :Memperbaiki sirkulasi darah
3. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk.
Rasional :Menghindari kerusakan kulit
4. Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.
Rasional :Dapat mengurangi gatal yang timbul.

Urtikaria
Bukan Sekedar Alergi Makanan Biasa

Widodo Judarwanto. Children Allergy Center Jakarta


Indonesia.
Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan membuat penderita
atau dokter kadang frustasi. Frustasi karena pada keadaan tertentu gangguan ini sering hilang
timbul tanpa dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Kesulitan mencari penyebab ini terjadi
karena faktor yang berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan. Secara umum yang
mendasari utama biasanya adalah penderita memang punya bakat alergi kulit yang didasari oleh
alergi makanan dan dipicu oleh hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh (gejalanya demam,
sumeng atau tanpa demam, pilek, badan pegal (sering dikira kecapekan), batuk atau gangguan
saluran cerna).
Bila dalam keadaan sehat pengaruh alergi makanan sangat ringan atau bila tidak cermat seperti
tanpa gejala. Tetapi hal yang ringan bila tidak dikenali ditambah berbagai faktor resiko dan bila
terjadi infeksi virus maka urtikaria baru akan timbul. Sayangnya alergi makanan sebagai penyakit
mendasari ini tidak bisa dipastikan dengan tes alergi, karena tes alergi spesifitasnya rendah bila
untuk mencari penyebab alergi makanan. Hal inilah yang membuat penanganan urtikaria lebih
sulit lagi, khususnya dalam mencari penyebabnya. Pemberian obat jangka panjang adalah bentuk
kegagalan mencari penyebabnya. Bila urtikaria ini sudah terjadi jangka panjang maka bila
penderita mengalami serangan flu atau infeksi virus ringan saja akan dapat memicu
kekambuhannya.
Urtikaria
 Urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari
populasi pernah mengalami urtikaria.
 Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut,
kronik, atau berulang.
 Urtikaria akut biasanya berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari (kurang dari 6
minggu) dan umumnya penyebabnya dapat diketahui. Urtikaria kronik, yaitu urtikaria yang
berlangsung lebih dari 6 minggu, dan urtikaria berulang biasanya tidak diketahui pencetusnya
dan dapat berlangsung sampai beberapa tahun. Urtikaria kronik umumnya ditemukan pada
orang dewasa.
 Urtikaria juga dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, yaitu imunologi, anafilaktoid dan
penyebab fisik. Reaksi imunologi dapat diperantarai melalui reaksi hipersensitivitas tipe I, tipe II atau III.
Sedangkan reaksi anafilaktoid dapat disebabkan oleh angioedema herediter, aspirin, zat yang
menyebabkan lepasnya histamin seperti zat kontras, opiat, pelemas otot, obat vasoaktif dan makanan
(putih telur, tomat, lobster). Secara fisik, urtikaria dapat berupa dermatografia, cold urticaria, heat
urticaria, solar urticaria, pressure urticaria, vibratory angioedema, urtikaria akuagenik dan urtikaria
kolinergik.

Urticaria pada penderita dengan infeksi virus


Urticaria
MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT
 Pada gangguan urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh darah dermal di bawah
kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel perivaskular, di antaranya yang
paling dominan adalah eosinofil. Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama
histamin, akibat degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan juga leukotrien dapat berperan.
 Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit sehingga kulit
berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan
pembengkakan kulit lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit
sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
 Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh darah jaringan subkutan,
biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang terjadi tidak berbatas tegas dan tidak gatal
karena jaringan subkutan mengandung sedikit ujung saraf perifer, dinamakan angioedema.
Daerah yang terkena biasanya muka (periorbita dan perioral).
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme
imun atau nonimun.
 Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme imun bila terdapat antigen (alergen)
dengan pembentukan antibodi atau sel yang tersensitisasi. Degranulasi sel mast melalui mekanisme
imun dapat melalui reaksi hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik.
 Faktor infeksi pada tubuh diantaranya infeksi viru (demam, batuk dan pilek) merupakan
faktor pemicu pada urtikaria yang paling sering terjadi namun sering diabaikan
 Beberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat langsung menginduksi degranulasi
sel mast. Zat ini dinamakan liberator histamin, contohnya kodein, morfin, polimiksin, zat kimia,
tiamin, buah murbei, tomat, dan lain-lain. Masih belum jelas mengapa zat tersebut hanya
merangsang degranulasi sel mast pada sebagian orang saja, tidak pada semua orang.
 Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikaria dingin), gesekan atau
tekanan (dermografisme), panas (urtikaria panas), dan getaran (vibrasi) dapat langsung
menginduksi degranulasi sel mast.
 Latihan jasmani (exercise) pada seseorang dapat pula menimbulkan urtikaria yang
dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas, kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dan
sekitarnya berwarna merah, terdapat di tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang
peranan adalah asetilkolin yang terbentuk, yang bersifat langsung dapat menginduksi degranulasi
sel mast.
 Faktor psikis atau stres pada seseorang dapat juga menimbulkan urtikaria. Bagaimana
mekanismenya belum jelas.
MANIFESTASI KLINIS
 Klinis tampak bentol (plaques edemateus) multipel yang berbatas tegas, berwarna merah
dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang dikelilingi warna merah. Warna
merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap lesi bervariasi dari diameter beberapa milimeter
sampai beberapa sentimeter, berbentuk sirkular atau serpiginosa (merambat).
 Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul lesi baru.
 Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar lesi terdapat pada
bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas lesi akan terlihat pada daerah yang
terkena dingin atau panas. Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3
milimeter dikelilingi daerah warna merah dan terdapat di daerah yang berkeringat. Secara klinis
urtikaria kadang-kadang disertai angioedema yaitu pembengkakan difus yang tidak gatal dan
tidak pitting dengan predileksi di muka, daerah periorbita dan perioral, kadang-kadang di
genitalia. Kadang-kadang pembengkakan dapat juga terjadi di faring atau laring sehingga dapat
mengancam jiwa.
Udara dingin dan debu bukan penyebab
Selama ini penderita menganggap bahwa penyebab urtikaria adalah udara dingin dan debu. Padahal udara
dingin hanya sebagai faktor yang memperberat. Sedangkan debu bisa mengganggu kulit dengan bentuk
yang berbeda, bila penyebabnya debu hanya timbul 2-6 jam setelah itu menghilang. Debu sebagai
penyebab hanya dalam jumlah banyak seperti rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu,
bila bongkar-bongkar kamar, bila terdapat karpet tebal yang permanen, bila masuk gudang,
boneka atau baju yang lama disimpan dallam gudang atau lemari.
Faktor Resiko Yang memperberat Urtikaria :
 INFEKSI (panas, batuk, pilek)
 AKTIFITAS MENINGKAT (menangis, berlari, tertawa keras)
 UDARA DINGIN
 UDARA PANAS
 STRES
 GANGGUAN HORMONAL: (kehamilan, menstruasi)
Faktor pemicu tidak akan berpengaruh bila penyebab utama alergi tidak ada. Artinya, bila
penyebabnya alergi makanan tidak ada atau dikendalikan maka udara dingin, udara panas, stres,
infeksi virus, dan lain sebagainya tidak akan berpengaruh. Jadi, udara dingin dan faktor pemicu
lainnya hanya memperberat bukan penyebab utama.
DIAGNOSIS
 Diagnosis ditegakkan secara klinis berdasarkan inspeksi kulit yaitu adanya lesi khas
berupa bentol berwarna merah, berbatas tegas, gatal, memutih bila ditekan. Yang sulit adalah
mencari etiologinya.
Untuk menemukan etiologi perlu dilakukan anamnesis yang teliti dan terinci serta pemeriksaan
fisis lengkap. Anamnesis terhadap faktor lingkungan seperti debu, tungau debu rumah, binatang
peliharaan, tumbuh-tumbuhan, karpet, sengatan binatang, serta faktor makanan termasuk zat
warna, zat pengawet, obat-obatan, faktor fisik seperti dingin, panas, cahaya dan sebagainya perlu
ditelusuri.
Pemeriksaan fisis yang menunjukkan bentuk khas dapat diduga penyebabnya seperti lesi linear,
lesi kecil-kecil di daerah berkeringat, dan lesi hanya pada bagian tubuh yang terbuka. Bila dari
anamnesis dan pemeriksaan fisis belum dapat ditegakkan etiologinya, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang.
Bagaimana mendeteksi bahwa Makanan berperanan dalam urtikaria
Alergi makanan dapat dicurigai ikut berperanan dalam gangguan urtikaria bila terdapat
gangguan saluran cerna. Gangguan saluran cerna yang terjadi adalah :
 Pada Bayi : bayi mengalami Gastrooesepageal Refluks, Sering MUNTAH/gumoh,
kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam
hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan
berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur
berlebihan. Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
 Pada Anak dan dewasa : Keluhan muntah sejak bayi berkurang tetapi masih ada. Pada
usia dewasa masih sering mengalami mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak
atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. MUAL pagi hari bila hendak gosok gigi
atau sedang disuap makanan. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB
(obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak
di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering NYERI
PERUT. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “Maag”.
DIAGNOSIS BANDING
 Angioedema herediter Kelainan ini merupakan kelainan yang jarang tidak disertai
urtikaria. Pada kelainan ini terdapat edema subkutan atau submukosa periodik disertai rasa sakit
dan terkadang disertai edema laring. Edema biasanya mengenai ekstremitas dan mukosa
gastrointestinalis yang sembuh setelah 1 sampai 4 hari. Pada keluarga terdapat riwayat penyakit
yang serupa. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan kadar komplemen C4 dan C2 yang
menurun dan tidak adanya inhibitor C1-esterase dalam serum.
 Sengatan serangga multipel Pada sengatan serangga akan terlihat titik di tengah bentol,
yang merupakan bekas sengatan serangga.

Pressure urticaria
Urticaria pigmentosa (Darier sign).

Urticaria pigmentosa.

Urticaria pigmentosa.
PENGOBATAN
 Pengobatan yang palin utama adalah ditujukan pada penghindaran faktor penyebab dan
pengobatan simtomatik.
 Pada urtikaria akut generalisata dan disertai gejala distres pernafasan, asma atau edema
laring, mula-mula diberi larutan adrenalin 1% dengan dosis 0,01 ml/kgBB subkutan (maksimum
0,3 ml), dilanjutkan dengan pemberian antihistamin penghambat H1 (lihat bab tentang
medikamentosa). Bila belum memadai dapat ditambahkan kortikosteroid.
 Pada urtikaria akut lokalisata cukup dengan antihistamin penghambat H1.
 Urtikaria kronik biasanya lebih sukar diatasi. Idealnya adalah tetap identifikasi dan
menghilangkan faktor penyebab, namun hal ini juga sulit dilakukan. Untuk ini selain antihistamin
penghambat H1 dapat dicoba menambahkan antihistamin penghambat H2. Kombinasi lain yang
dapat diberikan adalah antihistamin penghambat H1 non sedasi dan sedasi (pada malam hari) atau
antihistamin penghambat H1 dengan antidepresan trisiklik. Pada kasus berat dapat diberikan
antihistamin penghambat H1 dengan kortikosteroid jangka pendek.
 Bila pada penderita terjadi gangguan saluran cerna (seperti gejala yang tersebut di atas)
maka sangat mungkin alergi makanan ikut berperanan memperberat gangguan urtikaria yang
ada. Untuk menanganinya lakukan eliminasi makanan beresiko (lihat topik mencari penyebab
alergi makanan) dalam waktu 3 minggu secara ketat dan dilakukan evaluasi
PROGNOSIS
 Pada umumnya prognosis urtikaria adalah baik, dapat sembuh spontan atau dengan obat.
 Tetapi karena urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi
obstruksi jalan nafas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya, atau anafilaksis
sistemik yang dapat mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
 Zuberbier T, Maurer M. Urticaria: current opinions about etiology, diagnosis and therapy. Acta Derm
Venereol. 2007;87(3):196-205.
 Irinyi B, Szeles G, Gyimesi E, Tumpek J, Heredi E, Dimitrios G, et al. Clinical and laboratory
examinations in the subgroups of chronic urticaria. Int Arch Allergy Immunol. 2007;144(3):217-25.
 Chang S, Carr W. Urticarial vasculitis. Allergy Asthma Proc. Jan-Feb 2007;28(1):97-100.
 Guldbakke KK, Khachemoune A. Etiology, classification, and treatment of urticaria. Cutis. Jan
2007;79(1):41-9.
 Smith PF, Corelli RL. Doxepin in the management of pruritus associated with allergic cutaneous reactions.
Ann Pharmacother. May 1997;31(5):633-5.
 Beltrani VS. Urticaria: reassessed. Allergy Asthma Proc. May-Jun 2004;25(3):143-9.
 Pollack CV Jr, Romano TJ. Outpatient management of acute urticaria: the role of prednisone. Ann Emerg
Med. Nov 1995;26(5):547-51.
 Powell RJ, Du Toit GL, Siddique N, Leech SC, Dixon TA, Clark AT, et al. BSACI guidelines for the
management of chronic urticaria and angio-oedema. Clin Exp Allergy. May 2007;37(5):631-50.
 Kulthanan K, Jiamton S, Thumpimukvatana N, Pinkaew S. Chronic idiopathic urticaria: prevalence and
clinical course. J Dermatol. May 2007;34(5):294-301.
 Brown NA, Carter JD. Urticarial vasculitis. Curr Rheumatol Rep. Aug 2007;9(4):312-9.
 Zuberbier T, Bindslev-Jensen C, Canonica W, Grattan CE, Greaves MW, Henz BM, et al.
EAACI/GA2LEN/EDF guideline: management of urticaria. Allergy. Mar 2006;61(3):321-31.
 Lin RY, Curry A, Pesola GR, Knight RJ, Lee HS, Bakalchuk L, et al. Improved outcomes in patients with
acute allergic syndromes who are treated with combined H1 and H2 antagonists. Ann Emerg Med. Nov
2000;36(5):462-8.
 Jáuregui I, Ferrer M, Montoro J, Dávila I, Bartra J, del Cuvillo A, et al. Antihistamines in the treatment of
chronic urticaria. J Investig Allergol Clin Immunol. 2007;17 Suppl 2:41-52.

Anda mungkin juga menyukai