Netti Mariana 0703133918

VARIASI METODE CHEBYSHEV DAN METODE CHEBYSHEV
BEBAS TURUNAN KEDUA
SKRIPSI
OLEH
NETTI MARIANA
NIM. 0703133918
PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
1

BEBAS TURUNAN KEDUA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
OLEH
NETTI MARIANA
NIM. 0703133918
PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
2

BEBAS TURUNAN KEDUA
Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Supriadi Putra, M.Si Dr. Imran M, M.Sc

NIP. 19720805 199702 1 002 NIP. 19640505 199002 1 001
Diketahui Oleh:
Ketua Jurusan Matematika
Dr. Syamsudhuha, M.Sc

NIP. 196305121989031 002
3

Skripsi ini telah diuji oleh Tim Penguji Ujian Sarjana Sains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau Pekanbaru
Pada Tanggal 08 Juni 2012
Tim Penguji:
1 Supriadi Putra, M.Si Ketua ( )

NIP. 19720805 199702 1 002
2 Drs. Bustami, M.Si Sekretaris ( )

NIP.19620422 199103 1 002
3 Dr. Imran M, M.Sc Anggota ( )

NIP. 19640505 199002 1 001
4 Drs. Rolan Pane Anggota ( )

NIP. 19560326 198303 1 002
5 Drs. T. P. Nababan, M.Si Anggota ( )

NIP. 19561113 198303 1 003
Mengetahui
Dekan FMIPA Universitas Riau
Prof. Dr. Adel Zamri, MS., DEA

NIP. 19591220 198603 1 005
4

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk dan melapangkan jalan sehingga penulisan skripsi yang
berjudul ”Variasi Metode Chebyshev dan Metode Chebyshev Bebas Turunan
Kedua” bisa terlaksana dengan baik.
Penulisan skripsi yang telah penulis lakukan ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriadi Putra, M.Si selaku
Pembimbing I dan Bapak Dr. Imran.M, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan bimbingan,
arahan, dorongan dan kesabaran selama proses bimbingan sehingga penulis
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak
Drs. Bustami, M.Si, bapak Drs. Rolan Pane, bapak Drs. T. P. Nababan, M.Si
selaku tim penguji yang telah banyak membantu dalam menyempurnakan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepadaKetua Program Studi dan
Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
yang telah membantu dalam proses perkuliahan di Jurusan Matematika. Ucapan
terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Riau, khususnya dosen Jurusan Matematika.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, yang telah
menciptakan kedisiplinan dan ketenangan dalam proses perkuliahan di Fakultas
5

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ucapan terima kasih juga tidak lupa
penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2007 di Jurusan Matematika yang
telah memberikan dukungan, motivasi dan kesempatan berdiskusi yang mereka
berikan selama penulisan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada
Ayahanda Kloster Silitonga dan Ibunda tercinta Lumongga Pardede yang
memberikan curahan kasih sayang, didikan dan do’anya sehingga pengerjaan
skripsi ini berjalan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
abang, kakak, adek, yang telah memberikan dorongan, motivasi dan do’anya, juga
kepada sahabat-sahabat saya terima kasih telah memberikan persahabatan dan
kesempatan berdiskusi selama ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini
penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis mendo’akan semoga Tuhan
membalas budi baik yang telah diberikan kepada penulis, serta memberikan
Rahmat dan Karunia kepada kita semua. Penulis mengharapkan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
FMIPA UNRI NETTI MARIANA

Juni 2012
6

ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev
bebas turunan kedua yang merupakan modifikasi dari metode Chebyshev untuk
menemukan akar hampiran dari suatu persamaan nonlinear.Variasi metode
Chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan kedua yang dihasilkan memiliki
orde kekonvergenan kubik. Melalui contoh numerik akan diperlihatkan bahwa
variasi metode Chebyshev lebih efisien dibandingkan dengan metode Chebyshev.
Kata Kunci : Metode Chebyshev, Metode Newton, Persamaan nonlinear, Metode
Iterasi dan Orde Konvergensi.
7

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
ABSTRAK..................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
BAB II METODE NEWTON DAN METODE CHEBYSHEV 3
2.1. Orde Konvergensi........................................................... 3
2.2. Metode Newton.............................................................. 8
2.3. Metode Chebyshev......................................................... 13
BAB III VARIASI METODE CHEBYSHEV DAN METODE

CHEBYSHEV BEBAS TURUNAN KEDUA .................... 20
3.1. Variasi Metode Chebyshev............................................. 20
3.2. Metode Chebyshev Bebas Turunan Kedua..................... 34
3.3. Contoh Numerik.............................................................. 44
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 50
LAMPIRAN 1.............................................................................................. 51
LAMPIRAN 2.............................................................................................. 52
LAMPIRAN 3.............................................................................................. 53
LAMPIRAN 4.............................................................................................. 54
8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ilustrasi Geometri Teorema Rolle.............................................. 5
Gambar 2.2. Ilustrasi Geometri metode Newton............................................. 9
9

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Newton untuk
tebakan awal x0  1.0 ................................................................... 12
Tabel 2.2. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Chebyshev
untuk x0  1.0 ................................................................................ 19
Tabel 3.1. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan variasi metode
Chebyshev untuk x0  1.0 ........................................................... 33
Tabel 3.2. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Cheby-
shev bebas turunan kedua untuk x0  1.0 ..................................... 43
Tabel 3.3. Perbandingan Iterasi dari metode CH,CHV dan CHF2 …...…...45
10

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam matematika, persoalan mencari solusi dari suatu persamaan sangat perlu
diperhatikan. Salah satu persoalannya yang sering dijumpai adalah menyelesaikan
suatu persamaan nonlinear f ( x )  0 . Akar-akar dari persamaan nonlinear dapat
dihitung dengan metode analitik dan metode numerik.Metode analitik
memberikan solusi sejati atau solusi yang sesungguhnya.Namun adakalanya
persamaan nonlinear tidak dapat diselesaikan secara analitik.Oleh karena itu dapat
dilakukan penyelesaian menggunakan metode numerik.Solusi yang diperoleh dari
metode numerik merupakan solusi hampiran dari solusi eksak atau solusi
sebenarnya yang mendekati solusi sejati. Solusi hampiran jelas tidak sama dengan
solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya yang disebut eror.
Banyak metode numerik yang digunakan untuk mencari solusi dari
persamaan nonlinear.Beberapa diantaranya adalah seperti metode Newton, metode
Secant, metode Chebyshev, metode Regula-Falsi dan lain-lain.Setiap metode yang
disebutkan di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Metode Chebyshev dikenal memiliki orde kekonvergenan kubik namun
metode ini mempunyai dua masalah dalam penerapannya. Masalah pertama
adalah metode ini tergantung pada turunan kedua dalam proses perhitungan dan
masalah kedua adalah seperti metode Newton dimana metode ini menginginkan
keadaan f ' ( x )  0 pada sekitar akar.
11

Pada skripsi ini akan dibahas kembali beberapa metode baru yang ditulis
oleh Kou Jisheng, Li Yitian & Wang Xiuhuadalam artikelnya yang berjudul “On
a Family of Second-Derivative-Free Variants of Chebyshev’s Method”.Metode
baru ini diperoleh dengan melakukan variasi terhadap metode Chebyshev yaitu
dengan menambah dua buah parameter.
Skripsi ini akan disusun dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang
merupakan gambaran umum tentang permasalahan yang akan dibahas. Bab II
menjelaskan teori-teori yang akan mendukung pembahasan pada Bab III.
Diteruskan dengan Bab III yang membahas inti permasalahan, yaitu variasi
metode Chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan kedua serta orde
kekonvergenannya.Kemudian dilakukan contoh perhitungan numerik untuk
melihat perbandingan metode Chebyshev, variasi metode Chebyshev, metode
Chebyshev bebas turunan kedua dalam menemukan nilai iterasi dan eror dari nilai
tebakan awal yang diberikan.Selanjutnya diakhiri dengan Bab IV yang berisi
kesimpulan.
12

BAB II
METODE NEWTON DAN METODE CHEBYSHEV
Pada bab ini dijelaskan beberapa teori pendukung dari pembahasan variasi metode
Chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan kedua yang diantaranya adalah
Definisi Big Oh, Definisi Orde Konvergensi, Teorema Rolle, Teorema Taylor,
Metode Newton dan Metode Chebyshev.
2.1 Orde Konvergensi
Orde konvergensi dari sebuah iterasi menunjukkan kecepatan suatu metode untuk
konvergen ke akarnya danTeorema Taylor digunakan untuk mendapatkan metode
Newton, metode Chebyshev, variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev
bebas turunan kedua serta membuktikan orde konvergensi masing-masing metode
tersebut.
Definisi 2.1 [5: hal. 75] Asumsikan bahwa f (x ) dan turunannya f ' ( x),..., f ( q ) ( x)
terdefinisi dan kontinu pada sebuah interval sekitar x  x * . Persamaan f ( x )  0
mempunyai akar berorde q pada x  x * jika dan hanya jika
f ( x * )  0, f ' ( x * )  0,..., f ( q1) ( x * )  0 dan f ( q ) ( x * )  0.
Jika q  1 maka x * disebut akar sederhana dan jika q  1 disebut akar banyak.
13

Definisi 2.2 (Big Oh) [5: hal. 29] Fungsi f ( h) dikatakan Big Ohdari g ( h) ,
dinotasikan dengan f ( h)  O ( g ( h)), jika terdapat konstanta C dan c sehingga
f (h)  C g (h) bila h  c. (2.1)
Definisi 2.3 (Orde Konvergensi)[5: hal. 75]Asumsikan bahwa x n n 0 konvergen


ke x * , dan nyatakan en  xn  x* untuk n  0. Jika terdapat konstanta positif
A  0 dan R  0 maka
| x n 1  x * | |e |
lim  lim n 1R  A, (2.2)
n  | x  x * | R n  | e |
n n
kemudian R dinamakan orde kekonvergenan dari barisan dan A disebut
konstanta asimtot eror.Jika R  2 maka metode hampiran memiliki orde
konvergensi kuadratik, jika R  3 maka metode hampiran memiliki orde
konvergensi kubik.
Teorema 2.4 (Teorema Rolle) [4:hal. 125]Misalkan suatu fungsi f kontinu pada
[a, b], terdiferensialkan pada (a, b) dan f ( a )  f (b) maka terdapat suatu bilangan
c pada ( a , b ) sedemikian hingga f ' (c)  0.
Bukti :
Pada kasus fungsi f konstan pada [a, b] , maka f ' ( x)  0 untuk setiap x  ( a, b) ,
sehingga teorema ini terbukti secara otomatis.
Karena fungsi f kontinu pada [a, b] maka terdapat m, M   sehingga
m  min f ( x)  f ( x)  max f ( x )  M . (2.3)

a  x b a  x b
14

(c, f (c ))
f ' (c )  0
f ( a )  f (b ) (a, f ( a ))
(b, f (b))
a c b x
Gambar 2.1. Ilustrasi Geometri Teorema Rolle
Pada kasus fungsi f tidak konstan dengan f ( a )  f (b) , maka nilai minimum
atau maksimum fungsinya tidak mungkin tercapai di titik ujung a dan b . Untuk
fungsi kontinu, maka terdapat c  ( a , b ) sehingga M  f (c ) atau m  f (c ).
Karena fungsi f terdiferensialkan pada (a, b) maka f ' (c)  f ' (c)  f ' (c) .
Untuk kasus f (c)  M (kasus f (c)  m dikerjakan serupa), hal ini mengakibatkan
f ( x )  f (c ) f ( x)  M
f ' (c)  f ' (c)  lim  lim  0, (2.4)
x c xc xc xc
karena f ( x )  M  0 dan x  c  0 ; dan
f ( x )  f (c ) f ( x)  M
f ' (c )  f ' (c )  lim  lim  0, (2.5)
x c xc x c xc
karena f ( x )  M  0 dan x  c  0 . Dari persamaan (2.4) dan persamaan (2.5)
diperoleh f '(c )  0 .■
15

Teorema 2.5 (Teorema Taylor) [2: hal.184] Misalkan n  N , dengan N
bilangan bulat positif. Misalkan interval D  [a, b] dan f : D   sehingga f
dan turunannya f ' , f ' ' , , f (n)

kontinu pada D dan f ( n 1) ada pada (a, b). Jika
x0  D, maka untuk sebarang x pada D terdapat titik c diantara x dan x0
sehingga
f ' ' ( x0 )
f ( x)  f ( x0 )  f ' ( x0 )( x  x0 )  ( x  x0 ) 2
2!
f ( n ) ( x0 ) f ( n 1) (c)
 ( x  x0 ) 
n
( x  x0 ) n 1 . (2.6)
n! (n  1)!
Bukti :
Misalkan x0 dan x diberikan dan J adalah interval tertutup dengan titik akhir x0
dan x . Didefinisikan fungsi F pada J dengan
( x  t ) n (n)
F (t )  f ( x)  f (t )  ( x  t ) f ' (t )    f (t ), (2.7)
n!
dengan menurunkan F (t ) terhadap t kemudian menyederhanakan, diperoleh
 ( x  t ) 2 ( 3) 
F ' (t )   f ' (t )   f ' (t )  ( x  t ) f ' ' (t )     ( x  t ) f ' ' (t )  f (t ) 
 2! 
 (x  t) n 1
( x  t ) ( n 1) 
n
     f ( n ) (t )  f (t )  ,
 (n  1)! n! 
atau
( x  t ) n ( n 1)
F ' (t )   f (t ). (2.8)
n!
Didefinisikan juga fungsi G pada J dengan
n1
 xt 
G (t )  F (t )    F ( x 0 ), t  J . (2.9)
 x  x0 
16

Jika pada persamaan (2.6) t  x0 maka
n1
 x  x0 
G ( x 0 )  F ( x 0 )    F ( x0 )
 x  x0 
G( x0 )  0 , (2.10)
dan jika t  x diperoleh
n1
 xx 
G ( x )  F ( x )    F ( x0 )
 x  x0 
G ( x)  0 . (2.11)
Karena G kontinu dan G( x0 )  G( x)  0 , dengan menggunakan Teorema 2.4 atau
Teorema Rolle terdapat c diantara x dan x0 sehingga
G ' (c )  0 . (2.12)
Diperoleh
( x  c) n
0  F ' (c)  (n  1) F ( x 0 ),
( x  x 0 ) n 1
atau
 F ' (c )
F ( x0 )  . (2.13)
( x  c) n
(n  1)
( x  x 0 ) n 1
Jika t  c pada persamaan (2.8), kemudian disubstitusikan kedalam persamaan
(2.13) maka diperoleh
1 ( x  x 0 ) n 1 ( x  c) n ( n 1)
F ( x0 )  f (c),
n  1 ( x  c) n n!
atau
f ( n 1) (c)
F ( x0 )  ( x  x0 ) n 1 . (2.14)
(n  1)!
17

Bila t  x0 di persamaan (2.7), diperoleh
( x  x0 ) 2
F ( x0 )  f ( x)  f ( x0 )  f ' ( x0 )( x  x0 )  f ' ' ( x0 )
2!
( x  x0 ) n
   f ( n ) ( x0 ) . (2.15)
n!
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.14) ke persamaan (2.15) maka diperoleh
f ( n 1) (c)
( x  x0 ) n 1  f ( x)  f ( x0 )  f ' ( x0 )( x  x0 )
(n  1)!
( x  x0 ) 2 f ( n ) ( x0 )
 f " ( x0 )  ( x  x0 ) n
2! n!
atau
f ' ' ( x0 )
f ( x)  f ( x0 )  f ' ( x0 )( x  x0 )  ( x  x0 ) 2
2!
f ( n ) ( x0 ) f ( n 1) (c)
 ( x  x0 ) n  ( x  x0 ) n 1 . (2.16)
n! (n  1)!
Dengan demikian teorema Taylor terbukti.■
2.2 Metode Newton[1: hal. 68,3,5: hal. 70,6: hal. 84,7]
Metode Newton adalah suatu metode yang memiliki orde kekonvergenan
kuadratik. Metode ini digunakan untuk menemukan akar pendekatan dari
persamaan nonlinear f ( x )  0 . Misalkan y  f (x) yang ditunjukan pada Gambar
2.2 dihalaman berikut. Akar x * terjadi dimana grafik memotong sumbu x . Untuk
mengaproksimasi akar x * tarik garis lurus menyinggung grafik pada ( x0 , f ( x0 )) .
Jika x0 dekat ke x * , maka garis singgung ini dekat dengan grafik y  f (x) untuk
18

titik x sekitar x * dan memotong sumbu x di titik x1 . Kemudian nyatakan x1
sebagai aproksimasi pertama untuk x * .
Untuk menemukan sebuah rumus untuk x1 , pertimbangkanlah kemiringan
garis singgung. Penggunaan turunan pertama f ' ( x ) , dari kalkulus bahwa
kemirigan garis singgung ( x0 , f ( x0 )) adalah f ' ( x0 ). Bisa juga menghitung
kemiringan menggunakan garis singgung yang memuat 2 titik ( x0 , f ( x0 )) dan
( x1 ,0).
Kemiringan ini diberikan oleh
f ( x0 )
f ' ( x0 )  .
x0  x1
y y=f(x
)
(x0,f(x0))
x
x* x1 x0
Gambar 2.2 Ilustrasi metode Newton secara geometri
Dari sini didapat
f ( x0 )
x1  x0  .
f ' ( x0 )
19

Dengan langkah yang sama dengan membuat garis singgung melalui ( x1 , f ( x1 ))
didapat
f ( x1 )
x 2  x1  .
f ' ( x1 )
Pengulangan dari proses ini, menghasilkan barisan bilangan x1 , x2 , x3 , yang
diharapkan akan mendekati x * . Secara umum barisan bilangan ini diberikan oleh
f ( xn )
x n 1  x n  n  0,1,2... (2.19)
f ' ( xn )
dan disebut metode Newton untuk menyelesaikan f ( x )  0 , dengan syarat
f ' ( xn )  0 .
Teorema 2.6 (Analisa Kekonvergenan Metode Newton)[1:hal.71] Asumsikan
fungsi f memiliki turunan pertama dan turunan kedua yang kontinu untuk semua
x disekitar x * , dan asumsikan juga f ' ( x * )  0. Bila x0 adalah nilai tebakan awal
yang cukup dekat ke x * , sehingga metode Newton pada persamaan (2.19)
memiliki ordekekonvergenan kuadratik dengan persamaan tingkat eror, yaitu
1 f ' ' ( xn ) 2
en 1  en .
2 f ' ( xn )
Bukti: lihat [1: hal 71].
20

Algoritma 2.1 Algoritma metode Newton
INPUT :
Tebakan awal := x 0
toleransi := 1.0  10 16
kondisi := true
OUTPUT : Jumlah iterasi, akar, nilai fungsi dan error komputasi.
Proses
while kondisi = true do
if f ' ( x n ) < toleransi then
Metode Newton tidak dapat diterapkan.
break
end if
f ( xn )
Hitung x n 1  x n 
f ' ( xn )
Cetak output : n, x n 1 , f ( x n 1 ) , x n 1  x n
if ( x n 1  x n  toleransi) OR ( f ( x n 1 )  toleransi) then
kondisi : = false
end if
end while
ln ( x n 1  x n ) /( x n  2  x n )
Hitung COC :
ln ( x n  2  x n ) /( x n 3  x n )
21

Dalam algoritma 2.1 dapat dilihat bahwa kriteria pemberhentian program
komputasi yang digunakan adalah:
1. Turunan pertama f ' ( x n ) < toleransi
2. xn 1  xn  toleransi, dengan toleransi sebesar 1  10 16
3.Nilai dari f ( xn1 )  toleransi.
Kriteria ini selanjutnya juga digunakan untuk komputasi lainnya.
Contoh 2.1.Diketahui f ( x)  x 3  4 x 2  10 . Akan dicari akar pendekatan dari
f ( x )  0 untuk tebakan awal x0  1.0 dengan menggunakan metode Newton.
Solusi.Untuk menentukan akar pendekatan pada Contoh 2.1 di atas digunakan

pemrograman Maple 13 dengan Algoritma 2.1. Dengan toleransi yang diberikan
yaitu sebesar 1  10 16 . Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Newton untuk
tebakan awal x0  1.0
n xn f ( xn ) xn  xn 1
1 1.4545454545454545 1.54019534e+00 4.54545455e-01
2 1.3689004010695187 6.07196886e-02 8.56450535e-02
3 1.3652366002021159 1.08770610e-04 3.66380087e-03
4 1.3652300134353666 3.51236101e-10 6.58676675e-06
5 1.3652300134140968 3.66251333e-21 2.12697640e-11
Pada Tabel 2.1 kolom pertama menunjukkan urutan iterasi, kolom kedua
menunjukkan hasil iterasi metode Newton sampai iterasi ke-n, kolom ketiga
menunjukkan nilai dari fungsi dan kolom keempat menunjukkan selisih akar
hampiran yang dihasilkan pada setiap iterasi.Dari Tabel 2.1 di atas akar hampiran
diperoleh pada iterasi kelima yaitu 1.3652300134140968 dengan COC (Compu-
tational Orde of Convergence) adalah 1.999576 dan dapat dilihat bahwa selisih
akar hampiran pada setiap iterasi menunjukkan orde kekonvergenan kuadratik
yang merupakan orde konvergensi dari metode itu sendiri.
22

2.3 Metode Chebyshev
Metode Chebyshev [7: hal. 88] adalah salah satu metode untuk menyelesaikan
akar x * dari suatu persamaan f ( x )  0 pada persamaan nonlinear dengan f
kontinu, dan mempunyai turunan pertama dan turunan kedua di x n  x * . Metode
Chebyshev didapat dengan melakukan ekspansi pada f (x ) dengan menggunakan
teorema Taylor disekitar x  x n sampai turunan kedua sehingga diperoleh
f ' ' ( xn )
f ( x)  f ( xn )  f ' ( xn )( x  xn )  ( x  xn ) 2 .
2
Karena f ( x )  0 maka
f ' ' ( xn )
0  f ( xn )  f ' ( xn )( x  xn )  ( x  xn ) 2 . (2.20)
2
Dari persamaan (2.20) dapat ditulis kembali dalam bentuk
f ' ' ( xn )
( x  xn ) f ' ( xn )   f ( xn )  ( x  xn ) 2 , (2.21)
2
atau
f ( xn ) f ' ' ( xn )
x  xn   ( x  xn ) 2 . (2.22)
f ' ( xn ) 2 f ' ( xn )
Dengan mengaproksimasi x  xn1 ke dalam persamaan (2.22) sehingga diperoleh
f ( xn ) f ' ' ( xn )
x n 1  x n   ( x n 1  x n ) 2 . (2.23)
f ' ( xn ) 2 f ' ( xn )
Persamaan (2.23) berbentuk implisit, untuk menjadikan eksplisit aproksimasi x n 1
pada ruas kanan dengan persamaan umum metode Newton yang memiliki
persamaan iterasi
23

Bukti :
Misalkan x * adalah akar sederhana dari persamaan f ( x )  0 , maka f ( x * )  0 .
Asumsikan f ' ( x n )  0 dan e n  x n  x * . Dengan menggunakan ekspansikan
Taylor untuk mengaproksimasikan f ( x n ) disekitar x n  x * maka diperoleh
f ( x n )  f ( x *  en ) ,
1 1
f ( x n )  f ( x * )  f ' ( x * )e n  f ' ' ( x * )e n2  f ( 3)
( x * )e n3  O(e n4 ) . (2.27)
2! 3!
Karena f ( x * )  0 , maka dengan melakukan manipulasi aljabar pada persamaan
(2.27) diperoleh
 1 f ' ' ( x * )en2 1 f (3) ( x * )en3 4 

f ( x n )  f ' ( x * ) en  *
 *
 O ( e n ) ,
 2! f ' ( x ) 3! f ' ( x ) 
 
f ( x n )  f ' ( x * ) e n  c 2 en2  c3 e n3  O (e n4 ) , (2.28)
dengan
(k ) *
 1  f (x )
ck    *
. .
 k!  f ' ( x )
Jika untuk f ' ( xn ) diekspansi dengan Taylor disekitar x  x * maka dengan cara
yang sama diperoleh
 1 f ' ' ( x * )en 1 f (3) ( x * )en2 

f ' ( x n )  f ' ( x * )1  2 *
 3 *
 O(en3 ) ,
 2! f '(x ) 3! f '(x ) 

f ' ( x n )  f ' ( x * ) 1  2c 2 e n  3c 3 e n2  O (e n3 ) , (2.29)
demikian juga
24

 f ' ' (x* ) f ( 3) ( x * )e n f ( 4) ( x * )en2 
f ' ' ( x n )  f ' ( x * ) 2 *
 6 *
 12 *
 O(en3 )  ,
 2! f ' ( x ) 3! f ' ( x ) 4! f ' ( x ) 
 
f ' ' ( x n )  f ' ( x * ) 2c 2  6c 3 e n  12c 4 e n2  O (e n3 ) . (2.30)
Selanjutnya pandang persamaan
A  1  x  x 2  x 3  x 4  x 5    O( x n ), (2.31)
xA  x  x 2  x 3  x 4  x 5    O( x n1 ). (2.32)
Dengan menjumlahkan persamaan (2.31) dan persamaan (2.32) diperoleh
(1  x) A  1  O( x n1 ) ,
atau
1
 A  O ( x n 1 ) . (2.33)
1 x
Jika persamaan (2.28) dibagi dengan persamaan (2.29), makadiperoleh
f ( xn )


f ' ( x * ) en  c 2 en2  c3 en3  O(en4 )
.
 (2.34)

f ' ( x n ) f ' ( x * ) 1  2c 2 en  3c3 en2  O(en3 ) 
Dengan memandang persamaan (2.33) dalam melakukan manipulasi aljabar pada
persamaan (2.34), diperoleh
 en  c 2 en2  c3 en3  O(en4 )  1  2c 2 en  3c3 en2  O(en3 ) 

f ( xn ) 1
f ' ( xn )
 en  c 2 en2  c3 en3  O(en4 )  1  (2c 2 en  3c3 en2  O(en3 ))

f ( xn )
f ' ( xn )
 ( 2c 2 en  3c3 en2  O (e n3 )) 2   
f ( xn )
f ' ( xn )
  
 en  c 2 en2  c3 en3  O (en4 )  1  2c 2 en  ( 4c 22  3c3 )e n2  O (en3 ) 
f ( xn )
 en  c 2 en2  2(c 22  c3 )en3  O(en4 ) . (2.35)
f ' ( xn )
25

Dengan cara yang sama, dan dengan memandang persamaan (2.33), jika
persamaan (2.30) dibagi dengan persamaan (2.29), maka diperoleh

f ' ' ( x n ) f ' ( x * ) 2c 2  6c3 en  12c 4 en2  O (en3


f '(x n ) 
f ' ( x * ) 1  2c 2 en  3c3 en2  O(en3 
  
 2c 2  6c3 en  12c 4 e n2  O (en3 )  1  2c 2 en  3c3 e n2  O (en3 ) 1 

 2c 2  6c3 en  12c 4 en2  O (en3 )  
1  2c e
2 n  ( 4c22  3c3 )en2  O (en3 ) 
f ' ' ( xn )
 2c 2  (4c 22  6c3 )en  (8c 23  18c 2 c3  12c 4 )en2  O(en3 ). (2.36)
f ' ( xn )
Karena e n  x n  x * berarti x n  e n  x * , substitusikan x n ke persamaan (2.26)
sehingga diperoleh
 f ( xn ) 1 f ' ' ( xn ) f ( xn ) f ( xn ) 
en 1  x *  en  x *     . (2.37)
 f ' ( xn ) 2 f ' ( xn ) f ' ( xn ) f ' ( xn ) 
Kemudian substitusikan persamaan (2.35) dan persamaan (2.36) ke dalam
persamaan (2.37) sehingga diperoleh
en 1  ( 2c 2  c3 )en3  O (en4 ) , (2.38)

atau
en 1
3
 (2c 2  c3 )  O(en4 ) .
en
Berdasarkan Definisi 2.3, maka diperoleh
x *  x n 1 en 1
lim R
 lim 3
 (2c 2  c3 )  O (en4 ).
n n 
x  xn
*
en
Karena diperoleh R  3 maka metode iterasi pada persamaan (2.26) disebut juga
metode Chebyshev memiliki orde kekonvergenan kubik.■
26

Algoritma 2.2Algoritma Metode Chebyshev
INPUT :
Tebakan awal := x 0
toleransi := 1.0  10 16

kondisi := true
Fungsi, turunan pertama dan turunan keduanya
Proses
if f ' ( x n ) < toleransi then
Metode Chebyshev Tidak dapat diterapkan.
break
end if
f " ( xn ) f ( xn )
Hitung L( x n ) 
f ' ( xn ) 2
 1  f ( xn )
Hitung x n 1  x n  1  L( x n ) 
 2  f ' ( xn )
if ( x n 1  x n  toleransi) OR( f ( x n 1 )  toleransi) then
kondisi : = false
end if
end while
ln ( x n 1  x n ) /( x n  2  x n )
Hitung COC :
ln ( x n  2  x n ) /( x n 3  x n )
27

Contoh 2.2Diketahui f ( x)  x 3  4 x 2  10 . Akan dicari akar pendekatan dari
f ( x )  0 untuk tebakan awal x0  1.0 dengan menggunakan metode Chebyshev.
Tabel 2.2 Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Chebyshev untuk
tebakan awal x0  1.0
n xn f ( xn ) xn  xn 1
1 1.3230653643876784 6.81963655e-01 3.23065364e-01
2 1.3651961716373238 5.58833494e-04 4.21308072e-02
3 1.3652300134140806 2.68910123e-13 3.38417768e-05
4 1.3652300134140968 3.00100000e-41 1.62843593e-14
menunjukkan hasil iterasi metode Chebyshev sampai iterasi ke-n, kolom ketiga
menunjukkan nilai dari fungsi dan kolom keempat menunjukkan selisih akar
hampiran yang dihasilkan pada setiap iterasi.Dari Tabel 2.2di atas akar hampiran
diperoleh pada iterasi keempat yaitu 1.3652300134140968 dengan COC adalah
3.010078 dan dapat dilihat bahwa selisih akar hampiran pada setiap iterasi
menunjukkan orde kekonvergenan kubik yang merupakan orde kekonvergensi
dari metode itu sendiri.
28

BAB III
BEBAS TURUNAN KEDUA
Pada bab ini akan dibahas penjabaran variasi metode Chebyshev dan metode
Chebyshev yang bebas turunan kedua yang ditulis oleh Ji Sheng Kou, Yitian Li
dan Wang Xiuhua dalam artikelnya yang berjudul “On a Family of Second-
Derivative-Free Variants of Chebyshev’s Method”.
Pada akhir bab dilakukan contoh numerik dengan menggunakan program
aplikasi Maple 13 untuk membandingkan metode baru yang diperoleh dengan
metode Chebyshev dalam hal kecepatan metode dalam menemukan akar dilihat
dari jumlah iterasi.
3.1 Variasi Metode Chebyshev
Pada sub bab ini dijelaskan proses mendapatkan variasi metode yang berbentuk:
 1 L f ( xn )  n f ( xn )  f ( xn )
x n 1  x n  1  
 , (3.1)
 2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )  f ' ( x n )  2 n f ( x n )
1 1
dengan
f " ( xn ) f ( xn )
L f ( xn )  , (3.2)
f ' ( xn )   n f ( xn )
dimana  n dan n parameter yang bernilai tidak nol.
29

Pertama-tama substitusikan persamaan (3.2) keruas kanan persamaan (3.1) maka
diperoleh
 f " ( xn ) f ( xn ) 
  n f ( xn ) 
1 f ' ( xn )   n f ( xn ) f ( xn )
x n 1  x n  1  
 2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )
1  f '(x )  1  f (x )
  n 2 n n
 
 f " ( xn ) f ( xn )  f ( x n ). f ' ( x n )   n f ( x n ) 
  n 
 1 f ' ( xn )   n f ( xn ) f ' ( xn )   n f ( xn ) 
 xn  1 
 2 f ' ( x n )  2 n f ( xn )
1 
 
 
f ( xn )

f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 1 f " ( x n ) f ( x n )  n f ( x n )( f ' ( x n )   n f ( x n )) 
 x n  1  

 2 ( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  1
2  n f ( x n )) 
f ( xn )

f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 1 f " ( xn ) f ( xn )
x n 1  x n  1 
 2 ( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  2 n f ( x n ))
1
n f ( x n )( f ' ( x n )   n f ( x n )) 
 
( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  12 n f ( x n )) 
f ( xn )
 . (3.3)
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
30

Kemudian dengan menyederhanakan persamaan (3.3) diperoleh
 1 f " ( xn ) f ( xn )
x n 1  x n  1 
 2 ( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  2 n f ( x n ))
1
n f ( xn )  f ( xn )
  ,
( f ' ( x n )  12 n f ( x n ))  f ' ( x n )  12 n f ( x n )
atau
 1 f " ( xn ) f ( xn ) 
x n 1  x n  1  

 2 ( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  2 n f ( x n )) 
1
f ( xn )  n f ( xn ) 
   
f ' ( x n )  2 n f ( x n )  ( f ' ( x n )  2  n f ( x n )) 
1 1
f ( xn )
 . (3.4)
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
Selanjutnya persamaan (3.4) disederhanakan maka diperoleh
 1 f " ( xn ) f ( xn ) 
x n 1  x n  1  

 2 ( f ' ( x n )   n f ( x n ))( f ' ( x n )  1
2  n f ( x n )) 
f ( xn ) n f 2 ( xn )
  . (3.5)
f ' ( x n )  12  n f ( x n ) ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
Dengan menaksir f ' ( xn ) dengan dua hal yang berbeda,
f ' ( xn )  f ' ( xn )  12 n f ( xn ) dan f ' ( xn )  f ' ( xn )   n f ( xn ) kemudian
disubstitusikan kepersamaan (3.5) maka diperoleh
 1 f " ( xn ) f ( xn )  f ( xn ) n f 2 ( xn )
x n 1  x n  1    2
. (3.6)
 2 ( f ' ( x n ))( f ' ( x n )  f ' ( x n )) ( f ' ( x n ))
31

Dari sini terlihat bahwa persamaan (3.6) adalah metode Chebyshev dengan
tambahan satu suku.
Teorema 3.1.Misalkan f  x   C 1[a, b] dan f x   f ' x   0, maka persamaan
f  x   0 mempunyai paling banyak satu akar.
Bukti:
Misalkan g ( x)  e x f ( x) kemudian turunkan g (x ) terhadap x maka diperoleh
g ' ( x)  e x (f ( x)  f ' ( x)) . Misalkan juga g (x ) mempunyai dua akar yang
berbeda dalam dalam interval a, b  , maka berdasarkan Teorema Rolle terdapat
sekurang-kurangnya satu   ( a, b) sedemikian hingga g ' ( )  0 hal ini kontradiksi
dengan g ' ( x)  0 sehingga terbukti bahwa g (x ) mempunyai satu akar.
Teorema 3.2. Jika f  x   C 1[a, b], f a  f b  0 dan f x   f ' x   0, maka
persamaan f  x   0 punya akar tunggal dalam interval (a,b).
Bukti:
Misalkan g ( x)  e x f ( x) . Misalkan juga g (a)  e a f (a) dan g (b)  e b f (b) ,
bila g (a ) dan g (b) dikalikan sehingga diperoleh e a f (a).e b f (b) atau
e  ( ab) f (a) f (b) maka g ( a ).g (b)  0 berdasarkan Teorema 3.1 g ( x )  0 punya
akar tunggal pada interval a, b  sehingga 0  e x f ( x) karena e x  0 maka
f ( x )  0.
Pada sub bab ini dibahas mengenai analisa kekonvergenan variasi metode
Chebyshev untuk menyelesaikan persamaan nonlinear.
32

Teorema 3.3 (Analisa Kekonvergenan Variasi Metode Chebyshev)
Asumsikan fungsi f : D   mempunyai akar sederhana x*  D, dimana D
interval buka. Asumsikan juga f kontinu dan mempunyai turunan pertama,
kedua dan ketiga di D , Maka metode yang didefinisikan oleh persamaan (3.1)
konvergen secara kubik ke x * .
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa persamaan (3.1) memilikiorde kekonvergenan kubik.
Misalkan x * adalah akar dari persamaan f ( x )  0 , maka f ( x * )  0 . Asumsikan
f ' ( x n )  0 dan e n  x n  x * . Selanjutnya dengan ekspansi Taylor untuk f ( x n )
disekitar x n  x * sampai turunan ketiga diperoleh
1 1
f ( x * )  f ( x n )  f ' ( x n )( x *  x n )  f " ( x n )( x *  x n ) 2  f ( 3)
( x n )( x *  x n ) 3
2 6
 O (( x *  x n )). (3.7)
Karena ( x n  x * ) maka dapat dituliskan dalam bentuk
1 1
f ( x * )  f ( x n )  f ' ( x n )( x n  x * )  f " ( x n )( x n  x * ) 2  f ( 3)
( x n )( x n  x * ) 3
2 6
 O (( x n  x * ) 4 ). (3.8)
Karena en  x n  x * maka persamaan (3.8) dapat ditulis
1 1
f ( x * )  f ( x n )  f ' ( x n )e n  f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n )en3  O (en4 ), (3.9)
2 6
karena f ( x * )  0, maka
1 1
0  f ( x n )  f ' ( x n )e n  f " ( x n )en2  f (3) ( xn )en3  O(en4 )
2 6
33

1 1
f ( x n )  f ' ( x n )e n  f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n )en3  O (en4 ). (3.10)
2 6
1
Selanjutnya kedua ruas dikalikan dengan pada persamaan
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
(3.10) dan dengan melakukan operasi aljabar sehingga diperoleh
f ( xn ) f ' ( x n )en  12 f " ( x n )en2  16 f ( 3) ( x n )en3

  O (en4 ) (3.11)
f ' ( x n )  12  n f ( x n ) f ' ( x n )  12  n f ( x n )
dengan cara memanipulasi persamaan (3.11) maka diperoleh
f ( xn ) 1
  f ' ( x n )en  12 n f ( x n )en  12 n f ( x n )en
f ' ( x n )  2  n f ( x n ) f ' ( x n )  12  n f ( x n )
1
 1
2
f " ( xn )en2  1
6

f ( 3) ( xn )en3  O en4  
1
  f ' ( xn )  12 n f ( xn )en   12 n f ( xn )en 
f ' ( xn )  n f ( xn )
1
2
  1
2 f " ( x n )en2  1
6 f ( 3)
  
( x n )en3  O en4
atau
f ( xn )
 en  2 n

 1  f ( xn )en   12 f " ( xn )en2  16 f ( 3)
( x n )en3 
f ' ( x n )  1 / 2 n f ( x n ) f ' ( x n )  1 / 2 n f ( x n )
 
 O en4 . (3.12)
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (3.9) ke ruas kanan persamaan
(3.12) diperoleh
f ( xn )
 e 
 12 n f ( xn )en  12 f " ( xn )en2  16 f (3) ( x n )en3
 O en4
  
f ' ( x n )  12 n f ( x n ) f ' ( x n )  12 n f ( x n )
n
34

f ( xn )
 e 
 12 n  f ' ( xn )en  12 n f " ( xn )en2  16 f (3) ( x n )en3  O(en4 ) en 
f ' ( x n )  12  n f ( x n ) f ' ( x n )  12  n f ( x n )
n

1
2
 
f " ( x n )en2  16 f ( 3) ( x n )en3  O en4
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 en 
 1
2  n f ' ( x n )en2  14  n f " ( x n )en3  121  n f ( 3) ( x n )en4  O (en4 ) 
f ' ( x n )  12  n f ( x n )

1
2
 
f " ( x n )en2  16 f ( 3) ( x n )en3  O en4
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 12 n f ' ( xn ) 12 f " ( xn )en2  14 n f " ( xn )  16 f (3) ( xn )en3

 en 
f ' ( xn )  12 n f ( xn )
 O en4  
1 (n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 14 n f " ( xn )  16 f ( x n ) 3

( 3)
f ( xn )
 e  e  en
f ' ( x n )  12 n f ( x n ) 2 f ' ( x n )  12 n f ( x n ) f ' ( x n )  12 n f ( xn )
n n
 
 O en4 . (3.13)
Selanjutnya dengan memanipulasi persamaan (3.2) maka diperoleh
f ' ( xn ) f " ( xn )  f " ( x n ) f ' ( x n )  f " ( x n )  n f ( x n ) f " ( x n )  n f ( x n ) 


f ' ( xn )   n f ( xn ) f ' ( xn )   n f ( xn )

 f " ( x ) fn
'

( xn )   n f ( xn )  f " ( xn ) n f ( xn )
f ' ( xn )   n f ( xn )
f ' ( xn ) f " ( xn ) f " ( xn ) n f ( xn )

 f " ( xn )  . (3.14)
f ' ( xn )   n f ( xn ) f ' ( xn )   n f ( xn )
35

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.9) ke persamaan (3.2) dan dengan
melakukan operasi aljabar diperoleh
f " ( xn ) f ( x n )
L f ( xn ) 
f ' ( xn )   n f ( xn )

 f " ( x ) f ' ( x
n n )en  12 f " ( x n )en2  16 f ( 3) ( x n )en3  O (en4 ) 
f ' ( xn )   n f ( xn )

 f '(x n ) f " ( x n )en  12 f " ( x n ) 2 en2 
 O (en3 )
f ' ( xn )   n f ( xn )
 f ' ( x n ) f " ( x)  1
f " ( x n ) 2 en2
  en  2  O (en3 )
 f ' ( x n )   n f ( x )
n  f ' ( x n )   n f ( x n )
  f ' ( xn ) f " ( xn )  1
f " ( xn ) 2
  f " ( x n )  n en en  2
en2  O(en3 )
 f ' ( x n )   n f ( x n )  f ' ( x n )   n f ( x n )
 n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2 2

L f ( x n )  f " ( x n )e n  en  O (en3 ) . (3.15)
f ' ( xn )   n f ( xn )
Selanjutnya substitusikan persamaan (3.15) dengan persamaan (3.1) maka

diperoleh
  f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2 2 
 f " ( x n )e n  n en    n f ( x n )
L f ( x n )  n f ( x n )  f ' ( xn )   n f ( xn ) 

f ' ( xn )  2 n f ( xn )
1
f ' ( x n )  2 n f ( x n )
1
f " ( x n )e n   n f ( x n )   n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2 e n2

 
f ' ( x n )  12  n f ( x n )  f ' ( xn )   n f ( xn )
1 
 
f ' ( x n )  12  n f ( x n ) 
L f ( xn )  n f ( xn ) f " ( x n )en   n  f ' ( x n )en  12 f " ( x n )en2 


f ' ( x n )  12  n f ( x n ) f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2 en2


( f ' ( x n )   n f ( x n )).( f ' ( x n )  12  n f ( x n ))
36

L f ( xn )  n f ( xn ) n f ' ( x n )  f " ( xn ) 1 n f " ( x n )
 en  en2
f ' ( x n )  n f ( x n )
1
2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )
1
2 f ' ( x n )  12 n f ( x n )
 n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en2
( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1
 O (en3 ). (3.16)
Jika persamaan (3.13) dikalikan dengan ke persamaan (3.16) maka diperoleh
( L f ( x n )   n f ( x n )) f ( x n ) 
  e n 
 1
2
 n f ' ( x n )  f " ( x n )e n2    14  n f " ( x n )
( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2  f ' ( x n )  12  n f ( x n )

f ( 3) ( x n )e n3  O e n4
1
6
  
f ' ( x n )  12  n f ( x n ) 


  f ' ( x n )  f " ( x n ) en  12 n f " ( x n )en2
  n

 f ' ( x n )  12 n f ( x n )

   
f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2 e n2  O e n3 
n

( f ' ( x n )  12  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n )) 
( L f ( x n )  n f ( x n )) f ( x n )

 n  
f ' ( x n )  f " ( x n )en2  12 n f " ( x n )en3 
( f ' ( x n )  12 n f ( x n )) 2 f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en3
( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1
1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3
 en  O (en4 ) . (3.17)
2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
Selanjutnya persamaan (3.1) disubstitusikan ke bentuk umum metode Chebyshev
diperoleh
 1 L f ( x n )  n f ( xn )  f ( xn )
en 1  en  1  
 ,
 2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )  f ' xn   2 n f ( xn )
1 1
atau
37

f ( xn ) 1 ( L f ( x n )   n f ( x n )) f ( x n )
en 1  en   . (3.18)
f '  x n   2  n f ( x n ) 2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
1
Dengan mengurangkan persamaan (3.13) dan persamaan (3.17) pada persamaan
(3.18) maka diperoleh
  1  f ' ( xn )  f " ( xn )en2   14 n f " ( xn ) 16 f (3) ( xn ) en3

en 1  en   en  2 n
 
 O(en4 ) 
 f ' ( x n )  2 n f ( xn )
1

 
 2

1   n f ' ( x n )  f " ( x n )e n   12  n f " ( x n ) e n
3
2  f ' ( x n )  12  n f ( x n )
 n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2
 en3
( f ' ( x n )  12  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3 
 e  O (e n4 ) 
2 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))
1 2 n

 12 n f ' ( xn )  f " ( xn )en2   14 n f " ( xn ) 16 f (3) ( xn )en3 

 en  en 
f ' ( x n )  12 n f ( x n )
 12 n f ' ( xn )  f " ( xn ) en2   14 n f " ( xn ) en3 


f ' ( x n )  12 n f ( x n )
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en3
2 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1
1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3
 e  O (en4 )
4 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))
1 2 n
 00
 1
4
 n f " ( x n )  16 f (3) ( x n ) en3   14  n f " ( x n ) en3 
f ' ( x n )  12  n f ( x n )
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en3
2 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1
1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3
 e  O (en4 )
4 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))
1 2 n
38

1 f ( 3) ( x n ) 1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3
en 1   e 3
 en
6 f ' ( x n )  12  n f ( x n ) 4 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
n
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en3  O (en4 ). (3.19)
2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
Dari persamaan (3.1), dan en  x n  x * , x n  en  x * , dengan mengurangkan
kedua ruas dengan x * dan kemudian disubstitusikan ke persamaan (3.19)
diperoleh
f ( xn ) 1 ( L f ( x n )   n f ( x n )) f ( x n )
x n 1  x n   ,
f '  x n   12  n f ( x n ) 2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
f ( xn ) 1 ( L f ( x n )   n f ( x n )) f ( x n )
x n 1  x *  x n  x *   ,
f ' x n   12 n f ( x n ) 2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
f ( xn ) 1 ( L f ( x n )   n f ( x n )) f ( x n )
en 1  en  
f '  x n   2  n f ( x n ) 2 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
1
1 f ( 3) ( x n ) 1 ( n f ' ( x n )  f " ( x n )) 2 3
en 1  en 
3
en
6 f ' ( x n )  12  n f ( x n ) 4 ( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

 en3  O (en4 ).
2 ( f ' ( x n )  2  n f ( x n ))( f ' ( x n )   n f ( x n ))
1
e n 1


1 f ( 3) ( x * ) 3 1  n f ' ( x * )  f " ( x * ) e n3
en 
2
e n3 6 f ' (x* ) 4 f ' (x* ) 2
1  n f ' ( x ) f " ( x )  12 f " ( x ) en

* * * 2 3
 ,
2 f ' (x* ) 2
39

en 1 1 f ( 3) ( x * ) 3 1 2n f ' ( x * ) 2  2 n f ' ( x * ) f " ( x * )  f " ( x * ) 2 3
  en  en
en3 6 f ' ( x* ) 4 f ' (x* )2
1  n f ' (x ) f "( x ) 
* * 1
f "(x* ) 2
 2
en3
2 f ' (x* ) 2
1 f ( 3) ( x * ) 3 1  1 

6 f '(x ) *
en   * 2
4  f '(x )
 
2 f ' ( x * ) 2  2f ' ( x * ) f " ( x * )  f " ( x * ) 2 en3 

1  f ' ( x * ) f " ( x * ) 12 f " ( x ) 3 

* 2
   en 
2 f ' ( x* ) 2 f ' (x* ) 2 
1 f ( 3) ( x * ) 1  2 f " ( x * ) f " ( x * ) 2  1  f " ( x * ) 12 f " ( x ) 

* 2
     2      
6 f ' ( x * ) 4  f ' ( x * ) f ' ( x * ) 2  2  f ' ( x * ) f ' (x* ) 2 

en 1 1 2 1 f " ( x * ) 1 f " ( x * ) 2 1 f ( 3) ( x * )
   (    )   . (3.20)
en3 4 2 f ' (x* ) 2 f ' (x* ) 2 6 f ' (x* )
Berdasarkan Definisi (2.3) , maka diperoleh
x *  x n 1 en 1 1 2 1 f " ( x * ) 1 f " ( x * ) 2 1 f ( 3) ( x * )
lim  lim =   (   )   .
n
x *  xn
R n
en
3
4 2 f ' ( x* ) 2 f ' ( x* ) 2 6 f ' ( x* )
Terlihat bahwa R  3 , maka metode iterasi yang diperoleh pada persamaan (3.1)
atau variasi metode Chebyshev memiliki orde kekonvergenan kubik.
40

Algoritma 3.1 Algoritma Variasi Metode Chebyshev
INPUT :
Tebakan awal := x 0
toleransi := 1.0  10 16
kondisi := true
Proses
f " ( xn ) f ( xn )
Hitung L( x n ) 
f ' ( xn )   n f ( xn )
 1 L f ( xn )  n f ( xn )  f ( xn )
Hitung x n 1  x n  1  

 2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )  f ' ( x n )  2 n f ( x n )
1 1
kondisi : = false
end if
end while
ln ( x n 1  x n ) /( x n  2  x n )
Hitung COC :
ln ( x n  2  x n ) /( x n 3  x n )
41

Contoh 3.1 Diketahui f ( x)  x 3  4 x 2  10 . Akan dicari akar pendekatan dari
f ( x )  0 untuk tebakan awal x0  1.0 dengan menggunakan variasi metode
Chebyshev.
Tabel 3.1 Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan variasi metode Chebyshev
untuk tebakan awal x0  1.0
n xn f ( xn ) x n  x n 1
1 1.0115340253748558 4.8722e+00 1.15340254e-02
2 1.0653149481637052 4.2514e+00 5.37809228e-02
3 1.2286184840934233 2.1074e+00 1.63303536e-01
4 1.3587342561855359 1.0693e-01 1.30115772e-01
5 1.3652295524918364 7.6114e-06 6.49529631e-03
6 1.3652300134140968 2.6691e-18 4.60922260e-07
menunjukkan hasil iterasi variasi metode Chebyshev sampai iterasi ke-n, kolom
ketiga menunjukkan nilai dari fungsi, kolom keempat menunjukkan selisih akar
hampiran yang dihasilkan pada setiap iterasi. Tabel 3.1 diatas akar hampiran
diperoleh pada iterasi keenam yaitu 1.3652300134140968 dengan COCadalah
3.136394 dan dapat dilihat bahwa selisih akar hampiran pada setiap iterasi
menunjukkan orde kekonvergenan kubik yang merupakan orde kekonvergensi
dari metode itu sendiri.
42

3.2 Metode Chebyshev Bebas Turunan Kedua
Pada bab ini akan dijelaskan proses terbentuknya metode Chebyshev bebas
turunan kedua untuk persamaan nonlinear. Metode ini merupakan modifikasi dari
variasi metode Chebyshev dengan mengganti turunan kedua yang terdapat pada
metode Checyshev dengan finite difference, yaitu.
f ' ( y n )  f ' ( xn )
f " ( xn )  , (3.21)
y n  xn
dimana
1 f ( xn )
yn  xn  . (3.22)
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Dengan mensubstitusikan y n pada persamaan (3.22) ke persamaan (3.21) maka
diperoleh
f ' ( y n )  f ' ( xn )
f " ( xn )  . (3.23)
1 f ( xn )
xn   xn
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Dengan menyederhanakan persamaan (3.23) diperoleh
f ' ( y n ). f ' ( x n )
f " ( xn )  ( f ' ( x n )   n f ( x n ))
2 f ( xn )
1
2 f ' ( y n )  f ' ( x n )  f ( x n )   n f ( x n ) 
f " ( xn )  . (3.24)
f ( xn )
Selanjutnya substitusikan persamaan (3.24) ke persamaan (3.2) diperoleh
f " ( xn ) f ' ( xn )
L f ( xn ) 
f ' ( xn )   n f ( xn )
2 f ' ( y n )  f ' ( x n )  f ' ( x n )   n f ( x n )  f ( x n )

 ,
f ( x n ) f ' ( x n )   n f ( x n ) 
L f ( x n )  2 f ' ( y n )  f ' ( x n ) . (3.25)
43

Bila persamaan disubstitusikan kebentuk variasi metode Chebyshev (3.1)
diperoleh
 1 L f ( xn )  n f ( xn )  f ( xn )
x n 1  x n  1  

 2 f ' ( xn )  2 n f ( xn )  f ' ( x n )  2 n f ( x n )
1 1
 1 2( f ' ( y n )  f ' ( x n ))  n f ( x n )  f ( xn )
 x n  1  
 f '(x )  1  f (x )
 2 f ' ( x n )  12 n f ( x n )  n 2 n n
 ( f ' ( xn )  12 n f ( xn )  f ' ( y n )  f ' ( xn )  12 n f ( x n ) 

 xn    f ( xn )

 f ' ( x n )  1

2 n f ( x n ) 2

 f ' ( y n )  n f ( xn )  f ( x n )
x n 1  x n  . (3.26)
 f ' ( xn )  12 n f ( xn )2
Persamaan (3.26) inilah yang disebut dengan bentuk umum dari metode
Chebyshev bebas turunan kedua.
Pada sub bab ini dibahas mengenai analisa kekonvergenan metode
Chebyshev bebas turunan kedua untuk menyelesaikan persamaan nonlinear.
Teorema 3.4 (Analisa Kekonvergenan Metode Chebyshev Bebas Turunan
Kedua)
Asumsikan fungsi f : D   mempunyai akar sederhana x*  D, dimana D
interval buka. Asumsikan juga f kontinu dan mempunyai turunan pertama,
kedua dan ketiga di D , maka metode didefinisikan oleh persamaan (3.26)
konvergen secara kubik ke x * .
Bukti: Akan dibuktikan bahwa persamaan (3.26) memiliki orde kekonvergenan
kubik. Misalkan en  x n  x * dan d n  y n  xn dimana y n ditulis pada persamaan
44

(3.22). Ekspansi Taylor sampai turunan ketiga dari f ( x * ) disekitar x  xn
diperoleh
1 1
f ( x * )  f ( x n )  f ' ( x n )( x n  x * )  f " ( x n )( x n  x * ) 2  f ( 3)
( x n )( x n  x * ) 3
2 6
 O (( x n  x * ) 4 ). (3.27)
Karena en  x n  x * dan f ( x * )  0 , maka persamaan (3.27) dapat ditulis menjadi
1 1
f ( x n )  f ' ( x n )e n  f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n )en3  O (en4 ). (3.28)
2 6
Kemudian persamaan (3.28) dikuadratkan sehingga diperoleh
1 1
f ( x n ) 2  ( f ' ( x n )e n  f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n )en3  O (en4 )) 2
2 6
f ( x n ) 2  f ' ( x n2 )e n2  f ' ( x n ) f " ( x n )en3  O (en4 ). (3.29)
Dengan mengalikan persamaan (3.29) dengan f ' ( xn ) , maka diperoleh
 1 1 
f ( x n ) f ' ( x n )   f ' ( x n )en  f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n )en3  O (en4 )  f ' ( x n )
 2 6 
1
f ( x n ) f ' ( x n )  f ' ( x n ) 2 en  f ' ( x n ) f " ( x n )en2  O (en3 ). (3.30)
2
Dari permisalan en  x n  x * , sehingga x *  x n  en dan d n  y n  xn , dimana y n
ditulis dalam persamaan (3.22), maka diperoleh
1 f ( xn )
d n  xn   xn ,
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1 f ( xn )
dn  . (3.31)
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Dengan mensubstitusikan persamaan (3.10) ke persamaan (3.31), telah
disederhanakan diperoleh
45

1 f ' ( x n )en  12 f " ( x n )en  16 f ( x n )en  O (en )
2 ( 3) 3 4
dn  .
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1 f ' ( x n )en  12 f " ( x n )en

2
dn   O (en3 ) (3.32)
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Kemudian memanipulasi persamaan (3.32) maka diperoleh
1 f ' ( x n )en   n f ( x n )en   n f ( x n )en  12 f " ( x n )en

2
dn   O(en3 )
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1  f ' ( x n )en   n f ( x n )en    n f ( x n )en  12 f " ( x n )en

2
  O (en3 )
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1 f ' ( xn )   n f ( xn )  n f ( xn ) 2 f " ( xn )
1
 en  en  en2  O(en3 )
2 f ' ( xn )   n f ( xn ) f ' ( xn )   n f ( xn ) f ' ( xn )   n f ( xn )
1  n f ( x n )en  12 f " ( x n )en

2
1
dn  en   O (en3 ) . (3.33)
2 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Selanjutnya substitusikan persamaan (3.10) dengan persamaan (3.33) maka
diperoleh
dn 
1
2
en 
1
f ' ( xn )   n f ( xn )
1

2  n f ' ( x n )e n  2 f " ( x n )e n  6 f
1 2 1 ( 3)
( x n )en3

 O (en4 ) en  12 f " ( x n )en2  O (en3 )

1
2
en 
1
f ' ( xn )   n f ( xn )
 2  n f ' ( x n )e n  4  n f " ( x n )e n  12  n f
1 2 1 3 1 ( 3)
( x n )en4 
 O (en4 )  12 f " ( x n )en2  O (en3 ) 

1 1  n f ' ( x n )  12 f " ( x n ) 2
dn  en  en  O(en3 ) . (3.34)
2 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Selanjutnya ekspansi Taylor f ( y n ) disekitar x0  xn dengan teorema Taylor
sampai turunan ketiga yaitu
46

1 1
f ( y n )  f ( x n )  f ' ( x n )( y n  x n )  f " ( x n )( y n  x n ) 2  f ( 3)
( x n )( y n  x n ) 3
2 6
 O (( y n  x n ) 4 ) . (3.35)
Karena d n  y n  xn , maka persamaan (3.35) dapat ditulis menjadi
1 1 3 4
f ( y n )  f ( x n )  f ' ( x n )d n  f " ( xn ) 2  f ( 3)
( x n )d n  O (d n ). (3.36)
2 6
Dengan cara yang sama didapat
1
f ' ( y n )  f ' ( x n )  f " ( x n )d n  f ( 3)
( x n )d n3  O (d n3 ). (3.37)
2
1 1  n f ' ( x n )  12 f " ( x n ) 2  1 (3)

f ' ( y n )  f ' ( x n )  f " ( x n ) en  en   f ( x n )
 2 2 f ' ( x n )   n f ( x n )  2
2
1 1  n f ' ( x n )  12 f " ( x n ) 2 
  en  en   O(d n3 )
2 2 f ' ( xn )   n f ( xn ) 
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 ( f " ( x n )) 2

2
1
 f ' ( x n )  f " ( x n )e n  en
2 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1 ( 3) 1 
 f ( x n ) en2  O(en3 ) 
2 4 
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

2
1
f ' ( y n )  f ' ( x n )  f " ( x n )e n  en
2 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1
 f ( 3)
( x n )en2  O (en3 ), (3.38)
8
dengan mengalikan persamaan (3.38) dengan persamaan (3.10) sehingga
diperoleh
 1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f " ( x n ) 2

2
1

f ' ( y n ) f ( x n )   f ' ( x n )  f " ( x n )e n  en
 2 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1  1
 f ( 3)
( x n )en2  O (en3 )  f ' ( x n )en  f " ( x n )en2
8  2
1 
 f ( 3)
( x n )en3  O (en4 ) .
6 
47

1 1 1
f ' ( y n ) f ( x n )  f ' ( x n ) 2 en  f ' ( x n ) f " ( x n )en2  f ( 3)
( x n ) f ' ( x n )en3  f ' ( xn )
2 6 2
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n )

2
1
f " ( x n )en2  f " ( x n ) 2 en3 
4 2 f ' ( xn )   n f ( xn )
1
en3  f ' ( xn ) f ( 3)
( x n )en3  O (en4 )
8
1 7
f ' ( y n ) f ( x n )  f ' ( x n ) 2 en  f " ( x n ) 2 en3  f ' ( xn ) f ( 3) 3
e n
4 24
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n ) 3

2 2
 en  O (en4 ). (3.39)
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
Dengan persamaan (3.39), dan en  x n  x * , x n  en  x * , dengan mengurangkan
kedua ruas dengan x * diperoleh
( f ' ( y n )  n f ( x n )) f ( xn )
xn 1  x n  ,
( f ' ( x n )  12 n f ( xn )) 2
( f ' ( y n )   n f ( x n )) f ( x n )
x n 1  x *  x n  x *  ,
( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
( f ' ( y n )   n f ( x n )) f ( x n )
e n 1  e n 
( f ' ( x n )  12  n f ( x n )) 2
( f ' ( x n )  12 n f ( x n )) 2 en  ( f ' ( y n )  n f ( x n )) f ( x n )
en 1  . (3.40)
( f ' ( x n )  12 n f ( x n )) 2
Selanjutnya dengan melakukan operasi aljabar pada persamaan (3.40) maka
diperoleh
en 1   f ' ( xn )  12 n f ( xn ) 
2
 f ' ( x ) 
n
1
2
2

n f ( xn )  en   f ' ( yn )  n f ( xn )  f ( xn ) 
e n 1   f ' ( x n )  12  n f ( x n ) 
2
 f ' ( x n ) 2   n f ( x n ) f ' ( x n )  14  2n f ( x n ) 2 e n
 f ' ( y n ) f ( x n )   n f ( x n ) 2  (3.41)
Kemudian substitusikan persamaan (3.30), dan (3.39) ke persamaan (3.41) maka
diperoleh
48

2
 1    1
en 1   f ' ( x n )   n f ( x n )   f ' ( x n ) 2   n  f ' ( x n ) 2 en  f ' ( x n ) f " ( x n )en2
 2    2
 O (en3 )   1 2
4
  1
 n f ( x n ) 2 en   f ' ( x n ) 2 en  f " ( x n ) 2 en3
4
 
7 1
 n f ' ( x n ) 2 f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n ) 2 3
 f ' ( xn ) f ( 3)
( x n )en3  2
en
24 f ' ( xn )   n f ( xn )

 O (en4 )   n f ( x n ) 2 
2
 1   1
en 1   f ' ( x n )   n f ( x n )    f ' ( x n ) 2 en   n f ' ( x n ) 2 en2  f ' ( x n ) f " ( x n ) n en3
 2   2
1 2 1 7
 n f ' ( x n ) 2 en3  f ' ( x n ) 2 en  f " ( x n ) 2 en3  f ' ( xn ) f ( 3)
( x n )en3
4 4 24
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n ) 3 

2 2

 en   n f ' ( x n ) 2  (3.42)
2 f ' ( xn )   n f ( xn ) 
 
2
 1   1
en 1   f ' ( x n )   n f ( x n )   f ' ( x n ) 2 en   n f ' ( x n ) 2 en2  f ' ( x n ) f " ( x n ) n en3
 2   2
1 2 1 7
 n f ' ( x n ) 2 en3  f ' ( x n ) 2 en  f " ( x n ) 2 en3  f ' ( xn ) f ( 3)
( x n )en3
4 4 24
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n ) 3

2 2
 en   n f ' ( x n ) 2 en2
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
  n f ' ( x n ) f " ( x n )e n3 
2
 1  1 1
en 1   f ' ( x n )   n f ( x n )   f ' ( x n ) f " ( x n ) n en3  2n f ' ( x n ) 2 en3
 2  2 4
1 7
 f " ( x n ) 2 en3  f ' ( xn ) f ( 3)
( x n )en3
4 24
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n ) 3 

2 2
 en 
2 f ' ( xn )   n f ( xn ) 
49

2
 1  1 1
en 1   f ' ( x n )   n f ( x n )    2n f ' ( x n ) 2  f ' ( x n ) f " ( x n ) n
 2  4 2
1  n f ' ( x n ) f " ( x n )  12 f ' ( x n ) f " ( x n )

2 2
1
  f " ( xn ) 2
2 f ' ( xn )   n f ( xn ) 4
7 
 f ' ( xn ) f ( 3)
( x n ) en3  O (en4 ). (3.43)
24 
  f ' ( x * )   f ' ( x * ) f " ( x * ) n  2n f ' ( x * ) 2  f " ( x * ) 2

en 1 2  1 1 1
3
en 2 4 4
1  n f ' ( x ) f " ( x )  12 f ' ( x ) f " ( x ) 3 

* 2 * * * 2
7
 f ' (x* ) f ( 3)
(x* )  en 
24 2 f ' (x* ) 
1
f ' ( x * ) f " ( x * ) n  14 2n f ' ( x * ) 2  14 f " ( x * ) 2  247 f ' ( x * ) f ( 3)
( x* )
 2
f ' (x* )2
1  n f ' ( x ) f " ( x )  12 f ' ( x ) f " ( x )

* 2 * * *

2 f ' ( x* )3
1 f ' ( x * ) f " ( x * ) 1  2 f ' ( x * ) 2 1 f " ( x * ) 2 7 f ' ( x * ) f ( 3 ) ( x * )

   
2 f ' ( x* ) 2 4 f ' ( x* ) 2 4 f ' ( x * ) 2 24 f ' ( x* ) 2
1 f ' ( x ) f " ( x )  12 f " ( x )

* * *

2 f ' ( x* ) 2
1 f " ( x * ) 1 2 1 f " ( x * ) 2 7 f ( 3 ) ( x * ) 1 f " ( x * ) 1 f " ( x * )

       
2 f ' (x* ) 4 4 f ' ( x * ) 2 24 f ' ( x * ) 2 f ' ( x * ) 4 f ' ( x * ) 2
en 1 1 2 1 f " ( x * ) 1 f " ( x * ) 2 7 f ( 3) ( x * )
   (    )   . (3.44)
en3 4 2 f ' ( x* ) 2 f ' ( x * ) 2 24 f ' ( x * )
Berdasarkan Definisi (2.3) , maka diperoleh

x *  x n 1 en 1 1 1 f " ( x * ) 1 f " ( x * ) 2 7 f ( 3) ( x * )
lim  lim =  2  (   )   .
n
x *  xn
R n
en
3
4 2 f ' ( x * ) 2 f ' ( x * ) 2 24 f ' ( x * )
Terlihat bahwa R  3 , maka metode iterasi yang diperoleh pada persamaan (3.26)
atau metode Chebyshev bebas turunan kedua memiliki orde kekonvergenan kubik.
50

Algoritma 3.2 Algoritma Metode Chebyshev Bebas Turunan Kedua
INPUT :
Tebakan awal := x 0
toleransi := 1.0  10 16
kondisi := true
OUTPUT :Jumlah iterasi, akar, nilai fungsi dan error komputasi.
Proses
1 f ( xn )
Hitung y n  x n  .
2 f ' ( xn )   n f ( xn )
 f ' ( y n )  n f ( x n )  f ( x n )
Hitung x n 1  x n  .
 f ' ( xn )  12 n f ( xn )2
kondisi : = false
end if
end while
ln ( x n 1  x n ) /( x n  2  x n )
Hitung COC :
ln ( x n  2  x n ) /( x n 3  x n )
51

Contoh 3.2 Diketahui f ( x)  x 3  4 x 2  10 . Akan dicari akar pendekatan dari
f ( x )  0 untuk tebakan awal x0  1.0 dengan menggunakan metode Chebyshev
bebas turunan kedua.
Solusi.Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Chebyshev bebas
turunan kedua untuk tebakan awal x0  1.0
n xn f ( xn ) x n  x n 1
1 1.0475778546712803 4.46069033e+00 4.75778547e-02
2 1.2017362338959835 2.48780871e+00 1.54158379e-01
3 1.3534956237229992 1.92661532e-01 1.51759390e-01
4 1.3652273330260516 4.42622593e-05 1.17317093e-02
5 1.3652300134140968 5.01464853e-16 2.68038805e-06
6 1.3652300134140968 7.82992671e-49 3.09121611e-17
menunjukkan hasil iterasi metode Chebyshev bebas turunan kedua sampai iterasi
ke-n, kolom ketiga menunjukkan nilai dari fungsi dan kolom keempat
menunjukkan selisih akar hampiran yang dihasilkan pada setiap iterasi. Dari Tabel
3.2 di atas akar hampiran diperoleh pada iterasi keenam yaitu
1.3652300134140968 dengan COCadalah 3.003922 dan dapat dilihat bahwa
selisih akar hampiran pada setiap iterasi menunjukkan orde kekonvergenan kubik
yang merupakan orde kekonvergensi dari metode itu sendiri.

52

3.3 Contoh Numerik
Pada bagian ini akan dibahas contoh numerik yang bertujuan untuk
membandingkan metode Chebyshev, variasi Metode Chebyshev dan metode
Chebyshev Bebas Turunan Kedua dalam menemukan akar dari persamaan
nonlinear. Selain itu contoh ini juga akan melihat COC atau perhitungan orde
konvergensi secara komputasi.
Adapun fungsi-fungsi yang digunakan untuk membandingkan tiga metode
tersebut adalah:
1. f1 ( x)  x 3  3x  17
2. f 2 ( x)  ( x  2)e  x1  2 x  5
3. f 3 ( x)  arctan(x)
4. f 4 ( x)  ln( x  1)
Fungsi-fungsi yang ada diatas merupakan contoh dari persamaan nonlinear.Hasil
contoh diberikan dalam bentuk tabel dari perbandingan metode Chebyshev (CH),
metode variasi metode Chebyshev (CHV) dan metode Chebyshev bebas turunan
kedua (CHF2).Dalam prosesnya metode-metode tersebut memerlukan tebakan
awal.Pengambilan tebakan awal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan
metode dalam menghampiri akar serta jumlah iterasi yang diperlukan.
Perbandingan ketiga metode ini diberikan dalam Tabel 3.3 pada halaman berikut:
53

Tabel 3.3 Perbandingan Iterasi dari metode CH, CHV dan CHF2.
fi x0 metode n COC xn f ( xn ) x n  x n 1
CH 3 2.99 -2.95766438e+00 1.679e-44 1.427e-15
-3.0 CHV 3 3.00 -2.95766438e+00 8.1766e-44 2.367e-15
CHF2 3 3.00 -2.95766438e+00 3.699e-43 3.768e-15

1
CH G - - - -
1.0 CHV 5 2.91 -2.95766438e+00 2.492e-17 1.593e-06
CHF2 9 2.98 -2.95766438e+00 4.774e-30 8.840e-11
CH 27 2.88 -2.04351815e+00 3.923e-17 1.121e-06
-0.1 CHV 7 3.05 -2.04351815e+00 1.619e-21 5.629e-08
CHF2 10 2.99 -2.04351815e+00 8.834e-31 3.727e-11

2
CH G - - - -
1.0 CHV 5 3.04 -2.043518150e+00 3.905e-22 3.504e-08
CHF2 6 2.95 -2.04351815e+00 5.971e-17 1.518e-06
CH 3 3.00 -7.10429425e-34 7.104e-34 1.286e-11
-0.1 CHV 3 3.07 -2.83872163e-29 2.838e-29 3.650e-10
CHF2 3 3.07 -2.14110977e-27 2.141-27 1.369e-09

3
CH DIV - - - -
10.0 CHV 6 3.19 -1.45774426e-21 1.457e-21 1.357e-07
CHF2 6 3.01 -4.88368140e-45 4.883e-45 1.802e-15
CH 3 3.01 -1.54336275e-37 1.543e-37 9.747e-13
-0.1 CHV 3 3.02 3.19454831e-30 3.194e-30 1.762e-10
CHF2 3 3.05 7.24525574e-28 7.245e-28 9.544e-10

4
CH DIV - - - -
8.0 CHV 6 3.01 4.53270009e-36 4.532e-36 1.980e-12
CHF2 6 3.03 3.02177818e-32 3.021e-32 3.309e-11
54

Keterangan tabel:
G = Gagal.
DIV = Divergen.
Pada Tabel 3.3 kolom pertama menunjukkan fungsi yang digunakan, pada kolom
kedua menunjukkan nilai tebakan awal, kolom ketiga menunjukkan metode yang
digunakan, kolom keempat menunjukkan iterasi pada setiap metode, kolom
kelima menunjukkan COC, kolom keenam menunjukkan hasil iterasi sampai
iterasi ke-n, kolom ketujuh menunjukkan nilai dari fungsi yang diperoleh pada
setiap metode, dan kolom kedelapan menunjukkan selisih akar hampiran yang
dihasilkan pada iterasi yang ada pada setiap metode.
Dari Tabel 3.3 maka dapat dilihat beberapa kondisi yaitu:
Berdasarkan jumlah iterasi, variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev
bebas turunan kedua lebih baik dibandingkan metode Chebyshev untuk hampir
semua contoh fungsi dari persamaan nonlinear yang diberikan. Hal ini dapat
dilihat pada f1 untuk tebakan awal 1.0 pada metode Chebyshev Gagal (tidak
dapat diterapkan) karena f ' ( xn )  0 .Sedangkan pada variasi metode Chebyshev
memiliki 5 iterasi dan metode Chebyshev bebas turunan kedua memiliki 9 iterasi.
Pada f 3 untuk tebakan awal 10.0 terlihat bahwa metode Chebyshev Divergen.
Hal ini disebabkan karena dalam mendapatkan nilai akar xn1 selalu tidak tetap
dan selalu menjauhi nilai akar sebenarnya.Sedangkan pada variasi metode
Chebyshev memiliki 7 iterasi dan metode Chebyshev Bebas Turunan Kedua
memiliki 8 iterasi.
55

Jika dilihat dari COC, variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev
bebas turunan kedua lebih baik dari pada metode Chebyshev. Hal ini dapat dilihat
dari contoh yang diberikan pada f 2 untuk tebakan awal 1.0 bahwa nilai COC
pada metode Chebyshev Gagal (tidak dapat diterapkan) sedangkan pada variasi
metode Chebyshev memiliki COC 3.04 dan metode Chebyshev bebas turunan
kedua 2.95.
Dilihat dari sisi akar hampiran, pada contoh f 2 dengan tebakan awal -0.1
terlihat bahwa variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan
kedua lebih baik dari pada metode Chebyshev. Eror dari variasi metode
Chebyshev kecil dari toleransi yang diberikan pada iterasi yang ketujuh dan eror
pada metode Chebyshev bebas turunan kedua 10 11 pada iterasi 10 sedangkan
eror pada metode Chebyshev 10 06 pada iterasi 27. Pada tebakan awal 1.0 terlihat
bahwa variasi metode Chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan kedua
lebih baik dari pada metode Chebyshev.Eror dari variasi metode Chebyshev kecil
dari toleransi yang diberikan pada iterasi yang kelima dan eror pada metode
Chebyshev bebas turunan kedua 10 11 pada iterasi 9 sedangkan pada metode
Chebyshev Gagal.
Secara umum dapat dilihat dari Tabel 3.3, bahwa variasi metode Chebyshev lebih
baik daripada metode Chebyshev bebas turunan kedua dan metode Chebyshev
yang dapat dilihat dari iterasi, COC, hasil iterasi dan selisih akar hampiran.
BAB IV
56

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa proses mendapatkan variasi metode Chebyshev dengan
memperkenalkan dua parameter yang tidak nol sehingga diperoleh formula seperti
metode Chebyshev dengan penambahan satu suku. Secara analitik dengan bantuan
teorema Taylor, metode ini konvergen ke akar persamaan nonlinear secara
kubik.Contoh komputasi mendukung temuan analitik melalui perhitungan COC
variasi metode Chebyshev.
Dengan menaksir turunan kedua dari fungsi f menggunakan metode
terbagi (finite difference) dan bantuan formula variasi metode Chebyshev dapat
diturunkan metode Chebyshev yang bebas turunan kedua.Secara analitik
ditunjukkan bahwa metode Chebyshev bebas turunan kedua konvergen secara
kubik ke akar f ( x )  0. Contoh komputasi menunjukkan kesesuaian kajian
analitik dengan komputasi yang dilihat melalui COC metode Chebyshev bebas
turunan kedua. Metode ini mempunyai keunggulan dari metode Chebyshev karena
dalam penerapan tidak memerlukan turunan kedua dari f ( x )  0.
Berdasarkan contoh numerik, terlihatdari keempat fungsi persamaan
nonlinear yang diberikan, jumlah iterasi variasi metode Chebyshev dan metode
Chebyshev bebas turunan kedua jauh lebih baik daripada metode Chebyshev.Hal
ini terjadi karena pada fungsi persamaan nonlinear dengan nilai tebakan awal yang
diberikan, jumlah iterasi metode Chebyshev gagal dan divergen sedangkan pada
variasi metode chebyshev dan metode Chebyshev bebas turunan kedua sukses.
57

Jumlah iterasi pada variasi metode Chebyshev lebih sedikit dibandingkan metode
Chebyshev bebas turunan kedua sehingga dalam jumlah iterasinya variasi metode
Chebyshev lebih unggul dari metode Chebyshev bebas turunan kedua.
Dilihat dari akar hampiran, bahwa variasi metode Chebyshev dan metode
Chebyshev bebas turunan kedua lebih cepat untuk menemukan akar hampirannya
daripada metode Chebyshev.Selisih akar hampiran yang dihasilkan dalam
menghampiri akar juga bergantung pada tebakan awal yang diambil dari suatu
persamaan nonlinear.
58

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Atkinson, K.E. 1993. Elementary Numerical Analysis, Second Edition. John
Wiley & Sons, New York.
[2]. Bartle, R.G dan D. R. Sherbert. 2000. Introduction to Real Analysis, Third
Edition. John Wiley & Sons, New York.
[3]. Kou J, Li Y &Wang X .2006. On a Family of Second-Derivative-Free
Variants of Chebyshev’s Method.Applied Mathematics and Computation,187:
982-987.
[4]. Martono, K. 1999. Kalkulus. Erlangga, Jakarta.
[5]. Mathew, J. H & K. D. Fink.1999. Numerical Methods Using Matlab, Third
Edition.Prentice Hall, New Jersey.
[6]. Wait, R. 1979. TheNumerical Solution of Algebraic Equations. John Wiley &
Sons, Chicester.
[7]. Wu X& Wu H. 2000. On a Class of Quadratic Convergence Iteration
Formulae Without Derivative. Applied Mathematics and computation,107:
77-80.
59

LAMPIRAN 1
# Metode Newton (NT)

> restart:
#Contoh fungsi
>f:=x->x^3-3*x+17;
df:=unapply(diff(f(x),x),x);
>Digits := 400: # jumlah digit yang digunakan
>toleransi := 1.0e-16: # toleransi yang digunakan
>x[0] := 1.0: # tebakan awal
>kondisi:=true:
Cerr[]:
>for n from 0 while kondisi=true do
if abs(df(x[n])) < toleransi then
printf(" metode Newton tidak dapat diterapkan");
break;
end if:
x[n+1] := x[n]-f(x[n])/df(x[n]):
Cerr[n+1]:=abs(x[n+1]-x[n]);
printf("%4d %20.8e %17.8e %17.8e ",
n+1,x[n+1],abs(f(x[n+1])),Cerr[n+1]);
if Cerr[n+1] <= toleransi then
printf(" Error cukup kecil”);
kondisi:=false:
elif (f(x[n+1]) <= toleransi) then
printf(" Nilai f cukup kecil");
kondisi:=false:
else
printf(" Iterasi Lanjutkan \n");
end if;
end do:
penyebut:=ln(abs((x[n-1]-x[n])/(x[n-2]-x[n]))):
pembilang:=ln(abs((x[n-2]-x[n])/(x[n-3]-x[n]))):
COC:=penyebut/pembilang:
printf("COC = %10.16f", COC);
60

LAMPIRAN 2
# Metode Chebyshev (CH)

> restart:
#Contoh fungsi
>f:=x-> x^3-3*x+17;
ddf:=unapply(diff(df(x),x),x);
>kondisi:=true:
Cerr[]:
if abs(df(x[n])) < toleransi then
printf(" metode Chebyshev tidak dapat diterapkan");
break;
end if:
Lx:=ddf(x[n])*f(x[n])/df(x[n])^2:
x[n+1] := x[n]-(1+Lx/2)*(f(x[n])/df(x[n])):
printf("%4d %20.8e %17.8e %17.8e ",
n+1,x[n+1], abs(f(x[n+1])),Cerr[n+1]);
kondisi:=false:
kondisi:=false:
else
end if;
end do:
61

LAMPIRAN 3
# Variasi Metode Chebyshev (CHV)

> restart:
#Contoh fungsi
>f:=x-> x^3-3*x+17;
>mu := 1.0: # nilai parameter mu
lamda:= 1.0: # nilai parameter lamda
>kondisi:=true:
Cerr[]:
Lx:=ddf(x[n])*f(x[n])/df(x[n])+mu*f(n[x])):
Kl:=f(x[n])/(df(x[n])+1/2*lamda*f(x[n])):
Tx:=(1+(1/2*(Lx+lamda*f(x[n]))/
(df(x[n])+1/2*lamda*f(x[n])))):
x[n+1]:= x[n]-(Tx)*(Kl):
printf("%4d %20.8e %17.8e %17.8e ",
n+1,x[n+1], abs(f(x[n+1])),Cerr[n+1]);
kondisi:=false:
kondisi:=false:
else
end if;
end do:
62

LAMPIRAN 4
# Metode Chebyshev Chebyshev Bebas Turunan Kedua(CHF2)

> restart:
#Contoh fungsi
>f:=x-> x^3-3*x+17;
>mu:= 1.0: # nilai parameter mu
lamda:= 1.0: # nilai parameter lamda
>kondisi:=true:
Cerr[]:
r:=df(x[n])+(lamda*f(x[n])/2):
y:=x[n]+((f(x[n])/(df(x[n])+ mu*f(x[n]))/2)):
x[n+1] := x[n]-(df(y)+lamda*f(x[n]))
*f(x[n])/((r)*(r)):
printf("%4d %20.8e %17.8e %17.8e ",
n+1,x[n+1], abs(f(x[n+1])),Cerr[n+1]);
kondisi:=false:
elif(f(x[n+1]) <= toleransi) then
kondisi:=false:
else
end if;
end do:
63

Netti Mariana 0703133918

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Netti Mariana 0703133918

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

VARIASI METODE CHEBYSHEV DAN METODE CHEBYSHEV

BEBAS TURUNAN KEDUA

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Supriadi Putra, M.Si Dr. Imran M, M.Sc

Ketua Jurusan Matematika

Dr. Syamsudhuha, M.Sc

1 Supriadi Putra, M.Si Ketua ( )

2 Drs. Bustami, M.Si Sekretaris ( )

3 Dr. Imran M, M.Sc Anggota ( )

4 Drs. Rolan Pane Anggota ( )

5 Drs. T. P. Nababan, M.Si Anggota ( )

Prof. Dr. Adel Zamri, MS., DEA

memberikan petunjuk dan melapangkan jalan sehingga penulisan skripsi yang

berjudul ”Variasi Metode Chebyshev dan Metode Chebyshev Bebas Turunan

Kedua” bisa terlaksana dengan baik.

banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan bimbingan,

arahan, dorongan dan kesabaran selama proses bimbingan sehingga penulis

Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

yang telah membantu dalam proses perkuliahan di Jurusan Matematika. Ucapan

Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Riau, khususnya dosen Jurusan Matematika.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, yang telah

menciptakan kedisiplinan dan ketenangan dalam proses perkuliahan di Fakultas

penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2007 di Jurusan Matematika yang

telah memberikan dukungan, motivasi dan kesempatan berdiskusi yang mereka

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada

Ayahanda Kloster Silitonga dan Ibunda tercinta Lumongga Pardede yang

memberikan curahan kasih sayang, didikan dan do’anya sehingga pengerjaan

kepada sahabat-sahabat saya terima kasih telah memberikan persahabatan dan

kesempatan berdiskusi selama ini.

ini bermanfaat bagi kita semua.

FMIPA UNRI NETTI MARIANA

menemukan akar hampiran dari suatu persamaan nonlinear.Variasi metode

orde kekonvergenan kubik. Melalui contoh numerik akan diperlihatkan bahwa

variasi metode Chebyshev lebih efisien dibandingkan dengan metode Chebyshev.

Kata Kunci : Metode Chebyshev, Metode Newton, Persamaan nonlinear, Metode

Iterasi dan Orde Konvergensi.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ viii

BAB II METODE NEWTON DAN METODE CHEBYSHEV 3

2.1. Orde Konvergensi........................................................... 3

2.2. Metode Newton.............................................................. 8

2.3. Metode Chebyshev......................................................... 13

BAB III VARIASI METODE CHEBYSHEV DAN METODE

3.1. Variasi Metode Chebyshev............................................. 20

3.2. Metode Chebyshev Bebas Turunan Kedua..................... 34

3.3. Contoh Numerik.............................................................. 44

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................... 48

Gambar 2.1. Ilustrasi Geometri Teorema Rolle.............................................. 5

Gambar 2.2. Ilustrasi Geometri metode Newton............................................. 9

Tabel 2.1. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Newton untuk

tebakan awal x0  1.0 ................................................................... 12

Tabel 2.2. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Chebyshev

untuk x0  1.0 ................................................................................ 19

Tabel 3.1. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan variasi metode

Chebyshev untuk x0  1.0 ........................................................... 33

Tabel 3.2. Pendekatan akar x 3  4 x 2  10  0 dengan metode Cheby-

shev bebas turunan kedua untuk x0  1.0 ..................................... 43

diperhatikan. Salah satu persoalannya yang sering dijumpai adalah menyelesaikan