Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS Januari 2019

Pioderma

OLEH:

Andris Tapa
N 111 17 107

PEMBIMBING KLINIK:

dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

1
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nn . M
2. Umur : 17 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan :-
5. Alamat : Desa Masaingi, Kec. Sindue
6. Agama : Islam
7. Status : Belum Menikah
8. TanggalPemeriksaan : 31 Desember 2019
9. Ruangan : Poli klinik Kesehatan Kulit & Kelamin Undata

II. ANAMNESIS (AUTO)


1. KeluhanUtama :
Luka pada kaki

2. RiwayatPenyakitSekarang:
Pasien Perempuan usia 17 tahun datang ke poli klinik Kulit & Kelamin
RSUD Undata dengan keluhan luka pada kaki kanan dibagian ibu jari dan
di sertai rasa nyeri yang dialami sejak ± 1 minggu yang lalu. Pasien
mengeluhkan awalnya luka masih kecil dan lama kelamaan membesar
disertai berair.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

2
4. RiwayatPenyakitKeluarga:
Tidak ada keluarga yang memiliki gejala serupa dan sakit yang sama
dengan pasien
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
2. Tanda Vital
Tekanandarah: 120/70 mmHg
Nadi : 79x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhuaksila : 36,5 ºC
3. Status Dermatologis/Venereologis
1) Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2) Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3) Thoraks : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4) Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5) Abdomen : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
7) Inguinal : tidak dilakukan pemeriksaan
8) Glutea : tidak dilakukan pemeriksaan
9) Ekstremitas superior: tidak terdapat ujud kelainan kulit
10) Ekstremitas inferior:
- Tampak erosi serta ulkus dangkal dengan ukuran numular disertai
pinggiran yang eritema pada area hallux pedis dextra.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ANJURAN PEMERIKSAAN


- Kultur bakteri

3
V. GAMBAR

Gambar 1. Tampak erosi serta ulkus dangkal dengan ukuran numular


disertai pinggiran yang eritema pada area hallux pedis dextra.

IV. RESUME
Pasien Perempuan 17 tahun datang dengan keluhan luka pada area hallux
pedis dextra disertai erosi dan ulkus sejak ± 1 minggu. Pasien dengan
keadaan umum sakit sedang kesadaran composmentis. Dilakukan
pemeriksaan fisik dan didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 79
x/menit, respirasi 20 x/menit. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan
erosi dan ulkus dangkal dengan krusta ukuran numular pada area hallux
pedis sinistra.

V. DIAGNOSIS KERJA
Pioderma

4
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. ektima

2. Selulitis

VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
a. Menjaga higiene personal
b. Mengkompres luka dengan cairan NaCl

Medikamentosa
 Asam fusidet (Fusycom Cr): pagi-malam
 Cefadroxyl 2x500 mg

VIII. PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad bonam

5
Qua ad functionam : ad bonam
Qua ad sanationam : ad bonam
Qua ad kosmetikam : dubia ad bonam

6
PEMBAHASAN

Pioderma merupakan penyakit infeksi kulit yang sering dijumpai. Di Bagian


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia,
insidenya menduduki tempat ketiga, dan hubungan erat dengan keadaan sosial
ekonomi. Presdiposisi penyakit ini meliputi, higenitas suatu penderita daya tahan
tubuh penderita, hingga penularan penyakit yang disebabkan karena telah adanya
penyakit kulit lain sebelumnya.1

Prevalensi pioderma dibeberapa negara lain, seperti di Brazil, Ethiopia,


Taiwan,dan lain-lain adalah 0,2-35 %. Prevalensi pioderma di Indonesia
adalah 1,4 % pada dewasa dan 0,2 % pada anak.2

Pioderma merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri


Staphylococcus, Streptococcus atau keduanya, dapat juga disebabkan oleh bakteri
Gram-negatif seperti Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgari, Proteus mirabilis,
Escherichia coli dan Klebsiella.3

Bentuk Pioderma :

 Impetigo
Definisi : penyakit infeksi piogenik pada kulit superfisial dan menular
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan, atau Streptococus pyogenes.
Untuk penangan impetigo tergantung pada jumlah lesi dan lokasi (wajah,
kelopak mata dan mulut) dan diperlukan pencegahan terhadap penyebaran
infeksi ke bagian lain.
- Patofisiologi: Penyakit ini mengenai kulit pada lapisan seperfisial
(epidermis). Kuman penyabab dapat ditemukan dan dibiakan dari cairan
bulanya. Pada impetigo bulosa, dari cairan bula ditemukan toksin
epidermolitik yang dianggap sebagai penyebab terjadinya bula. Masuknya
kuman melalui mikro lesi dikulit dan menular.

7
Gambar 2.A Gambar 2.B

Gambar 2: Impetigo Krusta , (Sumber : Fitz’s Patrick)

- Etiologi : Biasanya karena Staphylococcus aureus.

Gambar 3.A Gambar 3.B Gambar 3.C

Gambar 3: Impetigo Bulosa (Sumber : Fitz’s Patrick)

 Folikulitis
- Definisi : keradangan yang dimulai dari folikel rambut.
- Patogenesis: Setiap rambut tumbuh dari folikel, yang merupakan suatu
kantung kecil di bawah kulit. Selain menutupi seluruh kulit kepala, folikel
juga terdapat pada seluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki
dan membrane mukosa bibir. Folikulitis bisa di sebabkan oleh karena minyak
ataupun pelumas dan keringat berlebihan yang menutupi dan menyumbat
saluran folikel rambut. Bisa juga di sebabkan oleh gesekan saat bercukur atau

8
gesekan pakaian pada folikel rambut maupun trauma atau luka pada kulit. Hal
ini merupakan port de entry dari berbagai mikroorganisme terutama
staphylococcus aureus sebagai penyebab folikulitis. Kebersihan yang kurang
dan higiene yang burukmenjadi faktor pemicu dari timbulnya folikulitis,
sedangkan keadaan lelah, kurang gizi dan Diabetes melitus merupan faktor
yang mempercepat atau memperberat folikulitis ini.

Gambar 5 : Folikulitis Superfisialis (Sumber : Fitz’s Patrick)

 Furunkel/Karbunkel
- Definisi :
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jiak lebih dari pada
sebuah disebut furunkulosis. Sedangkan karbunkel adalah kumpulan dari
furunkel. furunkel atau bisul adalah suatu tanda inflamasi berupa nodul dan
berkembang di sekitar folikel rambut, biasanya diawali dengan folikulitis
yang berkembang menjadi abses. sedangkan karbunkel adalah kumpulan dari
furunkel dengan ukuran yang lebih besar serta terdapat lesi infiltrative yang
lebih luas. (2) tempat predileksi pada furunkel adalah pada bagian dengan
bantalan rambut, terutama di tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan
bokong dapat juga ditemukan pada bagian wajah dan leher.

9
- Gejala Klinis :

Gambar : 6.A Gambar : 6.B Gambar : 6.C

Gambar 6: Furunkel
(Sumber : Fitz’s Patrick)

Keluhannya berupa Nyeri. Ditemukan kelainan berupa nodus erimatosa berbentuk


krucut, dan ditengahnya terdapat pustule. Kemudian melunak menjadi abses yang
berisi pus dan jaringan krotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi
penyakit ini adalah tempat yang terdapat banyak friksi atau gesekan, contohnya
aksila dan bokong.

Karbunkel : berukuran lebih besar sekitar 3-10cm, tampak benjolan merah,


permukaan halus, biasanya dirasakan demam dan malaie, sangat sakit pada daerah
predileksi di tengkuk, punggung dan pada, terdapat kemerahan dan beberapa
pustule pada permukaan dan sekitar folikel rambut.

 Ektima
- Definisi : Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan
infeksi Streptococcus,
- Patogenesa: Patogen utama streptokokus pada manusia merupakan bagian
grup A streptokokus (GAS), terutama Streptokokus pyogenes. Bakteri ini
terbagi menjadi beberapa divisi tergantung antigen protein permukaan M dan

10
T. Protein M melindungi organisme melawan fagosit, mengakibatkan
adherensi pada jaringan epitel yang berbeda dan berkontribusi pada terjadinya
virulensi. Antigen protein T juga berada pada permukaan dan gen untuk
protein T telah diinvestigasi, khususnya dalam kejadian tiba-tiba (outbreaks)
di mana protein M tidak terindentifikasi. C5a peptidase, sebuah enzim
proteolitik pada permukaan grup A streptokokus, menghambat dalam
pengenalan sel-sel fagosit terhadap lokasi infeksi, dan selanjutnya memainkan
peran dalam patogenesis penyakit yang diakibatkan oleh streptokokus.
Eksotoksin pirogenik streptokokus, termasuk di dalamnya toksin eritrogenik,
memainkan bagian penting dalam syok endotoksik, dan memiliki efek super-
antigenik pada sistem imun, sebagai hasil dari produksi sitokin secara massif
- Gejala Klinis

Gambar : 8.A Gambar : 8.B Gambar : 8.C

Gambar 8: Ektima (Sumber : Fitz’s Patrick)

Gejala yang tampak adalah krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai
bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata
lekat dan tampak ulkus yang dangkal

11
 Pionikia
- Definisi : Radang sekitar kuku oleh piokokus
- Gejala Klinis :

Gambar 9: Pionikia, (Sumber : Fitz’s Patrick)

Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai infeksi pada lipatan
kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail
plate), dapat terbentuk abses subungual.

 Erisipelas
- Definisi : Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus B hemolyticus, gejala utamanya adalah eritema berwarna
merah cerah dan terbatas tegas serta disertai gejala konstitusi.

- Patogenesis: Inokulasi bakteri ke daerah kulit yang mengalami trauma


merupakan peristiwa awal perkembangan dari erisipelas. Dengan demikian,
faktor-faktor lokal, seperti insusfisiensi vena, statis ulserasi, dermatitis,
gigitan serangga, dan sayatan bedah telah terlibat sebagai pintu masuknya
kuman ke kulit. Sumber bakteri di erisepalas wajh sering bersumber dari
nasofaring dan riwayat faringitis streptokokus baru-baru ini telah dilaporkan
dalam sampai sepertiga dari kasus. Faktor predisposisi lainnya termasuk
diabetes, penyalahgunaaan alkohol, infeksi HIV, sindrom nefrotik, kondisi
penurunan sistem imun lain, dan tidak optimalnya higienis meningkatkan

12
risiko erisipelas. Disfungsi limfatik subklinis adalah faktor resiko untuk
erisipelas. Dalam erisipelas, infeksi dengan cepat menyerang dan menyebar
melalui pembuluh limfatik. Kondisi ini akan memberikan manifestasi
kerusakan kulit diatasnya dan pembengkakan kelenjar getah bening regional.
Respon imunitas menjadi menurun dan memberikan optimalisasi bagi
organisme untuk berkembang. 1
Gejala Klinis :

Gambar 10: Erisipelas (Sumber : Fitz’s Patrick)

Terdapat gejala konstitusi seperti demam, malese. Dimana lapisan kulit yang
diserang adalah epidermis dan dermis. didahului dengan trauma, tempat
predileksinya tungkai bawah. kelainan yang utama adalah eritema merah cerah,
berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai
edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis. Jika sering residif ditempat yang
sama dapat terjadi elephantiasis

 Selulitis
- Definisi: Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak, sering dengan
keterlibatan dari struktur utama seperti fasia, otot, dan tendon 14. Infeksi yang
meluas dengan melibatkan dermis dan lemat di subkutan, dan sering
menyebar ke otot atau tulang.

13
- Etiologi: Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling
sering disebabkan oleh S. pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri
streptokokus grup B juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram negatif
bisa menyerang orang dengan tingkat imun yang rendah. Tinea pedis
biasanya menjadi port of the entry infeksi penyakit ini. Selulitis mempunyai
gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan sakit, tetapi dapat
dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di lapisan yang lebih
dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat dipalpasi. Selulitis dapat
berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga mengakibatkan
penggelupasan dan erosi lapisan epidermal yang luas.
- Gejala Klinis:

Gambar : 11.A Gambar : 11.B

Gambar 11: Selulitis,


(Sumber : Fitz’s Patrick)
Tampak lesi yang kemerahan, bengkak, dan lembut dengan batas yang tidak
jelas, pitting edema tampak jelas, kadang kulit dapat tampak pucat karena
bengkak. Ketika mulai terjadi nekrosis, jarang tampak di permukaan, yang
menjadi tanda umum adalah abses dan ulkus yang baru terbentuk.
- Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan histopatologi tidak banyak
membantu, hanya menunjukkan edema dan neutrophil. Pada banyak kasus,
kultur kuman dapat dilakukan dengan mengaspirasi dari lesinya

14
Tabel 2: Perbedaan selulitis dan abses:

Pengobatan Umum

1. Sistemik
1. Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya
- Ampisillin,
Dosis 4×500 mg, dapat diberikan sejam sebelum makan (Post-
Cunam)
- Amoksisilin,
dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai setelah makan (Post-
Cunam) dan absorbsinya lebih cepat dari Ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
- Golongan obat penisilin resisten-penisillinase,
contohnya adalah oksasillin, kloksasillin, dikloksasillin,
flukloksasillin. Dosis 3×250 mg/hari ante-cunam. Kelebihan obat
ini adalah juga berkashiat pada Staphylococcus yang telah
membentuk penisilinase
2. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin, 3×500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih
banyak karenanya dosisnya lebih kecil yaitu 4×150 mg/hari/os, pada
infeksi berat dosisnya 4×300-450 mg/hari. Linkomisin agar tidak
dipakai lagi dan digantikan oleh Klindamisin karena potensial

15
antibakterinya lebih besar dan efek sampingnya lebih sedikit dan tidak
terlalu terhambat oleh adanya makanan dalam lambung
3. Eritromisin
Dosis 4×500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
Linkomisin/klindamisin dan obat golongan penisilin resisten-
penisillinase. Cepat menyebabkan resistensi dan kadang terjadi tak
enak di lambung

4. Sefalosporin
Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak
menunjukan hasil maka dipakailah Sefalosporin. Ada empat generasi
yang berkhasiat untuk kuman gram positif yaitu generasi I juga
generasi IV. Contohnya adalah sefadoksil dari generasi I dengan dosis
dewasa, 2×500 mg atau 2×1000 mg/hari
2. Topikal
Bermacam obat topikal dapat digunakan untuk pioderma, contohnya
basitrasin, neomisin, mupirosin. Neomisin berkhasiat juga untuk bakteri
Gram negatif. Neomisin sering mengalami sensitisasi, sedangkan teramisin
dan kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai
karenanya harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk salep atau
krim.

Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan
permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5
% yang dilarutkan 10 kali.

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus


yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada
kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram.
Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in
vitro.3

16
Komplikasi

Komplikasi pioderma yaitu bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
Septikemia (bakteri dalam peredaran darah).

Pencegahan

- Jagalah kebersihan dengan mandi tiap hari


- Jangan menggaruk apabila kulit terasa gatal
- Apabila kulit cedera, teriris atau luka, oleskan cairan antibiotika

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Seven Edition. Mc Graw


Hill; 2008.
2. Stevens,L, Alan L, Hery f, Practice Guidelines for the Diagnosis and
Management of Skin Soft-Tisue Infection. Oxfordjournal.org 2005 . 1376-
1379.
3. Djuanda A. Pioderma. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2010. h.29-35
4. Martodihardjo. Sunarko dkk, 2005. Impitigo dan Furunkel/Karbunkel.
Dalam Pedoman Diagnosa dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press, hal 94-97
5. Mansjoer A, Suprohaita dkk, 2000. Pioderma. Kapikta Selekta Kedokteran
Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal 76-
85
6. Murtiastutik D, Ervianti E dkk, 2009. Impetigo,
Folikulitis/Furunkel/Karbunkel, Erisipelas. Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi kedua. Surabaya: Fakultas Airlangga/RSUD dr. Soetomo, hal 27-38

18

Anda mungkin juga menyukai