Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

ODS KONJUNGTIVITIS NEONATAL

OLEH

Nama : Andris Tapa

NIM : N 111 17 107

Pembimbing Klinik : dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M., M.Kes

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Andris Tapa


NIM : N 111 17 107
Judul Referat : ODS Konjungtivitis Neonatal

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M.,M.Kes Andris Tapa

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .iii
BAB I – PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1. Anatomi Mata ........................................................................................ 3
2.2. Konjungtivitis Neonatal ...................................................................... 10
2.3. Epidemiologi ........................................................................................ 10
2.4.Etiologi .................................................................................................. 10
2.5.Patofisiologi .......................................................................................... 11
2.6.Prinsip Diagnostik ................................................................................. 13
2.7.Penatalaksanaan .................................................................................... 13
2.8.Prognosis ............................................................................................... 16
BAB III – LAPORAN KASUS ........................................................................ 17
BAB IV – PEMBAHASAN .............................................................................. 23
BAB V – KESIMPULAN ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR

1. Anatomi Bola Mata ............................................................................. 3


2. Otot Ekstraokular .................................................................................. 5
3. Lapisan Penyusun Bola Mata ............................................................... 6
4. Rongga Anterior dan Posterior bola mata .............................................. 7
5. Struktur koroid dan retina ...................................................................... 8
6. Opthalmic Artery .................................................................................. 9
7. Foto Pasien saat diperiksa .................................................................... 22
8. Foto Pasien saat diperiksa .................................................................... 23

1
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Konjungtivitis adalah penyakit mata yang dapat terjadi pada orang


dewasa dan anak-anak. Di Negara maju seperti Amerika, telah
diperhitungkan bahwa 6 juta penduduknya telah terkena konjungtivitis
akut 1 dan diketahui insiden konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000
penderita, baik pada anak-anak maupun pada dewasa dan juga lansia. 2
Insidensi konjungtivitis di Indonesia saat ini menduduki tempat kedua
(9,7%) dari 10 penyakit mata utama. 3 Dalam 1 bulan terakhir didapatkan
data bahwa penderita konjungtivitis di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang
berjumlah 206 orang. 1

Konjungtivitis neonatal (ophthalmia neonatorum), merupakan masalah


yang biasa ditemui dan muncul selama bulan pertama kehidupan.
Penyebabnya bisa microbiologi seperti bakteri atau virus atau kimia
(misalnya perak nitrat topikal) dan sebagian besar konjungtivitis neonatal
disebabkan oleh bakteri.2 Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat
infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi
vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Konjungtivitis yang disebabkan
oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Terdapat beberapa bentuk
konjungtivitis tertentu yang terjadi pada kelompok usia tertentu. Pada
anak, sering terjadi keratokonjungtivitis vernal, sedangkan
keratokonjungtivitis atopik dan alergika sering terjadi pada dewasa muda.1

Sekitar 1-3% pengguna kontak lensa terkena konjungtivitis papiler


raksasa dan 10% neonatus mengalami konjungtivitis denganberbagai
penyebab. Konjungtivitis infeksius mengenai perempuan dan laki-laki
dengan insidens yang sama. Namun, konjungtivitis sicca lebih sering terjadi
pada perempuan. Sebaliknya, keratokonjungtivitis vernal dan
1
konjungtivitis akibat kimia dan mekanik lebih sering terjadi pada pria.
Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah
dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi
mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan
tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik. 1

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling


sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.1
Berdasarkan hal diatas dianggap perlu untuk dibahas mengenai konjungtivitis
pada neonatus terkait adanya infeksi pada mata.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Mata
Mata adalah suatu organ fotosensitif yang sangat berkembang dan
rumit, yang menganalisis bentuk, intensitas, dan warna cahaya yang
dipantulkan objek dan menimbulkan sensasi penglihatan' Mata terletak
dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita,
yang jugi mengandung bantalan jaringan adiposa' Setiap bola mata' terdiri
atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya,
suatu sistem jaringan transparan yang membiaskan cahaya untuk
memfokuskan bayangan, seperti sel fotosensitif, dan suatu sistem neuron
yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi
visus ke otak. Setiap mata terdiri atas tiga lapisan atau tunika konsentris.
Sebuah lapisan luar kuat yang terdiri atas sklera dan kornea; sebuah lapisan
tengah vaskular yang terdiri atas koroid, badan siliar, dan iris; dan sebuah
lapisan sensorik internal, retina, yang terdiri atas epitel pigmen di luar dan
lapisan retina sebenarnya di dalam. Lapisan internal retina yang fotosensitif
ini berhubungan dengan serebrum melalui nervus opticus di sisi posterior
mata; tepi anteriornya disebut ora serrata.3

Gambar 1
Anatomi Bola mata 3

Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif: ektoderm


permukaan, termasuk derivatnya-crista neuralis; ektoderm neural; dan
mesoderm. Endoderm tidak ikut dalam pembentukan mata' Mesenkim, yang
berasal dari mesoderm atau crista neuralis, adalah istilah untuk jaringan ikat
embrional. Sebagian besar mesenkim di kepala dan leher berasal dari crista
neuralis. Ektoderm permukaan membentuk lensa; kelenjar Iakrimal; epitel
kornea, konjungtiva, dan kelenjar-kelenjar adneksa; serta epidermis
palpebra' . Palpebra berkembang darl mesenkim, kecuali epidermis kulit dan
epitel koniungtiva yang merupakan derivat ektoderm permukaan. Kuncup-
kuncup palpebra pertama kali terlihat pada janin 6 minggu; tumbuh di depan
mata, tempat mereka bertemu dan bersatu pada usia 8 minggu. Mereka
memisah saat bulan kelima.4
Bulu mata, kelenjar meibom, dan kelenjar palpebra lainnya
berkembang sebagai pertumbuhan epidermis ke bawah. Kelenjar lakrimal
dan kelenjar lakrimal aksesorius berkembang dari epitel konjungtiva. Sistem
drainase lakrimal (kanalikuli, saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis)
juga merupakan derivat ektoderm permukaan yang berkembang dari korda
epitel padat yang terbenam di antara processus maxillaris dan nasalis
struktur-struktur muka yang sedang berkembang' Saluran korda ini
terbentuk sesaat sebelum lahir.4
 Lensa mata adalah suatu struktur transparan bikonveks yang ditahan
ditempatnya oleh suatu sistem sirkular serabut zonula, yang terbentang
dari lensa ke dalam penebalan lapisan tengah yaitu badan siliar, dan
berdekatan dengan corpus vitreum di sisi posterior. Struktur yang
menutupi sebagian permukaan anterior lensa adalah perluasan lapisin
tengah berpigmen yang opak dan disebut iris' Lubang bundar di tengah
iris adalah pupil.
Mata memiliki dua rongga berisi cairan: bilik anterior, yang
menempati ruang antara kornea dan iris dan bilik posterior, antara iris,
processus ciliaris, perlekatan zonula, dan lensa Kedua struktur ini saling
terhubung di pupil dan mengandung cairan jernih yang disebut humor
aquosa. Bilik vitreus terletak di belakang lensa dan perlekatan zolnula serta
dikelilingi oleh retina. Bilik vitreus berisikan massa jaringan ikat gelatinosa
transparan yang disebut corpus vitreum (badan kaca).3
Lapisan fibrosa luar bola mata melindungi struktur internal yang
lebih halus dan menyediakan tempat untuk insersi otot dalam hubungannya
dengan mata, istilah "eksternal/1uar" dan "internal/dalam" merujuk pada
struktur yang lebih dekat, masing-masing, pada permukaan bola mata atau
di bagian dalamnya.) Lapisan luar berwarna opak di lima Perenam bagian
posterior bola mata adalah sklera. Pada orang dewasa lapisan ini
membentuk segmen bola yang berdiameter sekitar 22 mm. Sklera memiliki
ketebalan rerata 0,5 mm, relatif avaskular, terdiri atas jaringan ikat padat
kuat, yang terdiri atas berkas kolagen tipe I pipih yang berselangseling
dalam berbagai arah tetapi tetap sejajar dengan permukaan organ, substansi
dasar dalam jumlah cukup, dan sebaran fibroblas. 3

Gambar 2 Otot Ekstraokular 5


Tendon ekstraokular yang menggerakkan insersi mata ke dalam area
anterior sklera. Di posterior sklera menebal kira-kira sebesar 1 mm dan
bergabung dengan epineurium yang melapisi nervus opticus. Sebuah regio
internal tipis di sklera yang berdekatan dengan choroid, kurang padat
dengan serabut kolagen yang lebih tipis, lebih banyak fibroblas. serat
elastin, dan melanosit.3
Berbeda dengan sklera, seperenam anterior mata yaitu kornea, tidak
berwarna dan transparan dan sepenuhnya avaskular. Potongan melintang
kornea memperlihatkan bahwa struktur ini terdiri atas lima lapisan:
 suatu epitel skuamosa eksternal berlapis,
 suatu membrana limitans anterior (membran Bowman, membran basal
epitel berlapis),
 stroma,
 suatu membrana limitans posterior (membran Descemet, membran
basal endotel), dan
 endotel skuamosa internal selapis.
Pertemuan kornea-sklera, atau limbus, adalah suatu area peralihan
dengan stroma transparan bersatu dengan sklera opak. Regio ini memiliki
mikrovaskular,beserta humor aquosa pada bilik anterior, menyediakan
metabolitnya untuk sel kornea melalui difusi. Sel punca untuk epitel berlapis
terkonsentrasi di limbus; dari limbus ini, sel-sel penguat transit yang cepat
membelah bergerak dalam arah sentripetal ke dalam epitel kornea. lapisan
tengah vaskular mata, yang juga dikenal sebagai uvea, terdiri atas tiga
bagian, dari posterior ke anterior: choroid, badan siliar, dan iris.3

Gambar 3 Lapisan Penyusun Bola mata 3


 Choroid merupakan suatu lapisan yang sangat vaskular pada dua pertiga
posterior mata, dengan jaringanikat longgar bervaskular yang banyak
mengandung serat kolagen dan elastin fibroblas, melanosit, makrofag,
limfosit, sel mast, dan sel plasma. Banyak melanosit memberinya ciri
warna hitam yang khas dan menghambat masuknya cahaya kecuali
melalui pupil.
Badan siliar, suatu pelebaran anterior choroid di tingkat lensa
merupakan suatu cincin tebal jaringan yang terdapat tepat di dalam bagian
anterior sklera. Pada potongan melintang, struktur ini berbentuk segitiga,
dengan dasar panjangnya berhubungan dengan sklera' sisi lain berkontak
dengan corpus vitreum, dan yang ketiga dengan bilik posterior (Gambar 23-
5). Badan siliar memiliki stroma jaringan ikat longgar, kaya akan
mikrovaskular, serat elastin,dan melanosit, yang mengelilingi banyak otot
polos. Musculus ciliaris memiliki fasikulus kecil otot yang berinsersi pada
sklera dan tersusun sedemikian rupa sehingga kontraksinya (sebagai respons
saraf parasimpatis) mengurangi diameter intemal cincin badan siliar, yang
mengurangi tegangan pada serabut yang berjalan dari badan siliar ini ke
Iensa. Hal ini memungkinkan pencembungan lensa dan pemfokusan cahaya
yang lebih baik dari objek yang berdekatan pada retina. Jadi, m. ciliaris
penting pada akomodasi visual.
 Iris adalah perluasan uvea yang paling anterior (lapisan tengah) yang
sebagian menutupi lensa, dan menyisakan lubang bundar di pusat yang
disebut pupil. Corpus vitreum menempati bilik vitreus di belakang
lensa. Struktur ini terdiri atas jaringan ikat transparan yang kebanyakan
(99%) terdiri atas air (vitreous humor), yang terikat pada hialuronat dan
sejumlah kecil kolagen. Jaringan ikat yang mirip gel ini terkandung di
dalam membran vitreus yang terdiri atas kolagen tipe IV dan protein
lamina externa lainnya.

Gambar 4 Rongga anterior dan posterior bola mata 3


Sel yang hanya dijumpai pada corpus vitreum adalah sejumlah kecil
makrofag dan populasi sel di dekat membran yang disebut hialosit,
yang menyintesis hialuronat dan kolagen.
 Retina, lapisan internal mata, berasal dari mangkuk optik embrionik.
Seperti mangkuk optik, retina terdiri atas dua lapisan utama. Lapisan
dalam, retina neural, mengandung neuron dan fotoreseptor. Regio
visual pada lapisan ini terbentang pada sisi anterior hanya sejauh ora
serrata.

Gambar 5 Struktur Choroid dan Retina 3


Organ-organ tambahan mata3

 Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang menutupi


bagian anterior sklera dan berlanjut sebagai Iapisan permukaan dalam
kelopak mata. Konjungtiva terdiri atas epitel berlapis kolumnar dengan
banyak se1 kecil yang menyerupai sel goblet, yang ditunjang oleh selapis
tipis lamina propria jaringan ikat longgar. Sekresi mukus dari sel epitel
konjungtiva ditambahkan ke lapisan air mata yang melapisi epitel ini dan
kornea.
 Kelopak mata adalah struktur fleksibel yang mengandung kulit otot, dan
konjungtiva yang melindungi mata. Kulit hanya terdapat dl permukaan
luar. Kelopak ini bersifat longgar dan elastis, sedikit memiliki lemak, dan
mempunyai folikel rambut yang sangat kecil dan rambut halus, kecuali di
ujung distal kelopak di mana folikel besar yang membentuk bulu mata
dijumpai. Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat apokrin termodifikasi
berhutungan dengan folikel bulu mata tersebut.
 Kelenjar lakrimal memiliki asini tubuloalveolar yang terdiri atas sel serosa
tinggi dengan inti basal dan granula sekretoris yang terpulas ringary yang
secara histologis menyerupai sel asinar keleniar parotis (Gambar 23-20).
Setiap asinus dikelilingi oleh sel mioepitel yang berkembang baik dan
suatu lamina basal serta bermuara ke dalam suatu sistem duktus yang
berujung pada duktus ekskretoris.

Gambar 6 Opthalmic artery 6


Konjungtivitis neonatal
konjungtivitis adalah penyakit radang yang ditandai dengan eritema
konjungtiva, pembengkakan, dan keluarnya cairan. Ophthalmia neonatorum
(ON), juga disebut konjungtivitis neonatal, adalah infeksi mukopurulen akut
yang terjadi dalam 4 minggu pertama kehidupan. 7

Epidemiologi
Kejadian konjungtivitis neonatal infeksius berkisar dari 1% hingga 2%.
Epidemiologi konjungtivitis neonatal berubah ketika larutan nitrat
diperkenalkan pada 1800-an untuk mencegah opthalmia gonokokal. Klamidia
adalah agen infeksi yang paling umum yang menyebabkan ophthalmia
neonatorum di Amerika. Negara bagian, tempat 2% hingga 40% kasus
konjungtivitis neonatal disebabkan oleh Chlamydia. Sebaliknya, kejadian
ophthalmia neonatorum gonokokal telah berkurang secara dramatis dan
menyebabkan kurang dari 1% dari kasus konjungtivitis neonatal.8

Di seluruh dunia, insidensi oftalmia neonatorum tinggi di daerah-


daerah dengan kejadian penyakit menular seksual yang juga tinggi.
Insiden berkisar dari 0,1% di negara-negara yang maju dengan perawatan
prenatal yang efektif, sedangkan berkisar 10% di daerah seperti Afrika Timur.
Pada abad ke-19 kejadian ofthalmia neonatorum telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan di bangsal bersalin tidak hanya dari Eropa, tetapi juga di
Kanada. Dampak paling buruk yaitu kebutaan dari infeksi mata karena
penyakit ini. Tingkat oftalmia neonatorum bervariasi di berbagai belahan
dunia. Dalam satu rumah sakit di Pakistan, kejadian oftalmia
neonatorum dilaporkan sekitar 17%. Insiden oftalmia neonatorum di
Amerika berkisar antara 1-2%, tergantung pada karakter sosial ekonomi
daerah.9

Etiologi
Usia bayi merupakan petunjuk penting tentang etiologi konjungtiviti
neonatal; Namun, infeksi bakteri dapat terjadi kapan saja. Berikut ini adalah
ringkasan kejadian dan penyebabnya.10,11
 24 jam pertama kehidupan: Penyebab kimia seperti tetes perak nitrat atau
dari obat profilaksis. seperti tetes eritromisin, tetes gentamisin.
 24 hingga 48 jam kehidupan: Penyebab bakteri kemungkinan besar
(Neisseria gonorrhoeae adalah penyebab paling umum, Staphylococcus
aureus).
 5 hingga 14 hari kehidupan: Chlamydia trachomatis
Reservoir dari organisme adalah serviks atau uretra ibu. Bayi yang lahir
dari ibu yang terinfeksi berisiko tinggi(sekitar 25% -50%) terkena
infeksi.12
 6 hingga 14 hari kehidupan: Herpes keratoconjunctivitis
 5 hingga 18 hari: Pseudomonas aeruginosa

Patofisiologi
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa nonkeratinisasi, dan
substantia propria tipis yang kaya vaskularisasi mengandung pembuluh
limfatik dan sel, seperti limfosit, sel plasma, sel mast, dan makrofag.
Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet. 12
Patologi konjungtivitis neonatal dipengaruhi oleh anatomi jaringan
konjungtiva pada bayi baru lahir. kadang konjungtiva ini dapat menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, kemosis yang dramatis, dan sekresi yang
berlebihan. Infeksi ini cenderung lebih serius pada neonatus karena
kurangnya kekebalan, kurangnya jaringan limfoid di konjungtiva, dan tidak
adanya air mata saat lahir 12

Kejadian oftalmia neonatorum dapat disebabkan oleh agen infeksius


maupun non-infeksius. Penyebab infeksius seperti bakteri klamidia dan
virus, sedangkan penyebab non-infeksius adalah bahan kimia yang
biasanya diberikan sebagai profilaksis mata pada bayi baru lahir. Infeksi
dapat terjadi dalam tiga cara, yaitu sebelum kelahiran, selama kelahiran
atau setelah lahir. Infeksi sangat jarang terjadi sebelum kelahiran. Infeksi
sebelum kelahiran dapat terjadi melalui cairan amnion pada ibu yang
mengalami rupture membran. Cara infeksi yang paling umum terjadi
selama kelahiran adalah infeksi dari jalan lahir yang terinfeksi, terutama
ketika anak lahir dengan presentasi wajah atau dengan bantuan forceps.
Infeksi dapat terjadi setelah kelahiran, yaitu ketika bayi baru lahir
terkena kotoran dari pakaian kotor pasca persalinan atau terkena jari
dengan lokia yang terinfeksi.9
Pada oftalmia neonatorum umumnya terjadi transmisi pada saat
kelahiran dari ibu yang terinfeksi. Hal tersebut mengakibatkan infeksi pada
neonatal umumnya mengenai bagian mata yang bermanifestasi keluarnya
sekret kekuningan terus menerus sehingga kelopak mata sulit dibuka.
Oftalmia neonatorum terjadi akibat penyakit menular seksual yang dapat
ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-
tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan.9

Prinsip Diagnosis
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi Konjungtivitis

1. Konjungtivitis bakterial: Konjungtiva hiperemis, sekret purulen atau


mukopurulen dapat disertai membran atau pseudomembran di konjungtiva
tarsal. Curigai konjungtivitis gonore, terutama pada bayi baru lahir,
jika ditemukan konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen
yang sangat banyak.
2. Konjungtivitis viral: Konjungtiva hiperemis, sekret umumnya
mukoserosa, dan pembesaran kelenjar preaurikular
3. Konjungtivitis alergi: Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi,
dan keluhan gatal. 13
2.7. Terapi
Pengobatan konjungtivitis neonatorum didasarkan pada gambaran klinis
dan temuan pada pemeriksaan laboratorium. Sebelum lahir, pertimbangkan
risiko penularan patogen klamidia, gonokokal, herpes, dan streptokokus ke
janin selama persalinan pervaginam. Perawatan sebelum hasil laboratorium
harus termasuk salep eritromisin topikal dan generasi ketiga IV atau IM
sefalosporin. Perawatan cepat konjungtivitis gonokokal adalah penting,
karena organisme ini dapat menembus secara utuh epitel kornea dan dengan
cepat menyebabkan ulserasi kornea.12

Karena perkembangan cepat konjungtivitis gonokokal, pasien dengan


konjungtivitis neonatal akut harus dirawat untuk konjungtivitis gonokokal
sampai hasil kultur tersedia; perawatan diubah sesuai dengan hasil
laboratorium. Dalam kasus konjungtivitis klamidia, pengobatan sistemik
diperlukan karena risiko pneumonia yang signifikan untuk mengancam jiwa.
12

Bayi baru lahir dengan konjungtivitis beresiko untuk infeksi sekunder,


seperti pneumonia, meningitis, dan septikemia, yangdapat menyebabkan
sepsis dan kematian dan karenanya harus dirawat untuk pemeriksaan dan
perawatan lengkap. Konjungtivitis bakterial jarang gagal merespons
pengobatan 12

Konjungtivitis Chlamydial Neonatal

Infeksi ini diobati dengan eritromisin oral (50 mg / kg / hari dibagi 4


kali sehari ) selama 14 hari. Pengobatan topikal saja tidak efektif. Salep
eritromisin topikal mungkin bermanfaat sebagai terapi tambahan. Perawatan
sistemik penting dalam kasus konjungtivitis klamidia karena terapi topikal
tidak efektif dalam memberantas bakteri dalam nasofaring bayi, yang dapat
menyebabkan pneumonia yang mengancam jiwa jika tidak diobati 12

Pengobatan konjungtivitis herpes neonatal


Neonatus dengan dugaan infeksi herpes simpleks harus diobati dengan
asiklovir sistemik untuk mengurangi risiko infeksi sistemik. Dosis efektif
adalah 60 mg / kg / hari IV dibagi. Durasi minimal yang disarankan adalah 14
hari, tetapi pemberian selama 21 hari mungkin diperlukan. Bayi dengan
keratitis HSV neonatal juga harus menerima obat oftalmik topikal, paling
umum 1% trifluridine tetes atau 3% salep vidarabine. Obat ini diberikan
selama 5 kali sehari selama 10 hari.5 Gel topikal ganciclovir 0,15% sekarang
juga tersedia, walaupun agen topikal ini tidak ada secara khusus disetujui
untuk penggunaan neonatal. Antibiotik topikal juga dapat dipertimbangkan
untuk mencegah infeksi bakteri sekunder pada kasus dengan epitel cacat
yang signifikan.12

Menurut Buku Merah 2012, erythromycin 0,5% topikal dan 1% tetrasiklin


dianggap sama efektifnya untuk profilaksis infeksi gonore okular pada bayi
baru lahir. povidone-iodine, dan erythromycin semuanya efektif dalam
pencegahan neonatal non-chlamydial non-gonococcal konjungtivitis. Larutan
povidone-iodine (2,5%) efektif dalam mencegah oftalmia neonatal. Povidone-
iodine banyak digunakan di luar Amerika Serikat. Ini disetujui oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), tetapi tidak tersedia secara
komersial di Indonesia. Salep eritromisin dianggap sebagai regimen terbaik
untuk profilaksis terhadap neonatal konjungtivitis karena kemanjurannya
melawan patogen non-chlamydial gonokokal dan non-gonokokal. 12

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua


kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Erythromycin 12

Erythromycin mengobati infeksi C trachomatis. Erythromycin menghambat


asam ribonukleat (RNA) synthesis sintesis protein dependen, mungkin
dengan merangsang disosiasi peptidil RNA transfer (tRNA) dari ribosom. Ini
menghambat pertumbuhan bakteri. Terapi antimikroba topikal tidak
diperlukan (tetapi dapat membantu) jika terapi sistemik diberikan.
Tetrasiklin12

Ini adalah turunan bakteriostatik dari naftalena karboksamid polisiklik; itu


adalah alternatif untuk infeksi klamidia.

Penicillin G 12

Penicillin G adalah pilihan untuk infeksi N gonorrhoeae yang rentan terhadap


penisilin. Ini mengganggu sintesis dinding sel mucopeptide selama
multiplikasi aktif, menghasilkan aktivitas bakterisidal terhadap
mikroorganisme yang rentan.

Bacitracin ophthalmic 12

Salep ophthalmic Bacitracin untuk cocci gram positif mencegah transfer


mukopeptida ke dalam dinding sel yang tumbuh, menghambat pertumbuhan
bakteri.

Ceftriaxone (Rocephin) 12

Ceftriaxone adalah pengobatan untuk N gonorrhoeae yang memproduksi


penisilinase. Ini adalah sefalosporin generasi ketiga dengan luas pektrum,
aktivitas gram negatif. Ini memiliki kemanjuran yang lebih rendah terhadap
organisme gram positif dan kemanjuran yang lebih tinggi organisme resisten.
Ceftriaxone menangkap pertumbuhan bakteri dengan mengikat 1 atau lebih
protein pengikat penisilin

Cefotaxime (Claforan) 12

Pengobatan alternatif untuk N gonorrhoeae, cefotaxime menangkap sintesis


dinding sel bakteri, yang pada gilirannya menghambat bakteri pertumbuhan.
Sefotaksim adalah sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum gram
negatif. Ini memiliki kemanjuran yang lebih rendah terhadap gram positif
organisme

Gentamicin (Garamycin, Gentak) 12


Gentamisin sistemik adalah alternatif lain untuk N gonorrhoeae penghasil
penisilinase. Gentamisin topikal juga digunakan untuk infeksi bakteri gram
negatif lainnya.

Tobramycin ophthalmic (Tobrex) 12

Oftalmik Tobramycin untuk basil gram negatif mengganggu sintesis protein


bakteri dengan mengikat 30S dan 50S subunit ribosom, yang menghasilkan
membran sel bakteri yang rusak. Ini tersedia sebagai solusi, salep, atau lotion.

2.8. Prognosis
Prognosis konjungtivitis neonatal umumnya dianggap baik selama diagnosis
dini dibuat dan terapi medis yang segera dimulai. Sebagian besar kasus
konjungtivitis menular merespons dengan pengobatan tepat. tetapi,
morbiditas dan mortalitas meningkat dalam kasus terkait sistemik yang
membutuhkan rawat inap dan pemantauan intensif.14

BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : By.ny Marlina
Umur : 9 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Nambaru

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mata kanan dan kiri keluar kotoran bercampur darah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien bayi laki-laki usia 9 hari diantar ke Rumah sakit anuntaloko
parigi dengan keluhan keluar kotoran bercampur darah yang dialami sejak 2
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya keluhan berupa
gatal pada kelopak mata disertai bengkak, pada saat bayi menangis, keluar
banyak kotoran berwarna putih disertai darah. Pasien sempat demam
dirumah. Orang tua bayi mengatakan pada saat mata bayi gatal-gatal sempat
di oleskan air kencing pada kelopak matanya, dan keluhan semangkin berat
hingga sekarang.
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Lain :
Tidak ada
Riwayat Trauma :
Pasien tidak memiliki riwayat trauma
Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit mata dalam keluarga.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Bayi lahir cukup bulan dan persalian normal, letak bokong kepala.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : tidak dilakukan pemeriksaan
- Nadi : 145 x/m
- Pernapasan : 40 x/m
- Suhu : tidak dilakukan pemeriksaan

Status Oftalmologis OD OS

Visus

- Tajam Penglihatan - -
- Koreksi
- -
- Addisi
- Distansia Pupil - -
- Kacamata lama
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- -
Inspeksi:
Kedudukan Bola mata:

- Eksoftalmus
- Endoftalmus
- Deviasi
- -
- Gerakan Bola mata
- -
Supra Silia - -
- Warna Baik ke semua arah Baik ke semua
- Letak arah

Palpebra superior dan inferior


+
+
- Edema
+
- Nyeri tekan +
- Ektropion
- Entropion
- Trikiasis
- Sikatriks
- -
- Ptosis
- -
Konjungtiva tarsal superior dan - -
inferior
+ +
- Hiperemis
- Sikatriks - -

- -
Konjungtiva bulbi
+ +
- Secret
- Injeksi konjuntiva + +
- Injeksi siliar
- Injeksi episklera

- Hiperemis
+ +
- Perdarahan subkonjuntiva
- Pterigium - -
- Nodul
- -

System lakrimalis
- -
- Punctum
- -
Kornea - -
- Kejernihan - -
- Permukaan
- -
- Infiltrate
- Ulkus - -
- Arcus senilis
- Edema - -
- Sikatriks - -

Bilik mata depan

- Kedalaman
- Kejernihan Terbuka Terbuka
- Hifema
- Hipopion

jernih Jernih
Iris
Cembung Cembung
- Warna
- Kripte - -
- Sinekia
- -
- -
Pupil
- -
- Letak
- Bentuk + +
- Ukuran
- RCL
- RCTL Normal Normal

Lensa
Jernih Jernih
- Kejernihan
- -
- -
Palpasi

- Nyeri tekan
- Massa tumor
- Tensi okuli
- -
- -
Lapang pandang

- Test konfrontasi

Tes buta warna

Oftalmoskopi - -
- -
Slit lamp
- Palpebra
- Silia
- Konjungtiva
- -
- Kornea
- COA
S - Iris
t - Pupil
- Lensa - -
a
t - -

u - -
s

L
o
k
a
l
i
s
:

D. RESUME
Pasien bayi laki-laki usia 9 hari diantar ke Rumah sakit anuntaloko
parigi dengan keluhan keluar kotoran bercampur darah yang dialami sejak 2
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya keluhan berupa
gatal pada kelopak mata disertai bengkak, pada saat bayi menangis, keluar
banyak kotoran berwarna putih disertai darah. Pasien sempat demam
dirumah. Orang tua bayi mengatakan pada saat mata bayi gatal-gatal sempat
di oleskan air kencing pada kelopak matanya, dan keluhan semangkin berat
hingga sekarang. Palpebra superior et inferior : Edema (+), Sekret (+),
Perdarahan (+) Bulbus okuli kesan normal
E. DIAGNOSIS
ODS Konjungtivitis Neonatal

F. PENATALAKSANAAN
 Definitif
Bersihkan Sekret
 Medikamentosa
Antibiotik:
Topikal  GaforinEye drops 6 x 1 gtt ODS
 Bralifeks 6 x1 gtt
 Non medikamentosa
Memberikan Edukasi :
1. Menjaga higenitas mata.
2. Hindari pengobatan tradisonal tanpa anjuran medis
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
H. DOKUMENTASI

Gambar 7 . Foto pasien saat diperiksa


BAB IV
PEMBAHASAN
Konjungtivitis adalah penyakit radang yang ditandai dengan eritema
konjungtiva, pembengkakan, dan keluarnya cairan. Ophthalmia neonatorum
(ON), juga disebut konjungtivitis neonatal, adalah infeksi mukopurulen akut yang
7
terjadi dalam 4 minggu pertama kehidupan. Pada kasus ini pasien diidiagnosis
dengan ODS Konjungtivitis Neonatal, diagnosa ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis terdapat keluhan gatal pada
kedua mata, edema palpebra dan adanya sekret berwarna putih disertai darah,
sejak 2 hari yang lalu. Adapun keluhan riwayat sebelumnya yaitu orang tua pasien
sempat mengolesakan cairan urin bayi pada bagian palpebra kiri dan kanan. Hal
ini dapat memperburuk kondisi pasien dimana urin yang diberikan bersifat tidak
steril. Klasifikasi Konjungtivitis terdiri dari Konjungtivitis bacterial,
Konjungtivitis viral, dan Konjungtivitis alergi. Pada kasus ini kemungkinan
penyebab kojungtivitis adalah infeksi bakteri, dimana Konjungtiva hiperemis,
sekret purulen atau mukopurulen dapat disertai membran atau pseudomembran
di konjungtiva tarsal. 13

Gambar 8 Foto pasien saat diperiksa


Pada pemeriksaan didapatkan Palpebra superior et inferior : Edema (+)
menandakan adanya reaksi inflamasi, Sekret (+), Perdarahan (+) Bulbus okuli
kesan normal
Pada kasus ini pasien diberikan terapi antibiotik Gaforin Eye drops 6 x 1
gtt ODS dan Bralifeks 6 x1 gtt. Hal ini untuk mengatasi infeksi yang disebabkan
13
oleh bakteri . Bralifeks memiliki kandungan Tobramycin untuk basil gram
13
negatif mengganggu sintesis protein bakteri dengan mengikat 30S dan 50S .
Selain terapi medikamentosa, orang tua pasien diberikan edukasi untuk lebih
berhati-hati dalam memberikan terapi tehadap penyakit yang dialami anaknya.
Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika mengalami keluhan penyakit mata.
Prognosis pada pasien masih cukup baik mengingat pada hasil
pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi ataupun superinfeksi
, diharapkan pasien dapat terjaga hiegenitas matanya dan menghidari faktor resiko
infeksi mata.13

BAB V
KESIMPULAN

1. Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan


dalam kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan
bola mata. Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel
goblet. Sekret sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi
sebagai pelumas dan pelindung epitel bagian depan mata. 3
2. Konjungtivitis adalah penyakit radang yang ditandai dengan eritema
konjungtiva, pembengkakan, dan keluarnya cairan. Ophthalmia
neonatorum (ON), juga disebut konjungtivitis neonatal, adalah infeksi
mukopurulen akut yang terjadi dalam 4 minggu pertama kehidupan. 7
3. Di seluruh dunia, insidensi oftalmia neonatorum tinggi di daerah-
daerah dengan kejadian penyakit menular seksual yang juga tinggi.
Insiden berkisar dari 0,1% di negara-negara yang maju dengan
perawatan prenatal yang efektif, sedangkan berkisar 10% di daerah seperti
Afrika Timur.7 Klamidia adalah agen infeksi yang paling umum yang
menyebabkan ophthalmia neonatorum di Amerika. Negara bagian, tempat
2% hingga 40% kasus konjungtivitis neonatal disebabkan oleh Chlamydia.
Sebaliknya, kejadian ophthalmia neonatorum gonokokal telah berkurang
secara dramatis dan menyebabkan kurang dari 1% dari kasus
konjungtivitis neonatal.8
4. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi Konjungtivitis terdiri dari konjungtivitis bakterial, virus, dan
konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi. Curigai konjungtivitis
gonore, terutama pada bayi baru lahir, jika ditemukan konjungtivitis
pada dua mata dengan sekret purulen yang sangat banyak. Pada
Konjungtivitis viral, Konjungtiva hiperemis, sekret umumnya
mukoserosa, dan pembesaran kelenjar preaurikular. Sedangkan
konjungtivitis alergi umunya Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau
alergi, dan keluhan gatal. 13
5. Pengobatan konjungtivitis neonatorum didasarkan pada gambaran klinis
dan temuan pada pemeriksaan laboratorium. Perawatan cepat
konjungtivitis gonokokal adalah penting, karena organisme ini dapat
menembus secara utuh epitel kornea dan dengan cepat menyebabkan
ulserasi kornea.10 Bayi baru lahir dengan konjungtivitis beresiko untuk
infeksi sekunder, seperti pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang
dapat menyebabkan sepsis dan kematian dan karenanya harus dirawat
untuk pemeriksaan dan perawatan lengkap.
Perawatan sistemik penting dalam kasus konjungtivitis klamidia
karena terapi topikal tidak efektif dalam memberantas bakteri dalam
nasofaring bayi, yang dapat menyebabkan pneumonia yang mengancam
10
jiwa jika tidak diobati Neonatus dengan dugaan infeksi herpes simpleks
harus diobati dengan asiklovir sistemik untuk mengurangi risiko infeksi
sistemik. Dosis efektif adalah 60 mg / kg / hari IV dibagi. Oftalmik
Tobramycin untuk basil gram negatif mengganggu sintesis protein bakteri
dengan mengikat 30S dan 50S subunit ribosom, dengan menghasilkan
membran sel bakteri yang rusak. Ini tersedia sebagai solusi, salep, atau
lotion.12
6. Prognosis konjungtivitis neonatal umumnya dianggap baik selama
diagnosis dini dibuat dan terapi medis yang segera dimulai. Sebagian
besar kasus konjungtivitis menular merespons dengan pengobatan tepat.
tetapi, morbiditas dan mortalitas meningkat dalam kasus terkait sistemik
yang membutuhkan rawat inap dan pemantauan intensif.14

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramadhanisa Aqsha. Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang


Village. Faculty of Medicine, Universitas Lampung.2014 Des ; 3(2) :2-4
[Internet]. Cited on Mar 17, 2019. Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/446/447
2. Afjeiee S A., Tabatabaei S R., Fallah F et all., A microbiological study of
neonatal conjunctivitis in two hospitals in Tehran, Iran. Asian Pacific Journal
of Tropical Disease. 2014; 3(6): 429-433 Available from: journal homepage:
www.elsevier.com/locate/apjtd

3. Anthony, L . Mescher. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Jakarta:


EGC; 2012

4. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya


Medika Jakarta, 2009
5. American Academy of Ophthalmology. Fundamental and Principles of
Ophtalmology. Section 2. Chapter 1. Basic and Clinical Science Course;
2008-2009.
6. Chihiro Yokochi et all : color atlas of anatomy 7th Edition. Philadelphia :
Scahuter; 2011, pp 133-134

7. Matejcek Adela., Goldman R D., Treatment and prevention of ophthalmia


neonatorum. Child Health Update.2014 Nov ; vol 59 Cited on Mar 17, 2019.
Available from :
https://pdfs.semanticscholar.org/e165/00f16a3d990edb2808f4679298b6f52e3
567.pdf

8. Makker Kartikeya., Kaufman E J., Neonatal Conjunctivitis. Treasure Island


(FL): StatPearls Publishing; 2019. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441840/

9. Rini A S., Yusran M., Oftalmia Neonatorum et Causa Infeksi Gonokokal.


Fakultas kedokteran, Universitas Lampung. 2017 Juli ;6 (3) : 58-59 Available
from: https://docplayer.info/54980420-Oftalmia-neonatorum-et-causa-
infeksi-gonokokal-ophtalmia-neonatorum-et-causa-gonoccocal-infection.html
10. Zikic A, Schünemann H, Wi T, Lincetto O, Broutet N, Santesso N. Treatment
of Neonatal Chlamydial Conjunctivitis: A Systematic Review and Meta-
analysis. J Pediatric Infect Dis Soc. 2018 Aug 17;7(3):e107-e115. [PMC free
article: PMC6097578] [PubMed: 30007329]

11. Singh G, Galvis A, Das S. Case 1: Eye Discharge in a 10-day-old Neonate


Born by Cesarean Delivery. Pediatr Rev. 2018 Apr;39(4):210. [PubMed:
29610429]

12. McCourt E A., Dahl A., Neonatal Conjunctivitis (Ophthalmia Neonatorum).


Medscape. 2018 nov . Cited on Mar 17, 2019. Available from:
http://emedicine.medscape.com/

13. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis BAGI DOKTER Edisi
Revisi Tahun 2014 Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta ; 2014

14. Bowman K M., Epley K David. Neonatal Conjunctivitis. San Francisco:


American Academy of Ophthalmology ; 2017. Available from:
https://eyewiki.org/Neonatal_Conjunctivitis

Anda mungkin juga menyukai