Anda di halaman 1dari 8

Aspek Sosial Budaya Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dan persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8
minggu (Rustam Mochtar, 1998, hal. 155).
Tujuan perawatan masa nifas adalah memulihkan kesehatan umum
penderita, mendapatkan kesehatan emosi yang stabil, mencengah terjadinya
infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI, dan agar penderita
melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, dan memelihara bayi dengan
baik.
Keadaan psikologis pada masa nifas meliputi insting keibuan, yang
merupakan perasaan dan dorongan yang dibawa sejak manusia dilahirkan, yang
ada dalam seorang wanita untuk menjadi seorang ibu yang selalu memberi kasih
sayang kepada anaknya. Sikap ini berbeda dengan sikap pria dewasa. Walaupun
mereka menyukai anak-anak/bayi, tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita.
Reaksi ibu setelah melahirkan ditentukan oleh temperamennya. Bila ibu
bertemperamen gembira, ibu biasanya menjadi ibu yang lebih sukses, sedangkan
ibu yang selalu murung kemungkinan mengalami kesulitan dalam tugasnya
sebagai seorang ibu. Selain itu, kemungkinan pula timbul reaksi kecemasan dan
reaksi kekecewaan karena kedatangan bayinya belum diharapkan. Untuk
mengadakan penyesuaian tersebut kemungkinan ibu dapat mengatasinya sendiri
atau memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tugas bidan untuk memberi bantuan
yang merupakan bimbingan agar ibu dapat mengatasi masalahnya.
Kebutuhan ibu masa nifas meliputi kebutuhan fisik, yang selama hamil
umumnya menurun walaupun tidak sakit. Untuk memmenuhi kebutuhan fisik
(istirahat, makanan bergizi, lingkungan bersih) dilakukan pengawasan dan
perawatan yang sempurna serta pengertian dari keluarga setelah ibu pulang nanti.
Kebutuhan psikologis, kebutuhan bagi tiap-tiap individu bahwa manusia butuh
diakui, dihargai, diperhatikan oleh manusia lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan psikologis, bidan keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan
menunjukkan rasa simpati dan menghormati. Kebutuhan sosial ibu dipenuhi
dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga mendampingi ibu bila murung,
menunjukkan rasa sayang pada bayi, memberi bantuan dan pelajaran yang
dibutuhkan untuk mengembalikan kesehatannnya.
Promosi Kesehatan Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ-organ kandungan
kembali seperti keadaan semula sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu. Enam puluh (60%) kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Tujuan asuhan masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikolognya.
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan KB.
Upaya promosi kesehatan pada ibu nifas adalah suatu usaha promosi kesehatan
yang diberikan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu selama 6 minggu atau
42 hari. Upaya-upaya promosi kesehatan pada ibu nifas antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Kebersihan diri : menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
a. Kebersihan alat genetalia
Setelah melahirkan biasannya perenium menjadi agak bengkak/memar
dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi.
Anjuran :
1) Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya
menggunakan sabun air, kemudian daerah vulva sampai anus harus
kering sebelum memakai pembalut wanita setiap kali selesai buang
air besar atau kecil, dan pembalut diganti minimal 3 kali sehari.
2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia.
2. Mobilisasi
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas,
atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelaianan, lakukan
mobilisasi sendini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Hal
ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea).
3. Buang Air Kecil (BAK)
Pengeluaran urine akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar
hari ke -5 setelah melahirkan. Keadaan ini terjadi karena volume darah
ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah
persalinan.
Anjuran :
a. Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.
b. Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan karena akan
menyebabkan terjadinya bendungan urine.
4. Buang Air Besar (BAB)
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka, atau karena adanya haemoroid.
Anjuran :
a. Mobilisasi dini.
b. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum.
c. Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa BAB, jika pada hari ketiga
belum BAB, ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk suppositorial
(pil yang dibuat dari bahan yang mencair dan mengandung obat-obat
untuk dimasukkan ke dalam liang anus). Hal ini penting untuk
menghindari gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat
pengeluaran lokia.
5. Istirahat
a. Anjurkan untuk mencengah kelelahan yang berlebihan.
b. Meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah.
c. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi
istirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah.
6. Latihan Fisik/Senam Nifas
Senam nifas dilakukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan membantu
memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
7. Nutrisi
a. Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
b. Minum air minimal 2 liter setiap hari.
c. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan.
8. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi
pembengkakan akibat bendungan ASI.
a. Anjurkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama puting susu.
b. Ajarkan tehnik-tehnik perawatan apabila terjadi gangguan pada
payudara.
c. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
9. Menyusui
a. Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
b. Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa
memakai jadwal.
10. Lingkup Hidup
a. Bersosialisasi dengan lingkungan hidup di sekitar ibu.
b. Ciptakan suasana yang tenang dan humoris dengan keluarga.
c. Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang
menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia.
11. Penyesuaian Seksual
a. Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca-
persalinan.
c. Kerja sama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih
sayang pada bayinya.
12. Keluarga Berencana
a. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
merencanakan keluarganya.
b. Bidan membantu merencanakan keluarga dengan mengajarkan tentang
cara mencengah kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, jelaskan terlebih dahulu jenis-
jenis KB dan kelebihan serta keuntungan, efek samping dan cara
menggunakan.
13. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
a. Demam
Jika suhu tubuh lebih dari 38C selama 2 hari berturut-turut
menandakan adanya infeksi.
b. Peradangan Payudara
c. Penciutan kandungan yang tidak normal (subinvolusi)
d. Infeksi kandungan kemih (cystitis)
e. His pengiring (rasa sakit susulan)
f. Perdarahan nifas
g. Infeksi luka jahitan
h. Pembendungan darah (haematom)
14. Kunjungan Ulang s.d 6 minggu pospartum
Kunjungan Waktu Asuhan
1 6-8 jam setelah  Mencengah
melahirkan perdarahan masa
nifas karena
atonia uteri.
 Mendeteksi dan
merawat
penyebab lain
perdarahan, rujuk
bila perdarahan
berlanjut.
 Memberikan
konseling pada
ibu atau salah satu
anggota keluarga
bagaimana
mencengah
perdarahan masa
nifas karena
atonia uteri.
 Pemberian ASI
awal.
 Melakukan
hubungan antara
ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi
tetap sehat dengan
cara mencengah
hipotermia
II 6 hari setelah persalinan  Memastikan
involusi uterus
berjalan normal
 Menilai adanya
tanda-tanda
demam, infeksi
dan perdarahan
abnormal.
 Memastikan ibu
mendapat
istirahat,
makanan, dan
cairan yang
cukup.
 Memastikan ibu
menyusui dengan
baik dan tidak
memperlihatkan
tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan
konseling pada
ibu mengenai
asuhan pada bayi,
tali pusat,
menjaga bayi
tetap hangat dan
perawatan bayi
sehari-hari.
III 2 minggu setelah Sama seperti
persalinan kunjungan asuhan
6 hari setelah
persalinan.
IV 6 minggu setelah  Menanyakan pada
persalinan ibu tentang
penyulit-penyulit
yang ia alami.
 Memberikan
konseling untuk
KB secara dini,
imunisasi, senam
nifas, dan tanda-
tanda bahaya
yang dialami oleh
ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai