Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari uterus melalui
vagina atau jalan lain ke dunia luar. Persalinan merupakan psoses alamiah, dimana terjadi dilatasi
serviks, lahirnya bayi, dan plasenta dari rahim ibu.

Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu terjadi pada ibu selama
proses persalinan kala I,II,III dan IV sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan-perubahan
ini agar dapat mengartikan tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan abnormal. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menyusun makalah ini dengan membahas tentang “Perubahan Psikologis pada
ibu selama proses persalinan kala I,II,III DAN IV”

1.2 Rumusan Makalah

1.3 Tujuan Makalah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Sarwono,2002)

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari rahim
melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembekuan dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus
dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur (Rohani,2011)

Persalinan normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Winkjosastro,2007)

2.2 Perubahan Psikologis Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap 10cm. Persalinan kala I berlangsung 18-24 jam dan terbagi
menjadi dua fase yaitu fase laten dan aktif.

Pada persalinan kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan
santai, tenang, dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam
persalinan kala I adalah :

1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri.


Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan
cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-
ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara biologis,
anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan
dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih
ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan dan tahayul.

2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan, dan konflik batin. Hal ini
disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat
mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur
nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmani lainnya diwaktu
kehamilan.

3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran.
Sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-
kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang sangat berat.

4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan
hambatan dalam proses persalinan :

a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab
sebab yang jelas.

b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar.

c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan.

d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takkikardi.

5. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.

6. Sikap bermusuhan terhadap bayinya.

a. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul.

b. Cemas kalau bayinya tidak aman diluar rahim.

c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu.

7. Kegelisahan dan ketakutan menjelang lahiran bayi.

a. Takut mati.

b. Trauma kelahiran.

c. Perasaan bersalah.

d. Ketakutan riil.
2.3 Perubahan Psikologis Kala II

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.

Perubahan psikologis pada kala II adalah sebagai berikut :


1. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat kontraksi
uterus yang semakin kuat dan semakin sering, berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan
ketidaknyamanan.
2. Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu meningkat denyut jantung meningkat,
nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah
sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk meneran.
3. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap. Biasanya ibu bingung
apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap. Selanjutnya ibu akan merasa frustasi dan marah,
tidak memperdulikan apa dan siapa saja yang ada di kamar bersalin dan merasa lelah dan sulit
mengikuti perintah. Dan biasanya ibu hanya fokus pada dirinya sendiri.
4. Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan tujuannya sendiri serta
rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”.
Tetapi ibu lain sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi
pada ibu karena mengedan ,yaitu ibu merasa lelah karena tekanan untuk mengejan sangat kuat,
distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh
kepala janin, panik ibu akan panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya
lama.

2.4 Perubahan Psikologis Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Disebut dengan kala uri atau
pengeluaran plasenta.

Perubahan perubahan psikologi pada kala III :

1. Ibu sudah tidak memperlihatkan ketakutan dan kecemasan karna bayi telah lahir.
2. Ibu lebih tenang karna fikirsn terfokus pada bayi, dan sudah tidak menghiraukan rasa sakit
pasca melahirkan janin.
3. Ibu mengikuti instruksi tenaga kesehata yang menolong persalian dengan baik, ketika
diminta untuk mengejan pada saat proses pengeluaran plasenta.
4. Ibu letih dan merasa nyaman saat melakukan IMD (inisiasi menyusui dini)
5. Ibu memperlihatkan rasa bahagia karena telah selesai melalui tahap persalinan aktif dan
bayi dapat terlahir dengan baik.
6. Cemas dan takut. Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya dan persalinan karena
persalinan dianggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati. cemas Dan takut akan
pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknnya.

2.5 Perubahan Psikologis Kala IV

Kala IV yaitu dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Kala
IV masa paling sulit, karena pendarahan yang berlangsung. Terjadi 1 jam setelah plasenta lahir.

Perubahan psikologis pada kala IV adalah sebagai berikut :


1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis
Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap
dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal
tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah
satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.
3. Phase Pada Masa Nifas
a. Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya
tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah
informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. Phase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya
kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi
dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga.
Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti
hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu
perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi
( kasih sayang )sedangkan Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.Jadi Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan
bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi
antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap
bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.
5. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk
membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan
sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara
ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan
dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada
umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam
setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik
orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang
menghambat proses
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu
adanya kontak mata ibu dan bayi.
c. Odor ( Bau Badan )
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola
bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin
dikenalnya bau itu sibayipun berhenti bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat
mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi akan sangat
kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung
meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan
atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun
sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena
merasa bayinya baik ( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat
mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun
suara-suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim
yang melekat pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya
mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka
nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu
daripada yang lain.Contoh ; suara detak jantung ibu.
f. Entrainment ( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan
bahasa dalam berkomunikasi ( komunikasi yang positip
g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama
dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan
penuh kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembekuan dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Tahapan persalinan sendiri ada 4 yaitu, kala I,II,II,IV.
Sejumlah perubahan psikologis yang normal akan terjadi selama persalinan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara
tepat dan cepat mengentrepretasikan tanda-tanda, dan gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan
labolatorium apakah normal apa tidak setiap kala.

3.2 Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus jeli dalam menilai perubahan-perubahan keadaan
fisiologi dan psikologis dari ibu dalam persalinan pada setiap kala persalinan agar bidan dapat mengenal
dengan baik faktor resiko yang akan terjadi pada ibu bersalin. Serta dapat menentukan diagnosis dengan
benar dan melakukan rujukan ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan jika menghadapi penyulit.
DAFTAR PUSTAKA
Walyani Elisabeth Siwi dan Endang purwoastuti. 2016. Asuhan persalinan dan BBL. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan kebidanan dan Bayi baru lahir. Jakarta: Erlangga.
Damayanti, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu dan Bayi Baru Lahir, Ed-1, cetakan
1. Yogyakarta: Deeppublish.
Varney H, dkk.(2010).Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta:EGC.Halaman 501-
04.

Anda mungkin juga menyukai