Anda di halaman 1dari 5

1.

) Sejarah
Sejarah Rabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu
ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada
anjing yang lain melalui gigitan. Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak
laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing yang terinfeksi virus
rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis
anjing tersebut. Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan
imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies. Kemudian pada tahun
1903 ditemukan badan Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an
sudah dimulai penggunaan vaksin rabies pada anjing. Penambahan globulin
imun rabies untuk manusia setelah pemaparan pengobatan vaksinasi
dilakukan pada tahun 1954. Lalu pada 2 tahun 1958 dilakukan penumbuhan
virus rabies dalam biakan sel. Pada tahun 1959 dilakukan pengembangan tes
antibodi fluoresen diagnostik.
2.) Morfologi dan Siklus Hidup
Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada
dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya,
reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk
virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel
inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan
melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah
transkripsi dan translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase
RNA terkait, virion menjadi lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini
menyandi untuk lima protein virion. Genom ini merupakan cetakan untuk
perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan. RNA
genomik berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan
nukleoprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan
selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma. Protein matriks
virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara glikoprotein
virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel
lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang

1
baru. Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang
lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam
sitoplasma.
3.) Habitat
Masah inkubasi (masah masuknya virus kedalam tubuh manusia /
hewan sampai menimbulkan gejala penyakit ) adalah : masah inkubasi pada
hewan antara 3-8 minggu, masah inkubasi pada manusia bervariasi, biasanya
2-8 minggu, kadang – kadang 10- 2 tahun, rata – rata masah inkubasinya 2-12
minggu. Sumber penularan penyakit rabies anjing sebagai penularan pertama,
di samping itu dapat juga ditularkan oleh kucing dan kera.
4.) Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus lyssaviruses. Virus ini ditularkan ke
manusia melalui hewan yang sebelumnya telah terjangkit penyakit ini.
Seseorang dapat terjangkit rabies jika air liur dari hewan rabies tersebut
masuk ke tubuhnya melalui gigitan, Bahkan melalui cakaran pun bisa jika
hewan rabies tersebut sebelumnya telah menjilati kuku-kukunya. Pada
beberapa kasus yang jarang terjadi, seseorang terjangkit rabies karena luka di
tubuhnya terjilat oleh hewan yang terinfeksi.
Selain ditularkan oleh hewan, penularan penyakit rabies dari
manusia ke manusia pun bisa terjadi. Namun sejauh ini yang terbukti adalah
penularan melalui transplantasi atau pencangkokan organ.
Di Indonesia, 98 persen kasus rabies ditularkan melalui gigitan
anjing dan 2 persen ditularkan melalui gigitan kucing dan kera. Di indonesia
juga, rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884. Sedangkan kasus
rabies pada manusia di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di
Jawa Barat.
5.) Gejala
Waktu yang dibutuhkan virus rabies untuk berinkubasi sangat
bervariasi, namun biasanya antara dua minggu sampai tiga bulan. Pada kasus
yang jarang terjadi, inkubasi virus terjadi hanya dalam waktu empat hari.

2
Masa inkubasi adalah jarak waktu ketika virus pertama kali masuk ke tubuh
sampai gejala muncul.
Setelah tergigit hewan berpenyakit rabies, virus akan berkembang
biak di dalam tubuh inang. Selanjutnya virus-virus tersebut akan menuju
ujung saraf dan berlanjut menuju saraf tulang belakang serta otak yang mana
perkembangbiakan terjadi dengan sangat cepat. Setelah itu, virus rabies
menyebar ke paru-paru, kelenjar air liur, hati, ginjal, dan organ-organ lainnya.
Gejala-gejala penyakit rabies pada manusia antara
lain demam tinggi, rasa gatal di bagian yang terinfeksi, perubahan perilaku
menjadi agresif, dan takut terhadap air atau hidrofobia. Sedangkan pada
hewan, gejala hampir serupa dengan manusia, namun tanpa hidrofobia.
Ketika gejala penyakit rabies memasuki fase akhir, baik manusia atau hewan
yang mengalaminya bisa mengalami kematian.
6.) Pengobatan
Jika Anda telah digigit hewan yang berpotensi menularkan rabies,
satu hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah mencuci luka gigitan
tersebut dengan sabun dan basuh dengan air bersih yang mengalir.
Selanjutnya bersihkan luka dengan menggunakan antiseptik atau alkohol.
Jangan tutupi luka menggunakan perban apa pun dan biarkan luka tetap
terbuka. Setelah itu, segera ke rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat
untuk diperiksa lebih lanjut.
Jika rabies yang menjangkiti seseorang masih berada pada tahap
awal atau sebelum gejala muncul, dokter akan melakukan pengobatan yang
disebut profilaksis pasca pajanan yang terbukti sangat efektif dalam
menangkal gejala rabies. Melalui profilaksis pasca pajanan, dokter akan
membersihkan bagian tubuh yang terinfeksi, serta memberikan serangkaian
vaksinasi untuk mencegah virus menyebar ke otak dan sistem saraf. Pada
sebagian kasus, dokter juga akan memberikan serum anti rabies.
Namun jika penderita terlambat mendapatkan penanganan dan gejala
sudah muncul, maka maka pada fase ini biasanya dokter akan lebih berfokus

3
pada upaya membuat pasien tetap tenang dan senyaman mungkin karena
pasien menghadapi risiko kematian.
7.) Pencegahan
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin
setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak
dapat mematikan (letal) [1]
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum
terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan [7] Sebagai
contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi
terhadap terjangkitnya virus, yaitu:[16]
a. Dokter hewan.[16]
b. Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.[16]
c. Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang
rabies pada anjing banyak ditemukan [7]
d. Pada penjelajah gua kelelawar.[10]

Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur


hidup.[17] Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun,
sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan
dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun.[1] Pentingnya vaksinasi rabies
terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.[11]

4
REFERENSI

https://id.wikipedia.org/wiki/Rabies, diakses pada tanggal 08 apr 2018, jam 19:


49

https://www.alodokter.com/rabies, diakses pada tanggal 08 apr 2018, jam 19:57

Anda mungkin juga menyukai