PENDAHULUAN
Defek tulang kepala (cranial bone defects) dan defek tulang wajah (cranio
facial defects) merupakan kasus medis dimana tidak adanya jaringan tulang pada
bagian cranial dan facial (da Silva et al., 2014). Defek tersebut dapat terjadi akibat
abnormal, atau tindakan medis yang disengaja seperti craniectomy dan bedah
kecantikan (Gabrielli et al., 2004; Lee et al., 2009; Szpalski et al., 2010). Defek
dan menurunnya kepercayaan diri dalam hubungan sosial (Aydin et al., 2011).
sakit pada area defek, memberikan nilai estetis, serta mengurangi kecemasan
1
Masing-masing bahan dan metode manufaktur yang tersedia untuk
akurasi, sifat mekanik, waktu dan biaya produksi. Pemilihan bahan dan metode
untuk pembuatan implan, yang tidak dalam lingkup penelitian ini, tergantung pada
kebutuhan pasien, bentuk dan lokasi dari cacat tulang dalam kombinasi dengan
sejak Perang Dunia kedua pada tahun 1940-an (Elkins dan Cameron, 1946; Woolf
dan Walker, 1945) dan masih digunakan hingga saat ini (Caro-Osorio et al., 2013).
prefabrikasi untuk menyesuaikan dimensi defek (Elkins dan Cameron, 1946; Woolf
Jordan et al., 1978; Origitano et al., 1995; Yamamoto et al., 1997). Prosedur ini
dengan waktu paparan selama 50 detik. Berdasarkan standart ISO 5833, temperatur
polimerasi yang ditoleransi selama proses polimerasi PMMA tidak boleh lebih dari
2
kontak jaringan tulang dan otak. Potensi nekrosis tersebut telah menjadi perhatian
integrasi design berbasis computer aided design (CAD) dan computer aided
kompleks. Dimensi implan dapat dibuat secara akurat berdasarkan dimensi defek
imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan menjadi digital modelling
(Winder dan Bibb, 2005; Colin dan Boire, 1997). Printer 3D bekerja dengan
deposition modelling (FDM), selective laser sintering (SLS), dan photoresin SLA.
resolusi yang tinggi. Lapisan membangun dapat dibuat pada ketebalan yang kecil,
untuk instrumen SLS, dan 75 µm untuk instrumen photoresin SLA (Chia dan
Benjamin, 2015).
Salah satu teknologi printer 3D yang saat ini sering digunakan untuk
menghasilkan porositas yang tinggi dengan pola laydown dan kekuatan mekanik
yang baik. Tipe biomaterial polymer yang bisa digunakan pada sistem ini jauh lebih
3
banyak dibandingkan dengan sistem yang lain (Chia dan Benjamin, 2015). Akan
tetapi, fabrikasi implan dengan metode ini dilakukan pada temperatur tinggi
sehingga implan yang difabrikasi tidak bisa dicampur dengan material maupun
senyawa bioaktif yang sensitif terhadap panas (Chia dan Benjamin, 2015).
FDM perlu dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan dari metode tersebut. Pada
untuk fabrikasi cetakan implan tulang kepala dengan bentuk yang kompleks.
Dengan cetakan tersebut, implan tulang kepala diujicoba dengan metode injection
1.2 Permasalahan
tidak menyimpang dari tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
cranial/penutup dan pelindung otak, yang terdiri dari 8 tulang yaitu tulang
4
frontal, dua tulang parietal, dua tulang temporal, tulang occipital, tulang
2. Jenis fraktur yang menjadi subyek utama adalah fraktur yang menyebabkan
printer 3D.
deviasi volume, deviasi tebal, deviasi panjang linear, deviasi panjang kurva dan
5
3. Membuka peluang untuk penelitian, pengembangan dan aplikasi yang semakin
prosedur transplasi wajah serta didampingi oleh insinyur klinis dari Materialise
berupa kranial pasien utuh. Defek pada model kranial tersebut kemudian diisi
lilin. Lilin tersebut ditumpuk dengan adonan PMMA membentuk implan yang
6
menutupi area defek. Sedangkan penelitian tesis ini menggunakan metode
7
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian: Perbandingan sistem fabrikasi implan defek cranial pada penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya