Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ERGONOMI

REVIEW JURNAL ERGONOMI

Dosen Pengampu : Tutug Bolet Atmojo, S.K.M., M.Si

Oleh :

Iega Tegar Batutama


R0217051

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2018
REVIEW JURNAL 1

HUBUNGAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI DAN BEBAN ANGKUT


TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
PADA PABRIK PEMOTONGAN KAYU X MRANGGEN, DEMAK

Oleh : Bagus Putra Nino, Baju Widjasena, Ekawati

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro

Pendahuluan

Produk kayu bulat adalah produk mentah yang nantinya akan melalui
berbagai macam proses pengolahan untuk menjadi barang siap pakai. Industri
yang banyak ditemukan adalah industri penggergajian atau pemotongan kayu
bulat, dimana industri ini di Indonesia berkembang sangat pesat dibandingkan
negara lain. Dengan adanya produksi tersebut, ini harus diimbangi dengan
penerapan program nasional mengenai kebijakan keselamatan dan kerja (K3)
yang diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 Tahun 1970 dan aturan
keselamatan kerja dalam bidang kehutanan yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 2d.

Aktivitas pemotongan kayu kegiatannya mencakup berbagai kegiatan


penanganan material secara manual termasuk dalam interaksi manusia dengan
lingkungan dan peralatan. Penanganan material secara manual seperti
menurunkan, mengangkat, mendorong, menarik, membawa, penggunaan alat-alat
dan membungkuk dapat menyebabkan cidera ataupun penyakit akibat kerja.

Risiko yang dapat ditimbulkan akibat aktivitas manual handling pada


dasarnya terkait dengan cedera otot. Cedera ini dikenal sebagai gangguan pada
system musculoskeletal atau musculoscleletal disorders (MSDs). Musculoskeletal
disorder (MSDs) merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal mulai dari
keluhan ringan hingga sangat sakit. Beban statis yang yang diterima pekerja
secara terus-menerus dan dalam durasi lama dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada ligament, sendi dan tendon. Selain itu pekerja disetiap proses
pemotongan kayu ini mengeluhkan adanya nyeri punggung, pinggang, leher dan
kaki. Oleh karena itu sebagai bagian dari upaya pengendalian risiko terjadinya
gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh faktor ergonomi, maka akan
dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada setiap postur dan keluhan
musculoscleletal disorders (MSDs).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain


penelitian cross sectional. Sampel yang diambil menggunakan metode total
sampling yaitu jumlahnya sama dengan populasi sebesar 30 orang. Analisis data
yang digunakan adalah chi square.

Hasil Penelitian

Keluhan MSDs pada pekerja pabrik pemotongan kayu X Mranggen,


Demak jumlah keluhan MSDs pada pergelangan tangan kiri dengan kategori sakit
dan tidak sakit memiki jumlah yang sama (50.0%) sedangkan pergelangan tangan
kanan pekerja dominan mengalami keluhan MSDs dengan kategori sakit (73.3%).
Pada siku kiri sebaran keluhan MSDs dengan kategori sakit merupakan yang
paling tinggi (66.7%), dengan kategori yang sama yaitu sakit pada keluhan MSDs
siku kanan merupan yang dilihat dari persentase persebaran keluhan MSDs pada
30 pekerja pemotongan kayu X Mranggen, Demak, tubuh bagian pergelangan
tangan kanan, punggung dan leher merupakan keluhan terbanyak (73.3%).

Rekapitulasi hasil uji statistik tingkat MSDs postur kerja dan beban angkut
pada Pabrik Pemotongan Kayu X Mranggen, Demak tahun 2018 tingkat risiko
ergonomi pada postur pergelangan kiri berisiko tinggi 56.7%, postur pergelangan
kanan berisiko tinggi 63.3%, postur siku kiri berisiko tinggi 60.0%, postur siku
kanan berisiko tinggi 63.3%, postur bahu kiri berisiko tinggi 76.7%, postur bahu
kanan berisiko tinggi 56.7%, postur leher berisiko tinggi 56.7%, postur
punggung berisiko tinggi 66.7%, postur kaki pekerja berisiko rendah 56.7%.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan postur kerja dan beban
angkut dengan keluhan musculoskeletal disorders, peneliti memberikan saran
untuk perusahaan menambah dan merawat alat bantu berupa kereta beroda pada
proses pengangkutan yang memiliki berat melebihi kapasitas pekerja dan
menerapkan rotasi antar proses pemotongan. Untuk pekerja seharusnya
memperhatikan cara yang benar saat melakukan aktivitas Manual Material
Handling (MMH) dan menghentikan kebiasaan merokok untuk menghindari
penyakit lain.

Kelebihan Jurnal :

 Pemaparan materi sudah jelas mulai dari pendahuluan, metode, hasil


penelitian, pembahasan, kesimpulan, hingga saran.

 Kata yang digunakan dalam jurnal ini bersifat baku.

 Menyertakan Daftar Pustaka.

Kekurangan Jurnal :

 Adanya beberapa kalimat yang sulit dipahami

 Alangkah lebih baik abstrak diberi bagian Bahasa Indonesia untuk


mempermudah pemahaman
Daftar Referensi

Nino, B. P., Widjasena, B., & Ekawati, E. (2019). HUBUNGAN TINGKAT


RISIKO ERGONOMI DAN BEBAN ANGKUT TERHADAP KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PABRIK
PEMOTONGAN KAYU X MRANGGEN, DEMAK. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 6(5), 494-501.
REVIEW JURNAL 2

PERANCANGAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PENUTUP BAHU


DAN LENGAN YANG ERGONOMIS PADA PROSES PENGELASAN DI
PT MCDERMOTT

Oleh : M. Ansyar Bora, Larisang, Dedi Bastian Tarigan

Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam

Latar Belakang Masalah

PT McDermott Indonesia (PTMI) Devisi Marine adalah perusahaan


swasta yang bergerak dibidang jasa konstruksi pemasangan instalasi pipa minyak
dan gas dari dasar sampai permukaan laut. Welding Shop Area merupakan tempat
pembuatan barang- barang pembantu untuk kegiatan di laut yang bayak terdapat
kegiatan pengelasan. Jumlah pekerja/juru las (welder) pada PTMI Devisi Marine
Base Batam adalah 78 orang pekerja dan rata-rata pekerja melakukan pekerjaan
12 jam perhari. Dalam kegiatan oprasionalnya, pekerja pada perusahaan ini
banyak berintraksi dengan mesin-mesin berat, peralatan dan lingkungan kerja
yang panas dengan resiko kecelakaan yang tinggi.

Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan pada PT McDermott


Indonesia (PTMI) Devisi Marine ditemukan penyakit akibat kerja seperti
pembengkakan pada kulit lengan dan bahu akibat terkena percikan api las, hal ini
disebabkan karena pekerja/juru las dalam melakukan pengelasan pada posisi
overhead (4G) dengan menggunakan APD topeng las yang hanya melindungi
muka dan kepala dari percikan api sementara bahu dan lengan tetap terkena
percikan api, sehingga mengakibatkan baju kerja (wearpack) yang digunakan
berlubang, karena baju kerja yang digunakan tidak tahan terhadap percikan api
las.
Tujuan Penelitian

1. Untuk merancang Alat Pelindung Diri (APD) penutup bahu dan lengan
yang ergonomis, dengan pendekatan antropometri tubuh di PT McDermott
Indonesia (PTMI) Devisi Marine.
2. Untuk merancang Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat mengurangi
resiko cedera pada bahu dan lengan juru las.

Metode Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan


melakukan pengukuran secara langsung dimensi tubuh pada 50 pekerja/juru las
pada PT McDermott Indonesia Devisi Marine Base Batam.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu :

1. Data primer dalam penelitian ini yaitu data antropometri tubuh yang akan
diambil yaitu: a. Lingkaran pergelangan tangan (LPT), b. Lingkaran
Lengan Atas (LLA), c. Lingkaran Leher (LL), d. Panjang Tangan sampai
Ketiak (PTK), e. Panjang Tangan sampai Ujung Leher (PTUL) dan f.
Lebar bahu (LB).
2. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu : a. Buku-buku mengenai
ergonomi, b. Buku-buku mengenai Alat Pelindung Diri (APD), c. Buku-
buku statistik untuk penelitian

Hasil Penelitian

Alat Pelindung Diri (APD) Penutup bahu dan lengan yang ergonomis ini,
dirancang berdasarkan ukuran data antropometri yang diambil dari 50 responden
pekerja/juru las di PT McDermott Indonesia Devisi Marine Base Batam. Persentil
yang digunakan dalam peracangan produk APD penutup bahu dan lengan yaitu
persentil 95% pemilihan persentil ini yaitu untuk memungkinkan hampir seluruh
pekerja dapat menggunakan produk yang dihasilkan.
Adapun ukuran APD penutup bahu dan lengan yaitu :

1. Lingkaran pergelangan tangan (LPT) digunakan untuk menentukan ukuran


penutup dibagian pergelangan tangan, ukurannya yaitu 30 cm.
2. Lingkaran Lengan Atas (LLA) digunakan untuk menentukan ukuran
lingkaran penutup bagian lenagan atas, ukurannya yaitu 56 cm.
3. Lingkaran Leher (LL) digunakan untuk menentukan ukuran ideal killing
lingkaran leher, agar tali yang akan di lilitkan di leher yang tersambung ke
penutup bahu dan lengan dapat melekat dengan baik sehingga menimbulkan
rasa nyaman. Tali ini mempunyai setelan sehingga penguna dapat mengatur
sendiri kekencangan dari ikatan sesuai dengan kenyamanan yang di inginkan.
Ukurannya yaitu 50 cm.
4. Panjang Tangan sampai Ketiak (PTK) digunakan untuk menentukan panjang
ideal penutup pergelangan tangan sampai ketiak. Ukurannya yaitu 61 cm.
5. Panjang tangan sampai ujung leher (PTUL) digunakan untuk menentukan
panjang penutup dari pergelangan tangan sampai ujung leher. Ukurannya
yaitu 90 cm.
6. Lebar Bahu (LB) digunakan untuk menentukan berapa lebar bahu yang akan
ditutup. Ukurannya yaitu 30 cm.

Alat Pelindung Diri (APD) penutup bahu dan lengan ini dapat melindungi
pekerja karena terbuat dari bahan kulit sapi yang tahan terhadap percikan api las
sehingga pekerja terhindar dari resiko cedera pada proses pengelasan.

Kelebihan Jurnal :
 Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat
mengetahui hasil dari penelitian tersebut.

 Pemaparan materi sudah jelas mulai dari pendahuluan, metode, hasil


penelitian, pembahasan, hingga kesimpulan.

 Kata yang digunakan dalam jurnal ini bersifat baku.


 Menyertakan Daftar Pustaka.

Kekurangan Jurnal :

 Adanya beberapa kata yang sulit dipahami

 Kalimat yang digunakan terlalu berbelit.


Daftar Referensi

Bora, M. A., & Tarigan, D. B. (2017). Perancangan Alat Pelindung Diri (APD)
Penutup Bahu Dan Lengan Yang Ergonomis Pada Proses Pengelasan Di PT
McDermott.

Anda mungkin juga menyukai