No. 4 Carilah paper terbaru bidang AM untuk jenis FDM dan SLA/DLP (paper mulai tahun
2020) yang potensi untuk penelitian kedepan. Semakin tinggi Q nya maka akan diberikan poin
lebih tinggi. Rangkum dan berikan kritik untuk paper tersebut !
JURNAL I
Digital light processing (DLP)
c. Beberapa pita getaran muncul selama proses pencetakan (Fig. 2a). Namun, yang
paling penting adalah yang terkait dengan -CH3 lentur antisimetris dan -CH2 -
menggunting (terletak di ~ 1450 cm—1 , intensitas sedang-kuat), dan - CH2 -
mengibas tumpang tindih dengan -CH2 - memutar / goyang dan peregangan C-O
antisimetris untuk mode ester (terletak di ~ 1250 cm—1 ), yang terkait dengan poli
(PEGDA )
d. Pada Fig. 2b, dimungkinkan untuk mengamati rasio antara intensitas sinyal FT-IR
yang terkait dengan > C = O yang terletak pada ~ 1710 cm—1 (AAc) dan ~ 1730
cm—1 (PEGDA575 ). Seperti yang diharapkan, data yang ada menunjukkan
pengayaan bertahap dari senyawa akhir dalam AAc
e. Penelitian ini memungkinkan kontrol komposisi bahan cetak 3D dengan penyetelan
komposisi bahan baku.
2. Sifat Rheologis Resin yang Disintesis: Viskositas Dinamis:
a. Viskositas resin fotopolimer dapat memengaruhi kemampuan pencetakan. Resin SR
memiliki viskositas yang lebih rendah daripada resin komersial (gold standard, GS).
b. Setelah perlakuan cahaya UV, viskositas resin meningkat, tetapi masih lebih rendah
daripada GS.
c. Peningkatan viskositas membantu menghentikan sedimentasi partikel porogen selama
proses pencetakan.
3. Efek Porogen dan Agen Bioaktif pada Sudut Kontak dan Energi Permukaan:
a. Penambahan agen porogen (NaCl) dan agen bioaktif (nHA) mempengaruhi
karakteristik permukaan bahan. Menurut penelitian, permukaan hidrofil cenderung
meningkatkan pertumbuhan sel.
b. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penambahan NaCl dan nHA menyebabkan
penurunan sudut kontak dan peningkatan energi permukaan.
1.5 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan resin fotopolimerisasi berbasis
PEGDA dan AAc dengan penambahan porogen dan partikel bioaktif nHA dapat menghasilkan
struktur berpori hierarkis yang terhubung dengan baik. Penambahan fotoabsorber Orange G
juga meningkatkan presisi dan resolusi pencetakan 3D resin yang disintesis. Selain itu, inklusi
nHA meningkatkan biokompatibilitas dan kekakuan mekanik material. Penelitian ini
menunjukkan potensi strategi ini dalam menghasilkan struktur berpori dengan geometri
kompleks dan akurasi tinggi
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi penggunaan serat karbon daur ulang (rCF)
sebagai penguat dalam matriks termoplastik poliamida 6,6 (PA6,6) untuk aplikasi pencetakan
3D. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penambahan rCF dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit, namun distribusi ukuran dan keberadaan fraksi berdebu dari proses
daur ulang dapat mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pengolahan rCF untuk mencapai kinerja mekanik yang lebih baik dalam
komposit yang dicetak 3D. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam
pengembangan komposit yang ramah lingkungan dan berkinerja tinggi untuk aplikasi
pencetakan 3D.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi penggunaan serat karbon daur ulang
(rCF) sebagai penguat dalam matriks termoplastik poliamida 6,6 (PA6,6) untuk aplikasi
pencetakan 3D. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh penambahan rCF dalam
komposit yang dicetak 3D terhadap sifat mekaniknya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk memberikan wawasan tentang optimasi pengolahan rCF untuk mencapai kinerja
mekanik yang lebih baik dalam komposit yang dicetak 3D.
Kemudian dari bahan tersebut, dilakukan proses pembuatan speciment sebagai berikut:
a. Persiapan bahan: Poliamida 6,6 (PA6,6) BASF Ultramid® 1000-11 NF2001 PA6,6
digunakan sebagai matriks, sedangkan serat karbon daur ulang (rCF) yang disuplai
oleh Carbon Task Srl digunakan sebagai penguat.
b. Pengolahan rCF: Serat karbon daur ulang (rCF) diproses untuk menghasilkan serat
karbon yang siap digunakan sebagai penguat dalam komposit. Proses pengolahan ini
mungkin melibatkan pemotongan, penggilingan, atau perlakuan lainnya tergantung
pada kondisi dan karakteristik serat karbon yang digunakan.
c. Pencampuran: PA6,6 dan rCF dicampur bersama dalam proporsi yang ditentukan.
Pencampuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur atau
metode lain yang sesuai untuk memastikan distribusi serat karbon yang merata dalam
matriks polimer.
d. Ekstrusi: Campuran PA6,6 dan rCF diekstrusi menjadi filamen menggunakan mesin
ekstrusi. Proses ekstrusi ini melibatkan pemanasan campuran hingga mencapai suhu
yang sesuai untuk melelehkan polimer dan memastikan serat karbon terdistribusi
dengan baik dalam matriks.
e. Pencetakan 3D: Filamen komposit yang dihasilkan digunakan sebagai bahan baku
dalam proses pencetakan 3D. Filamen dimasukkan ke dalam printer 3D yang sesuai,
dan objek yang diinginkan dicetak dengan mengendalikan pergerakan nozzle dan suhu
cetak sesuai dengan desain yang diinginkan.
2. Metode
Metode pada penelitian ini sebagai berikut:
a. SEM Analysis of Filament Fracture Surfaces:
Permukaan retakan dari tiga jenis filamen (PA6,6 murni, dan komposit dengan 5 dan
10 wt.% serat karbon daur ulang) dianalisis menggunakan SEM setelah mengalami
retakan rapuh dalam nitrogen cair. Spesimen dipersiapkan dengan pelapisan karbon
untuk membuat material bersifat konduktif untuk analisis SEM.
b. Density Measurements:
Persentase efektif serat berdasarkan volume dalam filamen komposit diukur dengan
metode densitas. Asumsinya adalah dispersi serat homogen dalam material komposit.
Densitas rCFs diukur menggunakan pycnometer helium AccuPyc II 1340. Densitas
filamen komposit diukur menggunakan prinsip Archimedes (metode apung dalam air)
dengan menggunakan timbangan analitik resolusi 0,1 mg.
c. Study of the Dimensional Distribution of the Fibers:
Studi distribusi dimensional serat karbon mikro dilakukan dengan mengisolasi bagian
mikrofibers dan menganalisis dimensinya menggunakan mikroskop optik.
d. Tensile Testing of the Filaments:
Filamen diuji tarik dengan kecepatan tertentu dan panjang ukur tertentu menggunakan
mesin pengujian universal. Spesimen filamen dikondisikan sebelum uji untuk
menghindari pengaruh penyerapan kelembaban matriks PA6,6.
Hasil distribusi ukuran serat ditunjukkan dalam Gambar 10 untuk rCF yang diterima
dan serat dari dua sampel komposit. Setelah ekstrusi, terjadi penurunan panjang rata-
rata serat, terutama pada sampel dengan fraksi volume rCF yang lebih tinggi,
mengalami pengurangan panjang serat sebesar 23% dan 37% pada komposit PA6,6
dengan 5% dan 10% berat CF, masing-masing. Penurunan ini dapat dijelaskan oleh
sifat rapuh serat karbon. Selama ekstrusi, peleburan polimer memerlukan energi besar,
menghasilkan tegangan dan regangan tinggi, merusak dimensi serat. Penambahan
lebih banyak serat dalam hopper dosis menyebabkan kerusakan serat yang lebih besar
karena interaksi serat yang meningkat.
Semua spesimen menunjukkan perilaku yang sangat baik selama pelaksanaan uji,
yang, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 13, mengalami elongasi dan proses
necking yang khas dari sistem mono-material. Kurva tegangan-regangan dari sampel
PA6,6 murni dan komposit PA6,6-CF dengan jelas menunjukkan bahwa penambahan
serat karbon mikro menjaga perilaku tahan dari matriks murni. Peningkatan kekakuan
yang diinduksi oleh penambahan rCF sedikit mengurangi elongasi pada patah
komposit, berkisar antara 150% (10% rCF berat) dan 170% (5% rCF berat).
Kurva tegangan-regangan (Gambar 14) dari sampel PA6,6 murni dan komposit PA6,6-
CF dengan jelas menunjukkan bahwa penambahan serat karbon mikro
mempertahankan perilaku tahan dari matriks murni. Peningkatan kekakuan yang
diinduksi oleh penambahan rCF sedikit mengurangi tingkat elongasi pada patah
komposit, berkisar antara 150% (10% rCF berat) hingga 170% (5% rCF berat).
b. Microstructural Analysis
Setelah uji tarik, analisis mikrostruktur penampang sampel cetak 3D dari masing-
masing keluarga dilakukan. Mengenai permukaan benda uji PA6,6 yang rapi (Gambar
15), dapat dikatakan hampir homogen; filamen pencetakan menunjukkan daya rekat
yang baik, hingga hampir menyatu satu sama lain, terlihat dari adanya rongga-rongga
kecil antar filamen.
Bahkan permukaan spesimen PA6,6 dengan 5% dan 10% berat rCF cukup homogen
(Gambar 16a,b), dengan filamen pencetakan menunjukkan adhesi timbal balik yang
baik. Pada perbesaran yang sama seperti pada kasus sebelumnya, rongga berbentuk
segitiga yang terbentuk di antara manik-manik pada bagian cetakan hampir tidak dapat
dibedakan.
3. Optimization Hypothesis
Hipotesis optimisasi (Optimization Hypothesis) menyatakan bahwa aksi penguatan
serat karbon tidak signifikan karena penggunaan serat dengan rasio panjang/diameter (l/d)
yang tidak sesuai. Misalnya, nilai modulus Young dan kekuatan tarik pada komposit
dengan 10% berat serat karbon adalah masing-masing 2,24 GPa dan 59,53 MPa secara
rata-rata, yang mengalami peningkatan kinerja mekanik sebesar 21% dan 5%
dibandingkan dengan spesimen PA6,6 murni. Namun, nilai-nilai ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan hasil yang tersedia dalam literatur yang menggunakan serat karbon
dalam komposit cetak 3D. Penyebab utama dari keterbatasan kinerja kekuatan tersebut
adalah ukuran serat karbon yang tidak sesuai. Serat yang digunakan sebagai penguat
diperoleh dengan menggiling gumpalan serat daur ulang yang tidak dapat dipisahkan.
Salah satu kemungkinan optimasi adalah dengan mengoptimalkan proses penggilingan
untuk mendapatkan serat dengan panjang yang sesuai guna meningkatkan sifat mekanik
komposit yang diperkuat serat karbon daur ulang [4].
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan serat karbon ke
dalam matriks PA6,6 dalam bentuk komposit yang dicetak 3D dapat meningkatkan sifat
mekanik, khususnya kekuatan tarik. Namun, efektivitas penguatan terbatas akibat
penggunaan serat karbon dengan rasio panjang-ke-diameter yang tidak sesuai. Panjang
rata-rata serat yang digunakan dalam penelitian ini diperkirakan sekitar 30 μm, yang
dianggap terlalu pendek untuk secara signifikan meningkatkan kekuatan komposit. Selain
itu, proses penggilingan yang digunakan untuk mendapatkan serat menyebabkan
penurunan panjang serat yang lebih lanjut. Oleh karena itu, optimisasi proses penggilingan
serat diperlukan untuk mendapatkan serat yang lebih panjang dan meningkatkan kinerja
mekanik komposit berpenguat serat karbon daur ulang.