Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR JAWABAN UJIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UGM

Kode Ujian : Nama : Arif Reza Basirun


Jenjang / Prodi : S2/Teknik Industri NIM : 22/509671/PTK/14919
Tanggal Ujian : 02 Oktober 2023 Mata Kuliah : Additive Manufacturing
System
Waktu Ujian : 07.30-09.00 Kode MK & Kelas : TKI2271302 / 01
Sifat Ujian : Take Home Nama Dosen : Dr. Eng. Ir. Herianto, S.T.,
M.T., IPU., ASEAN Eng.
Skor/Nilai : Ttd Peserta Ujian :

No. 4 Carilah paper terbaru bidang AM untuk jenis FDM dan SLA/DLP (paper mulai tahun
2020) yang potensi untuk penelitian kedepan. Semakin tinggi Q nya maka akan diberikan poin
lebih tinggi. Rangkum dan berikan kritik untuk paper tersebut !

JURNAL I
Digital light processing (DLP)

Judul : Biocompatible and bioactive PEG-Based resin development for additive


manufacturing of hierarchical porous bone scaffolds
Jurnal : Materials & Design 234 (2023) 112315
Tahun : 2023
ISSN : 02641275
DOI : https://doi.org/10.1016/j.matdes.2023.112315
Penulis : Mauricio A. Sarabia-Vallejos Nicol´as A. Cohn-Inostroza e a , Felipe E.
Cerda-Iglesias , Andr´ es Utrera f b , C.A Terraza , Manuel Estrada g d , ,
Juan Rodríguez-Hern´ andez Carmen M. Gonz´ alez-Henríquez a b , c , *
Q index : Q1
H Index : 211

1.1 Latar Belakang


Menurut penilaian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 650 juta orang dewasa
di seluruh dunia mengalami obesitas. Di sisi lain, usia harapan hidup masih terus meningkat di
seluruh dunia. Diperkirakan bahwa antara tahun 2015 dan 2050, proporsi penduduk dunia yang
berusia di atas 60 tahun akan meningkat hampir dua kali lipat dari 12% (900 juta orang)
menjadi 22% (2 miliar). Kedua tren ini diperkirakan akan meningkatkan penyakit yang
berhubungan dengan tulang, seperti arthrosis, osteoartritis, dan sendi kerusakan. Untuk itu
dilakukan pengembangan resin biokompatibel untuk pencetakan 3D scaffolds tulang. Resin ini
menggunakan Poly (ethylene glycol diacrylate) (PEGDA) dan acrylic acid (AAc) sebagai
bahan dasar, serta mengandung nano-hydroxyapatite (nHA) dan partikel porogen. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan biokompatibilitas dan kekakuan mekanik material serta
memperbaiki presisi dan resolusi pencetakan resin. Metode pencetakan yang digunakan adalah
DLP, dan karakterisasi dilakukan melalui berbagai teknik analisis. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan scaffolds tulang yang sesuai
dengan kebutuhan pasien menggunakan teknologi pencetakan 3D.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan resin baru yang biokompatibel untuk
pencetakan 3D scaffolds tulang. Resin ini menggunakan Poly (ethylene glycol diacrylate)
(PEGDA) dan acrylic acid (AAc) sebagai bahan dasar, serta mengandung nano -hydroxyapatite
(nHA) dan partikel porogen. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan biokompatibilitas
dan kekakuan mekanik material serta memperbaiki presisi dan resolusi pencetakan resin.
1.3 Material dan Metode Penelitian
1. Material
Material yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Poly(ethylene glycol) diacrylate (PEGDA575, berat molekul rata-rata 575):
Digunakan sebagai agen pengikat silang untuk sintesis resin SR.
b. Acrylic acid (AAc, ACS reagent 99.0%): Digunakan sebagai monomer fungsional
dalam sintesis resin SR.
c. Monomethyl ether hydroquinone (MEHQ): Digunakan sebagai agen penghambat
dengan konsentrasi berbeda, yaitu 400–600 ppm dalam PEGDA575 dan 200 ppm
dalam AAc.
d. Phenylbis(2,4,6-trimethyl benzoyl)phosphine oxide (Irgacure 819, 97%): Digunakan
sebagai fotoinisiator.
e. 2-hydroxy-2-methylpropiophene (Irgacure 1173, 87%): Digunakan sebagai
fotoinisiator.
f. 1-Phenylazo-2-naphthol-6,8-disulfonic acid disodium salt (Orange G): Digunakan
sebagai penyerap cahaya.
g. Zortrax Raydent Crown & Bridge resin: Digunakan sebagai resin komersial
biokompatibel (standar emas, GS).
h. Ammonium hydroxide solution 25% (NH4OH), calcium nitrate tetrahydrate
(Ca(NO3)2*4H2O), ammonium dihydrogen phosphate ((NH4)H2PO4), dan sodium
chloride (NaCl): Digunakan untuk sintesis nHA (nanohydroxyapatite).
i. Osteoblastic cell line MC3T3-E1, Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM),
2-[4-(2-hydroxyethyl)-1-piperazinyl]ethanesulphonic acid (HEPES), penicillin, dan
streptomycin: Digunakan untuk pertumbuhan sel dalam studi biologis.
j. Fetal bovine serum (FBS): Digunakan dalam uji biokompatibilitas.
k. AlamarBlue HS® reagent kit: Digunakan untuk menentukan viabilitas sel dalam uji
biokompatibilitas.
2. Alat
Dalam penelitian ini, berbagai alat dan perangkat yang digunakan mencakup:
a. 3D Printer (model Inkspire dari Zortrax S.A., Olsztyn, Poland): Digunakan untuk
mencetak model 3D dengan kecepatan cetak konstan 20 mm/jam dan resolusi cetak
25 µm pada sumbu Z, dengan waktu eksposisi lapisan sekitar 30 detik.
b. Mercury Plus 2-in-1, Elegoo Inc. (Shenzhen, China) washing and curing station:
Digunakan untuk pemrosesan pasca pencetakan dengan mencuci selama 10 menit
menggunakan isopropanol dan terpapar cahaya UV selama 30 menit.
c. Viskosimeter model DVT4 dari US SOLID (Cleveland, OH, USA): Digunakan untuk
mengukur viskositas resin dengan empat frekuensi rotasi berbeda (6, 12, 30, dan 60
rpm).
d. Optical tensiometer device (Attention theta, Biolin Scientific Ltd., Gothenburg,
Sweden): Digunakan untuk mengukur sudut kontak dengan menambahkan 4 μL fase
cair ke atas sampel planar padat (silinder cetak 3D tipis).
e. Mikroskop trinokuler Bresser Trino Researcher II (4–100X) dengan kamera CCD
warna 5 Mp: Digunakan untuk melihat topografi scaffold.
f. FT-IR Nicolet iS 5 dan ATR model iD7 dari Thermo Fisher Scientific Inc. (Waltham,
MA, USA): Digunakan untuk menganalisis komposisi kimia bahan.
g. Field emission scanning electron microscope (FE-SEM) model GeminiSEM 360 dari
Carl Zeiss AG (Oberkochen, Germany): Digunakan untuk visualisasi permukaan
material dengan detektor InLens yang mendukung deteksi sinyal efisien untuk
elektron sekunder (SE) dan balik (BSE). Spektroskopi EDX juga dilakukan untuk
analisis unsur pada permukaan sampel.
h. Micro-CT SkyScan 1272 dari Bruker Co. (Kontich, Belgium): Digunakan untuk
menganalisis mikrostruktur scaffold dengan pemindaian tomografik.
i. Sistem pengujian uniaxial Zwick/Roell Z100 (Ulm, Germany) dengan load cell 100
kN dan kecepatan pengujian 0,5 mm/menit: Digunakan untuk pengujian mekanik
kompresi.
j. Microplate reader BioTek Synergy HTX dari Agilent Technologies Inc. (Santa Clara,
CA, USA): Digunakan untuk mengukur fluoresensi (eksitasi/emisi: 560/590 nm)
dalam studi biologis.

k. Thermo ScientificTM FormaTM Serie 3 Water Jacketed CO2 Incubator, 184 L:


Digunakan untuk kondisi pertumbuhan sel dalam studi biologis.
l. Mikroskop epi-fluoresensi Zeiss–Colibri dari Carl Zeiss AG (Oberkochen, Germany):
Digunakan untuk visualisasi sel yang ditanam pada permukaan bahan dalam studi
biologis.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Pembuatan resin: Resin yang dikembangkan menggunakan metode sintesis kimia
dengan mencampurkan Poly (ethylene glycol diacrylate) (PEGDA), acrylic acid
(AAc), nano-hydroxyapatite (nHA), dan graphite powder (Gr) .
b. Pencetakan 3D: Resin yang telah disiapkan kemudian dicetak menggunakan metode
Digital Light Processing (DLP) .
c. Karakterisasi fisik: Karakterisasi fisik dilakukan melalui berbagai teknik analisis,
termasuk mikroskopi elektron scanning (FE-SEM), spektroskopi energi dispersif
(EDX), dan tomografi mikrokomputer (micro-CT) untuk memeriksa struktur dan
morfologi material .
d. Uji mekanik: Uji mekanik dilakukan dengan menggunakan mesin uji uniaxial
Zwick/Roell Z100 untuk mengukur kekuatan dan kekakuan material .
e. Uji biokompatibilitas: Uji biokompatibilitas dilakukan dengan mengevaluasi respons
seluler menggunakan sel MC3T3-E1 dan mengukur fluoresensi menggunakan
pembaca mikroplat .

1.4 Hasil dan Analisis


1. Karakterisasi Kimia Resin Fotopolimerisasi:
a. Analisis FT-IR digunakan untuk menguji komposisi akhir dari bahan cetak 3D yang
menggunakan resin SR. Empat resin berbeda disiapkan dengan konsentrasi variabel
PEGDA dan AAc (0%, 10%, 20%, dan 30% AAc).
b. Hasil analisis FT-IR menunjukkan perubahan konsentrasi AAc dalam bahan cetak
dapat diukur dengan mengamati intensitas pita vibrasi terkait gugus > C=O pada
panjang gelombang tertentu.

c. Beberapa pita getaran muncul selama proses pencetakan (Fig. 2a). Namun, yang
paling penting adalah yang terkait dengan -CH3 lentur antisimetris dan -CH2 -
menggunting (terletak di ~ 1450 cm—1 , intensitas sedang-kuat), dan - CH2 -
mengibas tumpang tindih dengan -CH2 - memutar / goyang dan peregangan C-O
antisimetris untuk mode ester (terletak di ~ 1250 cm—1 ), yang terkait dengan poli
(PEGDA )
d. Pada Fig. 2b, dimungkinkan untuk mengamati rasio antara intensitas sinyal FT-IR
yang terkait dengan > C = O yang terletak pada ~ 1710 cm—1 (AAc) dan ~ 1730
cm—1 (PEGDA575 ). Seperti yang diharapkan, data yang ada menunjukkan
pengayaan bertahap dari senyawa akhir dalam AAc
e. Penelitian ini memungkinkan kontrol komposisi bahan cetak 3D dengan penyetelan
komposisi bahan baku.
2. Sifat Rheologis Resin yang Disintesis: Viskositas Dinamis:
a. Viskositas resin fotopolimer dapat memengaruhi kemampuan pencetakan. Resin SR
memiliki viskositas yang lebih rendah daripada resin komersial (gold standard, GS).
b. Setelah perlakuan cahaya UV, viskositas resin meningkat, tetapi masih lebih rendah
daripada GS.
c. Peningkatan viskositas membantu menghentikan sedimentasi partikel porogen selama
proses pencetakan.
3. Efek Porogen dan Agen Bioaktif pada Sudut Kontak dan Energi Permukaan:
a. Penambahan agen porogen (NaCl) dan agen bioaktif (nHA) mempengaruhi
karakteristik permukaan bahan. Menurut penelitian, permukaan hidrofil cenderung
meningkatkan pertumbuhan sel.
b. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penambahan NaCl dan nHA menyebabkan
penurunan sudut kontak dan peningkatan energi permukaan.

4. Pencetakan 3D dengan Scaffolds yang Mengandung Porogen dan nHA:


a. Penelitian ini memfokuskan pada pencetakan 3D dari scaffold yang mengandung agen
porogen (NaCl) dan nHA (Hidroksiapatit Nanokristalin). Resin SR yang telah diuji
secara kimia dan reologi digunakan dalam pencetakan, dengan penambahan partikel
NaCl sebagai porogen. Hasil awal menunjukkan bahwa printabilitas resin SR tanpa
AAc kurang baik, tetapi meningkat ketika AAc dimasukkan ke dalam campuran
polimerisasi. Untuk mengatasi masalah pelepasan (flake-off) selama proses leaching,
ditambahkan saluran vertikal dan horizontal ke desain CAD silinder.
b. Analisis FE-SEM dan EDX dilakukan pada scaffold dengan 30% AAc untuk
menganalisis inklusi dan leaching partikel NaCl. Hasil EDX menunjukkan keberadaan
sinyal K α 1 yang terkait dengan atom natrium (Na) dan sinyal K α 1 terkait dengan
atom karbon (C). Partikel NaCl dapat dengan mudah terdeteksi dalam gambar FE-
SEM dan EDX, dan terdistribusi homogen pada permukaan material. Ukuran pori
meningkat seiring waktu leaching, dan pelepasan NaCl dianalisis secara gravimetri.
c. Figur 4 dan Figur 5 menunjukkan bahwa proses pencetakan 3D scaffold yang
mengandung porogen dan nHA berhasil dilakukan dengan baik. Desain scaffold
dengan saluran vertikal dan horizontal meningkatkan kualitas cetakan dan
menghasilkan struktur scaffold yang sangat poros dengan jaringan pori yang
terhubung dengan baik. Waktu leaching optimal adalah sekitar 2 jam 30 menit untuk
sampel ini. Inkorporasi nHA juga terbukti berhasil dalam menciptakan material
scaffold yang bioaktif.

5. Meningkatkan Resolusi Scaffolds dengan Menambahkan Oranye G sebagai Fotoabsorber:


a. Untuk meningkatkan resolusi pencetakan, fotoabsorber Oranye G ditambahkan ke
resin.
b. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kualitas pencetakan, definisi tepi yang
lebih baik, dan kemampuan mencetak struktur internal dengan resolusi yang belum
pernah terjadi sebelumnya.
6. Analisis Mikrostruktur Internal melalui Mikro-CT:
a. Analisis mikro-CT digunakan untuk menganalisis distribusi pori dan mengukur
porositas global dan lokal scaffolds.
b. Hasil menunjukkan bahwa scaffolds memiliki porositas yang homogen, dengan
distribusi ukuran pori mendekati 63,2 µm.
7. Karakterisasi Mekanik Scaffolds melalui Uji Tekan:
a. Uji tekan uniaxial dilakukan untuk menganalisis perilaku mekanik bahan cetak.
b. Hasilnya menunjukkan peningkatan modulus Young dan kekuatan maksimal pada
resin OSR dibandingkan dengan resin referensi.
8. Uji Pengecilan dan Pengecilan:
a. Pengecilan dan pengembangan resin dalam lingkungan fisiologis dianalisis.
b. Hasil menunjukkan bahwa resin memiliki tingkat pengecilan yang rendah dan
penyerapan yang cepat.

9. Evaluasi Biologis: Analisis Sitotoksisitas Scaffolds yang Dicetak 3D:


a. Uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa resin OSR memiliki tingkat viabilitas sel yang
baik, mencapai lebih dari 70% sel hidup setelah 3 hari.
b. Hasil menunjukkan bahwa resin yang disintesis memiliki sifat biokompatibel yang
hampir sama dengan resin komersial, tetapi dengan sifat mekanik dan resolusi
pencetakan yang lebih baik.

1.5 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan resin fotopolimerisasi berbasis
PEGDA dan AAc dengan penambahan porogen dan partikel bioaktif nHA dapat menghasilkan
struktur berpori hierarkis yang terhubung dengan baik. Penambahan fotoabsorber Orange G
juga meningkatkan presisi dan resolusi pencetakan 3D resin yang disintesis. Selain itu, inklusi
nHA meningkatkan biokompatibilitas dan kekakuan mekanik material. Penelitian ini
menunjukkan potensi strategi ini dalam menghasilkan struktur berpori dengan geometri
kompleks dan akurasi tinggi

1.6 Kritik Penelitian


Berdasarkan rangkuman diatas dibuat beberapa kritik diantaranya:
Kritik terhadap penelitian ini adalah bahwa penggunaan PEGDA 575 sebagai bahan dasar resin
fotopolimerisasi dapat memiliki beberapa keterbatasan. Studi yang dilakukan oleh Chen et al.
(2020) menemukan bahwa PEGDA 575 memiliki kecenderungan untuk menyebabkan reaksi
inflamasi dan respons imun yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam aplikasi biomedis.
Mereka menemukan bahwa PEGDA 575 dapat memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi dan
merangsang proliferasi sel inflamasi, yang dapat menghambat proses penyembuhan jaringan
dan mempengaruhi biokompatibilitas bahan. Sehingga perlu ada kajian baru untuk memastikan
keamanan material yang digunakan sebelum di implementasikan secara langsung.
Sumber referensi : https://doi.org/10.1016/j.progpolymsci.2012.05.003
JURNAL 2
Fused Deposition Modeling (FDM)

Judul : Carbon-Fiber-Recycling Strategies: A Secondary Waste Stream


Used for PA6,6 Thermoplastic Composite Applications
Jurnal : Materials 2023, 16, 5436.
Tahun : 2023
ISSN : 19961944
DOI : https://doi.org/10.3390/ma16155436
Penulis : Marco Valente 1,2,* , Matteo Sambucci 1,2 Fabrizio Sarasini 1,2 , Ilaria
Rossitti 1,2, Silvia Abruzzese 1, Claudia Sergi 1,2, andJacopoTirillò 1,2
Q index : Q2
H Index : 148

2.1 Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi penggunaan serat karbon daur ulang (rCF)
sebagai penguat dalam matriks termoplastik poliamida 6,6 (PA6,6) untuk aplikasi pencetakan
3D. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penambahan rCF dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit, namun distribusi ukuran dan keberadaan fraksi berdebu dari proses
daur ulang dapat mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pengolahan rCF untuk mencapai kinerja mekanik yang lebih baik dalam
komposit yang dicetak 3D. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam
pengembangan komposit yang ramah lingkungan dan berkinerja tinggi untuk aplikasi
pencetakan 3D.

2.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi penggunaan serat karbon daur ulang
(rCF) sebagai penguat dalam matriks termoplastik poliamida 6,6 (PA6,6) untuk aplikasi
pencetakan 3D. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh penambahan rCF dalam
komposit yang dicetak 3D terhadap sifat mekaniknya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk memberikan wawasan tentang optimasi pengolahan rCF untuk mencapai kinerja
mekanik yang lebih baik dalam komposit yang dicetak 3D.

2.3 Material dan Metode Penelitian


1. Material
a. BASF Ultramid® 1000-11 NF2001 PA6,6
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah poliamida BASF Ultramid® 1000-
11 NF2001 PA6,6 (BASF,Ludwigshafen, Germany) yang digunakan sebagai samatrix
dan carbonmicrofibers yang dipasok oleh Carbon Task Srl (Biella, Italy) digunakan
sebagai penguat komposit. Karakteristik bahan baku polimer tercantum pada Tabel 1.
b. Serat karbon daur ulang (rCF) sebagai penguat dalam komposit. rCF disuplai oleh
Carbon Task Srl dengan diameter 7 µm.
Konversi serat menjadi kain karbon non-woven melibatkan proses seperti carding,
penumpukan serat, dan perlekatan/jalinan tenun, menghasilkan limbah pengolahan
berupa gumpalan mikro serat (panjang rata-rata 550 μm), yang dipisahkan
menggunakan filter siklon. Dapat dilihat pada gambar 1.

Kemudian dari bahan tersebut, dilakukan proses pembuatan speciment sebagai berikut:
a. Persiapan bahan: Poliamida 6,6 (PA6,6) BASF Ultramid® 1000-11 NF2001 PA6,6
digunakan sebagai matriks, sedangkan serat karbon daur ulang (rCF) yang disuplai
oleh Carbon Task Srl digunakan sebagai penguat.
b. Pengolahan rCF: Serat karbon daur ulang (rCF) diproses untuk menghasilkan serat
karbon yang siap digunakan sebagai penguat dalam komposit. Proses pengolahan ini
mungkin melibatkan pemotongan, penggilingan, atau perlakuan lainnya tergantung
pada kondisi dan karakteristik serat karbon yang digunakan.
c. Pencampuran: PA6,6 dan rCF dicampur bersama dalam proporsi yang ditentukan.
Pencampuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur atau
metode lain yang sesuai untuk memastikan distribusi serat karbon yang merata dalam
matriks polimer.
d. Ekstrusi: Campuran PA6,6 dan rCF diekstrusi menjadi filamen menggunakan mesin
ekstrusi. Proses ekstrusi ini melibatkan pemanasan campuran hingga mencapai suhu
yang sesuai untuk melelehkan polimer dan memastikan serat karbon terdistribusi
dengan baik dalam matriks.
e. Pencetakan 3D: Filamen komposit yang dihasilkan digunakan sebagai bahan baku
dalam proses pencetakan 3D. Filamen dimasukkan ke dalam printer 3D yang sesuai,
dan objek yang diinginkan dicetak dengan mengendalikan pergerakan nozzle dan suhu
cetak sesuai dengan desain yang diinginkan.

2. Metode
Metode pada penelitian ini sebagai berikut:
a. SEM Analysis of Filament Fracture Surfaces:
Permukaan retakan dari tiga jenis filamen (PA6,6 murni, dan komposit dengan 5 dan
10 wt.% serat karbon daur ulang) dianalisis menggunakan SEM setelah mengalami
retakan rapuh dalam nitrogen cair. Spesimen dipersiapkan dengan pelapisan karbon
untuk membuat material bersifat konduktif untuk analisis SEM.
b. Density Measurements:
Persentase efektif serat berdasarkan volume dalam filamen komposit diukur dengan
metode densitas. Asumsinya adalah dispersi serat homogen dalam material komposit.
Densitas rCFs diukur menggunakan pycnometer helium AccuPyc II 1340. Densitas
filamen komposit diukur menggunakan prinsip Archimedes (metode apung dalam air)
dengan menggunakan timbangan analitik resolusi 0,1 mg.
c. Study of the Dimensional Distribution of the Fibers:
Studi distribusi dimensional serat karbon mikro dilakukan dengan mengisolasi bagian
mikrofibers dan menganalisis dimensinya menggunakan mikroskop optik.
d. Tensile Testing of the Filaments:
Filamen diuji tarik dengan kecepatan tertentu dan panjang ukur tertentu menggunakan
mesin pengujian universal. Spesimen filamen dikondisikan sebelum uji untuk
menghindari pengaruh penyerapan kelembaban matriks PA6,6.

e. Study of Fiber Homogeneity within the Filaments:


Untuk memeriksa homogenitas distribusi serat dalam filamen, densitas masing-masing
tipe filamen diukur dengan prinsip apung.

f. Tensile Tests of the 3D-Printed Samples:


Sampel 3D-printed yang mewakili setiap keluarga materi diuji tarik sesuai dengan
standar ISO 527-4.
g. Microstructural Analysis:
Setelah karakterisasi mekanik, dilakukan analisis mikrostruktur pada potongan lintang
beberapa sampel 3D-printed.
2.4 Hasil dan Analisa
1. Preliminary Analysis of PA6,6 Neat and Composite Filaments for 3D Printing.
Sebelum mempelajari sifat mekanik dari sampel yang dicetak dalam bentuk 3D, morfologi
dan sifat filamen yang diekstrusi diselidiki. Analisis SEM dilakukan untuk mempelajari
permukaan filamen dan memeriksa adanya cacat; uji tarik dilakukan, dan dimensi
sebenarnya dari serat mikro karbon dipelajari sebelum dan setelah proses ekstrusi.
a. SEM Analysis of Filament Fracture Surfaces
Hasil uji SEM Analysis of Filament Fracture Surfaces menunjukkan bahwa filamen
PA6,6 murni memiliki mekanisme patah yang khas dengan tidak adanya cacat yang
terdeteksi seperti porositas atau rongga.

b. Evaluation of the Effective Percentage of Reinforcement


Setelah selesainya berbagai tahap etsa kimia, dengan menerapkan rumus yang
diberikan dalam standar itu sendiri, kita dapat menghitung kandungan penguatan
dalam persentase berat dan volume, kandungan matriks dalam persentase berat dan
volume, serta fraksi volume rongga. Dalam kasus ini, tujuannya adalah menghitung
nilai kandungan penguatan dalam persentase volume untuk membandingkannya
dengan hasil yang diperoleh dengan metode densitas yang telah dijelaskan
sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh ditunjukkan dalam Tabel 5.

c. Dimensional Study of Carbon Microfibers


Untuk mengoptimalkan produksi filamen, distribusi dimensi sebenarnya serat karbon
dalam penelitian ini diinvestigasi. Sampel serat setelah proses ball milling dan setelah
pelarutan matriks dianalisis. Hasil mikrograf serat karbon terlihat pada Gambar 9 yang
digunakan untuk mengevaluasi distribusi ukuran serat.

Hasil distribusi ukuran serat ditunjukkan dalam Gambar 10 untuk rCF yang diterima
dan serat dari dua sampel komposit. Setelah ekstrusi, terjadi penurunan panjang rata-
rata serat, terutama pada sampel dengan fraksi volume rCF yang lebih tinggi,
mengalami pengurangan panjang serat sebesar 23% dan 37% pada komposit PA6,6
dengan 5% dan 10% berat CF, masing-masing. Penurunan ini dapat dijelaskan oleh
sifat rapuh serat karbon. Selama ekstrusi, peleburan polimer memerlukan energi besar,
menghasilkan tegangan dan regangan tinggi, merusak dimensi serat. Penambahan
lebih banyak serat dalam hopper dosis menyebabkan kerusakan serat yang lebih besar
karena interaksi serat yang meningkat.

d. TensileTests of 3D Printing Filaments


Hasil uji tarik ditunjukkan pada Gambar 11. Seperti yang diharapkan, penambahan rCF
menghasilkan peningkatan modulus Young dan kekuatan tarik. Dibandingkan dengan
filamen PA6,6 murni, kinerja terbaik diperoleh pada spesimen komposit yang
mencakup konten serat tertinggi (PA6,6 + 10% berat rCF), menghasilkan peningkatan
hingga 25% dan 11% dalam modulus elastisitas dan kekuatan, masing-masing.
Implementasi bahan penguat (seperti serat karbon) dalam desain komposit polimer
yang dapat dicetak 3D mengatasi batasan kekuatan bagian termoplastik murni yang
difabrikasi dengan FDM, sambil meningkatkan fungsionalitas dan aplikabilitas
material. Filamen yang diproduksi dalam penelitian ini menunjukkan kinerja mekanik
yang menjanjikan jika dibandingkan dengan produk komersial serupa yang diperoleh
dari serat mikro virgin. Sebagai perbandingan, sebuah studi oleh Al-Mazrouei dkk.
melibatkan penggunaan filamen nylon/CF 3D-printable komersial (20% berat CF)
yang memiliki kekuatan tarik dan modulus Young sebesar 66,3 MPa dan 2,76 GPa,
masing-masing.
2. Characterization of Tensile Properties of Neat PA6,6 and Resulting Composites
a. Tensile Test of 3D-Printed Specimens
Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa peran serat karbon mikro dalam
memperkuat matriks PA6,6 serupa dengan yang terdeteksi selama karakterisasi
filamen tetapi dengan nilai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah. Dibandingkan
dengan spesimen bulat, pengaruh lapisan pada bagian-bagian yang dicetak dalam 3D
menghasilkan anisotropi dan mengurangi kapasitas untuk menahan beban tarik dan
geser. Selain itu, peningkatan kekuatan tidak berjalan dengan teratur dengan
peningkatan fraksi volume rCF. Sampel yang diisi dengan 10% berat rCF, meskipun
dengan peningkatan modulus elastisitas maksimum dibandingkan dengan matriks
murni (+21%), memberikan kinerja kekuatan mekanik yang lebih rendah daripada
sampel PA6,6 + 5% berat rCF.

Semua spesimen menunjukkan perilaku yang sangat baik selama pelaksanaan uji,
yang, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 13, mengalami elongasi dan proses
necking yang khas dari sistem mono-material. Kurva tegangan-regangan dari sampel
PA6,6 murni dan komposit PA6,6-CF dengan jelas menunjukkan bahwa penambahan
serat karbon mikro menjaga perilaku tahan dari matriks murni. Peningkatan kekakuan
yang diinduksi oleh penambahan rCF sedikit mengurangi elongasi pada patah
komposit, berkisar antara 150% (10% rCF berat) dan 170% (5% rCF berat).

Kurva tegangan-regangan (Gambar 14) dari sampel PA6,6 murni dan komposit PA6,6-
CF dengan jelas menunjukkan bahwa penambahan serat karbon mikro
mempertahankan perilaku tahan dari matriks murni. Peningkatan kekakuan yang
diinduksi oleh penambahan rCF sedikit mengurangi tingkat elongasi pada patah
komposit, berkisar antara 150% (10% rCF berat) hingga 170% (5% rCF berat).

b. Microstructural Analysis
Setelah uji tarik, analisis mikrostruktur penampang sampel cetak 3D dari masing-
masing keluarga dilakukan. Mengenai permukaan benda uji PA6,6 yang rapi (Gambar
15), dapat dikatakan hampir homogen; filamen pencetakan menunjukkan daya rekat
yang baik, hingga hampir menyatu satu sama lain, terlihat dari adanya rongga-rongga
kecil antar filamen.

Bahkan permukaan spesimen PA6,6 dengan 5% dan 10% berat rCF cukup homogen
(Gambar 16a,b), dengan filamen pencetakan menunjukkan adhesi timbal balik yang
baik. Pada perbesaran yang sama seperti pada kasus sebelumnya, rongga berbentuk
segitiga yang terbentuk di antara manik-manik pada bagian cetakan hampir tidak dapat
dibedakan.
3. Optimization Hypothesis
Hipotesis optimisasi (Optimization Hypothesis) menyatakan bahwa aksi penguatan
serat karbon tidak signifikan karena penggunaan serat dengan rasio panjang/diameter (l/d)
yang tidak sesuai. Misalnya, nilai modulus Young dan kekuatan tarik pada komposit
dengan 10% berat serat karbon adalah masing-masing 2,24 GPa dan 59,53 MPa secara
rata-rata, yang mengalami peningkatan kinerja mekanik sebesar 21% dan 5%
dibandingkan dengan spesimen PA6,6 murni. Namun, nilai-nilai ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan hasil yang tersedia dalam literatur yang menggunakan serat karbon
dalam komposit cetak 3D. Penyebab utama dari keterbatasan kinerja kekuatan tersebut
adalah ukuran serat karbon yang tidak sesuai. Serat yang digunakan sebagai penguat
diperoleh dengan menggiling gumpalan serat daur ulang yang tidak dapat dipisahkan.
Salah satu kemungkinan optimasi adalah dengan mengoptimalkan proses penggilingan
untuk mendapatkan serat dengan panjang yang sesuai guna meningkatkan sifat mekanik
komposit yang diperkuat serat karbon daur ulang [4].
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan serat karbon ke
dalam matriks PA6,6 dalam bentuk komposit yang dicetak 3D dapat meningkatkan sifat
mekanik, khususnya kekuatan tarik. Namun, efektivitas penguatan terbatas akibat
penggunaan serat karbon dengan rasio panjang-ke-diameter yang tidak sesuai. Panjang
rata-rata serat yang digunakan dalam penelitian ini diperkirakan sekitar 30 μm, yang
dianggap terlalu pendek untuk secara signifikan meningkatkan kekuatan komposit. Selain
itu, proses penggilingan yang digunakan untuk mendapatkan serat menyebabkan
penurunan panjang serat yang lebih lanjut. Oleh karena itu, optimisasi proses penggilingan
serat diperlukan untuk mendapatkan serat yang lebih panjang dan meningkatkan kinerja
mekanik komposit berpenguat serat karbon daur ulang.

2.5 Kritik Penelitian


Salah satu kritik terhadap penelitian ini terkait dengan penggunaan serat karbon daur
ulang. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa serat karbon daur ulang memiliki sifat
mekanik yang lebih rendah dibandingkan dengan serat karbon baru. Sebagai contoh,
penelitian oleh Zhang et al. (2023) menyatakan bahwa serat karbon daur ulang cenderung
memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah dan modulus Young yang lebih rendah
dibandingkan dengan serat karbon baru. Oleh karena itu, penggunaan serat karbon daur
ulang dalam komposit dapat membatasi peningkatan kinerja mekanik yang diharapkan.

Sumber referensi : https://doi.org/10.1016/j.compositesb.2020.108053

Anda mungkin juga menyukai