Anda di halaman 1dari 59

PERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK) YANG PRAKTIS DAN ERGONOMIS

1. Definisi Masalah Dunia industri manufaktur pada era globalisasi yang kompetitif selalu dituntut berinovasi mengembangkan teknologi yang tepat guna dalam peningkatan produksi secara praktis, efisien, dan ekonomis tanpa mengabaikan standarisasi kualitas maupun kuantitasnya melalui optimalisasi potensi manusia didukung elemen teknologi digital sebagai proses rekayasa dan pengembangan produk. Dalam menggunakan suatu produk kita akan selalu mencari yang lebih praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat meringankan beban kita dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi/merespon perubahan keinginan konsumennya. (Widodo, 2006) Pada umumnya kita sering mendengar istilah alat bantu, di dunia kesehatan ada alat bantu jalan untuk orang cacat atau bagi mereka yang lagi sakit tidak bisa jalan, yaitu kruk. Kruk adalah suatu alat bantu jalan yang berupa tongkat dengan pegangan ditengah supaya dapat digunakan sebagai pegangan. Pemakaiannya dengan cara dijepit diketiak, alat ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang baru saja kecelakaan yang mengakibatkan kakinya sakit (patah) atau mereka yang cacat sehingga sulit dalam berjalan atau dalam kata lain kruk adalah alat penopang kaki pemakainya. Kruk sendiri ada beberapa macam mulai yang terbuat dari besi sampai yang terbuat dari alumunium. Sebelum menggunakan alat tersebut pemakai harus menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya terlebih dahulu karena alat ini terdiri dari beberapa macam ukuran. Untuk orang yang sakit misalnya kecelakaan, mereka kalau sudah sembuh pasti tidak akan mengunakan alat ini lagi, sehingga alat tersebut akan disimpan atau diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Permasalahannya kalau diberikan kepada orang lain apakah orang tersebut
sama dengan ukuran data antropometri pengguna sebelumnya.
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk yang paling tampak nyata aplikasinya adalah melalui pemanfaatan data anthropometri (ukuran tubuh) guna menetapkan dimensi ukuran geometris dari produk dan juga bentuk-bentuk tertentu dari produk yang disesuaikan dengan ukuran maupun bentuk (feature) tubuh manusia pemakainya. Data anthropometri yang menyajikan informasi mengenai ukuran maupun bentuk dari berbagai anggota tubuh manusia --- yang dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, suku-bangsa (etnis), posisi tubuh pada saat bekerja, dan sebagainya --- serta diklasifikasikan dalam segmen populasi pemakai (presentile) perlu diakomodasikan dalam penetapan dimensi ukuran produk yang akan dirancang guna menghasilkan kualitas rancangan yang tailor made dan memenuhi persyaratan fittnes for use. ( Wignjosoebroto, 1997).

2. Ide Produk Berdasarkan masalah diatas, penulis mencoba memberikan solusi yang dapat digunakan untuk merancang alat bantu jalan (kruk) yang praktis dan ergonomis yang bisa
digunakan untuk semua umur. Ide yang dicoba untuk dituangkan dalam laporan ini

berupa sebuah produk alat bantu jalan yang memiliki beberapa fungsi yang dapat menggantikan fungsi dari beberapa barang lain yang ada seperti kursi roda. 3. Batasan Masalah Produk ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat dan untuk semua umur. Orang-orang yang memiliki biaya yang kecil, maupun orang yang menginginkan sebuah alat bantu yang praktis dan ergonomis, produk terbuat dari alumunium dan produk yang dirancang tidak untuk anak-anak.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Fungsi Produk Produk ini dibuat untuk tempat pembibitan tanaman yang pada umumnya menggunakan plastik polybag yang hanya bisa digunakan sekali setelah itu akan menjadi limbah plastik. Namun produk yang akan dibuat tidak menghasilkan limbah plastik karena menggunakan material PVC serta dapat digunakan berulang kali .

Material Tempat Pembibitan Tanaman Energi

Material

Energi

Gambar 1. Blok Fungsi

energi

Aktifkan

Beri Energi

si

Hasil/pr oduk

Dengan Tangan
Ubah Energi

sentuh

Gambar 2. Diagram Blok Fungsi

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Kriteria Perancangan Dalam perancangan tempat pembibitan ini, kriteria perancangan yang harus dipenuhi ada dua macam, yaitu kriteria must dan kriteria want. Adapun kriteria- kriteria tersebut adalah : Kriteria must: 1. Desain Dapat digunakan berulang kali. Menggantikan plastik polybag yg dapat menghasilkan limbah plastic. Merupakan desain yang praktis dan ergonomis.

2. Harganya relatif lebih mahal dariproduk pembibitan menggunakan plastik polybag Karena ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah plastik. Menggunakan material PVC yang harganya lebih mahaldari plastik polybag, tetapi desainnya lebih menarik karena juga dapat juga digunakan sebagai pot hias. 3. Kepraktisan Dalam satu desain pot dapat menampung lebih dari 1 bibit tanaman secara bersamaan. 4. Kemudahan operasi Merupakan produk yang bisa langsung dipakai dengan cara bongkar pasang. 5. Tahan lama Karena menggunakan material PVC, produk ini tidak mudah rusak karena perubahan cuaca. 6. Kemudahan perawatan Produk ini merupkan produk yang praktis sehingga perawatannya sangat mudah. 7. Keamanan Karena produk ini tidak mengandung racun dan tidak mudah terbakar. Penutup alas menggunakan bahan karet sehingga tidak terpeleset.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

8. Berat produk Produk menggunakan material PVC sehingga cukup ringan pada saat digunakan. 9. Kemudahan pembuatan Produk ini menggunakan engsel yang berfungsi untuk membuka dan menutup pada saat pemindahan tanaman dari pot pembibitan ke dalam media tanah, sehingga produk ini cukup mudah dalam ppembuatanya. Kriteria want: 1. Ramah lingkungan Dibuat dari material PVC yang tidak menghasilkan limbah plastik.

2. Perawatan mudah Produk dapat dibersihkan dengan air dan kain pembersih. Merupakan produk yang praktis dan sederhana.

3. Perakitan mudah Pemasangan dapat dilakukan dengan obeng dan tangan.

4. Keamanan Dibuat dari material PVC yang aman dan tidak beracun. ( Harsokoesoemo, H. Darmawan, 2004)

Metode Quality Function Development Metode Quality Function Development (QFD) adalah suatu metodologi desain yang mengandalkan keahlian dan profesionalisme untuk memenuhi ketentuan-ketentuan konsumen, dalam prosesnya mengetahui aspek harapan konsumen dan mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan konsumen. Diagram ini memperlihatkan hubungan antara parameter-parameter yang ada.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Langkah-langkah metode QFD akan menghasilkan rumah kualitas (house of quality) sebagaimana digambarkan pada gambar di bawah ini :

HOW VS NOW

WHO

HOW

NOW

WHO VS WHAT

WHAT

WHAT VS HOW

NOW VS WHAT

HOW MANY

Gambar 3. Rumah Kualitas atau QFD Diagram ( Harsokoesoemo, H. Darmawan, 2004)

Langkah Apa (What) merupakan daftar yang terdiri dari keinginan pelanggan. Langkah Bagaimana (How) merupakan daftar yang berisi mengenai spesifikasi teknis yang terukur atau memiliki satuan, seperti panjang, berat, gaya, dan lain-lain. Berikut adalah daftar dari langkah Apa dan Bagaimana: 1. Parameter Apa (What): Desain Harga terjangkau kepraktisan Mudah pengoprasiaan Tahan lama
6

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Mudah perawatan Faktor keamanan Berat suatu produk Ramah lingkungan

2. Parameter Bagaimana (How) Produk tersebut dapan dipanjang pendekkan Rata-rata berat pengguna (kg) Rata-rata tinggi pemakai (cm) Material yang digunakan

Dari daftar diatas maka dapat dibuat diagram QFD untuk mengetahui hubungan antara parameter-parameter tersebut. Berikut ini adalah diagram QFD Apa Vs bagaimana (What Vs How) yang menunjukkan hubungan antara parameter Apa dan parameter bagaimana: Bagaimana Apa Desain Harga Kepraktisan Pengoprasiaan Tahan lama Perawatan Keamanan Berat produk Ramah lingkungan Tingkat keterkaitan: = tidak ada keterkaitan = hubungan kuat = hubungan sedang = hubungan lemah
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dimensi produk

Rata-rata berat

Rata-rata tinggi

Material

Matriks Morfologi Berikut ini akan ditampilkan matriks morfologi dimana akan dapat disusun beberapa varian konsep produk yang mungkin dibuat. Tabel 1. Matriks Morfologi Bahan baku penyusun A.1 Plastik pada produk (A) A.2 Bambu A.3 PVC Penyetelan pasang (B) B.2 Tidak dapat dibongkar Kapasitas jumlah Bibit C.1 1 (C) Jenis tanaman (D) C.2 Lebih dari 1 D.1 Semua jenis tanaman D.2 Hanya tanaman kecil recycle (E) E.1 Hanya sekali pakai E.2 Dapat dipakai berulang kali bongkar B.1 Dapat dibongkar B.1.1 engsel

Konsep yang dapat dibuat dari matriks morfologi diatas adalah sebagai berikut : Konsep 1 : A1 + B2 + C1 + D1 + E1 Konsep 2 : A2 + B2 + C3 + D2 + E2 Konsep 3 : A3 + B1 + B1.1 + C2 + D1 + E2

Perancangan konsep Produk Konsep produk yang akan dirancang berupa media penanaman bibit tanaman yang dapat dibongkar pasang pada saat akan di pindah ke media tanah. Konsep-konsep ini dibuat dalam bentuk sketsa yang digambar secara sederhana dengan tangan dan belum diberi dimensi. Diharapkan dengan membuat sketsa dari konsep-konsep produk tersebut maka akan dapat dianalisa dan ditemukan solusi konsep produk yang paling
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

baik untuk dapat dikembangkan lagi baik dari segi teknologi maupun dari segi biaya pembuatannya dan memenuhi keinginan pelanggan. Berikut ini adalah rancangan konsep-konsep produk yang mungkin dibuat berdasarkan matriks morfologi:

3.1 Konsep produk 1

Gambar 4. Konsep Produk I

Keterangan: Konsep produk ini berupa tempat pembibitan tanaman berupa plastik polybag, plastik polybag sendiri adalah plastik dominasi berwarna hitam yang digunakan untuk menyemai tanaman dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan jenis tanaman dan tujuuan dari persemaian. Cara menggunakan plastik polybag ini cukup mudah, yaitu dengan cara memasukkan tanah yang telah dipupuk kedalam plastik lalu dimasukkan benih yang akan ditanam. Karena produk ini berbentuk seperti pot tanaman, maka produk ini dapat menghemat lahan dan juga memudahkan saat akan memindahkan tanaman ke media tanah karena plastik ini dapat diangkat dengan kedua tangan.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

3.2 Konsep produk

Gambar 5. Konsep Produk II

Keterangan: Konsep produk ini berupa tempat pembibitan tanaman yang dibuat dari material bambu yang berbentuk horizontal.kelebihan dari sistem penanaman ini adalah sistem penanaman ini lebih efisien dalam penggunaan lahan,karena jumlah tanaman yang ditanam lebih banyak dibandingkan sistem konvensional dan juga lebih menghemat lahan.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

10

3.3 Konsep produk 3

Gambar 6. Konsep Produk III

Keterangan: Konsep produk ini berupa tempat pembibitan tanaman yang dibuat dari material PVC berbentuk seperti pot yang memanjang yang bisa dibuka dan ditutup agar mempermudah pada saat pemindahan tanaman dari media pot ke media tanah. Kelebihan dari produk ini adalah bisa menampung tanaman lebih dari 1,juga dapat menghemat lahan tanaman karena berbentuk seperti pot tanaman dan juga produk ini dapat digunakan berulang kali dalam proses pembibitan tanaman

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

11

Pemilihan Konsep Produk Untuk pemilihan konsep produk dari beberapa rancangan yang telah ada, dibuat sebuah matriks keputusan dasar yang bertujuan untuk memilih produk mana yang paling memenuhi kriteria. Matriks ini dibuat dengan konsep produk 1 sebagai acuan pemberian skor atau nilai. Alasan memilih produk 1 sebagai referensi adalah karena produk 1 memiliki rancangan yang paling umum dan sederhana. Berikut ini adalah matriks keputusan dasar yang dibuat: Tabel 2. Pembobotan Nilai Konsep Produk Konsep NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria seleksi Desain Kepraktisan Kemudahan operasi Life time Kemudahan perawatan Keamanan Harga Berat Kemudaha pembuatan Total + Total S Total Total X Bobot bobot 7 10 9 8 8 8 9 9 8 1 R e f e r e n s i 0 0 0 0 2 + S S S + + 3 3 3 -5 3 + S S + + + S 4 3 2 13

Dari matriks keputusan dasar diatas dapat dilihat bahwa produk yang memiliki skor tertinggi adalah konsep produk 3, yaitu dengan skor 13, sedangkan konsep produk lainnya memiliki skor yang relatif rendah, yaitu untuk konsep produk 2 dengan skor -5. Sehingga konsep produk 3 lah yang akan dikembangkan lebih lanjut untuk merancang alat pembibitan tanaman.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

12

4. Analisa dan Perhitungan Proses perancangan selanjutnya adalah melakukan analisa perhitungan pada produk yang telah digambar secara teknik. Adapun parameter dasar dari tempat tidur multi fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Batas tinggi kruk maksimum = 140 cm Batas tinggi kruk minimum = 110 cm Berat maksimum pengguna = 100 kg Berat total = < 5 kg Setelan jangkauan tangan bawah = 50 cm Setelan jangkauan tangan atas = 41 cm Panjang penompang ketiak = 20 cm Panjang genggaman tangan = 20 cm Diameter genggaman tangan = 4 cm Kapasitas alat bantu jalan = 1 orang

Analisa Massa Produk diameter pipa = 2 cm 0.02 m jadi r = 0.01 m tebal pipa = 5mm 5x10-4 m massa jenis alumunium = 2.7 x 103 kg/m3 1. Massa rangka :

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

13

Gambar 7. Rangka Alat Bantu Jalan Dimana total panjang rangka tersebut = 188 cm 1.88 m Volume rangka diatasa adalah V1 = .r2.t = 3.14 x (0.01)2 x 1.88 = 5.9 x 10-4 m3 Jadi massa rangka tersebut adalah mrangka = x Vselubung = 2.7 x 103 kg/m3 x 5.9 x 10-4 m3 = 1.594 kg

2. Massa plat penyangga ketiak

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

14

Gambar 8. Plat Penyangga Ketiak Dimana Panjang = 10 cm 0.1 m Lebar = 5 cm 0.05 m Tinggi = 2 cm 0.02 m Vplat = p.l.t = 0.1 x 0.05 x 0.02 = 1 x 10-4 m3 Jadi massa plat tersebut adalah mplat =xV = 2.7 x 103 kg/m3 x 1 x 10-4 m3 = 0.27 kg

3. Massa rangka penyangga ketiak

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

15

Gambar 9. Rangka Penyangga Ketiak Dimana panjang rangka tersebut = 30 cm 0.3 m Volume rangka diatas adalah V1 = .r2.t = 3.14 x (0.01)2 x 0.3 = 9.42 x 10-5 m3 Jadi massa rangka tersebut adalah mrangka = x Vselubung = 2.7 x 103 kg/m3 x 9.42 x 10-5 m3 = 0.25 kg

4. Massa rangka genggaman tangan

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

16

Gambar 10. Rangka Genggaman Tangan Dimana panjang rangka tersebut = 20 cm 0.2 m Volume rangka diatas adalah Valumunium = .r2.t = 3.14 x (0.01)2 x 0.2 = 6.28 x 10-5 m3 Jadi massa rangka tersebut adalah mrangka = x Valumunium = 2.7 x 103 kg/m3 x 6.28 x 10-5 m3 = 0.170 kg

5. Massa panjang rangka bawah

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

17

Gambar 11. Panjang Rangka Bawah Dimana panjang rangka tersebut = 55 cm 0.55 m Volume rangka diatas adalah V1 = .r2.t = 3.14 x (0.01)2 x 0.55 = 1.73 x 10-4 m3 Jadi massa rangka tersebut adalah mrangka = x Vselubung = 2.7 x 103 kg/m3 x 1.73 x 10-4 m3 = 0.47 kg Jadi massa total dari produk tersebut adalah = (1.594 + 0.27 + 0.25 + 0.170 + 0.47)kg = 2.754 kg

Simulasi Analisa Tegangan pada kruk menggunakan SolidWorks 2007 Hasil Simulasi Pembebanan pada rangka kruk Setelah part di assembling langkah selanjutnya adalah mensimulasikan tegangan yang terjadi apabila diberi pembebanan 1000 N, dimana untuk mengetahui pembebanan maksimal untuk pemakaian. Dimana bobot diambil dari berat badan pengguna sebanding dengan dengan gravitasi (10 m/s2). Dapat dilihat dari gambar-gambar dibawah ini yang menunjukan deformasi dan tegangan-tegangan yang terjadi.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

18

Gambar 12. rangka kruk yang telah di assembling.

Pembebanan Aktual Beban aktual yang akan diberikan pada rangka kruk sebesar 100 kg, beban tersebut diambil karena memperkirakan beban maksimal pengguna. Aluminium 1060 alloy Aluminium 3003 alloy Aluminium 6061 alloy

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

19

Gambar 13. rangka kruk dengan material aluminium alloy.

Gambar 14. kruk yang ditahan pada bagian bawah.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

20

Gambar 15. pemberian beban pada penumpu ketiak. Simulasi pembebanan pada rangka kruk Aluminium 1060 alloy

Gambar 16. hasil simulasi tegangan pada rangka kruk Material aluminium 1060 pada desain kruk ini dipilih untuk menghindari adanya kelelahan bahan (fatigue) akibat merima beban 1000 N karena nilai dari hasil simulasi terlihat bahwa tegangan luluh aluminium 1060 alloy mencapai 27,57 MPa. Nilai tegangan von misses maksimal yang terjadi pada rangka kruk sebesar 12,21 MPa. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan bentuk pada bagian batang samping. Dikarenakan nilai von misses yang terjadi lebih kecil dibanding tegangan luluh maka bahan akan mengalami deformasi elastis. Safety factor yang didapat sebesar 2,26 (aman). Untuk memperoleh saftey

faktor yang lebih besar maka bobot bisa dikurangi atau perubahan pada penampang atau ukuran batang pada kerangka kruk tersebut.
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 21

Simulasi pembebanan pada rangka kruk Aluminium 3003 alloy

Gambar 17. hasil simulasi tegangan pada rangka kruk. Material aluminium 3003 alloy pada desain kruk ini dipilih untuk menghindari adanya kelelahan bahan (fatigue) akibat merima beban 1000 N karena nilai dari hasil simulasi terlihat bahwa tegangan luluh aluminium 3003alloy mencapai 41,36 MPa. Nilai tegangan von misses maksimal yang terjadi pada rangka kruk sebesar 12,21 MPa. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan bentuk pada bagian batang samping. Dikarenakan nilai von misses yang terjadi lebih kecil dibanding tegangan luluh maka bahan akan mengalami deformasi elastis. Safety factor yang didapat sebesar 3,38 (aman). Nilai keamanan dari bahan aluminium 3003 alloy lebih besar dari pada aluminium 1006 alloy akan tetapi masih dikategorkan aman. Dalam menentukan faktor keamanan harus ditimbang dari dua hal,
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 22

pertama pelampauan kekuatan pakai (bahaya fatal) dan yang kedua terhadap kelayakan dan nilai komponen tersebut. Simulasi pembebanan pada rangka kruk Aluminium 6061 alloy

Gambar 18. simulasi tegangan pada rangka kruk Material aluminium 6061 alloy pada saat merima beban 1000 N hasil simulasi terlihat bahwa tegangan luluh aluminium 6061 alloy mencapai 55,15 MPa. Nilai tegangan von misses aktual yang terjadi pada rangka kruk sebesar 12,21 MPa. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan bentuk pada bagian batang samping dan sambungan baut. Dikarenakan nilai von misses yang terjadi lebih kecil dibanding tegangan luluh maka bahan akan mengalami deformasi elastis. Nilai safety faktor pada pembebanan 1000 N pada material aluminium 6061 alloy yaitu 4,5 dikategorikan aman, akan tetapi dengan nilai faktor kemanan yang cukup besar dimungkinkan pemakain material yang boros sehingga bisa menambah massa dari rangka kruk tersebut.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

23

Perbandingan Material Pembuat Rangka Kruk Dalam pembuatan rangka kruk material yang digunakan haruslah memiliki massa yang ringan dan kuat, untuk menentukan material yang tepat dalam pembuatan kerangka kruk diperlukan adanya analisa mengenai material-material yang

direkomendasikan. Dari simulasi pembebanan diatas material yang digunakan yaitu aluminium alloy 1060, aluminium alloy 3003, dan aluminium 6061 alloy , ternyata dari hasil simulasi tersebut didapatkan nilai yield strength, von misses actual dan safety factor nya. Pembebanan yang diberikan pada simulasi sebesar 1000 N meskipun pembebanan tersebut dalam kenyataannya bisa bervariasai tergantung berat badan pengguna namun pada simulasi ini pembebanan yang diambil yaitu 1000 N. Berikut merupakan tabel perbandingan dari kedua material tersebut. Tabel 3. Perbandingan material No 1. 2. 3. 4. 5. Material Densitas Yield Strength VonMissesActual Safety Factor Deformation Aluminium 1060 2,70 . 103 kg/m3 27,57 MPa 12,21 MPa 2,26 6,24.10-3 cm Aluminium 3003 2,73 . 103 kg/m3 41,36 MPa 12,21 MPa 3,38 6,24.10-3 cm Aluminium 6061 2,70 . 103 kg/m3 55,15 MPa 12,21 MPa 4,52 6,24.10-3 cm

Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan kedua material tersebut dapat digunakan sebagai material pembuat rangka kruk. Jika dilihat dari nilai von misses actual, nilainya masih dibawah yield strength dari aluminium alloy itu artinya pada rangka kruk terjadi deformasi elastis ketika diberi pembebanan sebesar 1000 N. Sedangkan jika dilihat dari nilai safety factornya, kedua material tersebut dapat digunakan sebagai material pembuat kerangka kruk karena nilai safety factornya diatas 1 maka dapat dinyatakan bahwa material tersebut kategori masih aman. Perbandingan Beban Aktual Pembebanan yang bervariasai menghasilkan tegangan pada rangka kruk juga mengalami perubahan, bukan hanya tegangan nilai kemanan pun akan berubah sesuai
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

24

dengan beban tersebut. Untuk membandingkan beban maksimum yang dapat diterima oleh rangka kruk perlu adanya simulasi dari hasil simulasi tersebut akan didapatkan hasil untuk variasi pembebanan. Tabel 4. Perbandingan beban aktual Aluminium 1060 No Beban (kg) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 60 70 80 90 100 > 100 (27,57 Mpa) Safety 3,76 3,22 2,82 2,51 2,26 1,13 Von Miss 7,33 8,55 9,77 10,99 12,21 24,43 Aluminium 3003 (41,36 MPa) Safety 5,64 4,84 4,23 3,76 3,39 1,69 Von Miss 7,33 8,55 9,77 10,99 12,21 24,43 Aluminium 6061 (55,15 MPa) Safety 7,52 6,45 5,64 5,02 4,51 2,27 Von Miss 7,33 8,55 9,77 10,99 12,21 24,43

Dari hasil perbandingan beban aktual diatas dapat diambil kesimpulan bahwa beban yang diterima yaitu sebesar 100 kg, pada dasarnya untuk beban yang diatas 100 kg pun masih bisa diterima untuk material tertentu akan tetapi jika dilihat dari nilai von misses aktual dengan yield strength material tersebut nilainya hampir mendekati nilai tegangan luluh dari material tersebut ini dikhawatirkan dalam jangka waktu tertentu rangka kruk akan mengalami deformasi plastis yang berakibat kerusakan pada komponen-komponennya. Sedangkan jika dilihat dari nilai faktor keamanan dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar bobot tersebut maka nilai faktor keamanannnya semakin mengecil meskipun masih dalam taraf aman, akan tetapi alat bantu jalan ini pasti akan digunakan oleh terus menerus dalam jangka waktu tertentu tidak sekali pakai, maka dikhawatirkan kruk tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebabkan deformasi. Jika meneliti dari hasil analisa simulasi material aluminium 1060 alloy masih cukup aman ketika dibebani bobot 100 kg, akan tetapi pada saat bobot tersebut dinaikan > 100kg nilai von misses masih dibawah yield strength sehingga material tidak mengalami deformasi plastis tetapi nilai faktor keamanan semakin kecil. Untuk bahan aluminium 3003 alloy ketika menerima bobot 100 kg masih aman dengan nilai safety
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 25

faktor diatas 3 dan nilai von misses aktual masih dibawah yield strength, pada saat menerima bobot diatas > 100kg nilai von misses aktual masih dibawah yield strength artinya material tidak mengalami deformasi plastis, namun nilai kemananan turun menjadi 1 meskipun masih cukup aman tapi untuk pemakain yang lama nilai tersebut cukup kritis. Untuk material aluminium 6061 alloy pada saat menerma beban 100 kg nilai von misses aktualnya jauh lebih kecil dari yield strength nya maka tidak akan terjadi deformasi plastis, dan nilai safety faktornya pun dikategorikan aman untuk sebuah rangka kruk ini. Ketika menerima bobot diatas > 100kg material aluminium 6061 alloy nilai von misses aktualnya masih jauh lebih kecil dibanding nilai yield strength nya ini artinya pada rangka tidak terjadi deformasi plastis, nilai safety factornya pun masih aman diatas kedua metrial sebelumnya. Dalam buku refrensi perancangan teknik mesin penerapan keamanan telah direkomendasikan sesuai standar para perancang. Biasanya nilai kemanan dipilih sebagai berikut : S S S S SD SF SB SK 1,5.......3 1,2.......2 2......4 3......6 Perhitungan terhadap patah kekal Perhitungan terhadap deformasi Perhitungan terhadap patah Perhitungan terhadap tekuk (Niemann, G. Elemen Mesin) Rekomendasi Bobot Pengguna Berdasarkan tabel perbandingan beban yang bervariasi dapat diambl keputusan bahwa kruk tersebut dapat digunakan oleh pengguna dengan bobot 100kg. Apabila

terdapat pengguna yang mempunyai bobot > 100kg untuk material tertentu masih layak akan tetapi dimungkinkan penggunaanya tidak akan lama karena rangka kruk tersebut menerima beban diatas standarnya. Untuk menghindari bahaya patah atau kerusakan pada rangka kruk tersebut maka disarankan bobot pengguna tidak lebih dari 100kg rekomendai ini pun ditinjau dari segi keselamatan pengguna. Optimasi Pemilihan Material Rangka Kruk Optimasi pemilihan material rangka kruk dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan diantaranya kekuatan material, tegangan aktual pada saat pembebanan,
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

26

massa spesifik material, dan safety factor nya. Sedangkan pada proses pengerjaannya dari ketiga material tersebut mudah dibentuk. Dari ketiga material kriteria kekuatan tegangan aktual dari hasil simulasi semuanya dapat memenuhi. Oleh karena itu kriteria berikutnya dari massa spesiifik material ketigannya juga dapat dipenuhi untuk selanjutnya mempertimbangkan nilai safety faktornya, dari ketiga material tersebut memang semua material dikategorikan aman ketika diberi pembebanan. Sesuai hasil simulasi karena alat kruk ini dapat digunakan untuk bobot pengguna yang bervariasi maka nilai keamanannya ditinjau dari variasi bobot penggunanya. Hasil tabel perbandingan menunujukan aluminium 6061 alloy direkomendasikan sebagai material pembuatan rangka kruk. Selain itu material aluminium 6061 alloy nilai von misses aktual dan safety faktor masih aman ketika diberi pembebanan yang bervariasi, disamping itu sifat mekanis dari aluminium 6061 alloy itu sangat liat, tahan terhadap korosi, weldabilitas, dengan kandungan Mg2Si dapat meningkatkan kekuatan, mudah dalam proses pengerjaan dan biasanya dipakai untuk rangka kontruksi, atau komponen yang memerlukan kekuatan tinggi.

5. Pemberian Bentuk Pada Konsep Produk Terpilih Dari pemilihan konsep produk telah dipilih konsep 1. Setelah melakukan analisa perhitungan maka didapatkan dimensi dari produk yang akan dibuat. Langkah yang akan dikerjakan selanjutnya adalah dengan memberi bentuk pada rancangan konsep produk tersebut sesuai dengan dimensi yang telah didapatkan dari analisa perhitungan di atas. Konsep produk 1 yang masih berupa sketsa seperti pada gambar di atas akan digambar secara teknik, sehingga dapat dibaca dengan mudah. Adapun cara menggambar produk tersebut adalah dengan menggunakan software komputer, yaitu Solid Work 2007. Berikut ini adalah gambar teknik dari konsep produk 1. Gambar yang dibuat ada 2 buah gambar, yaitu gambar rangka alat bantu jalan pada saat dimensinya maksimum dan alat bantu jalan saat dimensinya minimum.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

27

Selain kedua gambar diatas pada laporan ini juga akan dibuat atau digambar masing-masing bagian dari penyusun alat bantu jalan ini, yaitu bagian rangka, penompang ketiak, dan lain-lain. Tujunannya adalah untuk memudahkan pada proses pembuatan dan pemasangannya, karena dengan digambar per bagian, maka bentuk dan dimensinya akan lebih jelas. Setelah konsep produk terpilih digambar secara teknik, langkah selanjutnya adalah menentukan bill of material dari produk tersebut untuk semua bagiannya. Kemudian langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara merakit atau membuat produk tersebut dari tiap-tiap bagian menjadi satu produk jadi, termasuk di dalamnya cara menyambung atau memasang bagian satu dengan yang lainnya.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

28

Gambar 19. Bagian-bagian rangka kruk

6. Perancangan Produk Berikut adalah tahapan dari proses perancangan produk yang telah digambar secara teknik. Pada langkah ini akan dibuat bill of material atau kebutuhan material untuk membuat produk tempat tidur multi fungsi. Setelah itu akan dijelaskan cara pembuatan bagian-bagian tempat tidur tersebut, kemudian akan dijelaskan cara merakit bagian-bagian yang telah dibuat menjadi sebuah produk tempat tidur multi fungsi. Produk ini dibuat dari beberapa material yang berbeda karena berbagai timbangan. Berdasarkan spesifikasi teknis, hal yang perlu dipertimbangkan pertama kali adalah harga yang murah dan praktis, maka material alat bantu jalan ini dipilih berdasarkan harganya yang terjangkau. Pertimbangan kedua adalah kekuatan material,

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

29

karena hal ini juga menyangkut masalah keamanan dan kenyamanan produk pada saat digunakan. Berikut adalah tahapan perancangan produk yang dimulai dengan gambar teknik alat bantu jalan saat dimensinya maksimum dan dimensinya minimum. Selanjutnya adalah gambar susunan, yaitu untuk mengetahui dimana letak tiap-tiap komponen dari alat tersebut tidur. Gambar selanjutnya adalah gambar tiap bagian atau komponen alat bantu jalan beserta penjelasan bagaimana cara pembuatan atau pemasangannya.

1. Rangka Alat Bantu Jalan Pada Saat Dimensi Panjangnya Maksimum

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

30

Gambar 20. Model rangka untuk panjang maksimum. 2. Rangka Alat Bantu Jalan Pada Saat Dimensi Panjangnya Minimum

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

31

Gambar 21. Model rangka untuk panjang minimum.

Penjelasan: Rangka alat bantu jalan adalah komponen utama dalam penyusunan alat bantu jalan yang praktis dan ergonomis. Pada bagian ini juga akan ditempatkan penompang ketiak, setelan untuk memanjang pendekan, genggaman tangan dan penutup alas . Kedua bagian ini mempunyai bentuk yang sama, hanya dimensinya saja yang berbeda. Hal ini karena saat alat bantu jalan ini dirubah panjang dimensinya, maka rangka ini akan berubah panjang pendeknya pada bagian setelan yang terletak di atas dan di bawah. Bagian yang berubah dimensinya merupakan sambungan antara bagian 1 dan bagian 2. Kedua bagian ini mempunyai ukuran atau dimensi yang berbeda karena
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 32

berdasarkan bentuk ideal dari alat bantu jalan yang praktis, bagian untuk penompang ketiak dan bagian untuk genggaman tangan mempunyai ukuran yang berbeda. Hal ini juga telah disesuaikan dengan tinggi rata-rata dari pelanggan maka ditetapkan ukuran untuk penompang ketiak sepanjang 20 cm dan untuk ukuran genggaman tangan sepanjang 10 cm. Rangka alat bantu jalan ini dibuat dari pipa alumunium yang telah dibentuk sedemikian rupa seperti pada gambar diatas. Alasan pemilihan pipa alumunium adalah karena material ini kuat, karena akan dibebani oleh berat dari penggunanya. Selain itu juga karena harga material alumunium relatif terjangkau sehingga biaya pembuatannya dapat diminimalisir dan juga material ini adjustable dan tidak berkarat.

3. Penompang Ketiak

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

33

Gambar 22. Model rangka penopang ketiak. Penjelasan:


Penopang ketiak adalah bagian penompang yang nantinya digunakan sebagai penyangga ketiak saat alat bantu jalan ini digunakan.

Penompang ketiak ini dibuat dari kayu yang dibungkus dengan busa dan spon yang tebal sehingga saat dipakai akan terasa empuk dan nyaman pada ketiak yang dibentuk sedemikian rupa sehingga saat digunakan maka penggunanya akan merasa nyaman. Ukuran dimensi penompang ketiak ini sepanjang 20 cm sehingga cukup untuk menompang ketiak pengguna dengan berbagai umur kecuali untuk anak-anak.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

34

4. Setelan Untuk Memanjang Pendekkan Dimensi

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

35

Gambar 23. Model rangka setelan panjang dan pendek.

Penjelasan: Fungsi setelan adalah untuk merubah ketinggian dapat diatur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki dengan fungsi setelan. Fungsi setelan ini sama halnya klem sebagai fastener dan diharapkan dari klem dapat mengencangkan part yang disetel panjang dan pendeknya. Dalam bagian ini terdapat dua buah mur dan baut yang dapat mengubah dimensi panjang dari rangka alat bantu jalan tersebut. Fungi setelan yang menggunakan mur dan baut ini terdapat pada rangka alat bantu jalan bagian atas dan bawah, sehingga tidak hanya dimensi bagian atas saja yang dapat dirubah tetapi rangka bagian bawah juga dapat dirubah.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

36

Material yang digunakan untuk mur dan baut ini adalah besi. Untuk memasang mur dan baut digunakan mesin bor untuk melubangi bagian rangka alat bantu jalan yang akan dipasangi mur dan baut.

5. Genggaman Tangan

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

37

Gambar 24. Model rangka untuk genggaman tangan. Penjelasan: Pada bagian genggaman tangan alat bantu jalan ini terbuat dari bantang alumunium yang dilapisi spon yang menempel pada batang kruk dengan setelan bur dan baut sehingga genggaman tangan dapat diatur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki pemakai. Genggman tangan ini dilengkapi dengan spon yang berfungsi untuk menambah kenyamanan dan menghindari timbulnya licin karena keringat yang dihasilkan genggaman tangan.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

38

Pemasangan genggaman tangan ini dengan melubangi rangka alat bantu jalan menggunakan mesin bor dan melubanginya dengan beberapa bagian agar genggaman tangan tersebut dapat dirubah ketinggiannya agar sesuai dengan ukuran pemakai.

6. Penutup Alas

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

39

Gambar 25. Model rangka untuk penutup alas bagian bawah. Penjelasan:
Penutup alas dibuat pada ujung tongkat dilengkapi dengan karet anti slip yang tahan lama. Karet berfungsi agar tidak licin pada saat pemakaian.

Bill of Material (B.O.M) Tabel 5. Bill of Material No Nama Jumlah Material

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

40

1 2 3 4 5 6 7

Alumunium Plat alumunium Kulit pelapis Spon tangan Mur dan baut Penutup alas Penutup pipa stainless

2 1 1 1 5 1 4

Alumunium Alloy 6061 Alumunium Akrilik Spon Besi karet Stainless Steel

Material Pembuat Rangka Kruk Material yang digunakan dalam pembuatan kruk tentu saja dengan material yang murah, ringan, kuat dan mudah dalam pembuatan, material yang direkomendasikan yaitu menggunakan paduan aluminium. Aluminium merupakan material yang ringan, tahan karat, kuat, tidak beracun dan mudah dalam proses pembuatan. Aluminium memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan baja maupun besi, tetapi dari sisi strength to weight ratio, aluminium lebih baik. Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi. Namun pada proses produksi aluminium dengan adanya pemaduan dan heat treatment dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasannya Bebrapa jenis paduan aluminium dapat dilihat dalam tabel propertis dari aluminium.

1. Aluminium alloy 1060 Tabel 6. Properties of Aluminium alloy 1060

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

41

Aluminium seri 1xxx Alumunium didapat dalam keadaan cair melalui proses elektrolisa, yang umumnya mencapai kemurnian 99,85% berat. Namun, bila dilakukan proses elektrolisa lebih lanjut, maka akan didapatkan alumunium dengan kemurnian 99,99% yaitu dicapai bahan dengan angka sembilannya empat. Ketahanan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu bertahun-tahun. Aluminium dengan seri 1xxx memiliki kekuatan yang rendah, ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tingkat reflektif yang tinggi, dan konduktifitas termal dan listrik yang tinggi sehingga kombinasi ini cocok untuk digunakan dalam pengemasan, perangkat listrik, peralatan pemanas, pencahayaan, dekorasi dan lain-lain.

Tabel 7. komposisi Aluminium seri 1xxx Designatio n 1050 1060 1100 1145 Si, % 0,25 0,25 Fe, % 0,4 0,35 Cu, % 0,05 0,05 0.050.2 0,05 Mn, % 0,05 0,03 0,05 0,05 Mg, % 0,05 0,03 0,05 Zn, % 0,05 0,05 0,1 0,05 Ti, % 0,03 0,03 0,03 Others, % 0,03 0,03 0,15 0,03 Al, % min 99,5 99,6 99 99,4 5

0.95 Si + Fe 0.55 Si + Fe

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

42

1200 1230 1350

1.00 Si + Fe 0.70 Si + Fe 0,1 0,4

0,05 0,1 0,05

0,05 0,05 0,01

0,05 -

0,1 0,1 0,05

0,05 0,03 -

0,15 0,03 0,11

99 99,3 99,5

2. Aluminium 3003 alloy Tabel 8. Properties of Aluminium alloy 3003

Alumunium magnese alloy (seri 3xxx) Mn adalah unsur yang memperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan korosi dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Dalam diagram fasa, Al-Mn yang ada dalam keseimbangan dengan larutan padat Al adalah Al6Mn(25,3%). Sebenarnya paduan Al-1,2%Mn dan Al-1,2%Mn-1,0%Mg dinamakan paduan 3003 dan 3004 yang dipergunakan sebagai paduan tanpa perlakuan panas. Paduan dalam seri ini tidak dapat

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

43

dikeraskan dengan heat treatment. Seri 3003 dengan 1,2%Mn mudah dibentuk, tahan korosi, dan (weldability) baik. Banyak digunakan untuk pipa dan tangki minyak. Tipikal aplikasi seri ini rata-rata untuk kaleng dan untuk alloy yang memerlukan pembentukan dengan cara ditekan dan penggulungan. Selain untuk pengemasan, bangunan, peralatan rumah, alloy ini digunakan juga untuk benda yang memerlukan kekuatan, formabilitas, weldabilitas, dan korosi yang tinggi serta untuk perlengkapan pemanasan seperti helaian brazing dan pipa pemanas.

Tabel 9. Komposisi Aluminium seri 3xxx


Designation 3003 3004 3005 3105 Cu,% 0.05-0.20 0.25 max 0.30 max 0.30 max Mn,% 1.0-1.5 1.0-1.5 1.0-1.5 0.3-0.8 Mg,% 0.8-1.3 0.2-0.6 0.2-0.8

3. Aluminium 6061 alloy Tabel 10. Properties of Aluminium alloy 6061

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

44

Alumunium magnesium silikon alloy (seri 6xxx) Penambahan sedikit Mg pada Al akan menyebabkan pengerasan penuaan sangat jarang terjadi, namun apabila secara simultan mengandung Si, maka dapat diperkeras dengan penuaan panas setelah perlakuan pelarutan. Hal ini dikarenakan senyawa M2Si berkelakuan sebagai komponen murni dan membuat keseimbangan dari sistem biner semu dengan Al. Paduan 6061 banyak digunakan sebagai rangka konstruksi. Karena paduannya memiliki kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi hantaran listrik maka dipergunakan untuk kabel tenaga. Seri 6053, 6061, 6063 memiliki sifat tahan korosi sangat baik dari pada heat treatable aluminium lainnya. Aluminium seri 6xxx merupakan kombinasi yang baik antara kekuatan tinggi, formabilitas, ketahanan korosi, dan weldabilitas sehingga digunakan untuk transport (bodi luar otomotif dll), bangunan (pintu, jendela, dll), kelautan, pemanasan, dll.

Tabel 11. komposisi Aluminium seri 6xxx Designation 6003 6005 Si,% 0.35-1.0 0.6-0.9 Cu,% 0.10 max. 0.10 max. Mn,% 0.8 max. 0.10 max. Mg,% 0.8-1.5 0.4-0.6 Cr,% 0.35 max. 0.10 max. Others,% -

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

45

6053 6061 6063 6066 6070 6101 6105 6151 6162 6201 6253 6262 6351 6463

* 0.4-0.8 0.2-0.6 0.9-1.8 1.0-1.7 0.3-0.7 0.6-1.0 0.6-1.2 0.4-0.8 0.5-0.9 * 0.4-0.8 0.7-1.3 0.2-0.6

0.10 max. 0.15-0.40 0.10 max. 0.7-1.2 0.15-0.40 0.10 max. 0.10 max. 0.35 max. 0.20 max. 0.10 max. 0.10 max. 0.15-0.40 0.10 max. 0.20 max.

0.15 max. 0.10 max. 0.6-1.1 0.4-1.0 0.03 max. 0.10 max. 0.20 max. 0.10 max. 0.03 max. 0.15 max. 0.4-0.8 0.05 max.

1.1-1.4 0.8-1.2 0.45-0.9 0.8-1.4 0.50-1.2 0.35-0.8 0.45-0.8 0.45-0.8 0.7-1.1 0.6-0.9 1.0-1.5 0.8-1.2 0.4-0.8 0.4-0.9

0.15-0.35 0.04-0.35 0.10 max. 0.40 max. 0.10 max. 0.03 max. 0.10 max. 0.15-0.35 0.10 max. 0.03 max. 0.04-0.35 0.04-0.14 -

B 0.06% max. B 0.06% max. Zn 1.62.4% Pb and Bi 0.4-0.7% each -

Proses Pembuatan Alat Bantu Jalan (Kruk) Dalam proses pembuatannya dibutuhkan beberapa jenis material diantarnaya batang aluminium, kayu, spons, alas karet, dan lain-lain. Terdapat dua cara untuk membuat alat kruk tersebut yang pertama dengan las aluminium dengan

menggabungkan tiap part-nya dengan pengelasan aluminium, dan yang kedua dengan
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 46

mesin bending karena pada gambar desainnya terdapat lekukan sudut yang membuat sulit untuk menggunakan mesin bending maka kami memilih untuk mengguanakan las aluminium untuk membuatnya. Langkah awal dalam pengerjaannya perlu disiapkan material-material yang akan dibutuhkan dan pealatan las-nya terlebih dahulu. Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan pada pembahasan dibawah ini : 1. Bahan material dan proses pembuatannya Menyiapkan batang aluminium Menyiapkan batang aluminium dengan panjang 200cm dan diamter 2cm. Aluminium dipilih karena bahan tersebut ringan dan mudah dikerjakan, selain itu aluminium terkenal dengan tahan karat serta tahan lama, tidak berbau dan tidak berbahaya.

Gambar 26. Batang aluminium.

Proses pemotongan Material aluminium tadi akan dipotong sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan dengan menggunakan mesin gergaji.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

47

Gambar 27. Potongan untuk bagian atas.

Gambar 28. Potongan untuk bagian samping.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

48

Gambar 29. Plat untuk bagian penumpu ketiak. Proses drilling Tahap selanjutnya dalam pembuatan rangka kruk yaitu dengan membor batang bagian-bagian tertentu yang akan digunakan untuk tempat pengikat atau mur dengan menggunakan mesin drilling. Dengan 1cm dan kedalaman bor 2cm sesuai diameter pipa aluminium yang digunakan.

Gambar 30. Batang aluminium yang telah di bor.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

49

Gambar 31. Batang aluminium yang telah di bor. Proses pengelasan aluminium Proses las aluminium ini tujuannya untuk penyambungan part-part yang terpisah agar menjadi satu dan memiliki kekuatan mekanis. Pada proses assembling dengan menggunakan las ini part-part yang telah dipotong dan di bor sesuai ukuran lalu disatukan dengan proses pengelasan aluminium.

Gambar 32. Bagian sisi kruk yang telah di assembling.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

50

Gambar 33. Bagian penopang ketiak yang telah di assembling. Proses pembuatan mur dan baut Komponen ini berfungsi sebagai pengikat dan pengunci pada bagian komponen konstruksi kruk. Dengan menggunakan alat snei atau bisa juga dengan menggunakan mesin drilling.

Gambar 34. komponen mur.

Proses Pemasangan spons pada penopang ketiak Pemasangan spons atau busa dipenopang ketiak berfungsi agar pengguna merasa nyaman tidak menyebabkan sakit pada bagian pundak dan ketiak.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

51

Gambar 35. Pelat besi dengan Spons. Proses Pemasangan batang genggaman tangan Pemasangan genggaman tangan digunakan dengan setelan baut dan mur sehingga dapat disesuaikan dengan pengguna, genggaman tangan tersebut terbuat dari bahan aluminium juga dengan bagian tengahnya yang bisanya digunakan untuk pegangan dilapisi spons juga agar tidak licin pada saat digunakan dan memberikan kesan nyaman..

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

52

Gambar 36. Genggaman tangan.

Gambar 37. Spons pelapis genggaman tangan.

Pemasangan alat penutup karet Alat penutup karet terbuat dari karet plastik jenis aryclic karena lebih aman untuk para pengguna, karet membuat tidak licin dan ringan, tahan lama.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

53

Gambar 38. Penutup alas acrylic.

Gambar 39. pemasangan penutup alas.

Proses perakitan (assembling) Setelah semua komponen tersedia maka langkah selanjutnya adalah proses assembliing atau perakitan. Dibawah ini merupakan gambar konstruksi kruk yang telah di assembling.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

54

Gambar 40. Gabungan per-part.

Gambar 41. Konstruksi kruk ukuran minimum bagian atas.

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

55

Gambar 42. Konstruksi Kruk ukuran minimal bagian bawah

Gambar 43. Konstruksi Kruk keseluruhan.

Kesimpulan Setelah dilakukan pemeriksaan dilapangan terahadap produk kruk dipasaran perancang memiliki gagasan untuk merubah dari desain agar dapat digunakan untuk pengguna dengan tinggi yang bervariasai, dan bobot yang bervariasi. Perancangan ulang dari bentuk kruk tersebut memilki tujuan agar pengguna lebih nyaman dalam
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 56

menggunakan dan praktis dalam penyimpanan serta pemakaian. Dari hasil analisa tadi perancang mencoba mendesain ulang gambar dan melakukan simulasi terhadap bobot yang akan diterima rangka tersebut nantinya setelah itu perancang akan menentukan material yang cocok untuk proses pembuatan rangkanya. Material yang digunakan tentu saja menggunakan material yang memiliki massa yang ringan, kuat dan tidak berbahaya. Berikut merupakan hasil rekomendasi yang perancang dari desain rangka kruk tersebut. 1. Perubahan desain terletak dipenumpu ketiak yang biasanya dua penumpu, dirubah menjadi satu penumpu. 2. Perubahan desain ulang kruk yang dibuat mempunyai kelebihan bisa diatur panjang pendek sehingga memudahkan dalam pemakaian, penyimpanan serta untuk tinggi badan pengguna yang bervariasi. 3. 4. Desain yang menarik dan berbeda dengan yang terdapat dipasaran. Berdasarkan hasil simulasi pembebanan bahwa bobot maksimal untuk pemakaian kruk ini sebesar 1000 N, apabila bobot lebih kruk pun masih bisa digunakan akan tetapi dengan tingkat keamanan yang diragukan. 5. Tegangan maksimal yang terjadi pada saat pembebanan maksimal nilai Von Mises Stress sebesar 12, 21 Mpa lebih kecil dari tegangan izin maka produk dapat diterima. 6. Material yang digunakan yaitu aluminium 6061 alloy berdasarkan pertimbangan diantaranya kekuatan material, tegangan aktual pada saat pembebanan, massa spesifik material, dan safety factor nya.

Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan diatas, perancang dapat memberikan saran untuk penilitan lebih lanjut, yaitu :

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

57

1.

Perlu dilakukan perbaikan perancangan yang lebih lanjut dan detail agar mendapatkan produk yang memliki nilai keamanan dan ergonomis.

2.

Perlu dilakukan penelitian dilapangan terhadap keinginan pengguna karena informasi dari pengguna yang menentukan berhasil atau tidaknya prancangan suatu produk.

3.

Perlu ditentukan nilai kekuatan yang terjadi pada batang, sambungan pin dan sambungan pengelasan agar memenuhi standar.

4.

Perlu diperhatikan mengenai massa produk tersebut karena dalam perancangan kali ini menggunakan batang pejal yang pastinya berbeda apabila menggunakan batang pipa.

5.

Perlu diperhatikan mengenai sifat mekanis dari material tersebut, proses pengerjaan dan biaya produksinya.

6.

Perancang harus memperhatikan kenyamanan dan keamanan dari alat tersebut terhadap pengguna.

Daftar Pustaka

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

58

1. Harsokoesoemo, H. Darmawan. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk), Edisi kedua. 2004. Bandung : ITB. 2. Sato, G. Takeshi; Hartanto, N. Sugiarto. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Cetakan kesembilan. 2000: PT. Pradnya Paramita. 3. Shigley, Joseph E.; Harahap, Gandhi. Perencanaan Teknik Mesin, Edisi keempat. 1994: Erlangga. 4. Vlack, Van. Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi keempat. 1979. Erlangga-Jakarta. 5. Widodo, I.D. Perancangan dan pengembangan Produk. 2006. Yogyakarta : UII Press. 6. Wignjosoebroto, Sritomo. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk. 1997. Bandung : ITB.
7. www.ndt-ed.org/GeneralResources/MaterialProperties/ET/et_matlprop_index.htm

JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO

59

Anda mungkin juga menyukai