Anda di halaman 1dari 28

Nama : Novi Septiani

NPM : 110 2010 210

1. Riset Kesehatan Dasar

 Tujuan Riskesdas 2013 adalah :

1. Menyediakan informasi untuk perencanaan kesehatan termasuk alokasi sumber daya di berbagai tingkat
administrasi.

2. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota pada
tahun 2013

3. menyediakan informasi perubahan status kesehatan masyarakat yang terjadi dari 2007 ke 2013.

4. Menilai kembali disparitas wilayah kabupaten/kota menggunakan Indeks Pembangunan Masyarakat


(IPKM).

5. Mengkaji korelasi antar faktor yang menyebabkan perubahan status kesehatan.

PENGERTIAN

Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat, termasuk
biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.

Prinsip Riskesdas:
1. Riset berskala nasional, dilaksanakan serentak dalam waktu yang sama, dengan sebagian besar
informasi dapat mewakili tingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang membutuhkan sampel besar (misalnya angka
kematian bayi) yang diharapkan dapat mewakili kabupaten/kota, diharapkan dapat memberi estimasi tingkat Propinsi

2. Pengembangan indikator Riskesdas didasarkan atas kebutuhan untuk memonitor pencapaian


indikator pembangunan kesehatan, seperti Millenium Development Goals (MDGs), Rencana
Strategis (Renstra) Depkes, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
3. Besar sampel yang terintegrasi dengan Susenas (sampel Kor), bila diperlukan, daerah dapat
menambah sampel untuk mewakili kecamatan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
oleh daerah.
4. Pengumpulan data dilakukan secara aterintegrasi antara petugas kesehatan dan petugas statistik
setempat yang terlatih, dengan pendampingan teknis dari tim Riskesda.
5. Data kesehatan berbasis masyarakat dikumpulkan melalui metode wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan spesimen biomedis.
6. Informasi hasil pengolahan dan analisis data, dapat dimanfaatkan di tingkat nasional, Propinsi dan
kabupaten/kota.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 1


a. Tujuan Umum
Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional.

b. Tujuan khusus:

a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan termasuk data
biomedisnya
b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular
c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan
d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian

c. Output yang Diharapkan


Tersedianya data dasar kesehatan meliputi:

a. Status kesehatan:
- Tingkat Morbiditas (prevalensi penyakit menular dan tidak menular, tingkat kabupaten/kota untuk
penyakit dengan prevalensi tinggi, atau tingkat provinsi bagi penyakit dengan prevalensi rendah)
- Trauma dan kecelakaan di tingkat provinsi
- Tingkat Mortalitas (angka kematian ibu, angka kematian bayi) di tingkat nasional,
- Tingkat Disabilitas (angka disabilitas/cacat, jenisnya dan alat bantu yang diperlukan)
- Kesehatan gigi dan mulut di tingkat kabupaten/kota
- Kesehatan mata (visus) di tingkat kabupaten/kota
b. Status gizi (di tingkat kabupaten/ kota)
c. Pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (flu burung, HIV/AIDS, perilaku higienis, penggunaan tembakau,
minum alkohol, pola konsumsi, dan aktivitas fisik) di tingkat kabupaten/kota.
d. Ketanggapan sistem kesehatan di tingkat kabupaten/kota
e. Pembiayaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
f. Akses dan manajemen pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
g. Sanitasi lingkungan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
h. Konsumsi makanan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
i. Kadar Yodium (semi kuantitatif) pada garam rumah tangga di tingkat kabupaten/kota)
j. Kadar Yodium (kuantitatif) pada garam rumah tangga dan dalam urine di tingkat nasional
k. Biomedis (penyakit menular, PD3I, penyakit tidak menular, penyakit kronik degeneratif, gizi, dan penyakit
kelainan bawaan) di daerah perkotaan dan pedesaan tingkat nasional

MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota:


- Mampu merencanakan, melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.
- Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap kabupaten/kota.
- Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti.
2. Untuk Provinsi dan Pusat

Novi Septiani S3 - Kedkom| 2


- Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antar wilayah

Keunggulan Riskesdas

Pertama, jumlah sampel yang digunakan tidak hanya mampu menggambarkan situasi di tingkat nasional dan
provinsi, akan tetapi hampir seluruh variabel juga dapat menggambarkan situasi di tingkat kabupaten/kota.

Kedua, Riskesdas mengumpulkan data spesifik kesehatan, yang pelaksanaannya memerlukan tenaga pengumpul
data yang spesifik kesehatan, yaitu minimal D3 kesehatan.

Ketiga, dalam Riskesdas dilakukan berbagai pengukuran dan pemeriksaan, seperti berat badan, tinggi/panjang
badan, lingkar perut, lingkar lengan atas, tajam penglihatan, kesehatan gigi, tekanan darah, haemoglobin dan gula
darah. Direncanakan secara berkala dilakukan pengumpulan darah yang akan diperiksa di laboratorium untuk test-
test lanjutan, seperti kimia darah, prevalensi penyakit berkaitan dengan imunissai, dan faktor risiko penyakit tidak
menular.

PELAKSANAAN

Pelaksanaan Riskesdas dilakukan pada tahun 2007 di seluruh Indonesia. Untuk memberikan pengalaman agar
pelaksanaan tahun 2007 dapat berjalan lancar, Riskesdas telah didahului dengan Uji coba Pelaksanaan (pilot) pada
tahun 2006. Uji coba Riskesdas tahun 2006 telah dilakukan di Kabupaten Bogor dan Sukabumi pada bulan
November � Desember 2006. Uji coba diawali dengan training of the trainers (TOT), pelatihan supervisor
lapangan, dan pelatihan tenaga pengumpul data. Pelaksanaan Riskesdas tahun 2007 akan dilaksanakan pada
pertengahan tahun 2007, setelah pengumpulan data Susenas Kor 2007 dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada
bulan Juli � Agustus 2007. Akan tetapi kegiatan pendahuluan berupa sosialisasi kepada daerah, rekrutmen
instruktur, pelatih, tenaga pengumpul data, training of the trainers (TOT), pelatihan tenaga pengumpul data
dilakukan sebelumnya seperti terlihat pada Tabel.

Jadwal Pelaksanaan Riskesdas Tahun 2007

Kegiatan 2007

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Protokol Riskesdas
Nasional v

Pertemuan dengan
Unit Utama Depkes v

Penyempurnaan
protokol + v V v v
instrumen
Koordinasi dengan
v v v v v
BPS

Novi Septiani S3 - Kedkom| 3


MOT v

Rakornis v v

TOT v v

Pengadaan bahan
PH dan Biomedis v v

Persiapan daerah
(sosialisasi,
rekrutmen, dll) v v v v

Pelatihan tenaga
Untuk menjembatani v
kebutuhan kabupaten/ kota terhadap data dasar kesehatan sebagai basis manajemen pembangunan
pewawancara &
kesehatan, diperlukan pendekatan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:
supervisor
1. Riskesdas dilaksanakan untuk dapat menggambarkan profil kesehatan di tingkat kabupaten/kota yang saat
dibutuhkan di era desentralisasi.
Pencetakan v
2. Riskesdas dilakukan secara serentak di seluruh provinsi Indonesia sehingga dapat memotret dalam waktu
kuesioner,
yang bahan
pengiriman sama.
3. Data Riskesdas menggunakan kerangka sampling yang sama dengan KOR Susenas 2007 dan pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan pengumpulata KOR Susenas
Pengumpulan data dilaksanakan oleh BPS, sehingga data yang sudah dikumpulkan dalamv KORv Susenasv tidak
2007 yang
dikumpulkan lagi dalam Riskesdas.
4. Monitoring danpengumpulan data kedua survei ini selesai, maka data tersebut dapat digabungkan,
Setelah v vsehingga
v akan
supervisi
didapatkan data yang kaya dari kedua survei tersebut.
5. Pengumpulan
Pemrosesan data data Riskesdas dilakukan oleh tenaga lulusan Poltekes atau petugas
v Dinas
v Kesehatan
v v
Kabupaten/ Kota setempat, dengan bimbingan teknis dari penanggungjawab tingkat Kabupaten, tingkat
dan analisis
provinsi dan tingkat pusat (Balitbangkes).
6. Data
Seminar awalkesehaerah
hasil yang dikumpulkan di lapangan setelah dilakukan pengecekan melalui supervisi, akan v
dikirim
Riskesdas ke Korwil yang ditunjuk sebagai pembina dari masing-masing provinsi. Manajemen data pada tahap
awal (editing, cleaning) dilakukan di Korwil masing-masing, kemudian data dikirimkan ke Pusat untuk
dilakukan inputasi dan pembobotan, kemudian data dikembalikan ke Korwil masing-masing untuk
dilakukan analisis. Dengan demikian Dinas Kesehatan tingkat Provinsi dapat mengolah data tersebut
2. S
menjadi indikator kesehatan antar kabupaten, juga dapat menggambarkan status kesehatan pada tingkat gizi
kabupaten/kota.
7. Data yang dikumpulkan di tingkat pusat (Balitbangkes) dapat memberikan gambaran indikator kesehatan
antar provinsi, termasuk indikator tertentu yang di tingkat kabupaten belum bisa ditampilkan (misalnya
angka kematian ibu, bayi) dan profil kesehatan secara keseluruhan.
8. Riskesdas dapat memberikan indikator kesehatan secara berjenjang sebagai berikut:
* Indikator kesehatan tingkat kabupaten/kota, yang bisa digunakan untuk menggambarkan
perbandingan kondisi kesehatan antar kabupaten/kota.
* Indikator kesehatan tingkat provinsi, yang bisa digunakan untuk membandingkan indikator
kesehatan antar provinsi.
* Indikator kesehatan tingkat nasional, yang bisa dibandingkan dengan survei skala nasional
sebelumnya, sehingga analisis kecenderungan tetap bisa dilakukan, juga dapat digunakan
untuk membandingkan dengan negara lain.
9. Data dasar kesehatan yang digunakan untuk perencanaan di masing-masing kabupaten/kota akan
membudayakan:
Novi Septiani S3 - Kedkom| 4
* Perencanaan program kesehatan berbasis bukti, yang dasarnya adalah informasi dari data
yang berbasis komunitas.
* Evaluasi program kesehatan yang informasinya juga diambil dari data berbasis komunitas,
bukan berbasis fasilitas. seperti yang selama ini dilakukan.
 Definisi Angka Kecukupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi
Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukan jumlah zat izi yang diperlukan tubuh unutk hidup sehat setiap hari bagi ham
semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dna kondisi fisiologi tertentu. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka
kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah jumlah zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang unutuk
mempertajankan status gizi adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pda patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur
gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berb
dengan patokan yang digunakan, maka diperlukan penyesuaian. AKG tidak dipergunakan untuk individu. Dalam menentukan AKG, p
dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorpsi zat-zat gizi atau efisiensi penggunaannya di dalam tubuh. Untuk
sebagian zat gizi, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang di dalam tubuh kemudian da
diubah menjadi zat gizi esensial. Pada kebanyakan zat gizi, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, sehingga AKG yang dianj
harus sudah memperhitungkan bagian zat gizi yang tidak di absrorpsi.

Dalam memenuhi kebutuhan AKG seriap harinya, perlu dilakukan memberi variasi makanan yagn berbeda setiap harinya yang
nantinya diharapkan cukup dapat memenuhi semua kebutuhan gizi. Di Indonesia pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat
Sempurna dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Saat ini dikenal juga menu pelangi, yaitu menu makanan yang berwarna-war
seperti pelangi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh seperti sayur-sayuran. Perlu pendidikan k
bagi anak usia sekolah atau sekolah dasar dalam memilih makanan yang berwarna-warni. Peran orang tua sangat diperlukan, jangan sa
anak memilih makanan yang berwarna-warni yang menggunakan zat pewarna. Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula
dipertimbangkan aspek akseptibilitas makan yang disajikan, karena selain sebagai sumber zat-zat gizi, makanan juga mempunyai nilai
sosial dan emosional.

 Makanan dan Anak

Gizi yang diperoleh seorng anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk
memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh ma
gizi masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi gizi atau mak
Seorang anak juga dapat mengalami deisiensi zat gizi tersebut yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Masalah ini
ditanggulangi secara cepat, jangka pendek, dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasi
dampak defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan yang
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai
pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan
masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di samping kebutuhan zat gizi untuk hidup seha
bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemam
mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang sangat amat penting.

 Kebutuhan Gizi Berkaitan dengan Proses Tubuh

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial
adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh.

1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi
diperlukan tubuh untuk beraktivitas.
2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan unutk membentuk sel-se baru, memelihar
mengganti sels-sel yang rusak. Dalam fungsi ketiga ini zat gizi dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel. Min
dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam peroses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain ya

Novi Septiani S3 - Kedkom| 5


terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua.

Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh


Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan
kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zt pembakar, shingga otot-otot menjadi lembek dan rambut muda
rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjasi lesu, kurang bergairah untuk melakukan
berbagai kegiatandan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbukan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, mentababkan seorang kekurangnan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan akt
Orang menjadi malasm merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadpa taekanan atai stres menutun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infek
seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak
mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibta terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersunggung, cengan
dan apatis.

Faktor yang Berperan dan Permasalahan pada Tumbuh Kembang


Ada dua faktor utama yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Fak
dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor lu
yaitu faktor-faktor yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik an
Selain kedua faktor tersebut, faktor yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak dapat ditentukan oleh keluarga, status giz
budaya, dan teman bermain. Keluarga hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Status gizi
dapat ditentukan oleh tingkat konsumsi atau kualitas makanan. Kualitas makanan ditentukan oleh zat-zat bergizi yang dibutuhkan
anak. Permasalahan tumbuh kembang anak ada dua macam, yaitu gizi lebih dan gizi kurang.
Akibat dari status gizi yang buruk, maka dapat menimbulkan penyakit. Lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan kebiasa
suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan masya
tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Teman bermain dan sekolah juga berperan dalam mempengaru
makanan yang dikonsumsi oleh anak. Ketika mereka berinteraksi dengan teman bermain atau teman sekolahnya, makanan atau ja
yang dipilih biasanya sejenis dengan yang dipilih oleh teman dekat atau lingkungan sekitarnya.Makhluk hidup memerlukan maka
untuk melangsungkan kehidupannya. Makanan itu terdiri atas bagian-bagian yang berbentuk iktan-ikatan kimia atau unsur-unsur
anorganik yang disebut zat-zat makanan atau zat gizi.Manusia mendapatkan zat makanannya dalam bentuk bahan makanan. Yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Satu macam saja bahan makanan tidak dapat memenuhi semua keperluan tubuh akan
berbagai zat makanan, karena masing-masing bahan makanan mengandung zat makanan yang berlainan macam maupun banyakn

3.1 Asupan Gizi Anak Rendah


Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat se
Jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk statu
dan status kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang relatif stabil jika dibandingk
dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial emos
Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang
cukup besar untuk beraktifitas selama di sekolah. Mereka memerlukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi, za
dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan.
Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori. Seperti yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak seperti dalam
pola makan anak. Pada anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan mereka adalah faktor d

Novi Septiani S3 - Kedkom| 6


rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal
mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahny
sering mengkonsumsi suatu makanan atau jajanan maka anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang dipilih oleh teman-tem
sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. Dala
ilmu teori perilaku-perilaku kesehatan, Skinner mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi 6 kelas. Perilaku anak usia sekola
yang meniru makanan atau jajanan temannya termasuk dalam perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental
behavior).

3.2 Asupan Gizi Anak Kurang


Kalori adalah satuan tenaga yang dapat diperoleh dari makanan. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang bergantu
pada usia, berat badan, dan tinggi badan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kasus yang ditemukan di sepuluh sekolah das
yang ada di Jakarta dan Solo bahwa anak sekolah dasar memiliki jumlah kalori yang nilainya berada di bawah 100% jumlah kalo
yang diperlukan oleh tubuh. Pada anak laki-laki diperlukan asupan kalori yang lebih dibanding pada anak perempuan yang sudah
mengalami haid pada usia ini sehingga lebih banyak memerlukan asupan protein dan zat besi dari usia sebelumnya. Seperti yang
disebutkan dalam sumber yang terlampir dalam makalah ini,
“Dari total anak yang diteliti, 94,5% mengonsumsi kalori di bawah angka kecakupan gizi yang dianjurkan yakni 1.800 kilo kalor
Untuk asupan protein sebanyak 64,5% di bawah batas kecukupan, zat besi sebesar 91,8% dan seng sebanyak 98,6% dibawah
kebutuhan seharusnya..”
Permasalahan rendahnya asupan gizi anak sekolah dasar diakibatkan rendahnya kalori. Kalori dalam tubuh dihasilkan melalui pro
pembakaran zat-zat yang terkandung dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Apabila asupan kalori rendah maka
berdampak pada buruknya status gizi anak sekolah dasar dan berakibat pada berkurangnya kemampuan untuk menyerap pelajaran
yang diberikan oleh guru di sekolah. Kalori sangat dibutuhkan sebagai energi yang digunakan oleh manusia untuk beraktivitas.
Apabila jumlah energi kurang maka kerja otak akan terganggu dan mengakibatkan anak malas untuk belajar.
Pada jumlah asupan protein yang ditemukan di lapangan ternyata asupan protein anak sekolah dasar sangat jauh dari jumlah yang
dibutuhkan, hanya 64,5% dari kebutuhan tubuh. Protein adalah salah satu sumber kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan
kalori dari protein sering disebut defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP). Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit
kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penya
dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombin
defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi.
Zat besi yang ditemukan pada anak usia sekolah ternyata masih kurang dari 100% kebutuhan tubuh, yaitu 91,8%. Defisiensi zat b
akan mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin. Apabila fungsi hemoglobin terganggu maka transportasi O2 keseluruh tubuh y
diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh akan terganggu. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara
hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Ketika mereka mengalami defisiensi hemoglobin pada kondisi anemia, daya
konsentrasi dalam belajar tampak menurun.
Temuan lain dalam penelitian mengenai asupan gizi anak sekolah dasar rendah adalah asupan zat seng yang masih di bawah 100%
yaitu 98,6%. Zat seng merupakan ko-faktor sekitar 100 macam enzim yang tugasnya mengatalisasi fungsi biologis yang penting.
Selain itu seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi metabolism protein yaitu sintesis DNA dan RNA.

3.3 Hubungan Gizi dengan Kesehatan Anak


Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan guzu mealui beberapa cara yaitu
mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/muntah-muntah atau mempengar
metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi.
Secara umum, defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan tubuh. Gizi kuran dan infeksi, kedua-duany
dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi
menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi.
Gangguan gizi dan infeksi dapat saling berhubungan sehingga memberikan prognosis yang lebih buruk. Infeksi memperburuk tar
gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampun anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang
berbahaya bagi anak-anak dengan gizi baik, bisa menyebabkan kematian pada anak-anak gizi buruk.

3.4 Hubungan Gizi dengan Kecerdasan

Novi Septiani S3 - Kedkom| 7


Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya eek jangka panjang KK
terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia. Sebagaimana halnya dengan organ-organ lain dalam tubuh, otak terutam
berkembng pada awal kehidupan sampai periode tertentu dalam masa kehidupan seseorang. Pada fase ini terjadi berbagao keadaa
seperti pengaruhobat-obatan, radiasi, kekurangan oksigen, dan terlebih penting ialah kekuarangn makanan atau zat makanan/zat g
Dalam hal ini dapat terjadi kelainan yagn bersifat pulih maupun tidak dapat pulih. Antara lain otak mengalami pengaruh sehingga
tidak dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.

3.5 Tingkat Konsumsi dan Tingkat Gizi


Keadaan Kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang deiperlukan tubuh di dalam sususnan hdangan dan
perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tub
Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesihatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat.
Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitasnya dana dalam jumlah melebihi kebutuhan tubuh,
dinamakan konsumsi berlebih, makan akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang kualitasnya maup
kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi. Tingkat kesehtan gizi terbaik adalah keseha
optimum, tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebiak-baiknya. Ada beberapa penyakit yan
berhubungan dengan gizi. Penyakit-penyakit ini daat dibagi dalam beberapa golongan yaitu, penyakit gizi lebih (obesitas), penya
gizi kurang (malnutrition, undernutrition), penyakit metabolik bawaan (inborn errors of metabolism), dan penyakit keracunan
makanan (food intoxication).

Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut:

A. Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yaitu protein hewani dan protein nabati. P
hewani biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Sedangkan fungsi protein bagi
adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, dan membenruk zat inti energi (1
energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori) (Notoatmojo, 2003:196).
B. Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak adalah menghasilkan kalori te
dalam tubuh manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan pelindung tubuh tertentu (Notoatmojo, 2003:196).
C. Karbohidrat, berasal dari kentang, ubi jalar, talas, jagung, padi, dan gandum. Fungsinya sebagai sumber energi, mempertah
kadar air dan garam natrium, komponen jaringan tubuh, merangsang pertumbuhan bakteri usus, dan menurunkan kolesterol
(Nursayonto dkk via Sumardi dkk, 2008:69).
D. Vitamin, terdiri dari vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). S
umum fungsi vitamin adalah untuk mengatur pertumbuhan dan mengatur fungsi organ tubuh (Prawirohartono dkk, 1993:44).
E. Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na),Chlor (Cl), Kalium (K), dan Iodium (I). Secara u
mineral mempunyai fungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian dari struktur sel dan jar
(Notoatmojo, 2003:197).
Selanjutnya, masa anak sekolah adalah masa usia 6—12 tahun. Masa itu adalah masa pertumbuhan dan perkembangan
awal. Anak-anak yang tidak terpenuhi gizi di masa tersebut, maka perkembangan dan pertumbuhan dalam diri seorang anak
dapat dikembangkan secara optimal, misalnya sering terserang penyakit. Selain itu, apabila makanan yang dikonsumsi
mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, juga akan bermasalah dalam tumbuh kem
anak. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi muda, dan menghambat keberhasilan pembangunan nasional.
Selain itu, ada berbagai faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada anak. Secara garis besar dikelompokkan ke dalam
lingkungan faktor yang besar, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. (Restiti, 1999:8).

A. Lingkungan biologi
Lingkungan biologi terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tingkat konsumsi gizi
Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel yang rusak termasuk otak, mengatur proses
fisiologis dan sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, asupan zat gizi dalam jumlah yang seimbang mutlak diperlukan pada ber

Novi Septiani S3 - Kedkom| 8


tahap tumbuh kembang manusia termasuk pada anak-anak.
Kualitas konsumsi makanan bisa dilihat dari kemampuan rata-rata individu untuk mencapai konsumsi nilai gizi makanan
dengan kecukupan yang dianjurkan. Dalam Repelita VI telah ditetapkan bahwa kecukupan konsumsi rata-rata per orang per hari
energi adalah 2150 kilokalori. Selain angka kecukupan yang perlu diperhatikan dalam menilai kualitas konsumsi makanan a
komposisi jenis pangan. Jenis pangan yang beraneka ragam merupakan persyaratan penting untuk menghasilkan pola pangan
bermutu gizi seimbang.
2. Infeksi Penyakit
Mekanisme kerja antara status gizi dan penyakit cukup kompleks. Penyakit infeksi melalui penurunan selera maka
peningkatan kebutuhan waktu sakit dapat diikuti oleh penurunan keadaan gizi. Sebaliknya penderita taraf gizi kurang memiliki
tahan rendah, sehingga lebih peka terhadap penularan penyakit infeksi. Penyakit yang dideritanya akan berlangsung parah dan
sehingga berakibat terhadap pertumbuhan fisiknya.
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan anak di Indonesia. Sebagian dari penyakit infeksi tersebut disebabkan
penyakit menular. Menurut data yang dikumpulkan Setiady (1978) menunjukkan bahwa dari lima juta bayi yang lahir tiap tahun
kira 600.000 akan meninggal sebelum mereka mencapai umur satu tahun dan dari jumlah kematian tersebut lebih dari 100.000
meninggal karena penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (Setiady via Restiti, 1999:10).
B. Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan fisik antara lain sebagai berikut:
1. Ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat merupakan sarana potensial untuk mengatasi permasalahan gizi. Se
upaya agar setiap individu mampu mengkonsumsi gizi yang berkualitas dan berkuantitas harus didukung pula dengan a
ketersediaan pangan sampai pada tingkat keluarga. Ketersediaan pangan ini juga perlu didukung daya akseptabilitas rumah t
terutama dari faktor daya beli keluarga.
Keadaan gizi penduduk erat kaitannya dengan kemampuan penyediaan pangan baik di tingkat keluarga, maupun wi
Apabila bahan makanan yang tersedia cukup dan beragam serta didukung dengan pengetahuan gizi yang baik di kalangan masya
maka dapat diharapkan konsumsi pangan dan zat gizi dapat mencapai tingkat kecukupannya. Keadaan ini akan mampu mencip
status gizi yang baik apabila tidak terdapat gangguan infeksi di dalam tubuh.
2. Faktor Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan ana
masa pertumbuhannya. Kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. A
dari kebersihan yang kurang maka anak-anak akan mudah terinfeksi oleh berbagai penyakit misalnya diare, kecacingan
abdominalis, hepatitis, malaria dan lain-lain.
Selain itu, faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan dalam banya
merupakan faktor penentu kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Selain itu, polusi yang berasal dari pabrik,
kendaraan, atau asap rokok dapat berpengaruh terhadap tinggnya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Pada
yang sering mengalami gangguan penyakit ini maka proses pertumbuhan juga akan mengalami gangguan.
C. Lingkungan Psikososial
Lingkungan psikososial terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:
1. Keadaan sosial ekonomi
Timbulnya masalah gizi sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Oleh sebab itu, upaya terbaik untuk men
masalah gizi dengan memberdayakan masyarakat miskin melalui peningkatan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekono
akan meningkatkan pendapatan yang akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan dalam keluarga. Di beberapa negara berkem
masyarakat miskin hampir membelanjakan pendapatannya khusus untuk makanan (di India Selatan keluarga miskin menghab
80% anggaran belanjanya untuk makanan), sedangkan di negara maju hanya 45%. Hasil survey yang dilakukan Hertanto (1993)
keluarga miskin di Kelurahan Bandarharjo menyatakan bahwa lebih dari separuh responden membelanjakan 60% dari
pengeluaran untuk pangan (Hertanto via Restiti, 1999:14).
Pendapatan yang rendah menyebabkan orang tidak mampu membeli bahan pangan dan non pangan dalam jumlah
diperlukan. Badan Pusat Statistik (1993) menyebutkan bahwa garis kemiskinan dinyatakan sebagai bersarnya pengeluaran
memenuhi 2100 kalori per hari dan kebutuhan minimal makanan ditambah dengan kebutuhan minimal bukan makanan s
perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi (Badan Pusat Statistik via Restiti, 1999:15). D
demikian keadaan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perbaikan gizi. Jika keadaan sosial ekonomi rendah, orang m
tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan gizi buruk meningkat.
2. Faktor pendidikan

Novi Septiani S3 - Kedkom| 9


Keadaan gizi seorang anak dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya. Jika orang tuanya memiliki pengetahuan yang
tentang kesehatan dan gizi, akan semakin tinggi pula tingkat kesehatan dan gizi keluarganya. Ini akan mempengaruhi kualita
kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak.
Tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang memadai juga merupakan salah satu faktor penunjang keberh
pendidikan masyarakat sehingga pengatahuan masyarakat akan meningkat. Fasilitas dan sarana pendidikan yang cukup
memberikan kesempatan belajar kepada anggota masyarakat.
Selanjutnya, di usia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas, karena sel-sel ot
tidak tumbuh maksimal. Anak yang otaknya mengecil ini tidak bisa diperbaiki karena periode pertumbuhan otaknya sudah terl
(Suryati, 2010:14). Selain itu, ada berbagai dampak penyakit yang ditimbulkan karena gizi buruk yaitu penyakit Kurang Kalo
Protein (KKP), anemia (penyakit kurang darah), Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A), dan Kwashiorkor (defisiensi protein). Da
penyakit tersebut sebagai berikut:
A. Penyakit Kurang Kalori Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan e
atau terjadi defisiensi atau defisit energi dan protein (Notoatmodjo, 2003:199). Pada anak-anak, KKP dapat mengha
pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009:307). Selai
apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi kalori dan protein.
. Anemia (Penyakit kurang darah)
Anemia adalah defisiensi hemoglobin dalam darah yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah dan/atau kand
hemoglobinnya (Hinchliff, 1999:20). Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kuran
kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 2003:200). Padahal zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang s
diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Jika anak-anak kurang mengkonsumsi makanan
mengandung zat besi (Fe), bisa menyebabkan kurang gizi besi yaitu Anemia.
C. Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Ini mempunyai peranan penting dalam se
penyebab kebutaan anak. Gejala-gejala yang ditimbulkan adalah kekeringan epithel biji mata dan kornea, karena gla
lakrimaris menurun, bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi vitamin A mencakup, fungsi dalam proses m
metabolisme, dan reproduksi. Kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan cara penyuluhan gizi tentang makanan-makanan
bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin (Notoatmojo, 2003:201).
D. Kwashiorkor (Defisiensi protein) dan marasmus
Kwashiorkor disebabkan oleh defisiensi protein. Pada umumnya, penyakit ini disebut busung lapar. Makanan yang dim
biasanya kurang mengandung nutrien. Penampilan anak-anak yang menderita penyakit ini umumnya khas, terutama pada bagian
yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Tanda-tanda kwashiorkormeliputi wajah membulat dan se
pandangan mata sayu, perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), rambut kusam, dan bercak merah coklat pada
(Alatas dan Rusepno, 1985:362). Sedangkan marasmus karena kurang karbohidrat. Pada keadaan ini ialah pertumbuhan yang k
atau terhenti. Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan
Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel, dan banyak menangis (Alatas dan Rusepno, 1985:365).
Jadi, gizi buruk pada anak usia 6—12 tahun disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan. Faktor tersebut dikelomp
menjadi tiga, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, dan lingkungan psikososial. Lingkungan biologi berupa tingkat konsum
dan infeksi penyakit, lingkungan fisik berupa kesediaan pangan dan sanitasi lingkungan, sedangkan lingkungan psikososial b
keadaan sosial dan tingkat pendidikan. Berbagai faktor tersebut menimbulkan berbagai dampak penyakit karena sel-sel otaknya
tumbuh maksimal. Dampak penyakit yang ditimbulkan yaitu penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), anemia (penyakit k
darah), Zerophthalmia(Defisiensi vitamin A), dan Kwashiorkor (defisiensi protein). Jika anak usia sekolah (6—12 tahun)
terpenuhi gizi, perkembangan dan pertumbuhan dalam diri seorang anak tidak dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu,
tersebut bisa terserang berbagai dampak penyakit. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus mengandung zat-zat ma
seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi muda yaitu
melancarkan keberhasilan pembangunan nasional.

Tanda-tanda anak usia sekolah yang bergizi baik :

1. Perkembangan tubuhnya baik dengan berat dan tinggi badan yang normal.
2. Perkembangan ototnya baik dan kuat

Novi Septiani S3 - Kedkom| 10


3. Postur tubuhnya bagus
4. Kulitnya sehat, tidak ada luka dan dispigmentasi
5. Rambutnya lembut dan bercahaya
6. Matanya jernih
7. Perkembangan emosi dan wataknya baik
8. Tidur nyenyak
9. Pencernaan dan pengeluaran baik
10. Nafsu makan baik.

Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB (Kg) Penambahan BB

TM I (Kg) TM II (Kg)

Normal ( BMI 19,8-26) 12,5 – 13 2,3 0,49

Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,5 – 16 1,6 0,44

Lebih 7 – 11, 6 0,9 0,3

Obesitas ( BMI > 29 ) 6

1.Kebutuhan Gizi Pada Ibu hamil

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat s
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan bes
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi
meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penam
volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan
pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal
pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300
untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ditentukan angka 285
perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik
pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.

Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin yang dikandungnya memperoleh makanan bergizi cukup,
alur terhambatnya pertumbuhan dari aspek gizi ibu. Perlu diperhatikan secara khusus adalah pertumbuhan janin dalam d
pertumbuhan lambat dan daerah pertumbuhan cepat. Daerah pertumbuhan lambat terjadi sebelum umur kehamilan 14 minggu. S
itu pertumbuhan agak cepat, dan bertambah cepat sampai umur kehamilan 34 minggu. Kebutuhan zat gizi ini diperoleh janin
simpanan ibu pada masa anabolik, dan dari makanan ibu setiap hari selama hamil. Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu
waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila makanan yang dikonsumsi ibu kurang dan ke
gizi ibu jelek maka besar kemungkinan bayi lahir dengan BBLR. Konsekuensinya adalah bahwa bayi yang lahir kemung
meninggal 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir normal.

2. Pertambahan Berat badan pada Ibu Hamil

Novi Septiani S3 - Kedkom| 11


Normalnya, sang ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan yang optimal
berdampak baik pada kehamilan maupun output persalinannya kelak. Dengan berat badan yang ideal untuk seorang ibu h
pertumbuhan janin pada umumnya akan berlangsung normal. Komplikasi timbulnya gangguan kesehatan dan penyakit lain jug
dihindari. Hal ini pun memberikan efek pada pasca persalinan yaitu kesehatan ibu selama laktasi.

Menurut National Academy of Science, variasi kenaikan berat badan ibu hamil tergantung pada berat badan ibu sebelum h
Khususnya bisa diketahui dengan menilai body mass index (BMI). Untuk bisa mencukupi dan menyeimbangkan gizi pada saat
dan menyusui, komposisi zat gizi harus diperhatikan. Kalori dicukupi namun jangan terlalu banyak, hanya 17%, protein 25%
vitamin dan mineral 20 – 100%.

Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu
dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan
sebelum hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksi
badan lahir bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil, atau ken
berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi.

Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia ialah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi
umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16 – 20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pa
minggu pertama kehamilan. Kenaikan berat badan pada trisemester pertama adalah 1,0 kg, pada trisemester kedua 4,4 kg, dan
trisemester ketiga 3,8 ketiga 3,8 kg.Saat kehamilan tubuh wanita mengalami perubahan khususnya genitalia ekstema, intern
mammae. Berat badan akan naik 6,5 – 16,5 kg terutama pada kehamilan 20 minggu terakhir (2 kg/bulan). Kenaikan berat badan d
kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi berupa plasenta, fetus, liquor amnion dan dari ibu sendiri yaitu uterus dan ma
membesar, peningkatan volume darah, pertambahan protein dan lemak, serta terjadinya retensi darah. Kenaikan berat badan s
kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang status gizi jelek sebelum h
maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir.

3. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri.

a. Penilaian secara klinis. Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama dalam mengetahui ke
gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nampak nyata.

b. Penilaian secara biokimiaPenilaian status gizi secara biokimia di lapangan banyak menghadapi masalah. Salah satu ukuran
sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia gizi.

c. Penilaian secara biofisikPemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Dilakukan oleh dokte
petugas kesehatan atau yang berpengalaman dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lai

d. Penilaian secara antropometri. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat erat berhubungan d
status gizi. Atas dasar-dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan
penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang.

Indikator yang sering digunakan khususnya untuk penentuan status gizi ibu hamil dipelayanan dasar adalah berat badan,
badan, lingkar lengan atas (LILA). KMS adalah suatu alat yang sederhana dan mudah dikerjakan, untuk memantau keadaan giz
kesehatan, sekaligus sebagai dasar untuk memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kesehatannya secara teratur di puskesma
posyandu. Penggunaan kurva dan KMS ibu hamil ialah berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB) per
kehamilan ibu. Pada KMS garis kurva yang sesuai dengan tinggi badan ditebalkan dengan pulpen dan titik berat badan ibu dibubu
pada garis perpotongan dengan umur kehamilan. Apabila titik perpotongan tersebut berada diatas garis kurva tebal, berarti ke
kehamilan itu baik, sebaliknya apabila titik tersebut berada dibawah garis kurva tebal berarti keadaan kehamilan itu memer
perhatian yang lebih khusus, misalnya dengan pemberian pelayanan kesehatan dan gizi yang lebih baik sehingga terhinda
kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 12


Ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dl. Pada saat post partum minimal harus 10 g/dl. Jika ibu meng
anemia terutama penyebab yang paling sering adalah karena kekurangan zat besi (Fe) risiko persalinan yang abnormal akan meni
demikian pula dengan risiko infeksi ibu dan kecenderungan perdarahan yang akan berdampak pada morbiditas dan mortalitas ib
bayi. Kondisi anemia kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II dan III. Kondisi tersebut bisa saja diseb
karena asupan Fe yang kurang, adanya infeksi parasit dan interval kehamilan yang pendek. Keadaan anemia seringkali menyeb
ibu jatuh dalam kondisi mudah lelah, kekuatan fisik menurun, timbulnya gejala kardiovaskuler, predisposisi infeksi, risiko perip
blood loss, dan risiko gangguan penyembuhan luka.

Sedangkan bagi janin kondisi kekurangan Fe hingga < 9 g/dl meningkatkan risiko persalinan preterm, intrauterine growth retard
(IUGR), dan intrauterine fetal death (IUFD). Plasenta pun terkena imbasnya yaitu bisa mengalami hipoksia kronik dan angioge
Hipotesis Baker mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan pada plasenta dan pertumbuhan janin yang mempeng
risiko berkembangnya penyakit pada janin tersebut setelah dewasa seperti timbulnya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus

Vitamin A untuk ibu dan bayi berguna sebagai imunomodulator bagi kekebalan mukosa. Namun penggunaanya tidak
terlampau banyak. Suplemen vitamin A tidak boleh melebihi dosis yang telah direkomendasikan dalam Recommended D
Allowance yaitu sejumlah > 15.000 IU/hari. Konsumsi yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko cacat bawaan janin.

Kebutuhan kalium dan fosfor umumnya pada ibu hamil tidak meningkat. Namun jika diet kalsium rata-rata kurang dari
dianjurkan untuk orang sehat dan normal yaitu sejumlah < 600 per hari ditakutkan akan meningkatkan risiko terjadinya pre ekla
dan kualitas bayi yang menurun. Namun hal ini masih menjadi perdebatan pula tentang kebenarannya.

Zinc, termasuk mineral yang penting dikonsumsi oleh ibu. Diet rendah zinc akan meningkatkan risiko janin lahir prematur,
badan lahir rendah dan cacat bawaan. Zinc ditengarai mampu meningkatkan berat lahir dan lingkar kepala. Untuk itu, konsumsi
paling tidak harus sudah dimulai sejak hamil 19 minggu dengan dosis 15 mg/hari.

Jika mengamati suplemen ibu hamil, beberapa komponen diantaranya adalah asam folat, AA DHA, FOS (Prebiotik) dan G
Kekurangan Asam folat kurang dari 0,24 mg/hari pada kehamilan < 28 minggu akan meningkatkan risiko cacat pada janin, persa
kurang bulan, serta berat bayi lahir rendah, misalnya meningocele. Defisiensi asam folat juga mengganggu pertumbuhan sistem
pusat, jika terjadi gangguan pada hari ke-16 pasca fertilisasi akan berdampak pada pembentukan kepala yang terjadi pada hari
hingga 26 sehingga bisa terjadi encephali, bayi tanpa tempurung kepala dan otak. Hal tersebut juga bisa berdampak pada gang
pembentukan tulang belakang sehingga janin bisa menderita spina bifida.

Pada ibu yang mengalami kondisi defisiensi asam folat disertai dengan defisiensi vitamin B6, B12, penyakit ginjal, hati, serta m
obat-obatan akan terjadi hiperhomosisteinemia. Keadaan ini berpotensi menyebabkan berbagai cacat bawaan seperti kelainan jan
pembuluh darah, kelainan saraf pusat, abortus, prematuritas, solusio plasenta, janin mati dalam kandungan (IUFD), pre-ekla
maupun eklamsia. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan pemenuhan kebutuhan vitamin B6, B12 dan asam folat selama h
Kebutuhan asam folat untuk wanita tidak hamil adalah sebesar 100 mg/hari sedangkan untuk wanita hamil adalah berkisar antara
1000 mg/hari. Bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan bayi dengan kelainan saraf pusat dianjurkan untuk mengkonsumsi asam
dengan dosis 4000 mg (4 mg)/hari mulai 1 bulan sebelum hamil sampai dengan usia hamil 3 bulan. Rekomendasi yang dianjurkan
tahun 1992 terbagi dalam dosis profilaksis 0,4 mg / hari untuk wanita usia reproduksi serta dosis 4 mg / hari mulai 1 bulan seb
rencana kehamilan sampai dengan trimester 1, untuk wanita dengan risiko terjadinya kecacatan syaraf janin. Asam folat banyak ter
pada kacang-kacangan dan buah-buahan. Namun dalam makanan ini keadaan bahan asam folat yaitu poliglutamat, bersifat tidak
Mengonsumsi suplemen asam folat, karena dalam suplemen ia berbentuk monoglutamat yang lebih stabil.

Lemak yang baik bagi pertumbuhan janin adalah jenis LC PUFA (long chain poly-unsaturated fatty acid) yang terdiri dari
amino, DHA dan asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk pembentukan otak, hati dan retina. Dengan cukupnya zat-zat ter
diharapkan bayi akan lahir dalam usia cukup bulan. AA dan DHA berperan dalam pembentukan membran sel, endothel, serta jar
saraf. Pada kehamilan bermanfaat untuk mencapai berat lahir yang optimal, mencukupkan usia kehamilan dan mencegah preeklam
Pada ibu menyusui juga bermanfaat untuk mencapai tumbuh kembang bayi yang optimal.

Salah satu komposisi suplemen ibu hamil yaitu Zingiber officinale yang di Indonesia dikenal dengan nama jahe. Baha
sebenarnya masih dipertanyakan efek terapeutiknya. Menurut Tyler dan Foster, 1996, fungsinya saat ini merupakan obat herbal
memperbaiki distress saluran pencernaan. Misalnya untuk mengurangi insiden mual dan muntah selama kehamilan. Menurut B

Novi Septiani S3 - Kedkom| 13


1991, jahe meningkatkan aktivitas tromboksan sintetase yang berdampak pada testosteron – binding, memodifikasi sex s
dependent serta diferensiasi otak janin. Namun hal tersebut masih dipertanyakan pula oleh para ahli. Efek jahe tersebut tergantung
pada dosis dan durasi konsumsinya.

Salah satu lagi bahan yang bermanfaat bagi ibu hamil adalah prebiotik. Bahan berasal dari jenis fruktoolgisakarida (FOS),
dihidrolisis maupun diabsorbsi di saluran cerna bagian atas. Memiliki mekanisme kerja merangsang pertumbuhan bakteri kom
dalam kolon (Bifidobacteria dan Lactobacillus), merubah mikroflora menjadi bermanfaat, menjaga kesehatan usus, menambah ju
spesimen saccharolitic serta mengurangi mikroorgansime yang patogen. Oligosakarida dalam makanan diubah mnejadi fru
kemudian dibuah lagi mnejadi fruktooligosakarida (FOS) sehingga berfungsi sebagai prebiotik. Prebiotik ini juga berfungsi
melindungi mukosa saluran cerna dari infeksi, menurunkan pH usus, menekan pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan vitam
mengaktifkan fungsi usus, maupun menstimulasi respon imun.

4. Dampak Kurang Gizi


Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diur
berikut ini.

a. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat bada
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan ting
kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi terjadi
trimester II dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Kekurangan asam fola
dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi, dan keguguran.

b. Terhadap Perslinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum wak
(premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

c. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
lahir rendah (BBLR).

Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil. Gangguan ini membua
mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah. Selain dari suplemen, juga dari bahan makanan yang disantapnya. ibu ham
dianjurkan mengonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimb
penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bah
tidak terjamin.

5. Anjuran Khusus untuk Ibu hamil

a. Pola Makan
Ibu hamil sebaiknya mengonsumsi sedikitnya dua gelas susu sehari atau kalau tidak, santaplah hasil produksi ternak lainnya.
keanekaragaman bahan makanan merupakan kunci dari menu makanan bergizi seimbang. Kebutuhan kalori mudah didapa
tambahan porsi biji-bijian, sayuran, buah dan susu rendah lemak. Jika ibu baru mengonsumsi menu bergizi setelah beberapa m
kehamilan, diharapkan keterlambatannya tidak melampui masa trimester II yang merupakan masa pertumbuhan janin terbesar.
Bagi ibu hamil sebenarnya tidak ada makanan yang benar-benar harus dihindari, kecuali alkohol. Namun bila ibu meng
keluhan mual-muntah, maka ia tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang dapat merangsang keluhan mual-munta
Contohnya adalah durian. Jika tidak ada keluhan, buah ini boleh dikonsumsi selama hamil asalkan jumlahnya wajar, yaitu seki
gram dalam sehari.
Olahan apa pun seperti makanan yang dibakar boleh saja disantap asalkan benar-benar matang dan tidak dikonsumsi b

Novi Septiani S3 - Kedkom| 14


gosongnya. Selanjutnya, apabila ibu hamil telah mengonsumsi menu makanan sesuai anjuran, maka camilan tanpa kalori boleh-
saja dikonsumsi seperti agar-agar, gelatin dan sejenisnya. Selain alkohol, kopi juga tidak dianjurkan diminum selama hamil k
kurang mengandung zat gizi dan kemungkinan memberikan efek negatif walau hal ini masih diperdebatkan. Merokok aktif m
pasif juga harus dihentikan karena berkaitan dengan tingginya risiko keguguran, bayi lahir meninggal, lahir prematur, ataupun
dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram).

b. Pantau Kenaikan Berat Badan


Pada trimester I biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan fungsional dalam tubuhnya akibat p
kehamilan. Di antaranya keluhan mual-muntah dan rasa tidak nyaman lainnya. Dengan demikian, asupan makanan selama trimes
belum dapat menaikkan BB ibu hamil. Normalnya, pada trimester I berat badan diharapkan naik kurang dari 2 kilogram. Sedan
pada trimester II dan III sebaiknya kenaikan BB kurang dari 1/2 kg setiap minggunya.
Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil, diharapkan bisa mencapai kenaikan BB sebanyak 12,5 18 kg pada akhir keham
Sedangkan untuk mereka yang tidak kurus dan tidak gemuk alias memiliki berat badan ideal diharapkan mencapai kenaikan BB se
11,5 16 kg di akhir kehamilannya. Sedangkan mereka yang kelebihan BB saat sebelum hamil diharapkan kenaikan BB-nya hanya
kg pada akhir kehamilannya. Sementara wanita hamil yang kegemukan sebelum hamil, kenaikan BB dianjurkan sebatas 6 kg atau
sedikit pada akhir kehamilannya. Agar kenaikan berat badan terjaga, tentu saja ibu perlu secara berkala dan rutin menimbang
bersamaan dengan pemeriksaan kehamilan.

c. Menu Sehari Ibu Hamil


Menu makanan untuk ibu hamil pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Jadi seharusnya tidak ada kes
berarti dalam pengaturan menu makanan selama hamil. Nah, berikut bahan makanan yang dianjurkan dalam sehari
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )

Apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

 PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong d
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.
 PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bias ratusan. Misalnya tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum tablet d
mengkonsumsi Garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti memb
sampah pada tempatnya , membersihkan lingkungan.
 Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanaka semua perilaku kesehatan.

Apa itu PHBS di Rumah Tangga


 PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksa
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
 PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.
 Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :

1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan


2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.

Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS


Bagi Rumah Tangga :
 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 15


 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Anggota keluarga giat bekerja.
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha
menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabunga
bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

Apa peran kader


Dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?
 Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PH
Rumah Tangga pada buku kader.
 Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah dukungan dalam pemb
PHBS di Rumah Tangga.
 Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.
 Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, penyu
massa dan pergerakan masyarakat.
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Ber-PHBS.
 Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui pencatatan PHBS di R
Tangga.
Pengertian PHBS di Sekolah
 PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau
mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan seha
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Tujuan PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni:
Tujuan Umum:
Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri send
bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit
Manfaat bagi warga sekolah:
a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Novi Septiani S3 - Kedkom| 16


Manfaat bagi sekolah:
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
Manfaat bagi masyarakat :
a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan
Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Strata PHBS di Sekolah


Tabel Strata PHBS di Sekolah
Strata Pratama Strata Madya Strata Utama
1. Memelihara rambut agar Perilaku di strata pertama Perilaku di strata madya
bersih dan rapih ditambah: ditambah:
2. Memakai pakaian bersih 8. memberantas jentik nyamuk 13. mengkonsumsi jajanan
dan rapih sehat di kantin sekolah
3. Memelihara kuku agar 9. menggunakan jamban yang 14. menimbang berat
selalu pendek dan bersih bersih dan sehat badan dan mengukur
4. Memakai sepatu bersih 10. menggunakan air bersih tinggi badan setiap bulan
dan rapih
5. Berolahraga teratur dan 11. mencuci tangan dengan air
terukur mengalir dan memakai sabun
6. Tidak merokok di sekolah 12. membuang sampah ke
7. Tidak menggunakan tempat sampah yang terpilah
NAPZA (sampah basah, sampah kering,
sampah berbahaya)

Indikator PHBS di Sekolah


A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak k
tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan me
baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa
secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 17


D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih
Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. S
bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan
dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu s
sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh
sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus
tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesi
kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahr

F. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan pe
dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berb
diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusak
paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh
mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena pen
penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sek
Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah
diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Pengg
NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk
tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air disp
wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Membe
jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan me
tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan
jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria
kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lu
penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang b
setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan
berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lala
serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah dihar
menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara
laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan

J. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Se
diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampung
hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minim
meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuha
tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun

Novi Septiani S3 - Kedkom| 18


Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air
sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih
mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran
dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat men
terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan
(ISPA), dan flu burung.

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia t
sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak
dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang te
akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibaw
rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan berv
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimb
dan pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan
normal atau tidak normal.

Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan s
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masya
yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga akan memb
perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. (Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perestasi belajar peserta didik d
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan pertumbuha
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah
bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah,
b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun sosial,
c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup
sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah,
d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah,
e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup
sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal d
istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health Education in School), pelayanan kesehatan(School H
Service), dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan
dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan se
mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok, dan masyarakat sekolah. Kepera
kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumb
kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kese
sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).

Novi Septiani S3 - Kedkom| 19


Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan untuk memberikan arahan terhadap pro
kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di b
keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk
dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya dan aktif juga
mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangku
usia sekolah seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan parasit lain. D
melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang penti
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-cara penan
kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).

The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga peran perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
 Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling, pendidikan kesehatan kepada sisw
keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan program sekolah.
 Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah. Perawat membaur dengan fung
sehari-hari komunitas sekolah.
 Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case finding), mengembangkan
implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai
memecahkan permasalahan baik yang aktual maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai prosedur. Selain itu dalam melaksanakan per
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain. Beberapa item yang menjadi perhatian dalam peran ini antara lain: kesehatan
kesehatan emosional, kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah, kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


a. Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
b. Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah
c. Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang khusus
d. Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal

Novi Septiani S3 - Kedkom| 20


Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga, yaitu: pasangan usia subur, ibu ham
atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Puspromkes Depkes RI, 2006). Indikator adalah suatu pet
yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga (Puspromkes Depkes RI,
adalah:

a.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah t
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya)
b.Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai
usia 6 bulan
c.Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai
pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya
d.Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebu
sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air po
sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah
e.Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septi
lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir
f.Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempa
digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per orang)
g.Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen,

Novi Septiani S3 - Kedkom| 21


ubin dan kayu.
hTidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah s
ketika berada bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu te
melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari
j.Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi bua
2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir

Program PHBS ini merupakan program nasional, sehingga tidak membuat perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kaw
tertentu, seperti wilayah pantai. Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di kawasan pantai juga menggunak
indikator PHBS yang telah ditetapkan tersebut.

1. POLA ASUH PADA ANAK YANG TIDAK SEHAT

Memaksakan sebuah kewajiban tanpa alasan

Anak sering merasa bahwa kewajiban yang diberikan oleh orang tuanya tidak mempunyai alasan yang jelas. Mereka
sangat tidak suka melakukan hal yang dipaksakan apalagi tanpa alasan yang mendasar. Sebagai contoh, anda menyuruh anak
bangun pagi setiap hari. Bangun pagi memang merupakan sebuah hal yang sangat baik, namun anak merasa malas melakuk
karena anda hanya memaksa dan terus memaksa tanpa memberikan alasan yang jelas. Cobalah untuk memberikan perintah d
lembut dan menjelaskan kenapa hal tersebut harus dilakukan.

Menyikapi kesalahan dengan kekerasan

Kata-kata kasar bahkan hingga kekerasan fisik yang diterima oleh anak rata-rata disebabkan oleh kesalahan anak
ditanggapi terlalu berlebihan oleh orang tua. Misalkan, anak berbuat nakal di sekolah dan membuat orang tuanya dipanggil. se
orang tua yang bijak, seharusnya kita mendiskusikan dan mencari penyelesaiannya, serta bukan memberikan pelajaran psikis dan
yang keras kepada anak.

Sibuk dengan pekerjaan

Kita sering berkata bahwa segala pekerjaan yang kita lakukan dan perjuangkan hanya untuk anak. Mungkin hal itu benar n
seringkali kita meninggalkan anak terlalu lama dan tidak mempunyai waktu berkualitas bersamanya karena kita sibuk me
pekerjaan yang kita miliki. Sementara anak cenderung tidak bahagia. Jadi, sesibuk apapun pekerjaan kita, sediakanlah waktu
berkualitas setiap hari kepada anak.

Wong et al.(2008) mengategorikan pola asuh menjadi tiga jenis, yaitu: pola asuh permisif, otoriter dan otoritatif.

a) Pola Asuh Permisif


Pola asuh permisif merupakan jenis pengasuhan orang tua yang tidak memberikan batasan kepada anak-anak mereka. Oran
terlalu cuek terhadap anaknya. sehingga, apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti, tidak sekolah, bandel, melak
pergaulan bebas negatif dan sebagainya (Prayitno & Basa, 2004).
Jenis pola asuh permisif, orang tua bersikap longgar, tidak terlalu memberi bimbingan dan kontrol, perhatian pun ter
kurang. Kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri. Pola pengasuhan permisif diakibatkan oleh orang tua yang t
sibuk dengan pekerjaan lain sehingga lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak hanya diberi materi atau hart
dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. Dengan begitu anak nantinya akan berkembang menjadi anak
kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, tidak peduli dengan tanggung jawab, memiliki kemampuan sosialisas
buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, baik ketika kecil maupun sudah dewasa. ini merupakan
terburuk dalam mengasuh anak (Fathi, 2003).
Pola asuh permisif cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja ternyata tidak sangat kondusi
pembentukan karakter anak. Secerdas dan sehebat apapun seorang anak, anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk men
mana yang baik dan mana yang salah. Memberi kebebasan yang berlebihan, terkesan membiarkan, akan membuat anak bingun

Novi Septiani S3 - Kedkom| 22


berpotensi salah arah (Fathi, 2003).
Wong at al. (2008) menjelaskan bahwa dalam pola asuh permisif, orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama seka
tindakan anak-anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik kadang-kadang bingung antara sikap permisif dan pemberi izin. M
menghindari untuk memaksakan standar prilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka s
sebanyak mungkin.
Yahaya & Latif (2006) menggambarkan pola asuh permisif dicirikan oleh corak komunikasi yang terbuka dan orang tua k
menekankan tingkah laku yang baik pada anak. Sikap pola asuh orang tua yang permisif adalah:
1) Tidak membuat peraturan kepada anak dan anak selalu diberi kebebasan yang penuh.
2) Kurang menggunakan kontrol dan apabila perlu, mereka menggunakan penjelasan ataupun sebab-sebab dan tidak menggu
kuasa ataupun kekerasan dalam mengasuh anak.
3) Tidak menggunakan kuasa secara terbuka dan langsung.
4) Berkomunikasi secara terbuka dan tidak mencoba membentuk tingkah laku anak.
5) Tidak bersifat menghukum dan meneriama impuls dan keinginan anak.
6) Berperanan sebagai sumber yang memenuhi kehendak anak dan bukan sebagai agen-agen aktif yang terlibat dalam pene
tingkah laku anak.
7) Membiarkan anak mengatur aktivitas-aktivitas sendiri tanpa pengawasan orang tua.
8) Mencoba menyediakan keadaan yang membimbing kearah perkembangan anak tetapi gagal membentuk hak-hak batasan yang
kepada anak atau pun menghendaki anak bertingkah laku matang.
Sedangkan menurut Wong at al. (2008) orang tua yang menerapkan pola asuh permisif mempunyai ciri se
berikut:
1) Kurang memberikan kontrol.
2) Mengizinkan anak untuk berbuat apa saja.
3) Tidak ada aturan ketat dari orang tua, dan anak diperbolehkan melakukan sesuatu yang dianggap benar.
4) Reward ”tidak diberikan untuk perilaku yang baik, karena ada anggapan bahwa persetujuan sosial sebagai reward”.
5) Punishment ”tidak diberikan karena memang tidak ada aturan yang mengikat”.
6) Tidak menetapkan batasan-batasan yang logis.
7) Orang tua menganggap dirinya sebagai sumber bukan sebagai model peran untuk anak.

b) Pola Asuh Otoriter


Pola asuh otoriter merupakan suatu bentuk perlakuan orang tua ketika berinteraksi dengan anaknya yang pada umumnya s
ketat dan kaku dalam pengasuhan anak. Anak-anak tidak diberi kebebasan untuk menentukan keputusan karena semua kepu
berada ditangan orang tua. Orang tua yang otoriter menekankan kepatuhan anak terhadap peraturan yang mereka buat tanpa b
bertanya, tidak menjelaskan kepada anak-anak tentang latar belakang. Orang tua kadang-kadang menolak keputusan anak dan
menerapkan hukuman semena-mena kepada anak (Widyarini, 2003).
Yahya & Latif (2006) mengartikan pola asuh otoriter sebagai suatu cara dimana orang tua menggunakan pengawasan yang
pada tingkah laku anak dengan membuat peraturan, memastikan nilai-nilai dipatuhi oleh anak dan tidak membenarkan anak men
peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang diterapkan oleh orang tua tersebut.
Cara pengasuhan otoriter sangat tegas, ketat, dan melibatkan beberapa bentuk aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh anak
tanpa mau tahu perasaan anak. Orang tua akan emosi jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh
tua. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin
menghormati orang tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan teknik asuhan seperti ini biasanya tidak ba
paranoid atau selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua dan sebag
(Prayitno & Basa, 2004).
Sikap otoriter yang digunakan orang tua dalam pola asuh anak, akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kemat
anak akan terhambat. Dengan demikian, pola asuh secara otoriter yang digunakan keluarga dalam mendidik anak sangat
dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak dalam keluarga (Hidayat, 2005).
Keluarga yang menganut pola asuh otoriter biasanya, anak-anak mereka tidak memiliki kebebasan untuk menen
keputusan, bahkan untuk dirinya sendiri karena semua keputusan berada ditangan orang tua dan dibuat oleh orang tua, sementara
harus mematuhinya tanpa ada kesempatan untuk menolak ataupun mengemukakan pendapat. Pola asuh otoriter cenderung mem
perilaku kasih sayang, sentuhan, dan kelekatan emosi orang tua dengan anak, sehingga antara orang tua dan anak seakan me
dinding pembatas (Fathi, 2003).

Novi Septiani S3 - Kedkom| 23


Wong at al. (2008) menjelaskan bahwa pola asuh otoriter, orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak m
perintah yang tidak boleh di batah. Mereka menetapkan aturan yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertany
Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut. Otoriter orang tua dengan penjelasan yang sedikit dan keterli
anak yang sedikit dalam pengambilan keputusan, seperti “lalukan saja karena saya mengatakan begitu”.
Sifat-sifat pola asuh otoriter dapat digambarkan sebagi berikut (Yahya & Latif, 2006).
1) Mengkontrol tingkah laku anak dengan menggunakan peraturan-peraturan yang ketat, menilai tinggi ketaatan dan keakuran.
2) Tidak mengamalkan tolak ansur secara lisan dan anak-anak harus mengikuti perintah tanpa pengecualian.
3) Keputusan orang tua tidak boleh dibantah.
4) Apa yang dikatakan oleh orang tua itu menjadi undang-undang yang harus dipatuhi oleh anak.
5) Menggunakan kaedah-kaedah disiplin yang bersifat hukuman.
6) Tidak responsif atas kehendak anak, bersikap tidak fleksibel dan ketat dalam pengawalan tingkah laku anak.
Sedangkan Wong at al. (2008) menkategorikan ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter sebagai beri
1) Kaku.
2) Tegas.
3) Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka.
4) Membatasi keputusan dari anak.
5) Mengabaikan alasan-alasan yang masuk akal dan anak tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan.
6) Reward ”penghargaan jarang diberikan pada perbuatan anak yang benar, baik dan berprestasi”.
7) Punishment “hukuman selalu diberikan pada perbuatan anak yang salah dan melanggar aturan”.
8) Suka menghukum anak secara fisik.
Menurut Middlebrook (1993, dalam Fathi, 2003) hukuman fisik yang biasanya diterapkan dalam pola asuh ot
kurang efektif untuk membentuk tingkah laku anak. Hal itu dapat menyebabkan beberapa masalah diantaranya se
berikut:
1) Menyebabkan anak marah dan frustasi. Secara psikologis tentu sangat mengganggu pribadi anak sendiri sehingga anak juga
akan bisa belajar dengan optimal.
2) Timbulnya perasaan-perasaan menyakitkan atau sakit hati pada diri anak yang mendorng tingkah laku agresif.
3) Akibat hukuman-hukuman itu dapat meluas sasarannya dan lebih membawa efek negatif. Misalnya, anak menahan diri
memukul atau merusak hanya ketika orang tua ada didekatnya, tetapi akan segera melakukan tindakan merusak setelah orang tua
ada.
4) Tingkah laku agresif orang tua akan menjadi contoh bagi anak sehingga anak akan menirunya.
Pola asuh otoriter yang diterapakan orang tua kepada anak cenderung bersifat tidak puas dengan diri anak, tidak
dipercaya, selalu berubah mengikuti keadaan, cemas, ganas secara pasif, mudah tersinggung, bersikap negatif dalam berhub
dengan kawan-kawan sebaya dan menarik diri secara sosial.

c) Pola Asuh Otoritatif


Pola asuh otoritatif merupakan sikap orang tua yang mengizinkan dan mendorong anak untuk membicarakan masalah m
memberi penjelasan yang rasional tentang peran anak dirumah dan menghormati peran serta orang tua dalam pengambilan kepu
meskipun orang tua pemegang tanggung jawab yang tinggi dalam keluarga (Prayitno & Basa, 2004).
Pola asuh otoritatif, didasari atas pengertian dan rasa hormat orang tua terhadap anaknya. Disini orang tua memberi kebe
pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai usia perkembangan anak, dengan mensensor batasan
pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh otoritatif adalah pola pengasuhan yang cocok dan baik untuk diterapkan para ora
kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, pe
diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, d
lingkungan dan masyarakat lainnya (Prayitno & Basa, 2004).
Dalam pola asuh otoritatif, orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada maslah yang dih
menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan yang rasional yang mendasari tiap-tiap perm
tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa dan kemandirian,
menghargai antara anak dan orang tua. Orang tua tidak mengambil posisi mutlak dan tidak juga mendasari pada kebutuhan
semata (Widyarini, 2003).
Menurut Wong et al. (2008) pola asuh otoritatif ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kontrol yang kuat disertai dukungan, pengertian dan keamanan.
2) Semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 24


3) Mengizinkan anak untuk mengeksplorasi bakat dan kemampuannya.
4) Dalam bertindak, orang tua selalu memberikan alasan yang masuk akal kepada anak.
5) Anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan.
6) Punishment ”diberikan kepada perilaku yang salah dan melanggar peraturan”.
7) Reward ”yang berupa pujian dan penghargaan diberikan kepada perilaku yang benar dan berprestasi”.
8) Orang tua selalu memilih pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Sedangkan Yahya & Latif (2006), menggambarkan sifat orang tua dalam otoritatif sebagai berikut.
1) Orang tua lebih fleksibel dan rasional dalam mendidik anak.
2) Menggunakan kontrol tegas tetapi membenarkan kebebasan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
3) Menjelaskan nilai-nilai mereka dan menaruh harapan yang tinggi supaya anak mematuhinya.
4) Peramah dan tidak melihat diri sebagai manusia yang tidak membuat kesilapan dalam tanggung jawab mereka sebagai orang tu
5) Responsive, memberi kesempatan dan menghormati kepentingan anak, mesra tapi tegas.
Pola asuh otoritatif lebih kondusif dalam pendidikan anak. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Baumrind
menunjukkan bahwa orang tua yang otoritatif lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam hal kemandirian dan tang
jawab (Fathi, 2003).
Menurut Arkoff (1993, dalam Fathi, 2003) anak yang dididik dengn cara otoritatif umumnya cenderung mengungk
agresifitasnya dalam tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang bersifat sementara. Artinya, jika m
kemarahannya tidak akan berlarut-larut apa lagi sampai mendendam. Disisi lain, anak yang dididik secara otoriter atau ditolak
memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresifitasnya dalam bentuk tindakan-tindakan yang merugikan. Sementara itu
yang dididik secara permisif cenderung mengembangkan tingkah laku agresif secara terbuka atau terang-terangan.
Bedasarkan ciri-ciri pola asuh diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter memiliki ciri pokok tidak demokrati
menerapkan kontrol yang kuat. Berbeda dengan pola asuh otoritatif yang bersifat demokratis, tetapi juga menerapkan kontrol. Be
juga dengan pola asuh permisif yang bersifat demokratis, tetapi tanpa memberi kontrol kepada anak. Dengan pendekatan yang
demokratis dan pemberian kontrol yang ketat dalam pola asuh otoriter, tidak mengherankan bila pola asuh otoriter yang
mengakibatkan atau berdampak negatif terhadap anak.

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh


Wong (2001, dalam Supartini, 2004) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua sebagai berikut.

a) Pendidikan Orang Tua.


Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap
permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Edwards (2006) menyimpulkan bahwa pendidikan orang tua
perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada ma
anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak, menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak dan te
aktif dalam setiap pendidikan anak.
b) Usia Orang Tua.
Tujuan undang-undang perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan untuk siap secara fisik maupun psiko
dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Usia antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki memp
alasan kuat dalam kaitannya dengan kesiapan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik
menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara op
karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.
c) Keterlibatan Ayah.
Peran ayah dalam keluarga telah berubah dramatis dari generasi lalu jika dibandingkan dengan generasi orang-orang tua d
Perubahan tersebut biasanya menyenangkan bagi para ibu dan juga para ayah itu sendiri (Rimm, 2003).
Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi baru lahir, sama pentingnya hubungan antara ibu dan
bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemui suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan
mengendongnya langsung setelah ibunya mendekap dan menyusukannya (bonding and attachment). Dengan demikian, kede
hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi
mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa ayah tidak terlibat secara langsung pada bayi baru dilahirkan.
beberapa hari atau minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi, seperti mengganti popok, bermain dan berint
sebagai upaya untuk terlibat dalam perawatan anak (Supartini, 2004).

Novi Septiani S3 - Kedkom| 25


d) Pengalaman Sebelumnya dalam Mengasuh Anak.
Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan
pengasuhan, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Hasil riset menunjukkan bahwa orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebi
menjalankan peran pengasuhan dan lebih relaks. Selain itu, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuha
perkembagan anak yang normal.
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh anak yang secara kuantitatif dapat d
Sedangkan perkembagan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh anak yang dapat dicapai melalui tumbuh kemat
dan belajar (Hidayat 2005).
e) Stres Orang Tua.
Stres yang dialami oleh ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan
sebagai pengasuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimilki dalam menghadapi permasalahan anak. Wala
demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada orang tua, misalnya anak dengan temperemen yang sulit atau anak d
masalah keterbelakangan mental.
Stres merupakan suatu perasaan tertekan yang disertai dengan meningkatnya emosi yang tidak menyenangkan yang dira
oleh orang tua, seperti marah yang berlangsung lama, gelisah, cemas dan takut. Stres adalah istilah yang muncul bersamaan kehid
masyarakat saat ini. Orang tua mengatasi stress dengan cara yang berbeda-beda. Orang tua yang mengalami stres, akan m
kenyamanan atas kegelisahan jiwanya dengan cara berbicara kepada anak (Prayitno & Basa, 2004).
Sedangkan menurut Wong et al. (2008) ada empat faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:
a) orang tua yang telah memiliki pengalaman, seperti pengalaman dengan anak lain, tampaknya lebih santai dan memiliki lebih s
konflik dalam hubungan disiplin, dan mereka lebih mengetahui perkiraan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
b) jumlah stres yang dialami oleh salah satu dari kedua orang tua dapat mengganggu kemampuan mereka untuk menunj
kesabaran dan pengertian atau dalam menghadapi perilaku anak mereka.
c) karakteristik, seperti memiliki temperamen yang sulit, dapat menyebabkan orang tua kehilangan kepercayaan diri dan mera
kemampuan mereka dalam mengasuh anak.
d) hubungan perkawinan orang tua yang dapat memberi efek negatif terhadap pola asuh, karena tekanan atau ketegangan perni
dapat mengganggu rutinitas pemberian perawatan dan mengganggu kesenangan bersama dengan anak. Sebaliknya, orang tua
saling mendukung dan mendorong dapat memberi pengaruh positif pada terciptanya peran menjadi orang tua yang memuaskan (
et al., 2008)

5.PHBS DALAM ISLAM

 Anjuran Menjaga Kesehatan


Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik dar
mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik dar
meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku se
doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku mengh
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku.
menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahma
Tumudzi, dan al-Bazzar)

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengon
gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadik
terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Qura

 Anjuran Menjaga Kebersihan


Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedok
Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang keber
dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis k

Novi Septiani S3 - Kedkom| 26


dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan keber
termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah,
bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci”(HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad
al-Darimi)

Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian penti
kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai d
mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’.

‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharat m
dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu
dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak
pikiran.

DAFTAR PUSTAKA

http://progsusb62012.blogspot.com/2013/04/phbs-sekolah-kel-2.html

http://konsumsihidupsehat.blogspot.com/2011/11/strategi-pemberdayaan-dalam-program.html

http://blogkesmas.blogspot.com/2011/11/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs.html

http://tipsanak.com/1772/beberapa-pola-asuh-anak-dalam-keluarga-yang-salah/

http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/

http://angelofluisskripsi.blogspot.com/2013/02/hubungan-antara-pola-asuh-orang-tua.html

http://www.ichrc.org/lampiran-5-melakukan-penilaian-status-gizi-anak

http://ilmu27.blogspot.com/2012/09/makalah-permasalahan-gizi-pada-anak.html

Asih, Laksmi. 2010. “Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah Dasar”. Makalah Bahasa Indonesia Semester 1. T
Diterbitkan.
Restiti, Niluh Putu Ratih. 1999. ”Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Prevalensi Anak Batita Bawah Garis M
di Propinsi Jawa Tengah”. Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. T
diterbitkan.
http://www.depkes.go.id/downloads/materi_rakerkesnas/panel%204/Balitbangkes.pdf

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekura
Enargi Kronis. Jakarta.

Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Serta
Dampaknya pada Berat Bayi Lahir di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan.

Novi Septiani S3 - Kedkom| 27


Laporan Penelitian. Medan

Kardjati, S. 1999. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta

Manik, R. 2000. Pengaruh Sosio Demografi, Riwayat Persalinan dan Status Gizi Ibu terhadap Kejadian BBLR, S
Kasus di RSIA Sri Ratu Medan. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.
.
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/index.htm

Novi Septiani S3 - Kedkom| 28

Anda mungkin juga menyukai