Anda di halaman 1dari 10

PSIKOPEDAGOGIA, Vol. 1, No.

2, Desember 2012
ISSN: 2301-6167

MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH

QUALITY OF EDUCATION AND REGIONAL EDUCATIONAL EQUITY

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Abstrak

Semua negara di dunia menyadari pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk member
petunjuk bagi keberlangsungan hidup suatu bangsa. Titik focus utama dalam meningkatkan
pendidikan, yaitu pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, relevansi pendidikan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Peningkatan yang dilakukan harusnya dilakukan secara menyeluruh,
tidak secara satu persatu, dan aspek lain diabaikan. Namun, mutu pendidikan dan pemerataan
pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Salah sat peningkatan
mutu pendidikan yang dilakukan oleh Negara Indonesia adalah dengan menetapkan standar
Ujian Nasional, namun masih bermasalah. Kemudian Pemerataan Pendidikan yang dilakukan
juga masih bermasalah dengan tidak meratanya kualutas pendidikan di setiap daerah.Perlu
diupayakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Perlu diupayakan langkah untuk mengatasi masalah pendidikan tersebut, yaitu dengan diarahkan
pada meningkatkan mutu pendidikan pada berbagai aspek, dan peningkatan pendidikan yang
dilakukan secara merata di setiap daerah.

Kata kunci:pemerataanpendidikan, mutupendidikan.

Abstract

All countries in the world realize the importance of education that aims to provide guidance
for the survival of a nation. Four things that become a major focal point in improving the
education, the distribution of education, quality of education, educational relevance, and efficiency
of education management. Increased done should be done thoroughly, not one by one, and other
aspects are ignored .. However, education quality and equity of education in Indonesia is still
lagging behind other countries. One sat improve the quality of education conducted by the State of
Indonesia is to set the standard national examination, but still problematic. Then Equitable
Education conducted also been a problem with unequal education kualutas in each area. It is
necessary to improve education quality and equity of education in Indonesia. It is necessary steps
to address the education problem, namely by directed at improving the quality of education in
various aspects, and improving education performed evenly in each area.

Keywords:educational equity, quality of education.

1. PENDAHULUAN harus mampu merangsang individu peserta


Hampir semua negara di dunia menyadari didiknya untuk mempergunakan potensi
bahwa pendidikan diyakini memiliki tersebut sesuai dengan tata nilai kemanusian .
kemampuan untuk menyiapkan sumber daya Selain itu, secara material pendidikan harusnya
manusia (SDM). Dengan begitu, harapan yang dapat memberikan pengetahuan yang
muncul terhadap proses pendidikan adalah memajukan dan mempertinggi kualitas hidup,
kemampuannya memberi petunjuk bagi baik dalam skala kehidupan pribadi,
keberlangsungan kehidupan sesuai dengan tata bermasyarakat maupun bernegara.
nilai ideologis dan kultural bangsa. Pendidikan Adanya kesadaran tentang posisi penting
harus dapat memberi kesadaran kepada setiap pendidikan bagi keberlangsungan kehidupan
individu akan potensi “kemanusian” yang berbangsa dan bernegara menjadikan
dimilikinya, dan lebih dari itu pendidikan pemerintah (negara) memiliki kewajiban untuk
ISSN: 2301-6160

menyelenggarakan porses pendidikan bagi tahun 1977, peringkat IPM Indonesia naik
warga negaranya dengan sebaik-baiknya. Hal mejadi 99, kemudian turun ke peringkat 105
tersebut ditegaskan dalam UUSPN Pasal 11 pada tahun 1998, dan turun lagi ke peringkat
butir (1) Pemerintah dan pemerintah daerah 109 pada tahun 1999 .
wajib memberikan layanan dan kemudahan, Data UNESCO (2000) tentang peringkat
serta menjamin terselenggaranya pendidikan Indeks Pengembangan Manusia (Human
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa Development Index), yaitu komposisi dari
diskriminasi. peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan,
Tentunyahadirnya pasal-pasal dan penghasilan per kepala yang
sebagaimana di atas, lebih disebabkan karena menunjukkan, bahwa indeks pengembangan
adanya kesadaran bahwa selama ini mutu manusia Indonesia makin menurun. Di antara
pendidikan di Indonesia kurang 174 negara di dunia, Indonesia menempati
menggembirakan jika dibandingkan dengan urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105
beberapa negara tetangga terdekat. Hasil studi (1998), dan ke-109 (1999).
yang dilakukan Tim UPI menunjukkan bahwa Menurut survei Political and Economic
tingkat penguasaan peserta didik kelas 6 SD Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12
Matematika, dan IPA pada tahun 1976 adalah negara di Asia. Posisi Indonesia berada di
35, 33, dan 37, kemudian turun menjadi 27,7., bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The
21,5., dan 24,2 pada tahun 1989. Dalam World Economic Forum Swedia (2000),
tulisannya Mardapi mengutip beberapa hasil Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
studi yang dilakukan oleh IAEA (International yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57
Association for the Evaluation of Educational negara yang disurvei di dunia. Dan masih
Achievement) menunjukkan bahwa skor menurut survai dari lembaga yang sama
kemampuan membaca peserta didik kelas 6 Indonesia hanya berpredikat sebagai follower
SD di Indonesia adalah 51,7 sementara bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
Hongkong, Singapura, Thailand dan Filipina, negara di dunia.
secara berturut-turut adalah 75,5, 74,0, 65,1, Data Balitbang (2003) bahwa dari
dan 52,2. Hasil yang serupa juga dilaporan 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya
oleh Third International Mathematics and delapan sekolah saja yang mendapat
Science Study - Repeat (TIMSS-R, 1999) yang pengakuan dunia dalam kategori The Primary
menunjukkan bahwa diantara 38 negara Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di
peserta, prestasi peserta didik berusia 14 tahun Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah
(kelas II SLTP) Indonesia berada pada yang mendapat pengakuan dunia dalam
peringkat 34 pada bidang matematika dan 32 kategori The Middle Years Program (MYP)
pada bidang IPA. dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh
Berdasarkan World Competitiveness sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia
Report 1996, daya saing SDM Indonesia baru dalam kategori The Diploma Program (DP).
berada pada urutan ke-45, jauh di bawah Hasil studi dari The Programme for
Singapura yang menempati urutan ke-8, International Students Assesment (PISA) ,
Malaysia ke-34, China ke-35, Filipina ke-38 yaitu survey pengetahuan dan ketrampilan dari
serta Thailand ke-40. Rendahnya daya saing anak berusia 15 tahun atau setara dengan anak
SDM Indonesia, berkaitan erat dengan alokasi usia SMP/MTs. Pada survey tahun 2006,
anggaran yang diberikan pada sektor kemampuan berbahasa siswa SMP/MTs
pendidikan. Antara tahun 1983 hingga 1993, Indonesia menempati urutan 51 dari 57 peserta
alokasi anggaran pendidikan di Indonesia yang mengikuti PISA dalam bidang ’reading
sebesar 10 persen, sedang Singapura telah literacy’.
mengalokasikan anggarannya sebesar 22 Paparan di atas setidaknya menjadi alasan
persen, Thailand 21 persen, Malaysia 20 kuat bagi masyarakat bangsa Indonesia
persen serta Filipina 15 persen . khususnya pemerintah sebagai
Dari 174 negara yang diteliti pada tahun penanggungjawab penyelenggaraan
1996, IPM Indonesia berada pada peringkat pendidikan untuk melakukan format ulang
102, sedangkan Singapura, Brunei, Thailand, terhadap proses pendidikan yang
dan Malaysia, secara berturut-turut, dijalankannya. Sudah seharusnya bangsa ini
menduduki peringkat 34, 36, 52, dan 53. Pada melakukan perbaikan mutu pendidikan, agar

PSIKOPEDAGOGIA Vol. 1, No. 2, Desember 2012


PSIKOPEDAGOGIA ISSN: 2301-6160

dapat bersaing dalam situasi global. Terkait asing pada perundingan General Agreement
dengan hal tersebut, Idrus mengingatkan on Trade Services (GATS) Organisasi
bahwa globalisasi yang terjadi saat ini Perdagangan Dunia (WTO) di Hongkong
menampilkan banyak hal, salah satunya adalah tahun 2005 . Pengajuan pembatasan tersebut
hadirnya lembaga pendidikan asing di dibolehkan berdasarkan konvesi Dakkar,
Indonesia sebagai konsekuensi logis adanya bahwa setiap negara berhak mengajukan
kesepakatan perjanjian GATS (General batasan bagi masuknya lembaga pendidikan
Agreement on Trade and Services) menjadikan asing dan membuka dunia pendidikannya
Indonesia kembali harus mau membuka diri secara bertahap dengan mekanisme boleh
untuk hadirnya perusahaan ataupun lembaga- ditentukan sendiri.
lembaga asing yang bergerak di sektor Hal yang sama dinyatakan Kusumo
keuangan, kesehatan, pendidikan, energi, dan bahwa setiap negara berhak menentukan
hal itu apakah menjadi sebagai peluang untuk sektor mana saja dalam bidang jasa untuk
lebih meningkatkan mutu pendidikan atau dibuka bagi pemasok asing. Pendekatan itu
justru sebaliknya menjadikan banyak lembaga menggunakan 'daftar positif' dimana setiap
pendidikan terpuruk, karena mutunya tidak negara hanya menuliskan komitmen
terjamin. pembukaan sektor tertentu yang sesuai dengan
Kekhawatiran yang muncul dengan kapasitas masing-masing negara. Selanjutnya,
adanya liberalisasi pendidikan yang dirasakan berdasarkan petunjuk perundingan yang
Idrus, juga dirasakan Mahmud Hamundu , disahkan pada 2001, disebutkan perundingan
yang menengarai liberalisasi pendidikan akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
mengakibatkan terjadinya eksodus pengajar initial request dan initial offer .
yang memiliki kualifikasi baik ke PTA, Pembatasan masuknya perguruan asing
dengan harapan akan meraih penghasilan yang merupakan salah satu strategi untuk
jauh lebih besar jika mereka mengajar di melindungi perguruan pendidikan yang ada di
perguruan tinggi domestik. Noorsy Indonesia. Tentunya hal tersebut bukanlah satu
menyatakan bahwa liberalisasi pendidikan strategi yang benar-benar dapat terus
merupakan pengkhianatan terhadap UUD 1945 dipertahankan, mengingat desakan dari para
dan pelecehan martabat bangsa. Dalam tulisan anggota WTO jelas akan semakin kuat untuk
yang sama Noorsy menyatakan bahwa suatu saat pemerintah Indonesia membuka
“...pemerintah memiliki amanat yang harus peluang kepada mereka dan diijinkan
dijalankan dalam bidang pendidikan ini yang membuka perguruan mereka di Indonesia.
termaktub pada pasal 31 UUD 1945, Tap Pada sisi ini pilihan untuk peningkatan
MPR, dan UU Sisdiknas. Jika pemerintah mutu jelas menjadi salah satu solusi terbaik.
melihat pendidikan sebagai barang komersial, Sebab hanya dengan memberikan kepastian
artinya pemerintah menyimpang dari dan jaminan akan kualitas pendidikan yang
konstitusi, karena tugas penyelenggara negara baik, akan menjadikan masyarakat untuk tetap
adalah mencerdaskan kehidupan memilih perguruan lokal dibandingkan dengan
masyarakat....”. Bagi Setiawan bahwa perguruan asing yang membuka cabangnya di
melakukan liberalisasi pendidikan sama saja Indonesia.
dengan dimaksudkan untuk memperkecil Kebijakan tentang peningkatan mutu
peran negara, atau bahkan menghilangkannya pedidikan memang sudah lama diwujudkan
sama sekali, dan hal itu merupakan dalam bentuk konstitusi. Pada pasal 11 UU
pelanggaran konstitusional secara serius. No. 20 tahun 2003 tercermin keinginan dari
Tentunya masuknya perguruan asing jelas pemerintah untuk dapat menyelenggarakan
menjadi salah satu tantangan dalam proses pendidikan yang bermutu, yang dinarasikan
penyelenggaraan pendidikan. Salah satu sebagai berikut ”Pemerintah dan Pemerintah
langkah antisipatif adalah dengan mendunda Daerah wajib memberikan layanan dan
masuknya perguruan asing ke Indonesia. kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
Setidaknya langkah ini pernah dilakukan Dodi pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
Nandika Sekretaris Jenderal Depdiknas (saat negara tanpa diskriminasi” .
itu, kini Kemendiknas) yang memperjuangkan
untuk mengajukan proteksi bagi pendidikan Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
Indonesia dari masuknya lembaga pendidikan upaya penjaminan dan pengendalian mutu, di

MutuPendidikandanPemerataanPendidikan di Daerah (Muhammad Idrus)


ISSN: 2301-6160

samping para peningkatan fasilitas fisik memiliki pendidikan menengah, sebagian


(hardware), juga dapat dilakukan peningkatan besar tamat SD, semua memulai kehidupan
fasilitas non fisik (software). Dalam hal ini baru. Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa
salah satu upaya yang ditempuh pemerintah upaya pemerintah untuk mensejahterakan
adalah dengan melakukan evaluasi, akreditasi rakyatnya melalui program transmigrasi juga
dan sertifikasi sebagaimana ditulis dalam berdampak positif pada meningkatknya tingkat
Permen diknas No. 19 tahun 2005 tentang pendidikan masyarkat transmigran. Semangat
Standar Pendidikan Nasional Bab (2), bahwa belajar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
untuk penjaminan dan pengendalian mutu menjadi kekuatan bagi bangsa untuk
pendidikan sesuai dengan Standar Nasional meningkatkan kualitas pendidikan di
Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan Indonesia. Sehingga, kewajiban negara adalah
sertifikasi . Hal yang sama juga ditegaskan menjamin hak-hak warga negaranya dalam
dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003 pasal 57 memperoleh pendidikan.
ayat (1) bahwa evaluasi pendidikan adalah
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan 2. PEMBAHASAN
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai Bermutu atau merata: Pilihan Dilematis
komponen pendidikan pada setiap jalur, Jika hendak dianalisis masalah-masalah
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk yang terkait dengan kajian pendidikan, maka
pertanggungjawaban penyelenggaraan setidaknya ada 4 hal yang menjadi titik fokus
pendidikan. Di lain sisi, persoalan yang juga kajian pendidikan, yaitu : (1) pemerataan
tidak kalah pentingnya adalah masalah pendidikan, (2) mutu pendidikan, (3) relevansi
pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan
akses pendidikan. Masalah akses ini juga pendidikan. Keempat titik fokus permasalahan
bukanlah persoalan yang mudah untuk diatas, pendidikan tersebut, pada akhirnya juga
sebab persoalan pemerataan kesempatan untuk menjadi sebuah kebijakan untuk menangani
memperoleh pendidikan bergantung banyak pendidikan, sehingga pada akhirnya banyak
faktor. upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi keempat persoalan tersebut.
Berbagai tantangan bangsa Indonesia Seharusnya pemecahan persoalan
untuk mewujudkan kesuksesan pendidikan di pendidikan di atas, tidak dilakukan secara
Indonesia menjadi tanggung jawab dari parsial per kasus, tetapi haruslah dilakukan
pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia. secara menyeluruh untuk semua masalah
Potensi yang menjadi salah satu kekuatan di dalam konteks kebersamaan. Dengan begitu,
Indonesia adalah semangat yang tinggi dari sungguh tidak bijak, jika memecahkan satu
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. masalah di atas dengan meninggalkan masalah
Semangat belajar yang tinggi bahkan dimiliki yang lain. Sebagai misal, untuk memecahkan
oleh masyarakat transmigran. Menurut Qadir persoalan pertama, jangan dilakukan secara
(2012) para transmigran yang hidup pas-pasan parsial dan dikontraskan dengan pemecahan
pun berusaha agar mereka memperoleh masalah yang lain. Jika hal itu dilakukan,
kehidupan yang lebih baik, bagi anak maupun maka yang akan terjadi adalah kekbijakan
orang tua dengan mengirim anak untuk yang satu akan dengan sendirinya
belajar. Sebagaimana terjadi di belahan lain menghambat pada penuntasan masalah yang
negara-negara di dunia, pendidikan masih lainnya.
dianggap hal penting di antara mereka yang Terkait dengan mutu Mardapi
berhijrah atau migrasi. menyatakan bahwa, maka indikator dari
Hasil penelitian yang dilakukan oleh kualitas pendidikan adalah kompetensi
Qadir (2012) etos pendidikan dan lulusan, yaitu kemampuan yang dimiliki
kesejahteraan migran muslim di pemukiman lulusan. Kompetensi lulusan dapat berupa
migran Pangkoh kabupaten Pulangpisau kemampuan yang dimiliki lulusan dicirikan
Kalimantan Tengah, menunjukkan bahwa dengan pengetahuan, keterampilan dan
masyarakat transmigran muslim di Pangkoh perilaku yang dapat ditampilkan. Lebih jauh
banyak berhasil di bidang pendidikan, bekerja, diungkap Mardapi bahwa usaha memperbaiki
dan kehidupan lebih baik pada dasawarsa III kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
(2002-2011). Padahal, pada awal tiba peningkatan kualitas pengajaran dan kualitas
dasawarsa I (1982-1991), sebagian kecil evaluasinya. Dengan begitu, setiap usaha

PSIKOPEDAGOGIA Vol. 1, No. 2, Desember 2012


PSIKOPEDAGOGIA ISSN: 2301-6160

memperbaiki kualitas pendidikan harus Ujian Akhir Nasional (UAN) yang kemudian
mencakup usaha untuk semakin berubah menjadi Ujian Nasional (UN).
menyempurnakan sistem evaluasi yang Dipahami bahwa model ujian saat ini
digunakan. yang dipakai untuk menentukan kelulusan
Astin mengungkap bahwa ada tiga hal peserta didik dari satu satuan pendidikan
yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat tertentu ada tiga model ujian, yaitu ujian untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga lima kelompok mata pelajaran tertentu dan
butir tersebut adalah masukan, lingkungan ujian sekolah dan ujian nasional. Hal ini
sekolah dan keluarannya (out atau lulusan). sebagaimana diungkap dalam Peraturan
Terkait dengan aktivitas belajar, Penilaian Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 pasal
hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat Pasal 72 ayat (1) menjelaskan bahwa peserta
penting dalam proses pendidikan. Semua didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
proses di lembaga pendidikan formal pada pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
akhirnya akan bermuara pada hasil belajar (a) menyelesaikan seluruh program
yang diwujudkan secara kuantitatif berupa pembelajaran; (b) memperoleh nilai minimal
nilai. Hasil belajar peserta didik tidak selalu baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui, pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan
tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
(kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk mata pelajaran estetika, dan kelompok mata
diamati, meski pun dapat diukur . pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;
Hanya saja sebagaimana diungkap (c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk
Mardapi bahwa evaluasi pendidikan yang kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dilaksanakan selama ini belum memberikan dan teknologi; dan (d) lulus Ujian Nasional .
sumbangan untuk peningkatan kualitas Dari ketiga model ujian sebagai syarat
pendidikan. Hal ini dapat disebabkan oleh kelulusan dari satuan pendidikan dasar dan
sistem evaluasi yang digunakan belum tepat menengah hanya ujian nasional yang
atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang mendapat sorotan begitu tajam dari banyak
diharapkan. Setidaknya terkait dengan standar kalangan mulai dari masyarakat (orang tua
yang pernah diterapkan antar daerah pada peserta didik), akademisi, dan politisi. Model
dasarwarsa yang lalu memang tidak memiliki ujian lain, seperti ujian kelompok mata
kesamaan, dan cenderung lebih rendah. pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
Tentunya hal ini akan semakin memperluas mata pelajaran kewarganegaraan dan
disparitas mutu pendidikan antar daerah. kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
Kondisi semacam ini memerlukan sebuah dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah
model evaluasi yang sifatnya nasional, yang raga, dan kesehatan dan lulus ujian
memiliki standar yang berlaku secara nasional sekolah/madrasah tidak banyak mendapat
pula. Gregory mengungkap bahwa model tes sorotan, untuk tidak menyatakannya tidak ada
sebagai alat evaluasi telah banyak dipakai sama sekali.
bangsa-bangsa di dunia sebagai alat untuk Untuk ujian lima kelompok mata
konseling, seleksi dan penempatan. pelajaran, pengujinya adalah guru mata
Terkait dengan proses pendidikan di pelajaran itu sendiri, sedangkan ujian sekolah
tingkat pra universitas (tingkat sekolah pelaksana pengujiannya adalah sekolah. Posisi
menengah atas ke bawah) model tes dengan kedua ujian ini sebenarnya tidak jauh berbeda
skala nasional telah mengalami beberapa kali dengan ujian nasional. Sama-sama menjadi
perubahan dan penyempurnaan. Secara syarat kelulusan bagi individu peserta didik
kronologis, perkembangan ujian akhir tersebut dari satuan pendidikan. Namun, banyak
adalah sebagai berikut: (a) periode tahun 1965 kalangan lebih memfokuskan sorotannya pada
-1971 disebut Ujian Negara (b) periode tahun ujian nasional yang menurut mereka dianggap
1972 – 1979 disebut Ujian Sekolah, (c) sebagai penentu kelulusan peserta didik.
periode tahun 1980 – 2000 disebut Evaluasi Padahal dalam pasal 72 ayat (1) PP No.
Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS), 19 tahun 2005 sebagaimana dipaparkan di
dan (d) sejak tahun 2001 hingga sekarang atas, ketiga model ujian ini memiliki fungsi
setara sebagai penentu kelulusan peserta didik.

MutuPendidikandanPemerataanPendidikan di Daerah (Muhammad Idrus)


ISSN: 2301-6160

Dengan begitu jika pada ujian lima kelompok dampak sosial dan psikologis pada anak didik,
mata pelajaran tertentu ada peserta didik yang khususnya yang tidak lulus .
mendapat nilai kurang dari B sebagai batas Dari hasil Seminar Nasional tentang pro
kelulusan, maka yang bersangkutan tidak dan kontra seputar UNAS yang
dapat diluluskan meskipun nilai kelompok diselenggarakan oleh Universitas PGRI
mata pelajaran lain B, dan lulus ujian sekolah Adibuana Surabaya dalam rangka 100 tahun
serta lulus ujian nasional. Atau jika yang tidak kebangkitan nasional & Dies Natalies ke-37,
lulus adalah ujian sekolahnya, maka meskipun Universitas PGRI Adibuana Surabaya
ujian lima kelompok mata pelajaran mendapat dihasilkan delapan simpulan. Dari delapan
nilai B, dan ujian nasionalnya lulus, maka simpulan tersebut salah satunya dinyatakan
sebenarnya yang bersangkutan tidak dapat bahwa ujian nasional menunjukan pola sikap
diluluskan oleh satuan pendidikan tempat yang keliru, karena menafikkan peran guru.
peserta didik itu menempun pendidikannya. Ujian nasional menunjukkan sikap pemerintah
Hanya saja banyak kalangan yang memberikan labeling baru kepada guru, bahwa
memaknai ujian nasional dengan cara yang guru saat ini tidak memiliki wewenang, dan
tidak seimbang, dan memojokan sebagai tidak mendapatkan lagi kepercayaan. Jika hal
aktivitas yang bermasalah. Hal tersebut ini berlangsung secara terbuka dan terus
setidaknya terungkap dari tulisan Muzakki menerus, maka guru kehilangan kewibawaan
yang menganggap bahwa ujian nasional adalah di depan siswa .
komponen satu-satunya penentu kelulusan, Bahkan kalangan politisi juga angkat
dan melihat belum ada peran guru dan sekolah bicara untuk mengkritisi pelaksanaan ujian
dalam penentuan kelulusan peserta didiknya. nasional. Salah satunya Ahmad Zainuddin
Hal senada juga diungkap oleh Irawan anggota Komisi X dari F-PKS menilai perlu
bahwa ujian nasional bertentangan dengan ada evaluasi pelaksanaan UN. Ia berharap ada
semangat otonomi sekolah yang didorong perubahan sistem dalam pelaksanaan ujian.
melalui kebijakan manajemen berbasis “Jangan sampai sitem seperti sekarang masih
sekolah. Atas dasar argumentasi bahwa diterapkan karena terbukti banyak
sekolah tidak mampu menyelenggarakan menimbulkan masalah” Dari kalangan
sistem evaluasi dengan baik, pemerintah akademisi, tiga pakar pendidikan dari Ikatan
berupaya meresentralisasi penyelenggaraan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Conny
pendidikan dengan mengambil alih Semiawan, HAR Tilaar, dan Winarno
kewenangan dalam meluluskan peserta didik. Surakhmad-mengemukakan pandangan
Banyak yang menyatakan bahwa ujian mereka dalam jumpa pers di Jakarta , Senin
nasional menjadi satu-satunya penentu, (7/2).
sebagaimana yang diungkap Sawali bahwa Conny mengingatkan, mengukur mutu
UN sebagai penentu kelulusan. Tuntutan yang pendidikan dan evaluasi hasil belajar anak
sama juga diajukan oleh Malanhutahaen yang didik adalah dua hal yang berbeda. Kita bisa
menuntut kembali agar guru diberi menarik suatu kesimpulan tertentu dari hasil
kewenangan untuk meluluskan peserta didik. belajar terkait dengan mutu pendidikan, tetapi
Menurut beberapa kalangan mengembalikan tidak langsung, dan itu memerlukan komponen
ujian dan penetapkan kelulusan siswa kepada lain, seperti sarana dan input yang harus
guru di sekolah masing-masing dipandang disesuaikan dengan tuntutan belajar. Winarno
sebagai pilihan terbaik oleh beberapa pihak. justru melihatnya dari sudut yang berbeda.
Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa Menurut dia, ujian seperti UN ini adalah hasil
hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang dari kebodohan kita selama ini, terutama
Sisdiknas yang menempatkan sekolah sebagai politisi yang tidak mau melihat lagi
basis managemen pendidikan dan pengajaran. konsideran- konsideran pendidikan di dalam
Dengan demikian guru-gurulah yang benar- mendidik bangsa.
benar mengetahui bakat dan kemampuan Dalam pernyataannya Winarno
akademik para siswa; inilah yang meligitimasi menambahkan sekarang di Indonesia muncul
hak dan kewajiban guru untuk menguji dan satu penyakit yang namanya UN, yang tidak
menetapkan kelulusan siswa. Selain itu, UN merupakan penyakit yang esensial. Artinya,
yang selama ini digunakan sebagai alat jika UN dibuang, republik ini tidak akan mati.,
penentu kelulusan siswa dianggap membawa tetapi, jika upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa tidak dihiraukan, bangsa ini akan mati.

PSIKOPEDAGOGIA Vol. 1, No. 2, Desember 2012


PSIKOPEDAGOGIA ISSN: 2301-6160

Sekarang, kata Winarno, dengan memulai UU No. 20 tahun 2003 serta spirit
peningkatan mutu lewat UN, dipastikan bahwa otonomi daerah dan manajemen berbasis
kita di jalur yang keliru. Dengan bahasa yang sekolah (MBS) yang tengah digalakkan.
berbeda Tilaar menambahkan, jiwa dan Sementara itu, sebagian masyarakat
semangat Undang-Undang Nomor 20 Tahun menilai bahwa, dengan sistem UAN,
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kelulusan peserta didik ditentukan hanya
sebenarnya adalah untuk memberdayakan oleh evaluasi sesaat yang lebih
peserta didik dan guru. Namun, pelaksanaan mengutamakan kemampuan kognitif.
UN justru "memerkosa" guru dan peserta c. Sebagian masyarakat menilai bahwa
didik. biaya UAN (termasuk social cost) tidak
Dari sisi politis, Sawali mengidentifikasi sepadan dengan hasil dan manfaat yang
bahwa tidak sedikit pejabat daerah yang dicapai melalui UAN untuk
“kebakaran jenggot” ketika hasil UN di meningkatkan mutu pendidikan secara
daerahnya hancur. Sikap geram bukan lantaran nasional.
menyesali kualitas pendidikan di daerahnya d. Sebagian masyarakat menghawatirkan,
yang rendah, tetapi semata-mata berkaitan jika UAN dihilangkan akan berdampak
dengan gengsi dan marwah (gengsi) daerah. pada menurunnya mutu lulusan secara
Situasi seperti ini dinilai telah memberikan nasional sebagai akibat dari kurangnya
andil yang cukup besar terhadap terjadinya pressure terhadap penyelenggara dan
tekanan berlapis dari atas hingga ke bawah. pelaksana pendidikan untuk bekerja dan
Demi menjaga gengsi dan harga diri daerah, belajar secara lebih keras. Fenomena ini
gubernur menekan bupati/walikota, sudah terbukti dengan pelaksanaan ujian
bupati/walikota menekan kepala dinas sekolah pada tahun 1972-1979.
pendidikan, kepala dinas pendidikan menekan e. Di sana-sini masih terdapat kelemahan
kepala sekolah, kepala sekolah menekan guru, teknis dalam penyelenggaraan UAN,
guru pun menekan siswa melalui drill soal-soal seperti dalam hal lamanya waktu untuk
sampai-sampai membuat siswa tak ubahnya sosialisasi kebijakan, mutu soal,
seperti binatang sirkus yang harus selalu pengamanan soal, dan transparansi
tunduk pada kemauan sang pawang. Karena pengelolaannya.
tak cukup persiapan, tak jarang terjadi Paparan di atas memang harus diakui
persekongkolan busuk dengan membentuk tim bahwa banyak hal yang harus diperbaiki dalam
sukses untuk menjalankan aksi-aksi pelaksanaan ujian nasional. Meski demikian,
kecurangan UN dengan berbagai macam cara. juga tidak seharusnya untuk dengan serta
Harus diakui bahwa pelaksanaan ujian merta mengambil keputusan untuk
nasional memang belum sempurna meniadakannya. Hasil penelitian Mardapi
sebagaimana diharapkan, dari hasil analisisnya menemukan bahwa walaupun kontroversi
Furqon mencermati bahwa dari kontroversi tentang UN masih terus berlanjut, kebanyakan
dan perdebatan panjang tentang UAN dapat responden di daerah dalam survai nasional
dicatat beberapa pelajaran penting yang perlu berpendapat bahwa UN tetap diperlukan dalam
dipertimbangan dalam memikirkan evaluasi era otonomi daerah. Mereka bahwa ujian akhir
nasional di masa depan, yaitu: nasional sangat diperlukan terutama untuk
a. Sebagian masyarakat melihat adanya mendorong peserta didik, guru, dan kepala
ketidakseimbangan antara pressure dan sekolah bekerja keras bagi peningkatan mutu
support yang dilakukan oleh pemerintah pendidikan. Hasil penelitian Kumaidi, dkk,
pusat terhadap sekolah. Menurut mereka, juga menyatakan bahwa walaupun belum
pemerintah pusat menuntut terlalu banyak tercermin dalam kenaikan NEM, namun
dari sekolah sementara kondisi sarana dan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua
prasarana pendidikan serta tenaga menyatakan bahwa EBTANAS telah
kependidikan di sebagian besar sekolah mendorong mereka untuk berupaya agara
masih memprihatinkan; terjadi kegiatan pembelajaran yang intensif
b. Sekolah merasa bahwa haknya untuk dan efektif di sekolah
menentukan kelulusan peserta didik Hasil-hasilpenelitiantersebut
direbut oleh pusat. Budaya ini dinilai oleh menunjukkan bahwa apapun kondisi, serta
sebagian masyarakat bertentangan dengan bagaimanapun adanya, ujian nasional tetap

MutuPendidikandanPemerataanPendidikan di Daerah (Muhammad Idrus)


ISSN: 2301-6160

memiliki nilai positif bagi peningkatan kinerja tahun sebelumnya, tahun 2006 jumlahnya
pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. masih sekitar 9,7 juta anak.
Tentunya adanya sisi lemah dari pelaksanaan Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami
ujian nasional ini memang perlu direduksi. bahwa selama ini belum semua masyarakat
Banyak alternatif kegiatan yang dapat bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya
dilaksanakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Jika hendak dicermati, maka
pendidikan, dan salah satunya adalah persoalan pemerataan pendidikan setidaknya
mendesain model evaluasi yang digunakan disebabkan oleh (1) Perbedaan tingkat sosial
untuk menyaring lulusan yang memang ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas
berkualitas. pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata;
Pada sisi ini pelaksanaan ujian nasional (4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan
merupakan salah satu strategi umum yang standart tinggi; (5) Rayonisasi.
dapat dilakukan. Hal tersebut sebagaimana Harus diakui, karena tingkat ekonomi
diungkap Heyneman & Ransom yang masyarakat yang rendah, maka peluang untuk
menyatakan bahwa ujian merupakan strategi memperoleh akses pendidikan akan semakin
yang umum digunakan oleh negara-negara mengecil. Tentunya hal ini berbeda dengan
berkembang dalam meningkatkan mutu mereka yang memiliki kemampuan bayar
pendidikannya karena merupakan cara yang tinggi, dapat memilih model dan jenis
efektif dan murah dalam mempengaruhi apa pendidikan yang disukai. Bukan hanya sekolah
yang diajarkan guru dan apa yang dipelajari reguler saja, tetapi sekolah dengan taraf
peserta didik di sekolah. internasionalpun dapat diperoleh dengan
Secara kontitusi, UU No. 20 tahun 2003 mudah.
mengamanatkan tentang perlunya ujian untuk Dari hasil identifikasi, ditemukan bahwa
menentukan kelulusan peserta didik pada nilai masuk untuk jenjang sekolah yang lebih
setiap akhir satuan pendidikan. Selain ujian tinggi ternyata sulit dijangkau oleh mereka
kelulusan pada akhir setiap satuan pendidikan, yang rata-rata berasal dari tingkat ekonomi
UU No. 20 tahun 2003 juga mengamanatkan yang lemah –meski juga tidak seluruhnya-.
berbagai bentuk evaluasi untuk mengendalikan Pada akhirnya sekolah-sekolah menerapkan
mutu pendidikan secara nasional dan kebijakan khusus bagi anak-anak yang berasal
memantau ketercapaian standar nasional. dari keluarga miski (KMS) dengan standar
Dengan begitu, untuk mengatasi masalah yang lebih rendah.
mutu pendidikan, salah satunyanya dapat Dapat dibayangkan satu kebijakan
dilakukan dengan menerapkan standar baku dimaksudkan untuk mengatasi persoalan
dalam model kelulusan peserta didiknya pemerataan pendidikan dengan memberi
dengan menggunakan sistem ujian nasional. kesempatan kepada semua warga, akan tetapi
Pemahaman pada makna penting ujian mengingat di keluarga miskin terkadang
nasional, hendaklah harus seragam antara pencapaian nilai tidaklah sebagaimana
pihak berwenang pembuat kebijakan, politisi diharapkan, maka dibuatlah kebijakan yang
penentu kebijakan, ataupun praktisi berbeda dengan menurunkan standar khusus
pendidikan di lapangan. untuk peserta didik dari keluarga miskin. Pada
akhirnya dapat diduga, kebijakan peningkatan
Lantas Bagaimana dengan Masalah mutu (dengan menerapkan standar yang
Pemerataan Pendidikan? tinggi) ternyata berhadapan dengan kebijakan
Merujuk pada laporan UNDP yang pemeraan pendidikan.
melaporkan bahwa angka Human Situasi inilah yang seharusnya tidak
Development Index (HDI) masyarakat terjadi. Untuk itu, hendaklah dibuat sebuah
Indonesia yang menjadi salah satu indikator kebijakan utama, yaitu peningkatan mutu
pemerataan di Indonesia jauh tertinggal dari pendidikan. Adapun kebijakan-kebijakan yang
negara-negara lain di Asia Tenggara. Lebih dimaksudkan untuk mengatasi pemerataan
ironis lagi jika mencermati angka putus pendidikan, kesenjangan dalam hal sarana dan
sekolah masyarakat Indonesia. Komnas prasarana pendidikan, relevansi, efektivitas
Perlindungan Anak (KPA) melaporkan bawah dan efisiensi pendidikan hendaklah diarahkan
jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 pada upaya untuk menaikan mutu pendidikan.
mencapai 11,7 juta jiwa. Angka tersebut Dengan begitu, tidak lagi terjadi model
bertambah cukup fantastik, mengingat satu kebijakan yang hanya dimaksudkan untuk

PSIKOPEDAGOGIA Vol. 1, No. 2, Desember 2012


PSIKOPEDAGOGIA ISSN: 2301-6160

mengatasi satu masalah saja, dan berdampak Kajian Ujian Nasional Bahasa Inggris
negatif untuk kebijakan yang lain. Pada Sekolah Menengah Pertama).
Sejak diundangkan UU No.22/1999 Jakarta: Research Department, Putera
tentang Pemerintah Daerah maka menandai Sampoerna Foundation, 2008
perlunya desentralisasi dalam banyak urusan Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat
yang semula dikelola secara sentralistik. Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Menurut Tjokroamidjoyo (dalam Jalal dan Dan Tenaga Kependidikan
Supriyadi, 2001), bahwa salah satu tujuan dari Departemen Pendidikan Nasional.
desentralisasi adalah untuk meningkatkan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta, 2008
pengertian rakyat serta dukungan mereka Furqon, Beberapa Alternatif Model Evaluasi
dalam kegiatan pembangunan dan melatih Hasil Belajar Nasional, (Makalah
rakyat untuk dapat mengatur urusannya disajikan pada Konvensi Nasional
sendiri. Ini artinya, bahwa kemauan Pendidikan Indonesia di Surabaya, 5 –
berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan 9 Oktober 2004)
(termasuk dalam pengembangan pendidikan)
Ghofur, A., Mardapi, D., Pola Induk
harus ditumbuhkan dan ruang partisipasi perlu
Pengembangan Sistem Penilaian.
dibuka selebar-lebarnya.
(Yogyakarta, Program Pascasarjana
Pada sisi inilah pemerintah daerah dapat
Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.
berperan secara aktif untuk mendorong pada
peningkatan mutu pendidikan di daerahnya. Gregory, R.J, Psychological Testing: History,
Hanya saja, perlu juga disepakati bahwa Principles, and Application. Allyn and
hendaknya tidak meracuni pendidikan dengan Bacon, Boston, 1992.
nuansa politik, sebagaimana yang kerap terjadi http://Www.Dpr.Go.Id/Id/Berita/Komisi10/20
menjelang pelaksanaan ujian nasional dengan 10/Mei/18/1611/Ujian-Nasional-Perlu-
adanya pesan dari penguasa daerah untuk Dievaluasi, Ujian Nasional Perlu
mengupayakan kelulusan 100 % setiap sekolah Dievaluasi, 18-May-2010
di wilayahnya. Pesan politik ini pada akhirnya
menjadikan praktik pendidikan mengalami http://www.kompas.com/kompas-
penyimpangan dan pelanggaran. cetak/0502/08/humaniora/1549695.ht
m, Ujian Nasional, Niat Baik di Jalur
3. KESIMPULAN yang Keliru, 2008
Berdasarkan paparan di atas, makadapat http://www.pikiran-
disimpulkan hendaknya untuk meningkatkan rakyat.com/cetak/2005/0505/16/0302.
pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, htm
relevansi pendidikan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan, perlu dilakukan http://www.pskpi.org/2009/12/politik-ujian-
secara menyeluruh, tidak hanya pada satu nasional.html?utm_source=twitterfeed
aspek dan mengabaikan aspek yang lain &utm_
sehingga dapat menimbulkan masalah. medium=twitter&utm_campaign=Fee
Dalam rangkan melakukan pemerataan d%3A+inequality%2Feducation+(PSK
pendidikan, juga harus dilakukan secara PI)&utm_content=Twitter. Politik
menyeluruh dan simbang, dilihat kebutuhan Ujian Nasional.
dan kemampuan dari masing-masing daerah, http://www.unipasby.ac.id/node/41Pro Dan
dan pemerintah daerah juga turut serta untuk KontraSeputar UNAS. Rabu,
meningkatkan mutu pendidikan dan 07/16/2008 - 20:55.
pemerataan pendidikan di daerahya, dengan
tidak mendorong kepada hal yang tidak Idrus, M. CarutMarutDuniaPendidikan.
meracuni pendidikan dengan nuansa politik, Yogyakarta: JurnalSocia Volume II
sebagaimana yang kerap terjadi menjelang Nomor 2 Desember 2005.
pelaksanaan ujian nasional. Idrus, M. Evaluasi Pendidikan. Diktat.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama
4. REFERENSI Islam, 2007.
Candrasari, A. Dkk., Ujian Nasional:
Dapatkah Menjadi Tolak Ukur
Standar Nasional Pendidikan? (Hasil

MutuPendidikandanPemerataanPendidikan di Daerah (Muhammad Idrus)


ISSN: 2301-6160

Idrus, M. Pro KontraLiberalisasiPendidikan. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005


Yogyakarta: Unisia JurnalIlmuSosial, tentang Standar Pendidikan Nasional.
2006.
Qodir, Abdul. (2012). Etos Pendidikan dan
Irawan, A. Kesejahteraan Migran Muslim (Studi
MenimbangUlangKebijakanUjianNasi Kasus di Pemukiman Migran
onal Pangkoh Kab. Pulangpisau
.(http://korantempo.com/korantempo/2 Kalimantan Tengah).
007/04/19/Opini/krn,20070419,77.id.h Psikopedagogia Jurnal Bimbingan
tml, 2007) dan Konseling, 1 (1): 32-88.
Sawali, Ujian Nasional, Quo Vadis? From
Jalal, FaslidanDediSupriyadi (ed). 2001.
http://sawali.info/2009/11/20/ujian-
ReformasiPendidikandalamKonteksOt
nasional-quovadis/ , Friday, 20
onomi Daerah. Yogyakarta: Adicipta.
November 2009. pkl 01:47
Kusumo. G. WTO untuk kepentingan siapa?
Setiawan, D. Liberalisasi Pendidikan dan
Analisa Ekonomi,
WTO.,http://www.kau.or.id/file/Libera
http://www.bisnis.com/servlet/page?_
lisasi%20Pendidikan%20dan%20WT
pageid=268&_dad=portal30&_schema
O.pdf, 2005
=PORTAL30&p_ared_id=409292&p_
ared_atop_id=O04, 2005. Tempo Interaktif. 2005. Depdiknas Siapkan
Proteksi Pendidikan di Forum WTO
Lampung Post. Globalisasi Pendidikan
from
Merugikan Indonesia.Selasa, 30
http://www.tempointeraktif.com/hg/na
November 2004.
sional/2005/12/09/brk,20051209-
Mardapi, D. Penyusunan Tes Hasil Relajar, 70382, id.html, Jakarta, Jum'at 09
Yogyakarta: Program Pascasarjana Desember 2005
Universitas Negeri Yogyakarta, 2005.
Tim UPI, PembangunanpendidikanJawa
Mardapi, D., dkk. Sistem ujian akhir dalam Barat
otonomi daerah. Makalah hasil untukmenjadipropinsitermajutahun
penelitian, Disajikan pada Seminar 2008. Bandung:
NasionalSistemPengujian. UniversitasPendidikan Indonesia,
Yogyakarta: Augustus, 2001. 2003.
Marlanhutahaean.Saatnya Mengevaluas Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
iKebijakan Ujian Nasional Sistem Pendidikan Nasional.
.http://marlanhutahaean.wordpress.co
m/2008/06/26/saatnya-mengevaluasi-
kebijakan-ujian-nasional/ , 2008.

McNeil, John D. Curriculum A


Comprehensive Introduction. Boston:
Little, Brown and Company, 1977.
Muzakki, A. Saatnya Ujian Nasional
Dievaluasi.
http://www.jawapos.co.id/halaman/ind
ex.php?act=detail&nid=96661 , 2009

PSIKOPEDAGOGIA Vol. 1, No. 2, Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai