oleh:
NIM. 170070301111057
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAYI BARU LAHIR
A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai usia 4
minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pada saat adaptasi tersebut terjadi
gangguan-gangguan yang berpotensi menyebabkan kematian dan kesakitan
sedangkan perawatan bayi baru lahir meliputi tentang cara menjaga kehangatan bayi
(mencegah hipotermi), cara menyusui yang benar, pencegahan infeksi dan jadwal
pemberian imunisasi. (Pusdiknakes, 2003).
Menurut Dep. Kes. RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim (2007), bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak
ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya
tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan
oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus
karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya
surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen
tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat
kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
a. Perkembangan paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru, dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat akhir
pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat bayi melewati
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru
– paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru – paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru
– paru dikeluarkan dari paru – paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, system limfe melanjutkan
pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan akibat perbedaan
tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler. Penurunan tahanan vaskuler
memungkinkan aliran cairan paru tersebut. Pernafasan abnormal dan kegagalan
pengembangan paru yang maksimal memperlambat perpindahan cairan paru
dan interstisiil ke sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm saat lahir,
sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak menggunakan kontraksi diafragma
ari pada costae.
3. Saluran pencernaan
a. Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat sederhana serta
mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah muda, pipi penuh
karena perkembangan bantalan menghisap yang baik. Bayi tidak dapat
memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena itu puting susu harus
diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink. Aktivitas peristaltic esofhagus
belum terorganisasi, kemudian polanya akan menjadi teratur sehingga bisa
mulai menelan dengan baik. Tidak ada bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri
akan masuk setelah lahir melalui orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas
lambung bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih
rendah dalam beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan.
b. Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk setelah janin di
dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-zat yang didalamnya
(sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi saluran cerna dan pecahan
sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket, warna tersebut adalah
akibat pigmen empedu. Keluaran mekonium yang pertama adalah steril.
Mekonium akan berganti dengan feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen
mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera
BAB setelah makan.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa.
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothermic
yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang
pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang
membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan aktivitas
metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara kedua scapula dan
axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut
banyak mengandung pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa. Panas
diproduksi dengan metabolisme dalam lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai
beberapa minggu setelah kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin
matur janin semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :
1) Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari permukaan tubuh
ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya
2) Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda
padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan kontak langsung.
3) Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan panas terjadi
oleh karena penguapan kulit tersebut.
4) Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda padat
yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :
Cold stress
RDS
Glikolisis anaerob Membuka right to left sunt
Hyperbilirubinemia
7. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk
sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan cairan dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang
dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap baru
terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada
traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig
D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif
dari kolostrum dan ASI.
11. Sistem integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur
kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan
erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak
sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem hematopoesis
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar
80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan
5% pada minggu ke 20.
13. Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan
sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak
yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat
mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari
tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
bulan.
14. Sistem Reproduksi
Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan yang tiba-tiba
saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari
vagina disebut pseudomenstruasi.
- Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
- Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
- Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
- Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
- Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih seperti keju
- Genetalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai efek dari hormone
ibu
Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa sembuh
sendiri.
Perubahan fisiologis
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipotermia
d. Resiko infeksi
3. INTERVENSI
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas BBL
kembali efektif
Kriteria hasil:
Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi
Ekspansi dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Tidak ada bunyi nafas tambahan
Nafas pendek tidak ada
INTERVENSI RASIONAL
Observasi adanya pucat dan Sianosis menunjukkan adanya
sianosis gangguan pada pernafasan BBL
Pantau kecepatan, irama, Mengetahui perkembangan kondisi
kedalaman dan usaha respirasi BBL
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan Mengetahui adanya kelainan dalam
area penurunan/tidak adanya pernafasan BBL
ventilasi dan adanya bunyi nafas
tambahan
Lakukan pengisapan sesuai dengan Secret yang menumpuk dapat
kebutuhan untuk membersihkan mengakibatkan ketidakefektifan pola
sekresi nafas
Kolaborasi:
Berikan Non re-breathing mask Memenuhi kebutuhan oksigen BBL
dengan oksigen
Diagnosa 3: Hipotermia
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan hipotermia tidak
terjadi
Kriteria hasil
BBL menunjukkan termoregulasi neonates (keseimbangan antara panas yang
dihasilkan, peningkatan panas, dan kehilangan panas selama periode neonatus)
INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
sesuai kebutuhan mengalami penurunan
Pantau suhu bayi lahir sampai stabil Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
mengalami penurunan
Ajarkan indikasi hipotermia dan Pemahaman tentang kondisi hipotermi
tindakan kedaruratan yang diperlukan dapat mencegah terjadinya hipotermi
sesuai dengan kebutuhan
Selimuti bayi segera setelah dilahirkan Mencegah kehilangan panas
Gunakan tutup kepala pada bayi baru Mencegah kehilangan panas
lahir
Tempatkan bayi baru lahir dalam Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat
incubator atau dibawah penghangat
sesuai kebutuhan
Ambarwati EW, Dyah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005. Keperawatan
Maternitas.Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documentating
Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-muskuloskeletal/
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1).
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-reproduksi-part-1/
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta.
EGC.
Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas Tribuana
Tunggadewi
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.
YBPSP.Jakarta