TINJAUAN TEORI
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60
tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti,
2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat
usia yaitu:
1. Usia pertengahan “middleage” 45-59 tahun,
2. Lanjut usia (lansia)“elderly”60-74 tahun,
3. Lansia tua “old” 75-90tahun,
4. Dan usia sangat tua “veryold” diatas 90 tahun
4
perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul
adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan
curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak
acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola
tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan
enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri
sendiri.
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang
segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran
jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih
segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik
Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008) secara
ringkas dapat dikatakan:
1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.
3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan
menyusut dan fungsinya menurun.
4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil,
kekuatan memompa darah berkurang.
5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pemapasan,
alveolus menjadi kurang elastis.
7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.
9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal
yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan
mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin berkurang pula.
10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus
dialami oleh semua makluk hidup.
5
b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.
2. Respirasi
a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja lebih
keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.
b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.
3. Otot dan persendian
a. Jumlah motor unit menurun
b. Jumlah mitokondria menurun
c. Otot dan memudahkan terjadinya kelelahan, karena fungsi Mitokondria
adalah memproduksi adenosin triphospat (ATP).
d. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga
menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.
4. Tulang
a. Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis dan akan
meningkatkan resiko patah tulang.
b. Kiposis
5. Peningkatan lemak tubuh.
Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan peningkatan resiko
terserang penyakit.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Menurut Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi adalah suatu keadaan
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang
dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik,
sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg
untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik. Istilah “prahipertensi”
6
adalah tekanan darah antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89
mmHg untuk diastolik (Corwin, 2009: Price, 2005).
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi salah satu
faktor risiko langsung terhadap kejadian infark miokard atau serangan jantung
dan CVA (cerebrovascular accidents) atau yang dikenal dengan stroke.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan
tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan
tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering pada
dewasa muda.
7
1. ISH (Isolated Systolic Hypertension), IDH (Isolated Diastolic
Hypertension), SDH (Systolic Diastolic Hypertension)
Dewasa dan dewasa muda (<30 tahun) dengan peningkatan
tekanan darah dapat mengalami gangguan hemodinamik yaitu
peningkatan stroke volume, dimana PVR relatif normal. Dengan
menjaga kondisi fisiologis, ISH umumnya terbentuk dari hipertensi
yang diamati pada kaum muda. Sebaliknya, pada pertengahan usia
(30-50 tahun), cardiac output normal atau mengalami penurunan,
tetapi gangguan hemodinamik terlihat menonjol yang ditandai dengan
peningkatan PVR (Peripheral Vascular Resistance). Isolated diastolic
hypertension (IDH) or mixed (systolic/ diastolic) hypertension (SDH)
adalah bentuk utama dari hipertensi yang diamati pada individu. SDH
umumnya dilihat sebagai hipertensi esensial yang menetap. Pada
dewasa tua (>50 tahun), ISH adalah bentuk utama dari hipertensi.
2. Isolated office (“white-coat”) hypertension
Isolated office (“white-coat”) hypertension adalah kondisi dimana
pasien dengan tekanan darah yang secara konsisten meningkat tetapi
normal pada lain waktu. Isolated office hypertension kira-kira diderita
oleh 10-15% pasien hipertensi. Tenaga kesehatan harus menentukan
tujuan untuk mengidentifikasi peningkatan tekanan darah yang terjadi
dengan menggunakan pengukuran di rumah. Ada juga dampak
potensial dari fenomena ini pada biaya pengobatan anti-hipertensi. Hal
ini masih diperdebatkan apakah Isolated office (“white-coat”)
hypertension adalah fenomena yang murni atau apakah itu membawa
peningkatan risiko kardiovaskular. Keputusan untuk memulai
pengobatan harus berdasarkan faktor risiko keseluruhan pasien
individu dan adanya kerusakan organ target (Rahman., et. al, 2008).
Sistolik/Diastolik (mmHg)
8
Normal 120-129/80-84
Prehipertensi
Borderline 130-139/85-89
Hipertensi ≥ 140/90 Hipertensi
Stage 1: hipertensi 140-159/90-99 Stage 1: hipertensi
Stage 2: hipertensi 160-179/100-109
Stage 2: hipertensi
Stage 3: hipertensi ≥180/110
9
3. Hipertensi campuran
Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu
kombinasi dari peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
(Gunawan, 2001)
10
dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk kesembuhannya diperlukan
tindakan bedah.
D. Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini
sebagai akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari
lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan hormon stres
lain yaitu kortisol atau hormon lain yang disebut aldosteron hormon yang
mengakibatkan ginjal menahan garam (atau sodium) dan melepaskan
kalium.
E. Alkohol
Hipertensi dikaitkan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan hipertensi
cenderung turun bila konsumsi alkohol dihentikan atau dibatasi.
F. Stres
Mungkin hanya sedikit orang yang tidak segera menghubungkan
hipertensi dengan stres. Namun, peranan stres sebagai faktor penyebab
hipertensi tidak diragukan lagi. Stres dapat meningkatkan tekanan darah
11
dengan ras kulit putih (Caucasian). Penelitian genetika menunjukkan
bahwa ras Afrika-Amerika cenderung sensitif terhadap natrium. Pada orang
yang peka terhadap kadar dalam tubuhnya, setengah sendok teh garam
dapat meningkatkan tekanan darah hingga 5 mmHg.
E. Usia
Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Bagi kaum pria, risiko ini cepat terjadi, yaitu saat usia
45-50 tahun. Karena adanya hormon penyebab menstruasi, risiko
hipertensi pada wanita dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah
menopause. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden
penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).
F. Merokok
Kebiasaan merokok dapat menambah berat kerja jantung sehingga
mendorong naiknya tekanan darah. Merokok merupakan salah satu faktor
yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah
nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan
diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh
pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin
dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah
12
dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
kedalam organ dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
G. Alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan tekanan
darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan
aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Akibatnya, mempercepat
timbulnya penyakit jantung yang lebih parah. Menurut AHA (American
Heart Association) mengklaim batasan jumlah alkohol yang dikonsumsi
untuk satu hari tidak lebih dari dua gelas sehari untuk pria dan satu gelas
per hari bagi wanita.
13
timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
K. Stress
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota (Dunitz, 2001).
14
pandangan kabur. Tidak jarang pula, pasien sering mengalami penurunan
kesadaran/pingsan bahkan koma.
Serangan khas berlangsung dari menit sampai jam dan berhubungan
dengan sakit kepala, kecemasan, palpitasi, keringat banyak, pucat, tremor,
dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat, dan angina atau edema
paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien mungkin
memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia, hipertensi
maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan hipertrofi
ventrikel kiri, yang mungkin berhubungan dengan diastolik atau, dalam tahap
akhir, disfungsi sistolik.
Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat trombosis atau (2)
perdarahan kecil atau besar dari microaneurysms menembus arteri
intrakranial. Hipertensi ensefalopati mungkin disebabkan oleh kongesti kapiler
akut dan eksudasi dengan edema serebral. Temuan biasanya reversibel jika
perawatan yang memadai diberikan segera. Tidak ada hubungan yang ketat
tekanan darah diastolik dengan hipertensi ensefalopati, tetapi biasanya
melebihi 130 mm Hg.
15
Tingkatkan Kepatuhan dengan Program Perawatan Diri
1. Berikan dorongan partisipasi aktif pasien dalam program, termasuk
pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan
kepatuhan.
2. Berikan dorongan pada pasien untuk tidak menggunakan alkohol
karena alkohol dapat memberikan efek sinergis dengan obat.
3. Jangan anjurkan penggunaan tembakau dan produk nikotin.
4. Berikan pasien informasi tertulis mengenai efek yang diperkirakan
serta efek samping obat.
5. Ajarkan pasien cara untuk mengukur tekanan darah mandiri.
(Baughman, 2000)
16
3. Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol memiliki efek akut dalam meningkatkan TD. Pasien
hipertensi yang menjadi peminum berat lebih cenderung memiliki
hipertensi resisten terhadap obat. Satu-satunya cara untuk mengurangi
TD pasien efektifnya adalah dengan mengurangi atau menghentikan
konsumsi alkohol. Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan
sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
5. Pengaturan diet
Diet yang kaya buah-buahan, sayuran dan produk susu dengan
penurunan lemak jenuh dan jumlah lemak dapat menurunkan TD (11/6
mmHg pada penderita hipertensi dan 4/2 mmHg pada pasien dengan
TD normal). Jenis diet ini juga memiliki efek menguntungkan pada
keseluruhan kesehatan jantung. Modifikasi diet atau pengaturan diet
sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet
hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit
kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam diet untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah,
yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta
tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan (Astawan,
2002).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi
makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam
17
adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat
gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium
dan natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda
kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos,
kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang
mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu. ( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh
terdapat tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan fospolipid.
Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil
sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25
– 50 % dari setiap makanan (Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat
terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan serat
makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,
singkong dan kacang hijau. ( Mayo, 2005 ).
6. Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen keseluruhan dari pasien
dengan hipertensi dalam mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan
berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan ,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas
obat akan meningkat ( Santoso, 2001 ).
18
Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan managemen
hipertensi (JNC VII, 2003)
Modifikasi Rekomendasi Penurunan TD
Sistolik
Penurunan berat Mempertahankan berat 5-20 mmHg/10 kg
badan badan normal (BMI 18.5-
24.9 kg/m2
Diet DASH Mengkonsumsi banyak 8-14 mmHg
buah, sayur, dan produk
rendah lemak dengan
penurunan lemak jenuh dan
lemak total
Penurunan konsumsi Penurunan konsumsi sodium 2-8 mmHg
sodium/natrium tidak lebih dari 100 mmol per
hari (2.4 g sodium atau 6 g
sodium chloride)
Olahraga Aktivitas aerobik biasa 4-9 mmHg
seperti jalan cepat (kurang
lebih 30 menit per hari)
Alkohol Batasi konsumsi tidak lebih
dari 2 minuman (24 oz beer,
10 oz wine, atau 3 oz 80
whiskey) per hari pada laki-
laki, dan tidak lebih dari 1
minuman per hari pada
wanita dan seseorang yang
mempunyai berat badan
lebih ringan
D. Manajemen Farmakologi
Menurut Muttaqin (2009), pengobatan farmakologi hipertensi terdiri dari:
1. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan
untuk mengobati hipertensi ringan. Dapat diberikan sendiri pada klien
dengan hipertensi ringan atau klien yang baru. Banyak obat
19
antihipertensi dapat menyebabkan retensi cairan; karena itu, sering kali
diuretik diberi bersama antihipertensi.
20
2.2.8 Komplikasi Hipertensi
A. CVA (Cerebrovascular Attack)
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin,
2000). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
C. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
21
D. Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan
didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir,
2002)
E. Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
22
ii. Pathway
Kafein
Elastisitas dinding aorta menurun Tembakau Nikotin
Katup jantung menebal dan kaku
Kemampuan memompa darah
menurun Penyempitan Meningkatkan
Hilangnya elastisistas pembuluh pembuluh darah adrenalin
darah
Meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer
Tekanan darah Meningkatkan tekanan
meningkat darah, Nadi, dan tekanan
kontraksi jantung
Hipertensi Primer
Iskemik ginjal
Intoleransi aktivitas
Renin
Angiotensin
Angiotensin II
(vasokontriksi)
Ion exchange di
tubulus ginjal Deficit lapang
Tekanan darah meningkat
pandang
23
Reabsorbsi Na
dan airSekresi Peningkatan volume
K dan H cairan ekstrasel Resiko cedera