Anda di halaman 1dari 24

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes Scabiei var, hominis, dan produknya. Ditandai dengan gatal

malam hari, mengenai sekelompok orang dan tempat predileksi di lipatan kulit

yang tipis dan hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorf tersebar di

seluruh badan.1

1.2 EPIDEMIOLOGI

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak

faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi

yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas,

kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini

dapat dimasukkan dalam IMS (Infeksi menular seksual).1

Di indonesia prevalensi skabies masih cukup tinggi. Menurut Departemen

Kesehatan RI 2008 prevalensi skabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan

skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit. Setyaningrum

memaparkan tingkat kejadian skabies di pondok pesantrean antara 64,2%-78,3%.2

1
1.3 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, super famili Sarcoptes. Secara morfologik merupakan tungau kecil

berbentuk oval, punggung cembung, bagian perut rata dan mempunyai 8 kaki.

Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang

betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang

jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2

pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan

pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)

yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat

hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah

dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3

milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup

sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-10 hari, dan

menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa

yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh

siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara

8 – 12 hari.

2
Aktivitas S.Scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan

menimbulkan respons imunitas seluler dan humoral serta mampu meningkatkan

IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung selama 4-6

minggu. Skabies sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke

kulit, dan tidak langsung melalui berbagai benda yang terkontaminasi (Seprei,

sarung bantal, handuk, dbs). Tungau skanies dapat hidup di luar tubuh manusia

selama 24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun

menggunakan kondom, karena kontak melalui kulit diluar kondom.

Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

sensitisasi terhadao sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira

sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat

timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.1

3
GAMBAR 1. Daur Hidup Skabies

Cara penularan Sarcoptes Scabiei bisa melalui kontak langsung (kontak

kulit dengan kulit) dan kontak tidak langsung (melalui benda).

1.4 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai

berikut :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab

dan panas.

4
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota

keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak

memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf

(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat

ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,

genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat

menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

5
I.5 PENUNJANG DIAGNOSIS

1. Cara menemukan tungau Carilah mula-mula terowongan, kemudian

pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan

diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan

mikroskop cahaya.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar

kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan

mikroskop cahaya.

4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan

Hematoksilin Eosin.

1.6 DIAGNOSIS BANDING

Skabies merupakan penyakit the greatest imitator, karena dapat

menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis

banding ialah dermatitis atopik, dishidrotik ekzema, pioderma, dermatitis kontak,

dan reaksi gigitan serangga.1,2

1.7 PENATALAKSANAAN

Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas

yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain

6
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi

yang pernah diberikan sebelumnya.3

Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh

permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dimulai dari leher ke bawah

hingga ke jari-jari kaki, dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal,

genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien

anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan

skabisid topikal. Karena gejala skabies disebabkan reaksi hipersensitivitas

terhadap tungau dan feses, pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah

diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap

menetap hingga 2 minggu, meskipun tungau dan telur telah mati. Jika tidak

diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan

tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara

berlebihan. Jika gatal masih menetap lebih dari 2-4 minggu setelah pengobatan

atau jika muncul terowongan baru atau lesi ruam seperti jerawat terus muncul,

maka dibutuhkan pengobatan ulang. Pasangan seksual dan orang lain yang

memiliki riwayat kontak skin to skin dengan pasien pengidap skabies dalam waktu

1 bulan sebaiknya diperiksakan dan jika terbukti maka diobati. Semua orang yang

berisiko sebaiknya diobati dalam waktu yang sama untuk mencegah reinfestasi.4

Hanya permethrin dan sulfur ointment yang boleh digunakan pada bayi.19

Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat

diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik

setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap.3

7
Penatalaksanaan Medikomentosa

1. Belerang endap (sulfur presipatum)

Belerang endap dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap

atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,

maka penggunaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.

Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian serta

kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi

berumur kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%)

Emulsi benzil-benzoas efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh,

sering memberikan iritasi, dan kadang-kadang makin gatal dan

panas setelah dipakai

3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan)

Gemeksan kadarnya 1% dalam krim atau lotio, termasuk

obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah

digunakan, dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak

dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis

terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika

masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.

8
4. Krotamiton 10%

Kromation 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat

pilihan, mempunyai dua efek sebagian antiskabies dan antigatal;

harus dijauhkan dari ata, mulut dan uretra.

5. Permetrin 5%

Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektivitas sama,

aplikasi hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10

jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu

6. Ivermectin

Di luar negeri dianjurkan pemakaian ivermectin (200ug/kg) oral,

terutama pasien yang persisten atau resisten dengan permetrin.

Penatalaksanaan non-Medikomentosa

Edukasi pada pasien skabies :5

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.


2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.
3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit selama 8-14 jam, tidak
kena air, dan diulang seminggu kemudian. Sebaiknya dilakukan pada
malam hari sebelum tidur
4. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan
5. Mencuci pakaian dengan air panas bersuhu 60oC dan keringkan dengan
hot dryer

9
6. Untuk benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan mesin, maka isolasi
dalam kantong plastik selama 72 jam
7. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas (60oC)
8. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
9. Setiap orang yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan
penanganan di waktu yang sama.
10. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

1.8 PROGNOSIS

Dengan memerhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta

semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini

dapat diberantas dan prognosis baik.

10
BAB II

STATUS PASIEN KEPANITERAAN

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

I. IDENTITAS PASIEN

 Nama / No. RM : Nn. V / 00-09-76-92

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Usia : 16 tahun

 Status : Belum Menikah

 Alamat : Cikarang

 Pekerjaan : Pelajar

 Pendidikan terakhir : SMP

 Suku : Jawa

 Agama : Islam

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan di RSU UKI di poli kulit dan kelamin pada hari

Sabtu, 15 Desember 2018 secara autoanamnesis.

a. Keluhan utama : Bentol disertai nanah pada kedua tangan

dan kedua kaki

b. Keluhan tambahan : Rasa gatal pada kedua tangan dan kedua

kaki

11
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kedua tangan dan kedua kaki

bentol dan bernanah sejak 4 hari yang lalu. Bentol dirasakan sangat

gatal terutama saat malam hari dan keluar nanah disertai bengkak

pada kedua tangan. Pasien telah berobat di klinik 1 hari yang lalu

dan diberikan salap salap dan obat antibiotik minum. Namun

pasien lupa nama obat yang diberikan dan pasien mengatakan tidak

ada perubahan setelah diberikan salap. Sebelumnya, pasien adalah

murid di pesantren sejak 6 bulan yang lalu dan tinggal di asrama

dengan 1 kamar berisi 30 anak pesantren lainnya. Pasien dan anak

pesantren lainnya sering bertukaran tempat tidur setiap harinya.

Hingga 3 minggu yang lalu muncul bentol kemerahan disertai rasa

gatal terutama pada malam hari pada tangan dan kaki pasien yang

menyebabkan pasien terus menerus menggaruknya. Lalu pada 1

minggu yang lalu tangan dan kaki pasien membengkak dan timbul

bentol berisi nanah pada tangan dan pada kaki yang akhirnya pecah

sebagian. Pasien juga mengeluh sakit ketika berjalan dan mengeluh

demam selama 2 minggu yang lalu hilang timbul.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien di

keluarga.

12
f. Riwayat Kebiasaan Pribadi

Pasien merupakan siswi pesantren di Cikarang dan tinggal

di asrama dengan 1 kamar yang berisikan 30 siswi lainnya. Pasien

dan teman-teman 1 kamar-nya sering bertukar-tukar tempat tidur

setiap harinya. Teman pesantren yang 1 kamar dengan pasien ada

yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien.

g. Riwayat Penyakit Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat asma.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda Vital

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 °ͦC

RR : 18 x/menit

BB : 55 kg

TB : 169 cm

13
b. Status Generalis

Kepala

- Bentuk : Normocephali

- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,

pupil bulat & isokor

- Hidung : Septum deviasi -, sekret -

- Mulut : Dinding faring hiperemis –

- Telinga : Preauricular : fistel (-), abses (-), sikatrik

(-)

Auricular : bentuk normotia, trauma (-),

tumor (-)

Retroauricular : status dermatologis

KGB leher : Teraba membesar pada Regio colli anterior

Thorax

- Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris

- Palpasi : Vokal fremitus simetris

- Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

- Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -

/-, bunyi jantung 1 & 2 reguler, murmur -, gallop -

Abdomen

- Inspeksi : Mendatar

- Palpasi : Supel, nyeri tekan -

- Perkusi : Timpani, nyeri ketok -

14
- Auskultasi : Bising usus +, normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema pada tangan +/+

Genitalia : Tidak ada keluhan

c. Status Dermatologis

15
16
Efloresensi

- Pada regio dorsum manus dextra dan sinistra tampak krusta berwarna

kuning dan merah dengan dasar eritem disertai skuama kasar, Tampak

pustul multiple tersebar diskrit dengan dasar eritem

- Pada regio interdigitalis manus dextra dan sinistra tampak krusta berwarna

kuning dengan dasar eritem disertai skuama kasar, tampak pustul multiple

tersebar diskrit dengand dasar eritem, dan terdapat papul

- Pada regio palmaris manus dextra dan sinistra tampak krusta berwarna

kuning, merah,dan hitam dengan dasar eritem disertai skuama kasar,

Tampak pustul multiple tersebar diskrit dengan dasar eritem

17
- Pada regio dorsum pedis sinistra tampak krusta berwarna kemerahan

dengan dasar eritem disertai skuama kasar

- Pada regio dorsum pedis dextra tampak krusta berwarna merah dan hitam

dengan dasar eritem dan skuama kasar

IV. DIAGNOSA BANDING

- Dermatitis Atopik

- Dermatitis kontak iritan

- Impetigo Krustosa

V. DIAGNOSA KERJA

Skabies Impetigenisata

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.

VII. PENATALAKSANAAN

a. Non-medikamentosa:

- Seluruh anggota keluarga atau orang yang tinggal bersama

pasien harus diobati bersamaan dengan pasien.

- Mencuci pakaian dengan air panas bersuhu 60oC dan

keringkan dengan hot dryer

18
- Untuk benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan mesin,

maka isolasi dalam kantong plastik selama 72 jam

- Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci

dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

(60oC)

b. Medikamentosa

Pasien diedukasi bahwa penyakitnya merupakan skabies

impetigenisata, penatalaksanaannya dengan diobati terlebih dahulu

infeksi sekundernya, jika sudah membaik (+/- 5 hari) bisa diberikan

pengobatan terhadap skabiesnya

Terapi awal :

a. Kompres pada daerah yang bengkak, kemudian dioles salep

mupirocin 2 kali sehari

b. Pemberian Cetirizine tablet 2 x 10 mg PO dan Amoxiciline

tablet 500 mg tiap 8 jam ( 3 kali sehari) selama 5 hari.

Rencana Terapi :

a. 5 hari kemudian pasien kontrol, setelah infeksi sekundernya

membaik pengobatan terhadap skabies dimulai.

b. Cream permethrin 5% dioles ke seluruh tubuh malam hari,

dibiarkan 8-12 jam tidak boleh kena air.

c. Cetirizine tablet 10 mg 2x/ hari.

19
VII. PROGNOSIS
O Quo ad vitam : bonam

O Quo ad sanationam : dubia ad bonam

O Quo ad fungtionam : bonam

O Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

RESEP

R/ Mupirocin krim 2% No. I

S U.E

R/ Cetirizine tab 10 mg No. X

S 2 dd I tab prn

Nama : Nn. V

Usia : 16 thn

20
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan kedua tangan dan kedua kaki bentol dan

bernanah sejak 4 hari yang lalu. Bentol dirasakan sangat gatal terutama saat

malam hari dan keluar nanah disertai bengkak pada kedua tangan. Pasien telah

berobat di klinik 1 hari yang lalu dan diberikan salap salap dan obat antibiotik

minum. Namun pasien lupa nama obat yang diberikan dan pasien mengatakan

tidak ada perubahan setelah diberikan salap. Sebelumnya, pasien adalah murid di

pesantren sejak 6 bulan yang lalu dan tinggal di asrama dengan 1 kamar berisi 30

anak pesantren lainnya. Pasien dan anak pesantren lainnya sering bertukaran

tempat tidur setiap harinya. Hingga 3 minggu yang lalu muncul bentol kemerahan

disertai rasa gatal terutama pada malam hari pada tangan dan kaki pasien yang

menyebabkan pasien terus menerus menggaruknya. Lalu pada 1 minggu yang lalu

tangan dan kaki pasien membengkak dan timbul bentol berisi nanah pada tangan

dan pada kaki yang akhirnya pecah sebagian. Pasien juga mengeluh sakit ketika

berjalan dan mengeluh demam selama 2 minggu yang lalu hilang timbul.

Hal ini sesuai dengan teori dari buku Ilmu Penyakit Kulit FKUI yang

menyatakan bahwa Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi

dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei var, hominis, dan produknya. Ditandai

dengan gatal malam hari, mengenai sekelompok orang dan tempat predileksi di

lipatan kulit yang tipis dan hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat

polimorf tersebar di seluruh badan.

21
Dikarenakan pasien mempunyai kebiasaan sering menggaruk lesi pada

tangan dan kaki menyebabkan timbulnya infeksi sekunder atau Skabies

Impetigenisata. Maka dari itu, pada penatalaksaan pasien ini awalnya ialah

memberikan terapi untuk infeksinya terlebih dahulu selama kurang lebih 5 hari.

Setelah infeksi teratasi, dilanjutkan pengobatan untuk skabiesnya.

22
BAB IV

KESIMPULAN

1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes Scabiei var, hominis, dan produknya. Ditandai dengan gatal malam hari,

mengenai sekelompok orang dan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis dan

hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorf tersebar di seluruh badan.1

2. Pada pasien Nn. V pencetus terjadinya timbul lesi dan rasa gatal adalah sering

bertukaran tempat tidur dengan teman asrama-nya di pesantren, teman pesantren pasien

mempunyai gejala yang sama dengan pasien, pasien mempunyai kebiasaan sering

menggaruk lesi di tangan dan kakinya.

3. Terapi Skabies dengan infeksi sekunder atau skabies Impetigenisata dapat diberikan

Antibiotik Amoksisilin 500mg 3 kali sehari selama 5 hari dan Cetirizine 10 mg 2 kali

sehari bila gatal. Pengobatan dilakukan selama 5 hari atau sampai infeksi hilang, lalu

pengobatan dilanjutkan unuk terapi skabiesnya dengan memberikan permethrin krim

5%

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2010

2. Setyaningrum YI: Skabies Penyakit Kulit Yang Terabaikan: Prevalensi, Tantangan

dan Pendidikan Sebagai Solusi Pencegahan. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi

FKIP UNS

3. Burkhart C. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D,

editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw –

Hill; 2012. p.2569-2572

4. CDC; 2017 [diakses pada tanggal 28 Desember 2017]. Tersedia dari

http://www.cdc.gov/parasites/scabies/treatment.html

5. Wolf R, Davidovici B. Treatment of scabies and pediculosis: facts and controversies.

Clin Dermatol. 2010;28(5): 511-8.

24

Anda mungkin juga menyukai