Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ibu bersalin fisiologis


di ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2018 dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan 7 lagkah Varney, maka penulis akan
membahas asuhan yang telah dilakukan.
A. Pengumpulan dan Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi (Varney, 2008).
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif kala 1 adalah ibu
bernama Ny. F Umur 26 tahun dengan keluhan utama mules sejak pukul
01.00 WIB. Sedangkan pada data objektif didapatkan dari hasil
pemeriksaan Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, BB: 60 Kg
TB: 156 cm, LILA: 27,5 cm, TD 130/80 mmHg, P: 73 x/m, R: 24 x/m, S:
37,5°C, konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak ada
benjolan, puting susu menonjol terdapat sedikit pengeluaran colostrum,
TFU 34 cm, dibagian fundus teraba bagian bulat, lunak, melenting,
punggung kiri, presentasi kepala, kepala sudah masuk, 2/5 PAP, DJJ 128
x/m, HIS 3x10’40”, v/t v/v tidak ada kelainan, portio tebal lembek,
pembukaan 6 cm, kepala hodge III, Ketuban (+), kepala teraba ubun-ubun
kecil, tidak terdapat oedema pada ektremitas atas dan bawah, tidak
terdapat varises.
Menurut teori sulistyawati (2010) tanda-tanda inpartu ditandai
dengan adanya rasa sakit atau mules oleh adanya his pada fase aktif
persalinan frekuensi dan lama kontraksi uterus atau his pada umumnya
akan terus meningkat dan akan menyebabkan penurunan bagian
terbawah janin.

62
63

Pada pengkajian kala II didapatkan ibu merasa mules semakin


sering dan ingin mengedan, dan hasil pemeriksaan HIS 4x10’45”, DJJ
128 x/m, v/t v/v tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, ketuban (+), kepala hodge III, kepala teraba ubun-ubun kecil,
presentasi belakang kepala, lendir dan darah (+), perineum tampak
menonjol, vulva dan sfinghter ani membuka.
Hal ini sesuai dengan teori Sofian (2012) yang menyatakan His
semakin kuat dan teratur, Keluarnya lendir bercampur darah, pembukaan
serviks mendatar atau pembukan lengkap, terkadang ketuban pecah
dengan sendirinya. Dari perbandingan diatas, didapatkan bahwa pada
kasus ini ketuban ibu belum pecah dan untuk tindakan selanjutnya ibu
dilakukan amniotomi.
Pada pengkajian kala III didapatkan ibu masih merasa mules, data
objektif palpasi tidak teraba janin kedua, tampak tali pusat di klem,
terdapat tanda gejala kala III diantaranya uterus globuler, semburan darah
secara tiba-tiba dan tali pusat memanjang.
Menurut teori Sulistyawati (2010) tanda-tanda terlepasnya
plasenta yaitu uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah
panjang, terjadi semburan darah tiba-tiba. Berdasarkan data tidak ada
kesenjangan antara teori praktek kala III.
Pada pengkajian data kala IV didapatkan ibu merasa senang atas
kelahiran bayinya, merasa lemas dan mules. Data objektif TFU sepusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh, lochea lubra, perineum
lecet, perdarahan ±150cc.
Hal ini sesuai dengan teori Perubahan psikologis kala III
menurut Rohani, dkk (2011) Ibu post partum akan merasa gembira, lega,
dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah. Menurut teori
Sulistyawati dan Nugraheny (2010) Perdarahan setelah perslinan
dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

B. Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
64

sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau


diagnosa yang spesifik (Varney, 2008).
1. Pada Kala I ditegakan diagnosa G2P1A0 41 minggu persalinan kala 1
fase aktif janin tunggal hidup.
2. Pada kala II ditegakan diagnosa G2P1A0 hamil 41 minggu persalinan
kala II fisiologis janin tunggal hidup. Pada kala II terdapat masalah
yaitu ketuban belum pecah maka sehingga kebutuhan yang dilakukan
amniotomi.
3. Pada kala III ditegakan diagnosa P2A0 kala III fisiologis.
4. Pada kala IV ditegakan diagnosa P2A0 kala IV calon akseptor IUD.

Persalinan fisiologis adalah proses lahirnya bayi pada letak


belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari
24 jam. Persalinan normal dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit (Rohani; dkk, 2011).

C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi
(Varney, 2008).
Diagnosa potensial pada persalinan normal dapat dihindari
dengan penatalaksanaan manajemen aktif kala III yang baik dan benar
dapat mencegah terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta (Rohan. dkk, 2011).
Menurut Diagnosa Potensial pada kasus persalinan normal ini
adalah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Namun diagnosa
potensial tidak terjadi karena tindakan segera yang tepat.

D. Antisipasi/Tindakan segera
65

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter


dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien (Varney, 2008).
Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan adalah melakukan
manajemen aktif kala III sehingga masalah potensial tidak terjadi, hal ini
sesuai dengan teori menurut Elisabeth Siwi.dkk, (2015) yang menyatakan
bahwa terdapat tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala III yaitu
pemberian suntik oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, dan masase
fundus uteri. Dari perbandingan diatas tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik dilapangan.

E. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2008).
Rencana tindakan kala I yang diberikan pada Ny. F umur 26 tahun
G2P1A0 41 minggu inpartu Kala 1 fase aktif fisiologis adalah periksa
keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, HIS, BJF, kemajuan
persalinan, menganjurkan ibu makan dan minum saat tidak berkontraksi,
mengajarkan ibu tekhnik relaksasi, mempersiapkan partus set hecting set
dan perlengkapan ibu dan bayi, anjurkan ibu mobilisasi yaitu dengan
miring kiri, mengosongkan kandung kemih, memperbolehkan ibu ke
kamar mandi.
Recana tindakan kala II adalah Menginformasikan hasil
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan bahwa pembukaan sudah
lengkap, memposisikan ibu senyaman mungkin, mengajarkan tehnik
relaksasi dan meneran yang baik, melakukan amniotomi, memimpin
persalinan, menolong persalinan, Membantu ibu melakukan IMD.
Rencana tindakan kala III Memastikan fundus uteri tidak ada janin
ke dua, Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM pada 1/2 bagian atas
paha luar, Melakukan PTT, setelah plasenta lahir langsung melakukan
66

masase uterus selama 15 detik, mengecek kelengkapan plasenta,


Mengecek laserasi, Mengajarkan masase pada ibu dan keluarga.
Rencana tindakan kala IV Menginformasikan hasil pemeriksaan
dan asuhan yang akan diberikan, Pemasangan copper- T,
Membersihkan keadaan ibu dan tempat persalinan, Memposisikan dan
merapihkan keadaan ibu, Melakukan dekontaminasi alat, alat direndam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Melakukan pemantauan
kala IV, Memfasilitas pemenuhan nutrisi, Memfasilitasi ibu untuk
menyusui bayinya. Berkolaborasi dengan dengan dokter Sp.Og. untuk
mendapatkan therapy. Memfasilitasi ibu untuk istirahat yang cukup.

F. Implementasi/Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman (Varney, 2008).
1. Penatalaksanaan atau tindakan yang dilakukan pada kala I :
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Informasi yang diberikan pada ibu dan keluarga meliputi
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu dan tindakan asuhan yang
diberikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan penatalaksanan pada
asuhan persalianan kala IV menurut Medicine Stuffs, (2015) sebagai
petugas kesehatan harus memberi informasi mengenai praktek
kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan pada pasien
(Elisabeth Siwi. dkk, 2015).
b) Memfasilitasi persiapan alat dan pasien. Seperti persiapan
perlindungan diri (celemek, penutup kepala, kacamata google,
masker, sepatu boot, dan handuk bersih). Persiapan ibu dan bayi
(handuk 1 buah, alas bokong, selimut untuk mengganti, topi bayi,
pembalut dan celana dalam, pakaian ibu, kain/sarung yang bersih dan
kering, pakaian bayi, waslap 2 buah, pernel 2 buah). Peralatan steril
atau DTT partus set (klem 2 buah, gunting tali pusat, benang tali
pusat, kateter nelaton, gunting episiotomi, ½ kocher, 2 pasang sarung
tangan, kasa, gulungan kapas basah (1 kom kapas DTT, 1 kom air
DTT), spuit 3 cc, penghisap lendir, kain bersih 4 buah, bak instrument.
67

c) Heacting set (spui 3 cc, pinset anatomis, pinset sirurgis, nald pooder,
gunting). Peralatan tidak steril (spygmanometer, stetoscope, air DTT,
air klorin 0,5 %, kapas DTT, bengkok, monoaural. korentang,
thermometer, metline, lila, tempat sampah basah dan kering, tempat
plasenta, tempat baju kotor, penlight). Obat-obatan (oxytosin 10 IU,
lidocaine , vitamin A Cairan infus RL/NaCl (infuse set),
metylergometrin , amoxicillin, vitamin K, salep mata). Hal ini sesuai
dengan Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Fisiologis menurut
Medicine Stuffs (2015) yaitu mempersiapkan persalinan dan kelahiran
bayi dengan baik, bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
d) Melakukan observasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan
dalam, hal ini dilakukan untuk mengetahui penipisan dan pembukaan
dikaji untuk menilai besarnya pembukaan dan penipisan serviks. Hal
ini sesuai dengan teori Soepardan, (2008) Observasi dilakukan untuk
menentukan penurunan kepala janin dan merupakan indikasi
kemajuan persalinan. Kulit ketuban dikaji untuk memastikan kulit
ketuban sudah pecah atau belum. Titik penunjuk ubun-ubun kecil
mendandakan bahwa janin dalam keadaan fleksi sehingga
memungkinkan lingkar kepala yang paling kecil terlebih dahulu.
e) Mengajarkan cara meneran dan teknik relaksasi ketika ada his
dengan cara (ibu menarik nafas dalam dari hidung, kedua tangan
memegang pergelangan kaki. Kepala diangkat hingga dagu
menyentuh dada dan upayakan tenaga mendorong ke perut dengan
mata dibuka melihat ke pusar). Mengajarkan tekhnik relaksasi, agar
pikiran ibu menjadi tenang sehingga ibu merasa nyaman dan dengan
tekhnik relaksasi dapat mengatur tenaga ibu (Soepardan, 2008)
f) Memfasilitasi pemenuhan nutrisi. Hal ini dilakukan untuk menambah
tenaga pada ibu bila ada his. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan
menurut (Lisnawati, 2013) yaitu menganjurkan ibu untuk minum dan
makan makanan ringan selama ibu menginginkannya.
g) Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri adalah untuk memperlancar
pasokan oksigen kedalam janin, karena apabila ibu tidur dalam posisi
68

terlentang >10 menit maka berat uterus dan isinya akan menekan
vena cava inferior dan aliran darah ibu ke plasenta menurun. Hal ini
sesuai dengan teori asuhan kebidanan pada kala 1 dalam buku
(Medical mini notes, 2014). Dalam teori lain memposisikan ibu miring
kiri bertujun untuk mempercepat penurunan kepala (Astuti, 2012).
h) Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan. Dengan dukungan
suami dan keluarga selama proses persalinan serta anjurkan suami
dan keluarga untuk memberi dukungan dan berperan aktif. Hal ini
sesuai dengan rencana asuhan persalinan menurut Soepardan (2008)
dan merupakan salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu menurut
Elisabeth Siwi.dkk,(2015) adanya pendamping saat melahirkan untuk
mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara
berkesinambungan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosmaria Br
Manik (2017) di RSUD Raden Mattaher Jambi menyebutkan bahwa
ibu bersalin yang memperoleh asuhan sayang ibu seperti dukungan
emosional dari orang-orang terdekat selama persalinan akan
mengalami waktu persalinan lebih pendek, intervensi medis lebih
sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik.
i) Menganjurkan ibu mengosongkan kandung kemih bertujuan untuk
memperlancar proses persalinan, mempermudah turunnya janin dan
kemajuan persalinan tidak terganggu, memberi kenyamanan pada
ibu, mengurangi penyebab perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan atonia uteri, mengurangi resiko infeksi saluran kemih
pasca salin. Hal ini sesuai dengan teori (Soepardan,2008).
j) Memberikan informed consent untuk tindakan pemasangan copper-T
post plaseta. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
untuk memberikan jaminan ibu dan keluarganya dengan memberitahu
tentang apa yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan asuhan
sayang ibu yang diberikan pada ibu bersalin menurut (Elisabeth
Siwi,dkk, 2018) dan sesuai dengan Permenkes RI No. 28 tahun 2017
pasal 28 tentang kewajiban dan hak dalam melaksanakan praktik
pada pasien point d yaitu meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
69

2. Penatalaksanaan atau tindakan yang dilakukan pada kala II :


a) Menginformasikan hasil pemeriksaan, hal-hal yang diinformasikan
meliputi pembukaan ibu sudah lengkap mempersiapkan pasien dan
keluarga untuk mendukung proses persalinan. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Lisnawati, (2013).
b) Memposisikan ibu senyaman mungkin, Memberikan kebebasan bagi
ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman
bagi ibu. Saat ini ibu memilih posisi litotomi, pada posisi ini
memudahkan pemantauan pembukaan jalan lair, kepala bayi untuk
diarahkan dan dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya
kepala, serta memudahkan pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat
pada leher bayi dengan mengarahkan kepala bayi mendekati perut
ibu. Penahanan pada perineum antara anus dan vagina dapat
dilakukan dengan mudah agar tidak terjadi robekan perineum yang
luas (Yulianti,2009). Tindakan ini sesuai dengan asuhan sayang ibu
yaitu membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi
selama persalinan nyaman dan aman menurut (Elisabeth Siwi, dkk,
2015).
c) Melakukan amniotomi, dilakukan saat pembukaan sudah lengkap dan
bertujuan untuk mempercepat penurunan kepala. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Sari Lestari (2011) amniotomi
dapat mempercepat persalinan, mendeteksi dini pewarnaan pada
cairan amnion.
d) Memimpin persalinan dengan Asuhan Persalinan Normal 60 langkah
(melihat tanda dan gejala kala II, menyiapkan pertolongan persalinan,
memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik, menyiapkan ibu
dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran, persiapan
pertolongan kelahiran bayi, menolong kelahiran bayi, penanganan
bayi baru lahir, oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
mengeluarkan plasenta, pemijatan uterus, menilai perdarahan,
70

e) melakukan prosedur pasca persalinan, kebersihan dan keamanan


serta dokumentasi). Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 28 Tahun
2017 Pasal 19 ayat (2) bidan berwenang melakukan pertolongan
persalinan nomal. Menurut (Rohani; dkk, 2011) tanda dan gejala kala
II yaitu : his semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 kali dalam 10
menit, ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum
dan/atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter
ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Menurut (Elisabeth Siwi,dkk, 2015) salah satu asuhan sayang ibu dan
sayang bayi yaitu mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi
dengan baik, bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan. persiapan melakukan resusitasi bayi baru lahir pada
setiap kelahiran bayi.
f) Membantu ibu memulai pemberian ASI (IMD) dalam satu jam setelah
persalinan dengan membimbing ibu membersihkan payudara, hal ini
sesuai dengan teori asuhan sayang ibu menurut (Elisabeth Siwi. dkk,
2015).

3. Penatalaksanaan atau tindakan yang dilakukan pada kala III :


a) Melakukan penyuntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan
secara intramuskuler (IM) pada sepertiga bagian atas paha bagian
luar (aspektuslateralis). suntikan oksitosin diberikan dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahi. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian
suntikan Oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi kedua
(undignosed twin) di dalam uterus. Penyuntikan oksitosin dapat
menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. Hal ini sesuai dengan dengan manajemen aktif kala III pada 60
langkah APN dan teori menurut (Elisabeth Siwi, dkk, 2015)
b) Melakukan PTT, Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari
vulva dikarenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva
akan mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di atas
simpisis pubis dan tangan yang satu memegang klem di dekat vulva.
71

Tujuannya agar bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta


lepas. Segera setelah tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan
uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan
dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke
arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati
untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan
peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul (posterior
kemudian anterior). Ketika plasenta tampak di introitus vagina,
lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu. Hal ini sesuai dengan dengan
manajemen aktif kala III pada 60 langkah APN dan teori menurut
(Elisabeth Siwi, dkk, 2015).
c) Masase Fundus Uteri, segera setelah plasenta lahir, lakukan masase
fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan
bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap.
Periksa kembali uterus setelah 2-3 menit untuk memastikan unterus
berkontraksi dengan baik. Hal ini sesuai dengan dengan manajemen
aktif kala III pada 60 langkah APN dan teori menurut (Elisabeth Siwi,
dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Sulistyaningsih I dan Purwanti (2018)
yang dilakukan oleh hasil uji analisa bahwa manajemen aktif kala III
bisa mengurangi perdarahan postpartum sampai 58%, penegangan
tali pusat terkendali, dan masase juga dilakukan, dapat
memperpendek kala III karena mempercepat pelepasan plasenta
dalam meningkatkan kontraksi uterus dan untuk mencegah
perdarahan pasca persalinan guna menghindari atonia uteri,
kebutuhan akan transfusi menurun, kondisi uterus membaik secara
signifikan.
d) Mengecek kelengkapan plasenta, bertujuan untuk memastikan
plasenta lahir dengan lengkap agar tidak terjadi perdarahan dan
involusi uterus berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori
penatalaksanaan persalinan kala IV menurut Medicine Stuff, (2015).
72

e) Mengecek Laserasi, bertujuan untuk mencari sumber perdarahan aktif


setelah persalinan agar segera teratasi, Periksa perineum dari
perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi). hal
ini sesuai dengan teori asuhan persalinan pada kala IV menurut
Medicine Stuffs, (2015).
f) Mengajarkan masase pada ibu dan keluarga untuk melakukan
masase uterus bertujuan agar ibu dan keluarga mengetahui jika
uterus berkontraksi dengan baik, untuk mengetahui tanda bahaya
persalinan yaitu perdarahan yang disebabkan dari lemahnya kontraksi
uterus. hal ini sesuai dengan teori asuhan persalinan pada kala IV
menurut Medicine Stuffs, partograf sebagai alat pemantauan dan
dokumentasi yang sitematis dalam proses persalinan (2015).

4. Penatalaksanaan atau tindakan yang dilakukan pada kala IV :


a) Melakukan Pemasangan copper-T atau IUD. Pemasangan IUD post
placenta mempunyai keuntungan tersendiri, selain pemasangannya
lebih efektif karena dilakukan setelah plasenta lahir sekaligus
mengurangi angka kesakitan ibu (BKKBN, 2010) hal ini sesuai
dengan Kewenangan bidan dalam memasang kontrasepsi jangka
panjang yang tercantum dalam Permenkes No 97 Tahun 2014.
b) Membersihkan keadaan ibu dan tempat persalinan, Memposisikan
dan merapihkan keadaan ibu. Melakukan dekontaminasi alat, alat
direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Hal ini sesuai
dengan penatalaksanan pada asuhan persalianan kala IV menurut
Medicine Stuffs, (2015) dan sesuai dengan konsep asuhan sayang
ibu menurt Elisabeth Siwi, dkk, (2015).
c) Melakukan pemantauan kala IV. Observasi yang harus dilakukan
pada kala IV: tingkat kesadaran, Pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan dianggap masih normal
jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh (Rohani; dkk, 2011).
d) Memberikan KIE mengenai pola nutrisi, istirahat, ASI ekslusif,
perawatan payudara, perawatan perineum, dan cara menyusui yang
benar. Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 28 Tahun 2017 Pasal 19
73

ayat (2) bidan berwenang memberikan konseling pada masa antara


dua kehamilan.
e) Berkolaborasi dengan dengan dokter Sp.Og. untuk mendapatkan
therapy. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No.28 tahun 2017 pasal
27.
f) Melengkapi partograf dengan tujuan untuk mendokumentasikan
asuhan yang telah dilakukan secara sistematis. Hal ini sesuai dengan
penatalaksanan pada asuhan persalianan kala IV menurut Medicine
Stuffs, (2015).
Menurut Soepardan (2008), Penatalaksanaan merupakan rencana
asuhan menyeluruh dan dilakukan dengan efisein dan aman. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan asuhan
kebidanan yang diberikan.

G. Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif (Purwoastuti dan Walyani, 2014) .
Pada kala 1 Ny. F dilakukan pemeriksaan pada pukul 16.00 WIB ,
dengan hasil pembukaan 6cm ketuban masih utuh. Tidak ditemukan
masalah pada kala 1 Ny. F.
Pada Ny. F kala II berlangsung 15 menit, Hal ini sesuai dengan
teori pada primigravida kala II berlangsung rata – rata 2 jam dan pada
multipara rata – rata 0,5-1 jam. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Dalam kasus Ny. D pada kala III tidak ada kesenjangan antara
teori dengan pelaksanaan, perdarahan pada kala III sebanyak ±150 cc
dan lama kala III pada Ny. F 10 menit, berdasarkan teori kala III
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Evaluasi pada kasus Ny. F yaitu tidak terjadinya diagnosa
potensial karena dilakukannya tindakan segera yang tepat dan sesuai.
74

Asuhan yang diberikan kepada Ny. F dilakukan selama 2 hari hingga klien
dan bayinya dapat kembali ke rumahnya dalam keadaan sehat, Dalam
masa ini Ny.F mendapat satu kali untuk kunjungan rumah saat 3 hari
postpartum dengan hasil tidak ada keluhan dan masa nifas klien berjalan
dengan baik. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus di lapangan.
Mengingat proses persalinan yang di alami ibu merupakan suatu
proses yang sangat berat, bahkan persalinan fisiologis saja tidak menutup
kemungkinan adanya masalah yang akan terjadi bahkan dalam keadaan
tertentu dapat menyebabkan kematian. Allah SWT telah memerintahkan
kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua kita. Maka dari itu
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar senantiasa berbuat
baik kepada orang tua kita dan perintah tersebut tercantum dalam al-
Qur’an Surat Al-Ahqaaf ayat 15 :

ُُ ُُ ُْ ُُ ُُ ْ ًُ ‫لهيْدللوبَ نا‬ ُْْ


ْ‫ُهلُْمحو َاًۖهْرك‬ ‫ُهتُعض‬ ْ‫ُهُمأُ ُهتُلُمح َاۖناسْحإْ وو اًۖهْرك‬ ‫سنْل اۖنْيصوو‬
ُ‫ل‬ ُ‫ل‬ ُ‫ل‬
ُ ُُُ ُ
....ۚ ً ْ ‫اۖره‬
‫ش‬ ‫نوثَلُثَ ُهلص‬ ‫فلو‬
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan........... " (Q.S: Al-Ahqaaf:15).

Anda mungkin juga menyukai