Anda di halaman 1dari 35

ANGGARAN DASAR

YAYASAN DAARUL AULIYA JATIBARANG

Mukaddimah

Bismillahirrahmanirrahim

Bahwa setiap upaya apresiasi terhadap kenyataan zaman membutuhkan tidak sekedar
pemikiran, tetapi lebih dari itu juga membutuhkan aksi. Tuhan menciptakan khalifah yang
berfungsi sebagai orang-orang yang mau melakukan pendekatan kepadanya, lalu kemudian
melakukan pendekatan kepada masyarakatnya. Kami sangat yakin dengan tugas-tugas
kekhalifaan itu di berikan pada manusia atau pada kita semua.

Oleh karena itu, maka dengan menyanjung Asma-Nya, segala syukur kepada-Nya dan
salawat kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya yang suci, kami dirikan Yayasan
ini untuk mencoba menyatukan spiritualitas, intelektualitas dan sosialitas dengan
berdasarkan pada agama Islam yang membebaskan. Agama yang terbuka, egaliter dan non
sektarian. Kami ingin melakukan perubahan-perubahan sekecil apapun yang kami anggap
dapat berguna bagi masyarakat, sebagai bakti kami dalam upaya pelanjut misi profetik Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya yang suci. Bakti yang berangkat dari sebentuk rasa
cinta pada orang-orang suci tersebut.

Kami sadar bahwa kami hanyalah suatu bagian dari sekian banyak bagian, kami hanyalah
suatu yayasan dari sekian banyak yayasan yang juga berjuang untuk hal yang sama. Maka,
kami ingin menjalin kerjasama dan ukhuwah yang erat dengan berdasarkan pada
keterbukaan untuk menuju suatu pemberdayaan umat.

Akhirnya, langkah yang kami ayunkan sangatlah tergantung kemampuan dan daya
jangkauan kami untuk menapak. Mungkin langkah kami bukan langkah yang jauh, tetapi
Insya Allah ke depan Dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri…

Yakin dan sadar bahwa pesatnya pembangunan pendidikan, tempat-tempat peribadatan dan
kegiatan sosial keagamaaan ditanah air, maka dengan selalu mengharap taufiq, hidayat dan
inayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tersusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Yayasan Daarul Auliya Jatibarang sebagai berikut :

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Yayasan ini bernama ” YAYASAN DAARUL AULIYA JATIBARANG ” dan berkedudukan


di Kabupaten Indramayu, untuk pertama kali berkantor di jalan Letnan Joni, Blok
Pilangsari Gang Mawar, Rukun Tetangga 030, Rukun Warga 006, Desa Jatibarang Baru,
Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Ditempat-tempat lain yang dipandang perlu
baik di dalam maupun di luar negeri, Yayasan ini akan membuka kantor cabangnya.

Pasal 2
Waktu Dan Lamanya

Yayasan ini mulai ada kegiatan tahun 2007 yang setatusnya adalah lembaga pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah dan didirikan mulai tanggal 3 Juli 2014, berlaku
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

BAB II

AZAS, SIFAT DAN VISI MISI

Pasal 3

Azas

Yayasan ini berazaskan Al Qur’an dan Hadits

Pasal 4

Sifat

Yayasan ini bersifat terbuka dengan dasar kekeluargaan dan gotong royong serta sosial
edukatif.

Pasal 5

Visi

Yayasan ini memiliki visi membangun peradaban masyarakat Islam dengan Al-Qur’an,
dapat berpegang teguh kepada ajaran agamanya, dan berakhlak luhur.

Pasal 6

Misi

 Melakukan usaha maksimal dalam pendidikan akhlak dan ilmu berdasar alquran dan
hadits

 Agar generasi penerus tidak buta alquran atau jauh dari ajaran agamanya

 Lembaga sosial keagamaan yang memperjuangkan terciptanya masyarakat muslim


madani yang memiliki akhlak mulia sehingga terwujud Islam sebagai Rahmat
sekalian alam.

BAB III

TUJUAN, SASARAN DAN USAHA

Pasal 7

Tujuan

Tujuan Yayasan ialah :


1. Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan demi tercapainya upaya peningkatan
kualitas pendidikan dan pengajaran.

2. Mengembangkan dakwah Islamiyah di masyarakat demi terciptanya manusia


muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan sempurna, cakap dan terampil
serta bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negara.

3. Merevitalisasi kebudayaan Islam di wilayah Yayasan demi membendung


kebudayaan asing yang bertentangan dengan syari’at Islam.

4. Membangun kepedulian sosial dengan memberikan santunan kepada anak yatim-


piatu, fakir miskin dan orang jompo.

5. mewujudkan basis ekonomi syariah

Pasal 8

Sasaran

 Pendidikan

1. Menyelenggarakan Pondok Pesantren, Pondok Al Qur’an, Pondok Tahfidz.

2. Mendirikan atau Mengelola lembaga Pendidikan Formal dari tingkat Dasar sampai
Perguruan Tinggi (PT).

3. Menyelenggarakan atau mengelola program pada pendidikan norformal,


diantaranya PAUD, MDTA, Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan Pemberdayaan
Perempuan, Pendididikan Keaksaraan, Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan
Kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.

4. Sebagai lembaga Konsultan Pendidikan untuk masyarakat, melaksanakan penelitian,


pengembangan serta pengkajian.

5. Membantu anak yatim, dan dhuafa untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

 Kemanusiaan

1. Mendirikan dan atau mengelola Rumah Sakit, Poliklinik bagi masyarakat.

2. Mendirikan Rumah Yatim.

3. Menyalurkan bantuan bagi korban bencana alam maupun kebakaran.

4. Mengadakan bantuan sosial dan kesehatan gratis bagi masyarakat.

 Keagamaan

1. Mendirikan sarana ibadah.


2. Meingkatkan pemahaman dan pengamalan keagamaan.

3. Studi banding keagamaan.

4. Melaksananakan kegiatan keagamaan, diantaranya:

5. Kajian Rutin (Program Mingguan)

6. Tabligh Akbar (Program Bulanan)

7. Dakwah dengan Selebaran-selebaran, dan sebagainya.

8. Mendirikan Lembaga Pengembangan Dakwah dan Kemasyarakatan.

9. Bekerja sama dengan lembaga dakwah yang ada di Indonesia.

10. Mencetak dan menerjemahkan buku-buku Islam.

11. Melaksanakan/meyelenggarakan pembinaan manasik haji bagi Calon jemaah


haji/kelompok bimbingan ibadah haji dan umroh.

 Ekonomi

1. Sebagai fasilalitator bagi masyarakat kurang mampu.

2. Memberikan pendidikan ekonomi mandiri di masyarakat.

3. Membentuk koperasi Daarul Auliya.

4. Membentuk Baitul Maal Wat Tamwil berbazis syariah .

5. Membuat unuit-unit usaha dengan pemberdayaan masyarakat.

 Dalam Bidang Wazis Qurban

1. Mendirikan dan menyelenggarakan infaq, sedekah, dan zakat.

2. Menerima ZIS dan menyalurkan kepada yang berhaq.

3. Menerima wakaf dan hibah untuk kemaslahatan umat

4. menjadi penyelenggara pemotongan dan penyaluran hewan qurban

Pasal 9

Usaha

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Yayasan ini berusaha :

1. Mendirikan dan merawat gedung-gedung belajar dan madrasah-madrasah yang


menjadi unit pendidikan Yayasan.
2. Mempersiapkan tenaga-tenaga pengajar terutama disekolah-sekolah dan madrasah-
Madrasah dan pondok pesantren yang menjadi unit pendidikan Yayasan.

3. Mengadakan hubungan dengan lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan didalam


atau luar negeri, baik pemerintah maupun swasta.

1. Membentuk kader-kader remaja yang bermental Islam.

2. Memberikan beasiswa pada anak yatim-piatu dan kader prestasi

3. Santunan kepada fakir miskin dan orang jompo.

4. Membangun kesadaran diri untuk beragama secara benar.

5. Mengenalkan ajaran agama Islam yang non partisan.

6. Mengutamakan keterbukaan menuju pemberdayaan umat.

7. Mengembangkan kajian-kajian spiritual dan intelektual untuk melakukan perubahan


sosial.

8. Menjalin dan memelihara kerjasama yang baik dengan berbagai elemen masyarakat.

9. Memberikan kajian-kajian keislaman yang intelektual.

10. Mengadakan dan mengembangkan perpustakaan yang representatif.

11. Melakukan pengkajian keislaman.

12. Menerbitkan buletin dan buku-buku.

13. Mengadakan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan menciptakan


ukhuwah islamiyah antar sesama umat

14. Mengadakan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi Yayasan dan masyarakat.

Pasal 10

Kekayaan Yayasan

Kekayaan Yayasan ini terdiri dan dihimpun serta diperoleh dari :

10. Modal pertama sebesar Rp. 10.000.000,- ( Spuluh juta ribu rupiah).

11. Bangunan madrasah seluas…..M.

12. Bidang-bidang tanah lain……M .

13. Inventaris madrasah.


14. Sumbangan dari para dermawan yang tidak mengikat.

15. Hibah, hibah wasiat, wasiat dan waqaf.

16. Usaha-usaha lain yang halal dan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah.

BAB IV

ORGAN YAYASAN

Pasal 11

Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari :

1. Pembina;

2. Pengurus;

3. Pengawas

Pasal 12

Pembina

 Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak


diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas.

 Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina.

 Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota Pembina,maka seorang diantaranya
diangkat sebagai Ketua Pembina.

 Yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai
Pendiri Yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota
Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan
tujuan Yayasan.

 Anggota Pembina tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh yayasan.

 Dalam hal yayasan oleh karena sebab apapun juga tidak mempunyai anggota
Pembina, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan
tersebut wajib diangkat anggota Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan
anggota Pengawas dan anggota Pengurus.

 Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan


memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada yayasan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 13

 Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya.


 Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila aggota Pembina
tersebut :

1. Meninggal dunia ;

2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis

3. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina ;

4. Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampunan berdasarkan suatu


penetapan pengadilan ;

5. Dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peraturan perundang-


undangan yang berlaku.

 Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan atau
anggota Pengawas.

Pasal 14

Tugas dan Wewenang Pembina

 Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina.

 Kewenangan Pembina meliputi :

1. Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota Pengawas;

3. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan;

5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan;

6. Penetapan garis besar pemakaian dana dan sumberdaya lain, termasuk garis
besar pengembangan dan pengelolaan dana abadi yayasan;

7. Pengesahan laporan tahunan;

8. Penunjukkan likuidator dalam hal yayasan dibubarkan.

 Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina,maka segala tugas dan wewenang
yang diberikan kepada Ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku pula baginya.

Pasal 15

Rapat Pembina

 Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat
dalam waktu5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan,
sebagimana dimaksud dalam Pasal(12). Pembina dapat juga mengadakan rapat
setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih
anggota Pembina, anggota Pengurus, atau anggota Pengawas.

 Panggilan Rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung, atau melalui
surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.

 Panggilan rapat itu harus mencantumkan hari,tanggal, waktu, tempat, dan acara
rapat.

 Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukanYayasan, atau ditempat lain dalam


wilayah hukumRepublik Indonesia.

 Dalam hal semua anggota Pembina hadir, atau diwakili, panggilan tersebut tidak
diisyaratkandan Rapat Pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak
mengambil keputusan yang sah dan mengikat.

 Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina, dan jika Ketua Pembina tidak hadir
atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih
oleh dan dari anggota Pembina yang hadir.

 Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya
dalam Rapat Pembina berdasarkan surat kuasa.

Pasal 16

 Rapat Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila :

1. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga)dari jumlah anggota Pembina ;

2. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pembina kedua ;

3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus


dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat ;

4. Rapat Pembina kedua diselenggarakan palingcepat 10 (sepuluh) hari paling


lambat 21 (duapuluh satu) hari terhitung sejak RapatPembina pertama ;

5. Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhakmengambil keputusan yang


mengikat, apabiladihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota
Pembina.

 Keputusan Rapat Pembina diambil berdasarkanmusyawarah untuk mufakat.

 Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untukmufakat tidak tercapai, maka


keputusan diambilberdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua)jumlah suara
yang sah.
 Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

 Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut :

1. Setiap anggota Pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara


tambahan 1 (satu)suara untuk setiap anggota Pembina lain yang diwakilinya.

2. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara


tertutup tanpa tanda tangan,sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal
lain dilakukan secara terbuka dan ditanda tangani, kecuali Ketua Rapat
menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir ;

3. Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.

 Setiap Rapat Pembina dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat
dan sekretaris rapat.

 Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat(6)tidak diisyaratkan apabila


berita acara rapat dibuat dengan akta Notaris.

Pasal 17

Rapat Tahunan

 Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5


(lima) bulan setelah tahun buku Yayasan ditutup.

 Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan:

1. Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau
sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk
tahun yang akan datang ;

2. Pengesahan Laporan Tahunan yang diajukan Pengurus ;

3. Penetapan kebijakan umum Yayasan ;

4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.

 Pengesahan Laporan tahunan oleh Pembina dalam Rapat tahunan, berarti


memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para
anggota Pengurus dan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah
dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam
Laporan Tahunan.

Pasal 18

 Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan yang


sekurang-kurangnya terdiri dari :

1. Seorang Ketua ;
2. Seorang Sekretaris ; dan

3. Seorang Bendahara.

 Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang di
antaranya diangkat sebagai Ketua Umum.

 Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang
diantaranya diangkat sebagai Sekretaris Umum.

 Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang di
antaranya diangkat sebagai Bendahara Umum.

Pasal 19

 Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat,atau negara berdasarkan putusan pengadilan,dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.

 Pengurus diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali.

 Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila Pengurus Yayasan:

1. bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas;
dan

2. melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.

 Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat,
untuk mengisi kekosongan itu.

 Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan
rapat untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh
Pengawas.

 Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan


secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

 Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan,maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian pengurus
Yayasan, Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.

 Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina,Pengawas atau Pelaksana


Kegiatan.
Pasal 20

Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:

1. Meninggal dunia ;

2. Mengundurkan diri ;

3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam


dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun ;

4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;

5. Masa jabatan berakhir.

Pasal 21

Tugas dan Wewenang Pengurus

 Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan


Yayasan.

 Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan
untuk disahkan Pembina.

 Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh
Pengawas.

 Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan yayasan.

 Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala
hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil
uang Yayasan di Bank) ;

2. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk
usaha baik di dalam maupun di luar negeri ;

3. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap ;

4. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama
Yayasan;

5. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta


mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan;

6. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,


Pembina,Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada
Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.
 Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a,b,c,d,e, dan f harus
mendapat persetujuan dari Pembina.

Pasal 22

Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal:

1. Mengikat Yayasan sebagai penjamin utang ;

2. Membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain ;

3. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,


Pembina, Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada
Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud
dan tujuan Yayasan.

Pasal 23

 Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya


berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.

 Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal
tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya
bersama sama dengan Sekretaris Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang Ketua
lainnya bersama-sama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang bertindak
untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.

 Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya.

 Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Sekretaris Umum berlaku juga baginya.

 Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada
seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
Bendahara Umum berlaku juga baginya.

 Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina
melalui Rapat Pembina.

 Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.

Pasal 24

Pelaksana Kegiatan

 Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksanaan Kegiatan


Yayasan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
 Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan yayasan adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan
Yayasan, masyarakat, atau Negara berdasarkan keputusan pengadilan,dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum
tetap.

 Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat


Pengurus untuk jangka waktu yang ditentukan oleh Rapat Pengurus dan dapat
diangkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk
memberhentikan sewaktu-waktu.

 Pelaksana Kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus.

 Pelaksana Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah,atau honorarium yang jumlahnya


ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.

Pasal 25

 Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara yayasan dengan anggota Pengurus
atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan
Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak
untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus
lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.

 Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan


seluruh Pengurus maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.

Pasal 26

Rapat Pengurus

 Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan
tertulis dari satu orang atau lebih Pengurus, Pengawas, atau Pembina.

 Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili


Pengurus.

 Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara


langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima,paling lambat 7 (tujuh)
hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.

 Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat, dan
acara rapat.

 Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan


Yayasan.

 Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia
dengan persetujuan Pembina.
Pasal 27

 Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum.

 Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atauberhalangan, maka Rapat Pengurus
akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus
yang hadir.

 Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili olehPengurus lainnya dalam Rapat
Pengurus berdasarkan surat kuasa.

 Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:

1. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga)jumlah Pengurus;

2. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalamayat (4) huruf a, tidak tercapai,
maka dapatdiadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua;

3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalamayat (4) huruf b, harus dilakukan


paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;

4. Rapat Pengurus kedua diselenggarakan palingcepat 10 (sepuluh) hari dan paling


lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;

5. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila
dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah Pengurus.

Pasal 28

 Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

 Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah
suara yang sah.

 Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

 Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan,sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang
hadir.

 Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah
suara yang dikeluarkan.

 Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua
rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
Sekretaris rapat.

 Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita
Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
Pasal 29

Pengawas

 Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan


memberi nasehat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.

 Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.

 Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang
diantaranya dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.

Pasal 30

 Yang dapat diangkat sebagai angota Pengawas adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan,dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.

 Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dapat diangkat kembali.

 Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan
rapat, untuk mengisi kekosongan itu.

 Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut,Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara
Yayasan diurus oleh Pengurus.

 Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan


secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

 Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan,maka dalam jangka waktu


paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
Pengawas Yayasan, Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi
terkait.

 Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina,Pengurus atau Pelaksana


Kegiatan.

Pasal 31

Jabatan Pengawas berakhir apabila :

1. Meninggal dunia ;

2. Mengundurkan diri ;
3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun ;

4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;

5. Masa jabatan berakhir.

Pasal 32

Tugas dan Wewenang Pengawas

 Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
untuk kepentingan Yayasan.

 Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas
nama Pengawas.

 Pengawas berwenang:

1. Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Yayasan ;

2. Memeriksa dokumen ;

3. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas; atau ;

4. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Pengurus ;

5. Memberi peringatan kepada Pengurus.

 Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih


Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan atau peraturan perundang undangan yang berlaku.

 Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang


bersangkutan disertai alasannya.

 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara
itu,Pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pembina.

 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh
Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil
anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.

 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pembina
wajib:

1. mencabut keputusan pemberhentian sementara;atau ;

2. memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.


 Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (7) dan ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang
bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula.

 Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka, untuk sementara


Pengawas diwajibkan mengurus Yayasan.

Pasal 33

Rapat Pengawas

 Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan
tertulis dari seorang atau lebih Pengawas atau Pembina.

 Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili


Pengawas.

 Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung,


atau melalui surat dengan mendapat tanda terima paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.

 Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal,waktu,tempat,dan acara rapat.

 Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau tempat kegiatan


Yayasan.

 Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum Republik
Indonesia dengan persetujuan Pembina.

Pasal 34

 Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum.

 Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas
akan dipimpin oleh satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang
hadir.

 Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat
Pengawas berdasarkan surat kuasa.

 Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:

1. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga)dari jumlah Pengawas ;

2. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam

3. ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas
kedua ;
4. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat ;

5. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama ;

6. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila dihadiri oleh paling sedikit 1/2 (satu perdua) jumlah Pengawas.

Pasal 35

 Keputusan Rapat Pengawas harus diambilberdasarkan musyawarah untuk mufakat.

 Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah
suara yang sah.

 Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

 Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan,sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang
hadir.

 Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah
suara yang dikeluarkan.

 Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua
rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
sekretaris rapat.

 Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita
Acara Rapat dibuat dengan akta Notaris.

 Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan
semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis dengan menandatangani usul tersebut.

 Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai


kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat
Pengawas.

Pasal 36

Rapat Gabungan

 Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk
mengangkat Pembina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
 Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak Yayasan
tidak lagi mempunyai Pembina.

 Panggilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus.

 Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas


secara langsung,atau melalui surat dengan mendapat tanda terima,paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.

 Panggilan Rapat Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat, dan acara
rapat.

 Rapat Gabungan diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan


Yayasan.

 Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengurus.

 Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan
dipimpin oleh Ketua Pengawas.

 Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau berhalangan hadir,
maka Rapat Gabungan dipimpin oleh dan dari Pengurus dan Pengawas yang hadir.

Pasal 37

 Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat
Gabungan berdasarkan surat kuasa.

 Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat
Gabungan berdasarkan surat kuasa.

 Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan
tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang
diwakilinya.

 Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang
hadir.

 Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan, dan dianggap
tidak ada.

Pasal 38

Korum dan Keputusan Rapat Gabungan

 Rapat Gabungan
1. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus dan
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengawas.

2. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai,
maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.

3. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.

4. Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan Pertama.

5. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila dihadiri paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus dan
1/2(satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas.

o Keputusan Rapat Gabungan sebagaimana tersebut di atas ditetapkan


berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

o Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,


maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju
paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan
dalam rapat.

o Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk


pengesahannya dItandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota
Pengurus atau anggota Pengawas yang ditunjuk oleh rapat.

o Berita Acara Rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti
yang sah terhadap Yayasan dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala
sesuatu yang terjadi dalam rapat.

o Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan


apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.

o Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan


yang sah tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua
Pengurus dan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua
Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis, dengan menandatangani usul tersebut.

o Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah
dalam Rapat Gabungan.

Pasal 39

Hak dan Kewajiban


Ketua umum bersama-sama salah seorang Ketua lainnya, salah seorang Sekretaris, dan
salah seorang Bendahara, mewakili Yayasan, di dalam dan di luar Pengadilan, baik terhadap
tindakan pengurusan maupun terhadap tindakan kekuasaan hak milik dengan pembatasan :

1. Meminjamkan uang, membeli, menjual, memindahtangankan barang-barang tidak


bergerak milik Yayasan.

2. Mengikat Yayasan sebagai borg (penanggung/avalist).

 Pengurus harian bertindak pula mengatur pembagian pekerjaan diantara mereka dan
berusaha menjalankan pekerjaan itu sebaik-baiknya.

 Jika terdapat lowongan dalam badan pengurus, maka pengurus harian harus mengisi
secepat mungkin, baik diambil dari mereka sendiri maupun orang luar, atas saran
para pendiri.

Pasal 40

Anggaran Rumah Tangga

Segala sesuatu yang belum diatur dalam anggaran dasar ini, akan diatur didalam anggaran
rumah tangga atau peraturan-peraturan lainnya, yang akan disusun oleh Badan Pengurus
dan sekali-kali tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

Pasal 41

Tahun Buku

Tahun buku Yayasan selalu ditutup pada akhir bulan Desember dari sesuatu tahun.

 Pada tiap akhir tahun diadakan rapat tahunan untuk mengesahkan neraca Yayasan,
pengesahan mana berarti pemberian, pemberesan dan pembebasan (acquit en
decharge) sepenuhnya kepada Pengurus terhadap perhitungan serta tanggung jawab
mereka dalam tahun yang bersangkutan.

Pasal 42

Perubahan Anggaran Dasar

 Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan Rapat


Pembina, yang hadir paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Pembina.

 Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

 Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
seluruh jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.
 Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) tidak tercapai, maka
diadakan pemanggilan Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari
terhitung sejak tanggal Rapat Pembina yang pertama.

 Rapat Pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua)
dari seluruh Pembina.

 Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara
terbanyakdari jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.

Pasal 43

 Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa
Indonesia.

 Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan
Yayasan.

 Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan


Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.

 Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud


dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.

 Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan
pailit, kecuali atas persetujuan kurator.

Pasal 44

Penggabungan

 Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih


Yayasan dengan yayasan lain, dan mengakibatkan yayasan yang menggabungkan
diri menjadi bubar.

 Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan


dengan memperhatikan:

1. Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatanusaha tanpa dukungan


yayasan lain;

2. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya


sejenis; atau

3. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang


bertentangan denganAnggaran Dasarnya, ketertiban umum dan kesusilaan.

 Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Pembina.

Pasal 45
 Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Pembina yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota
Pembina dan disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah
anggota Pembina yang hadir.

 Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang
akan menerima penggabungan menyusun usul rencana penggabungan.

 Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan


dalam rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari yayasan yang akan
menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan.

 Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-


masing Yayasan.

 Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)dituangkan dalam akta


penggabungan yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia.

 Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan


dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.

 Dalam hal penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang
memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka akta
perubahan Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta
penggabungan

Pasal 46

Pe m bu b a ra n

 Yayasan ini dapat dibubarkan oleh rapat umum Badan Pengurus yang sengaja
diadakan untuk itu, dihadiri Pengurus lengkap, dan disetujui sekurang-kurangnya
2/3 (dua pertiga) dari yang hadir dalam rapat tersebut, dengan ketentuan Visi, Misi
dan Tujuan Yayasan tidak boleh dirubah.

 Dalam keputusan pembubaran Yayasan, akan ditunjuk paling banyak 3 (tiga) orang
likuidator, penunjukan tersebut harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari yang hadir dalam rapat tersebut.

 Sisa dari harta kekayaan Yayasan setelah dibayar segala hutang-hutang dan
kewajiban-kewajiban serta bebenahan-bebenahan lainnya, diserahkan kepada
Yayasan / badan-badan sosial / pendidikan yang seazas dan mempunyai tujuan yang
sama dengan Yayasan ini.

Pasal 47

Lain-lain
Hal-hal yang belum diatur dan/atau tidak cukup diatur dalam anggaran dasar ini, akan
diatur secara musyawarah oleh para pendiri bersama (Pengurus).

Anggaran Rumah Tangga

Yayasan Daarul Auliya Jatibarang

BAB I

KEPENGURUSAN

Pasal 1

Susunan Kepengurusan

1. Ketua Dewan Pembina

2. Anggota-anggota Dewan Pembina

3. Ketua Dewan Pengawas

4. Anggota-anggota Dewan Pengawas

5. Ketua

6. Sekretaris

7. Bendahara Umum

8. Bendahara

9. Humas dan Publikasi

10. Koordinator Bidang Pendidikan

11. Koordinator Bidang Keagamaan

12. Koordinator Bidang Sosial Kemanusiaan

13. Koordinator Bidang Ekonomi

14. Koordinator Bidang WaZISQu (waqaq, zakat, infaq, shodaqoh dan qurban)

Pasal 2

keanggotaan

Anggota Yayasan Daarul Auliya adalah setiap orang yang memenuhi syarat dan sudah di
sahkan.
BAB II

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 3

Tugas Ketua

Bertanggung Jawab kepada Pendiri/Pembina.

 Bertanggung jawab terhadap pencapain visi, misi dan tujuan Yayasan.

 Memimpin jalannya kegiatan Yayasan secara umum sesuai dengan ketentuan


Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Yayasan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

 Bersama dengan staff yang terpilih, merencanakan seluruh kegiatan yang


merupakan program Kerja Yayasan dan Rancangan Anggaran Tahunan (RAT)
Yayasan selama 1 periode kepengurusan untuk disahkan oleh Pembina.

 Memimpin dan melakukan koordinasi dengan seluruh anggota Pengurus dan


Pelaksana Kegiatan Yayasan dalam pelaksanaan program kerja Yayasan.

 Memimpin rapat pleno Pengurus dan rapat-rapat Pengurus lainnya sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar Yayasan.

 Memimpin seluruh anggota Pengurus dalam menjalankan Keputusan-keputusan


Rapat.

 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas kinerja


Pengurus dan Pelaksana Kegiatan Yayasan.

 Memberikan laporan dan keterangan kepada Pembina Yayasan secara berkala


dan/atau sewaktu-waktu bila diperlukan.

 Melaksanakan kebijaksanaan – kebijaksanaan organisasi, baik internal maupun


eksternal secara umum.

 Melaporkan pertanggungjawaban tahunan kepada Rapat Tahunan Yayasan.

 Bertanggung jawab membangun dan mengembangkan jaringan Nasional dan


Internasional.

 Mengkoordinir dan mengatur pembagian tugas (job describtion) Pengurus sesuai


dengan bidangnya.

 Memimpin pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus.

 Memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas.

 Menjaga keutuhan dan keseimbangan Yayasan.


Pasal 4

Wewenang Ketua

Memberikan pengarahan dan mencari solusi yang tepat dalam setiap kegiatan maupun
dalam pengambilan keputusan.

 Melakukan kerjasama dengan Badan maupun Lembaga lain yang mendukung


pengembangan Yayasan.

 Mengambil keputusan dan menandatangani surat organisasi bersama Sekretaris.

 Mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan, serta


mengesahkannya berdasarkan keputusan rapat Pengurus.

 Membuat atau menetapkan perubahan peraturan tentang pedoman organisasi


Pelaksana Kegiatan Yayasan dengan mendapatkan persetujuan dari Pembina.

 Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pelaksana Kegiatan


Yayasan.

 Menilai dan mengesahkan laporan tahunan Pelaksana Kegiatan Yayasan.

 Menetapkan kebijakan pengembangan unit kerja atau unit usaha Yayasan dengan
mendapatkan persetujuan dari Pembina.

 Melakukan inisiatif dalam berbagai hal untuk kemajuan dan pengembangan


Yayasan, demi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.

 Mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada salah seorang Pengurus apabila


berhalangan.

Pasal 5

Tugas Sekretaris

Bertanggung Jawab kepada Ketua.

 Membantu Ketua Pengurus dalam memimpin jalannya kegiatan Yayasan secara


umum sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan Yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Menyusun program kerja tahunan di bidang kesekretariatan dan pengelolaan


administrasi Yayasan, untuk disampaikan kepada Ketua Pengurus.

 Mendampingi Ketua Pengurus dalam memimpin rapat pleno Pengurus dan rapat-
rapat Pengurus lainnya sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Yayasan.

 Wajib menghadiri rapat kepengurusan yang diselenggarakan serta membuat


notulensi.
 Mendampingi Ketua Pengurus dalam hal pelaksanaan kegiatan Yayasan, baik
pemeriksaan di lapangan atau kegiatan di luar Yayasan.

 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pemeliharaan administrasi Yayasan.

 Membantu Ketua dalam mengadakan perencanaan dan evaluasi operasional Yayasan


sehari-hari.

 Menggantikan tugas-tugas Ketua Pengurus apabila sedang berhalangan.

 Mewakili Ketua Yayasan berkenaan dengan tugas-tugas tertentu berdasarkan


delegasi tugas yang diberikan.

 Bertanggung-jawab melakukan monitoring dan evaluasi di bidang Kesekretariatan.

 Melaporkan seluruh kegiatan yang akan dan/atau telah dilaksanakan kepada Ketua
Pengurus.

 Memberikan laporan pelaksanaan program kerja secara rutin kepada anggota


melalui rapat anggota yang sudah dijadwalkan.

Pasal 6

Wewenang Sekretaris

 Mewakili Ketua Pengurus dalam berurusan dengan pihak ketiga.

 Bersama Ketua Pengurus menandatangani surat-surat Yayasan, baik yang bersifat


internal maupun yang berhubungan dengan pihak ketiga (eksternal).

 Melakukan inisiatif dan inovasi dalam bidang administrasi untuk kemajuan dan
pengembangan Yayasan, demi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.

 Bersama Ketua menyelenggarakan rapat Yayasan.

 Merumuskan rancangan pelaksanaan kegiatan.

 Sesuai mekanisme, mewakili tugas dan wewenang Ketua apabila berhalangan.

Pasal 7

Tugas Bendahara

 Bertanggung Jawab kepada Ketua.

 Membantu Ketua Pengurus dalam memimpin jalannya kegiatan Yayasan secara


umum sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan Yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Menyusun program kerja tahunan di bidang perbendaharaan Yayasan.

 Membuat anggaran (perencanaan keuangan) dan mengatur pengeluaran serta


pemasukan dana di kas Yayasan.

 Wajib menghadiri rapat Badan Pengurus yang diselenggarakan.

 Bertanggung jawab melakukan penggalangan dana.

 Bertanggung jawab melakukan monitoring & evaluasi keuangan.

 Bertanggung jawab terhadap validitas bukti-bukti laporan keuangan.

 Memimpin dan mengkoordinasi konsolidasi keuangan Yayasan.

 Melaporkan kondisi keuangan secara berkala kepada Pembina Yayasan dengan


disetujui oleh ketua Pengurus.

 Melaporkan seluruh kegiatan yang akan dan/atau telah dilaksanakan kepada Ketua
Pengurus.

Pasal 8

Wewenang Bendahara

 Bersama Pengurus Inti (Ketua,Sekretaris) merumuskan Rancangan Anggaran


Belanja (RAB) Yayasan.

 Mengkontrol mekanisme keuangan Yayasan.

 Bersama Ketua Pengurus menandatangani surat-surat Yayasan yang berhubungan


dengan keuangan, baik yang bersifat internal maupun yang berhubungan dengan
pihak ketiga (eksternal).

 Melakukan inisiatif dan inovasi dalam bidang administrasi keuangan untuk


kemajuan dan pengembangan Yayasan, demi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.

Pasal 9

Tugas Wakil Bendahara

 Bertanggung jawab terhadap bendahara utama.

 Mewakili Bendahara, apabila Bendahara berhalangan.

 Membantu Bendahara dalam melaksanakan tugasnya-tugasnya.


 Melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan pembidangan tugas-tugas yang
ditentukan.

Pasal 10

Wewenang wakil bendahara

Wewenang wakil bendahara adalah dalam hal bendahara berhalangan maka wakil
bendahara dapat bertindak untuk dan atas nama bendahara.

Pasal 11

Tugas dan Wewenang Kabid Ketua Pelaksana

Bertanggung jawab kepada Ketua Yayasan.

 Bertindak selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan pada bidang tugasnya.

 Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan perumusan program kerja


Pelaksana Kegiatan berdasarkan program kerja Yayasan yang telah ditetapkan oleh
Ketua Yayasan dan disetujui Pembina.

 Membantu tugas-tugas Ketua Yayasan dalam mengelola kegiatan Yayasan.

 Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan penyusunan laporan kepada atasan
untuk bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karier.

 Melaporkan seluruh kegiatan yang akan dan/atau telah dilaksanakan kepada Ketua
Pengurus secara benar dan tepat waktu .

 Melakukan inisiatif dan inovasi yang variatif dalam pengembangan Yayasan, demi
tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pengurus.

Pasal 12

Pelaksana Kegiatan Yayasan

 Pelaksana Kegiatan merupakan satuan unit kerja dan atau lembaga yang dibentuk
Yayasan dalam rangka melaksanakan kegiatan – kegiatan Yayasan sesuai tujuan
yang telah ditetapkan.

 Pelaksana Kegiatan diangkat oleh Pengurus atas persetujuan Pembina untuk jangka
waktu 2 (dua) tahun dan dapat diangkat kembali.
 Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab kepada
Pengurus.

 Apabila kemudian hari membutuhkan tambahan untuk memenuhi pencapaian visi,


misi dan tujuan Yayasan, maka Pengurus dapat membentuk unit kerja baru yang
ditetapkan Ketua Yayasan dan disetujui oleh Pembina, dengan mengacu AD/ART/.

Pasal 13

Penetapan Pelaksana Kegiatan

 Pelaksana Kegiatan diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus berdasarkan


keputusan rapat Pengurus.

 Pelaksana Kegiatan diangkat untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan peraturan
khusus yang ditetapkan oleh Pengurus dan mendapat persetujuan dari Pembina.

 Mekanisme pengangkatan Pelaksana Kegiatan ditetapkan oleh Pengurus.

Pasal 14

Kriteria Pelaksana Kegiatan

Mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan bidang kegiatan yang akan dikelolanya
sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.

 Memiliki kecakapan khusus pada bidang kegiatan yang akan dikelolanya.

 Tidak sedang merangkap jabatan pada lembaga lain yang dapat mengganggu
kelancaran dalam menjalankan tugasnya sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan.

Pasal 15

Bidang bidang Kegiatan

Bidang Pelaksana Kegiatan meliputi

1. Bidang Pendidikan

2. Bidang Sosial Kemansiaan

3. Bidang Keagamaan

4. Bidang Ekonomi

5. Bidang Wazis Qurban


BAB III

TUGAS PELAKSANA KEGIATAN

Pasal 16

Tugas Humas dan Publikasi

 Mensosialisasikan program Yayasan kepada masyarakat.

 Mengakomodir aspirasi masyarakat dan menyampaikan kepada Pengurus Yayasan.

Pasal 17

Tugas dan wewenang Koordinator Pendidikan

Melaksanakan program Yayasan dalam bidang kependidikan formal dan non formal

 Mengetahui Rancangan Anggaran Penerimanaan dan Belanja Madrasah (RAPBM).

 Melaporkan seluruh kegiatan Madrasah kepada Yayasan.

 Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Bidang-bidang.

 Bersama-sama Kepala Madrasah meningkatkan, kualitas dan kuantitas pendidikan


dan pengajaran.

 Bersama-sama Kepala Madrasah menyusun kurikulum dan kalender pendidikan.

 Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum pada masing-masing unit.

 Melaporkan seluruh program dan hasil kerjanya kepada Kordinator.

 Berhak mengadakan rapat jika dianggap perlu.

Pasal 18

Tugas Bidang Keagamaan

Bidang Keagamaan dipimpin oleh Ketua Bidang Keagamaan

 Untuk melaksanakan fungsinya, Bidang Keagamaan mempunyai tugas :

1. Melaksanakan dan penyelenggaraan Dakwah, Taklim dan Tablig akbar

2. Menjalin kerjasama dengan lembaga lembaga Dakwah lainnya.


3. Menyelenggarakan peringatan hari-hari besar keagamaan.

4. Menyelenggarakan pembinaan manasik haji bagi calon jemaah haji / kelompok


bimbingan haji dan umroh.

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pengurus

6. Melaporkan seluruh hasil penyelenggaraan pendidikan dan keagamaan kepada


Ketua Pengurus.

Pasal 19

Tugas Bidang Ekonomi

Bidang Ekonomi dipimpin oleh Ketua Bidang Pengembangan Usaha, yang berfungsi
sebagai penyelenggara kegiatan Pengembangan Usaha.

Untuk melaksanakan fungsinya, Bidang Ekonomi mempunyai tugas :

1. Menyusun program dan mengatur pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha


yayasan.

2. Melakukan evaluasi, monitoring dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan


pengembangan usaha yayasan.

3. Menjalin kemitraan usaha dengan lembaga dan/ atau badan hukum lain;

4. Membangun komunikasi usaha kepada pihak-pihak yang terkait.

5. Melaporkan semua kegiatan bidang Pengembangan Usaha kepada Ketua Pengurus.

Pasal 20

Tugas Bidang Sosial Kemanusiaan

Bidang Sosial Kemanusiaan dipimpin oleh Ketua Bidang Sosial Kemanusiaan, berfungsi
sebagai pelaksana kegiatan social Kemanusiaan.

Untuk melaksanakan fungsinya, Bidang Sosial mempunyai tugas :

1. Melaksanakan urusan Yayasan dibidang kegiatan sosial

2. Meyelenggaraan kegiatan bantuan kepada korban bencana alam dan pengungsi.

3. Meyelenggaraan kegiatan bantuan kepada anak-anak yatim, fakir miskin, dan


gelandangan.
4. Menjalin hubungan dengan lembaga sosial lainnya.

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pengurus.

6. Melaporkan seluruh hasil kegiatan sosial kepada Ketua Pengurus.

Pasal 21

Tugas Bidang Wazis Qurban

 Bidang WAZIS (Wakaf, Zakat, Infaq, dan Sedekah) / Qurban dipimpin oleh Ketua
Bidang WAZIS / Qurban, berfungsi merencanakan dan mengelola, serta
menyalurkan WAZIS / Qurban kepada yang berhak.

 Untuk melaksanakan fungsinya, Bidang WAZIS / Qurban mempunyai tugas :

1. Menyiapkan sistem dan metode serta teknis dalam pengelolaan WAZIS / Qurban;

2. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non


pemerintah dalam upaya pengembangan, pengelolaan, dan penyaluran WAZIS /
Qurban;

3. Menerima dan menyalurkan WAZIS / Qurban;

4. Melaporkan kegiatan operasional WAZIS / Qurban kepada Ketua Pengurus.

BAB IV

MASA JABATAN

Pasal 22

Pengurus, masa jabatannya adalah 4 tahun dan dapat dipilih kembali.

BAB V

SUMBER DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Pasal 23

 Tanah wakaf

 Hibah

 Pendapatan bulanan yang terdiri dari infaq dan shodaqoh


 Bantuan masyarakat.

 Bantuan instansi Pemerintah dan swasta.

 Retribusi pedagang.

 Hasil pengembangan usaha masing-masing unit, bukan dari hasil sumbangan


masyarakat.

Pasal 24

Semua dana wajib disetorkan kepada Yayasan melalui rekening.

BAB VI

B I S YARAH

Pasal 25

Bisyarah terdiri dari :

1. Bisyarah Pengurus Yayasan.

2. Tunjangan sosial dan kesehatan.

3. Tunjangan Hari Raya (THR).

4. Tunjangan jabatan kepala unit usaha

5. Tunjangan Pengabdian, yang diperuntukkan bagi Guru/ustadz/ustadzah dengan


melihat lama pengabdiannya, yaitu :

1. Golongan A, diatas 15 tahun

2. Golongan B, antara 10 tahun sampai 15 tahun

3. Golongan C, antara 5 tahun sampai 10

1. HR mengajar Guru dihitung berdasarkan atas beban mata pelajaran dan jam.

2. Transportasi kehadiran.

Pasal 26

 Bisyarah Pengurus Yayasan, Tunjangan sosial dan kesehatan, Tunjangan Hari Raya
(THR), dan Tunjangan Pengabdian ditanggungkan kepada Yayasan.
 Tunjangan jabatan, HR dan Transportasi kehadiran Guru ditanggungkan kepada
masing-masing unit.

BAB VII

CUTI

Pasal 27

Hak untuk mendapatkan cuti dibedakan menjadi :

1. Hak cuti umum, yaitu hak untuk libur pada hari-hari yang diliburkan Yayasan dan
akan tetap mendapatkan bisyarah.

2. Cuti bersyarat, yaitu cuti yang diakibatkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya.

3. Hak cuti bersyarat diberikan kepada yang memerlukan melalui pengajuan ijin cuti
terlebih dahulu kepada Yayasan melalui Koordinator Pendidikan.

4. Bagi pelaksana unit usaha yang dinyatakan cuti bersyarat tetap diberikan
tunjangannya, kecuali HR dan Transportasi mengajarnya akan diberikan kepada
penggantinya.

BAB VIII

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 28

Anggaran Rumah tangga ini akan ditinjau kembali apabila dianggap perlu.

 Koreksi terhadap Anggaran Rumah Tangga ini dapat dilakukan sewaktu-waktu.

 Setiap personal dilingkungan Yayasan Daarul Auliya Jatibarang diharuskan


mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.

 Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai