Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar Belakang
Tuberkulosis adalah (TB) adalah suatu penyakit menular yang
paling sering mengenai parenkim paru, biasanya yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar hampir kesetiap bagian
tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan.pasien
kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena respon sistem imun
TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi. Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak
diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan
bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa.
Saat ini Tuberkulosis masih meningkat meskipun banyak yang
masih meyakini bahwa ini merupakan masalah pada waktu lampau.
Meskipun palng sering terlihat sebagai penyakit paru, TB dapat mengenai
selain paru (16%) dan mempengaruhi organ dan jaringan lain. Insiden
lebih tinggi pada laku-laki, bukan kulit putih, dan lahir dinegara asing.
Selain itu, orang pada resiko paling tinggi termasuk yang dapat terpajan
pada basilus pada waktu lalu dan yang tidak mampu atau mempunyai
kekebalan rendah karena kondisi kronis, seperti AIDS, kanker, usia lanjut,
malnutrisi, dan sebagainya.
TB merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia
yang erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk,
perumahan dibawah standar, dan tidak memadainya layanan kesehatan.

B. Pengertian
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman Somantri, 2008).

1
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan
melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain
saat bernapas (Widoyono, 2008)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi
paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price dalam Amin & Hardhi, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan
melalui percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada
individu yang rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis
menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura,
selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital,
dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Price,
2001 dalam Nixson Manurung, 2016)
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon. (Hood Alsagaff, 1995 dalam Andra & Yessie, 2013)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular

2
langsung melalui droplet orang yang telah terinfeksi kuman/basil
tuberkulosis. (WHO, 2014 dalam Najmah, 2016).

C. Etiologi
Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Sifat kuman:
1. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol)
disebut bakteri tahan asam (BTA).
2. Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
3. Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
4. Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag karena makrofag banyak mengandung lipid.
5. Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. (Nixson Manurung, 2016)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria Tuberculosis yaitu
tipe Human dan tipe Bovin. Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah
(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin &
Hardhi, 2015)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana
infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick Davey dalam
Amin & Hardhi, 2015)

3
Agen infeksius utama, mycobacterium culosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet. (Andra & Yessie, 2013)

D. Patways

4
E. Patofisiologi
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang patofisiologi dari
penyakit TB adalah sebagai berikut: Basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveoli biasanya diinhilasi sebagai suatu unit yang terdiri dari
satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung
tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruang alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau
dibagian atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah
hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis
kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
dan sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk
jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial.

5
Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil
dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dengan menjadi tempat
peradagan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-
organ tubuh.
F. Manifestasi Klinis
1. Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari tuberkulosis
yaitu:
a. Berat badan turun dan anoreksia
b. Berkeringat dingin
c. Demam, mungkin golongan yang rendah karena infeksi
d. Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, bercak darah
e. Napas pendek karena perubahan paru-paru
f. Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu
2. Menurut Andra dan Yessie (2013) gambaran klinik TB paru dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a) Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk

6
Gejala batuk timbul lebih dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk dahak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul bila sistem persarafan di pleura terkena.
b) Gejala sitemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
2) Gejala sistem lain
Gejala sistemik sistem lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
3) Timbulnya keluhan biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.

7
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan
berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk
pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti
perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan
penurunan berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun
dalam keadaan dormain.
3. Soedarto (2013) menjelaskan bahwa gejala klinis yang terjadi
tergantung pada jenis organ yang terinfeksi kuman ini. Infeksi paru-
paru (tuberkulosis paru) akan menimbulkan gejala batuk-batuk kronis
yang berdahak kadang-kadang berdarah (hemoptisis). Meskipun
demikian sering penderita tidak menunjukkan gejala klinis atau
keluhan yang nyata selama bertahun-tahun (asimtomatis).
Gejala umum TBC adalah anoreksia dan penurunan berat badan, tubuh
terasa lelah dan lesu, demam dan sering kedinginan. Pada TBC kulit,
kelainan berupa ulkus atau papul yang berkembang menjadi pustula
yang berawarna gelap.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk dalam Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien dengan Tuberculosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA
Untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

8
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgH spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux Tuberkulin
Merupakan uji serologi Imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
5. Tekhnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat
mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickinson diagnostik instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh mykobakterium tuberculosis.
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomanan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan dan ini tergantung pada tipe keterlibatan dan
kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT, apakah sama baiknya
dengan respon dari klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali yang
terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi
pada penyembuhan yang lengkap.
2. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya
kerusakan paru.
3. Radiologis TB Paru Milier

9
I. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi
Mycobacterium Tuberculosis berupa :
1. Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.
2. Urine. Urine pertama di pagi hari
3. Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien tidak
dapat mengeluarkan sputum.
4. Bahan-bahan lain, misalnya pus.

J. Komplikasi
Nixson Manurung (2016) menjelaskan bahwa penyakit TB paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Emplema
d. Laringitis
e. Menjelar ke organ lain seperti usus
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan napas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
b. Kerusakan arenkim berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru dan sindrom gagal napas dewasa.

K. Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga
bagian yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active
case finding). Pencegahan TB Paru

10
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB BTA positif. Pemeriksaan meliputi : tes
tuberculin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberculin positif maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negative diberikan BCG vaksinasi.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu, misal : penghuni rumah tahanan, petugas kesehatan,
siswa-sisiwi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberculosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun di
tingkat rumah sakit.

L. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Berikut penatalaksanaan pengobatan tuberkulosisi. Mekanisme Kerja Obat
anti-Tuberkulosis (OAT).
1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
b. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Isoniazid (INH).
2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant).
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Isoniazid (INH).
b. Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin
dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan
Pirazinamid (Z).

11
3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri terhadap asam.
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam
pra amino salisilik (PAS), dan sikloserine.
b. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.
4. Pengobatan TB terbagi dalam dua fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan )
dan fase lanjutan ( 4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol. (Depkes RI, 2004).
Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB
yang dikenal dengan Directly Observed Treatment Short Course
(DOTSC). Lima komponen DOTSC yang direkomendasikan WHO
yaitu :
a. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil
keputusan dalam penanggulangan TB.
b. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara makroskopik
langsung, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur.
c. Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek di bawah
pengawasan langsung oleh PMO, khususnya dalam dua bulan
pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan panduan OAT jangka pendek yang
cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

Penemuan penderita. Terdapat empat kategori yaitu : kategori I,II,III, dan IV

Kategori ini didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan.

12
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnese
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan Respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas,
nyeri dada. Keluhan sistemis, meliputi demam, hilang timbul, dan
keluahn sistemis lainnya seperti anoreksia, penurunan BB, malaise,
dan keringat malam.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat
mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita TB Paru, keluhan batuk lama
pada masa kecil, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang
memperberat TB seperti diabetes mellitus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga

13
Secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tapi hal ini perlu ditanyakan
sebagai factor predisposisi penularan di dalam rumah

3. Pola Fungsional Gordon


1. Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit tuberkolosis mengalami
perubahan dalam perawat dirinya yang diakibatkan oleh penyakitnya
2. Pola nutrisi dan metabolism
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.
3. Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang
sehingg klien tidak bisa BAB / BAK secara normal.
4. Pola istirahat tidur
Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya
rasa tidak nyaman dengan meningkatnya suhu
5. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena
kurangnya asupan serta meningkatnya suhu.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat
dan ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme (ex :
mencret)
7. Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx
yang dapat mengetahuinya.
8. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.
9. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak
mengalami gangguan.
10. Pola penanggulangan stress

14
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya.

4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Umum
Klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak, denyut nadi meningkat, hipertensi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
3) Mata
Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak.
4) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak.
5) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan
ada peningkatan bising usus.
6) Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
7) Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
8) Sistem musculoskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
9) Sistem pernafasan

15
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan
nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Foto rontgent
3. USG
4. Terapi
B. ANALISA DATA
Meliputi data fokus, etiologi, problem
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds: pasien mengatakan mucus berlebihan. Ketidakefektifan
sesak nafas dan batuk bersihan jalan
berdahak nafas
Do: pasien terpasang
oksigen dan posisi semi
fowler dengan TD: 130/90
mmhg, N: 120x/menit,
R:24x/menit, S: 37,5 C
2. Ds:Pasien mengatakan tidak Rasa mual
ingin makan dikarenakan makanan/minuman
perut terasa mual. yang tidak enak
Do: Pasien tampak lemas
dan makanan masih utuh
TD: 130/90 mmhg, N:
120x/menit, R:24x/menit, S:
37,5 C
3. Ds: Pasien mengatakan halangan Gangguan pola
susah tidur sejak masuk lingkungan (mis: tidur
kerumah sakit bising, pajanan,

16
Do: mata pasien terlihat cahaya/ gelap.
sayub, kelopak mata muncul Suhu/ kelembapan,
TD: 130/90 mmhg, N: lingkungan yang
120x/menit, R:24x/menit, S: tidak dikenal)
37,5 C

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
berlebihan yang ditandai dengan :
a. Ds: pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
b. Do: pasien terpasang oksigen dan posisi semi fowler dengan TD:
130/90 mmhg, N: 120x/menit, R:24x/menit, S: 37,5 C
2. Mual berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak
yang ditandai dengan :
a. Ds:Pasien mengatakan tidak ingin makan dikarenakan perut terasa
mual.
b. Do: Pasien tampak lemas dan makanan masih utuh TD: 130/90
mmhg, N: 120x/menit, R:24x/menit, S: 37,5 C
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan (mis:
bising, pajanan, cahaya/ gelap. Suhu/ kelembapan, lingkungan yang
tidak dikenal) yang ditandai dengan :
a. Ds: Pasien mengatakan susah tidur sejak masuk kerumah sakit
b. Do: mata pasien terlihat sayub, kelopak mata muncul,TD: 130/90
mmhg, N: 120x/menit, R:24x/menit, S: 37,5 C

D. INTERVENSI
Tanggal Dx NOC NIC
5 1 Tujuan: setelah dilakukan 1. Kelola nebulizer
desembe tindakan selama 2x8 jam ultrasonic,

17
r 2018 pasien diharapkan membaik sebagaimana
17.00 dan sesak berkurang mestinya
indikator awa tuju 2. Buang secret
l an dengan memotivasi
Frekuensi 3 5 untuk melakukan
pernafasa batuk atau
Irama 3 5 menyedot lendir
pernafasan 3. Posisikan untuk
Kemampuan 3 5 meringankan sesak
untuk nafas
mengeluarkan 4. Monitor status
secret pernafasan dan
Batuk 2 5 oksigenasi
Akumulasi 2 5 sebagaimana
sputum mestinya

5 2 Tujuan: setelah dilakukan 1. Dorong pasien


Desemb tindakan selama 2x8 jam untuk memantau
er 2018 pasien diharapkan membaik pengalaman diri
17.00 dan mual berkurang terhadap mual
Indicator Awa Tuj 2. Dorong pola makan
l uan dengan porsi
Asupan 3 5 sedikit makanan
makan yang menarik bagi
berkurang (pasien) yang mual
Kehilangan 2 5 3. Monitor asupan
selera makan makanan terhadap
Tidur 3 5 kandungan gizi dan
terganggu kalori
Perubahan 3 5

18
status nutrisi
5 3 Tujuan: setelah dilakukan 1. Ciptakan
desembe tindakan selama 2x8 jam lingkungan yang
r 2018 pasien diharapkan membaik tenang dan
17.00 dan bisa tidur mendukung
indikator Awa tuju 2. Sediakan
l an lingkungan yang
Kebersihan 3 5 aman dan bersih
lingkungan 3. Hindari gangguan
Pencahayaan 3 5 yang tidak perlu
ruangan dan berikan untuk
Control 3 5 waktu istirahat
terhadap suara
ribut

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus


berlebihan
a. Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
b. Buang secret dengan memotivasi untuk melakukan batuk atau
menyedot lender
c. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
2. Mual berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak
4. Dorong pasien untuk memantau pengalaman diri terhadap mual
5. Dorong pola makan dengan porsi sedikit makanan yang menarik
bagi (pasien) yang mual
6. Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi dan kalori
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan (mis:
bising, pajanan, cahaya/ gelap. Suhu/ kelembapan, lingkungan yang
tidak dikenal)
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
5. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih

19
6. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan untuk waktu
istirahat

4. IMPLEMENTASI
mplementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
Tanggal Dx Implementasi Respon pasien Ttd
1 1. Kelola Ds: pasien mengatakan
nebulizer pagi pukul 08.00 pasien
ultrasonic, dinebu
sebagaimana Do: pasien di beri nebu
mestinya combivent dan nebu
pulmicort
2. Buang secret Ds: pasien mengatakan
dengan batuk berdahak
memotivasi Do: pasien sering
untuk membuang secret
melakukan
batuk atau
menyedot
lendir
3. Posisikan Ds: pasien mengatakan
untuk setengah duduk
meringankan Do: pasien tampak
sesak nafas posisi semifowler
4. Monitor status Ds: Pasien mengatakan
pernafasan dan selalu menggunakan
oksigenasi oksigen

20
sebagaimana Do: pasien terpasang
mestinya kanul oksigen dengan
R: 24x/menit, N:
120x/menit.
2 1. Dorong
pasien
untuk
memantau
pengalama
n diri
terhadap
mual
2. Dorong
pola makan
dengan
porsi
sedikit
makanan
yang
menarik
bagi
(pasien)
yang mual
3. Monitor
asupan
makanan
terhadap
kandungan
gizi dan
kalori

21
3 1. Ciptakan
lingkungan
yang
tenang dan
mendukun
g
2. Sediakan
lingkungan
yang aman
dan bersih
3. Hindari
gangguan
yang tidak
perlu dan
berikan
untuk
waktu
istirahat

5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).
Tanggal Dx evaluasi ttd
S
O

22
A: Masalah sesak belum teratasi
indikator awal tujuan akhir
Frekuensi 3 5 3
pernafasa
Irama 3 5 3
pernafasan
Kemampuan 3 5 3
untuk
mengeluarkan
secret
Batuk 2 5 3
Akumulasi 2 5 2
sputum
S
O
A
Indicator Awal Tujuan akhir
Asupan 3 5 3
makan
berkurang
Kehilangan 2 5 2
selera
makan
Tidur 3 5 3
terganggu
Perubahan 3 5 3
status
nutrisi

23
S
O
A
indikator Awal tujuan Akhir
Kebersihan 3 5 3
lingkungan
Pencahayaan 3 5 3
ruangan
Control 3 5 3
terhadap
suara ribut

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha


Medika.

DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Doenges, Marylinn E. dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta:EGC.

Farandika, Reiza. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Depok: Vicost
Publishing.

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.


Jakarta: Trans Info Media.

Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Soedarto. 2013. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

25
Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan Dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Tarwoto, dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Prosesn


Keperawatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

26

Anda mungkin juga menyukai