Anda di halaman 1dari 4

SATUAN ACUAN PELAJARAN (SAP)

A. SASARAN
Peserta : Remaja di Desa Lumbu
Tempat : Balai Desa Lumbu
Waktu : 20 menit
B. TUJUAN
1. TIU : Setelah selesai menerima semua bahasan tentang korupsi, maka diharapkan
remaja desa Lumbu dapat terbentuk kepribadian anti-korupsi pada diri serta membangun
semangat dan kompetensinya sebagai agent of change bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang bersih dan bebas dari ancaman korupsi.
2. TIK : Dengan tanpa membuka buku, remaja desa Lumbu dapat menjelaskan secara
umum mengenai pengertian korupsi.
C. POKOK BAHASAN : Pendidikan Anti Korupsi.
D. SUB POKOK BAHASAN :
1. Definisi Korupsi.
2. Penyebab korupsi
3. Dampak korupsi
4. Pendidikan antinkorupsi
E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahapan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Media dan Alat
Pendahuluan 1. Menjelaskan Memperhatikan Leaflet, laptop
bahwa peserta penjelasan
harus bisa
membentuk
keperibadian
anti korupsi
2. Menjelaskan
kepada peserta
untuk selalu
memperhatikan
pembahasan
yang akan
dijelaskan
Materi 1. Menjelaskan Memperhatikan dan Leaflet, laptop
tentang berdiskusi
pengertian
korupsi
2. Menjelaskan
penyebab
korupsi
3. Menjelaskan
penyebab
korupsi
4. Menjelaskan
bentuk-bentuk
korupsi
5. Menjelaskan
dampak-
dampak
korupsi
6. Pendidikan
anti korupsi
Penutupan Mengevaluasi apa Tanya jawab dan Leaflet, alat tulis
yang sudah dijelaskan disukusi
dan membuka
pertanyaan

F. EVALUASI : Evaluasi dilakukan dalam bentuk pertanyaan dan dilaksanakan secara lisan
Butir Soal:
1. Apa yang anda ketahui tentang Korupsi?
2. Mengapa sampai saat ini Indonesia masih belum bisa dikatakan sejahtera dari korupsi?
3. Kenapa hukum di Indonesia terhadap korupsi masih lemah?
4. Apakah Indonesia bisa bebas korupsi?
5. Anda sebagai seorang remaja, calon pemimpin masa depan negeri ini, bagaimanakah
skenario terbaik menurut anda tentang cara membentuk negara sejahtera?
G. REFERENSI :
1.
2.
3.
MATERI
Termaktub dalam Ensiklopedia Indonesia “korupsi” (dari bahasa latin corruption=
penyuapan; corruptore = merusak) gejala dimana para pejabat, badan-badan Negara
menyalahgunakan
wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainya.
Adapun arti harfiyah dari korupsi dapat berupa:
1) Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran.
2) Perbuatan yang buruk seperti menggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
3) Korup (busuk; suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan
sendiri, dan sebagainya),
4) Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya), Koruptor (orang yang korupsi)
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tindak korupsi, diantaranya adalah:
penyalahgunaan wewenang dan jabatan/kekuasaan yang dimiliki demi kepentingan dan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman, buruknya hukum, tetapi juga
buruknya manusia, warisan, kemiskinan, ketidaksamaan, ketidakmerataan, gaji yang rendah,
salah persepsi, pengaturan/hukum yang bertele-tele, dan pengetahuan yang tidak cukup
dibidangnya, perumusan undang-undang yang kurang sempurna, administrasi yang lamban,
mahal dan tidak luwes. Tradisi menambah penghasilan, Persepsi bahwa korupsi hal yang biasa
dan kalau terdesak maka tidak apa-apa, dan selama tidak berlebihan itu sah-sah saja, serta tidak
ada perhargaan atas aturan-aturan resmi dari negara, dan budaya dimana korupsi tak menjadi
soal.

Bentuk korupsi sangatlah beragam. Menurut Hussein al Attas, modus operandi bentuk-
bentuk korupsi mencakup penyuapan (bribery), pemerasan (exstortion), dan Nepotisme. (Al-
attas, 1982: 13- 14). Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh
reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu 24: Korupsi
ekstortif, korupsi manipulatif, korupsi nepotistik, dan korupsi subversif. Secara lengkap dalam
UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001) Merumuskan 30 bentuk / Jenis tindak pidana
korupsi, yang dikelompokan yaitu sebagai berikut: Korupsi yang terkait dengan kerugian
keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, curang, kepentingan
dalam pengadaan, dan gratifikasi (pemberian hadiah)
Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya
pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat investasi. Hal
ini terjadi akibat investor enggan masuk ke negara dengan tingkat korupsi yang tinggi. Ada
banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah negara, salah satunya lewat Indeks
Persepsi Korupsi (IPK).
Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam nyawa
masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sektor paling
rawan korupsi.  Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi berkualitas buruk, pelayanan
purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat yang pembeliannya
mengandung unsur korupsi, pasti keampuhannya dipertanyakan.
Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan infrastruktur. Salah
satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank, adalah mark up yang sangat tinggi
mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam sebuah kasus korupsi infrastruktur, dari nilai
kontrak 100 persen, ternyata nilai riil infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena sisanya
dibagi-bagi dalam proyek bancakan para koruptor.
Kemiskinan berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Kemiskinan absolut
Warga dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dan bekerja dengan layak.
2. Kemiskinan relatif
Merupakan kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan yang dapat menyebabkan
ketimpangan pendapatan. Standar kemiskinan relatif ditentukan dan ditetapkan secara
subyektif oleh masyarakat.
3. Kemiskinan kultural
Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor adat atau budaya yang membelenggu
sehingga tetap berada dalam kondisi miskin. 
4. Kemiskinan struktural
Merupakan kemiskinan yang terjadi akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok
masyarakat tertentu terhadap sistem yang tidak adil sehingga mereka tetap terjebak dalam
kemiskinan.

Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika korupsi
telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai hal lumrah dan
bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi mengakar di tengah masyarakat
sehingga menjadi norma dan budaya. 

Anda mungkin juga menyukai