LATAR BELAKANG
World Health Organization menyatakan pada tahun 2015, lebih dari 1,1
miliar orang merokok, serta jumlah perokok laki-laki jauh lebih banyak dari pada
perempuan.7 Tingkat prevalensi merokok belum menurun secara signifikan di
seluruh dunia. Negara-negara di dunia telah mengambil tindakan terpadu untuk
menanggulangi jumlah perokok, seperti kampanye anti-tembakau, kenaikan pajak
rokok, dan intervensi komprehensif berhenti merokok, namun paparan tembakau
tetap menjadi masalah yang substansial.1 Dewasa ini juga para peneliti
menemukan bahwa proporsi perokok terus menurun, namun pada negara
berkembang penurunannya sangat lambat, bahkan tingkat prevalensi perokok
meningkat pada negara yang berpendapatan menengah hingga ke bawah.1 Secara
khusus, banyak negara di Asia menghadapi beragam tantangan mengenai
pencegahan dan pengendalian tembakau.1 Pria di Negara Asia merupakan
prevalensi perokok yang tertinggi, dan faktor-faktor seperti tingkat berhenti
merokok rendah, meningkatnya prevalensi perempuan yang merokok, dan
pemasaran yang agresif oleh perusahaan rokok merupakan tantangan yang
dihadapi oleh penduduk Asia.1 Hal ini mengindikasikan bahwa dampak yang
disebabkan oleh merokok akan terus menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat
di seluruh dunia.1
Sementara itu, menurut data dari WHO tahun 2015, jumlah perokok laki-
laki di Indonesia menempati urutan tertinggi di seluruh dunia, dan jumlah perokok
perempuan di Indonesia menempati urutan ke tujuh puluh delapan di dunia.7
Kementrian Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar juga melaporkan bahwa
perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan
dari tahun 2007-2013.8 Riset tersebut juga menunjukkan pada tahun 2013,
sebanyak 64,9% yang menghisap rokok adalah laki-laki dan sisanya perempuan
sebanyak 2,1%.8 Ditemukan 1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9 persen
perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3 persen pada kelompok indeks
kepemilikan terendah. Kalimantan Barat merupakan provinsi ke delapan dengan
jumlah perokok terbanyak di Indonesia.8
nikotin yang semakin tinggi menandakan bahwa semakin besar peluang seseorang
gagal berhenti merokok.1–3,9 Ketergantungan nikotin mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhenti merokok yang berdampak pada prevalensi merokok.
Kualitas hidup semakin dilihat sebagai hasil kesehatan masyarakat yang penting,
terutama kualitas hidup terkait kesehatan/Health-Related Quality of Life
(HRQOL).1–3,9 Kualitas hidup terkait kesehatan menurut CDC adalah sesuatu
yang dirasakan seseorang atau sekelompok orang secara fisik dan mental dari
waktu ke waktu.10 Menilai kualitas hidup terkait kesehatan tentang perilaku
kesehatan yang negatif dan kecanduan penting dilakukan dan berguna, mengingat
dampak perilaku kesehatan negatif dan kecanduan bermanifestasi dalam kurun
waktu bertahun.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan nikotin dengan
kualitas hidup terkait kesehatan pada mantan perokok menggunakan HQRL di
Klinik Berhenti Merokok Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien program berhenti merokok di Klinik Berhenti Merokok
Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak yang tidak bersedia menjadi
responden.
2. Pasien yang tidak menyelesaikan program berhenti merokok di Klinik
Berhenti Merokok Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak.
3. Pasien yang menyelesaikan program berhenti merokok di Klinik
Berhenti Merokok Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak namun
kembali merokok Pontianak. Commented [A4]: Harus ada nanti di pertanyaan
kuesioner.. apakah sekarang masih merokok atau tidak?
3.3.4 Besar Sampel
Commented [A5]: Sampel menggunakan total sampling.
Besar sampel yang representatif pada penelitian ini dihitung sesuai dengan Jelaskan atau lihat penelitian sebelumnya yang
menggunakan total sampling
rumus besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:16
N
n=
1+N(d2 )
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 95%
Maka :
n= 1+ (0,12 )
n=
n=
Populasi Terjangkau
Sampel
Informed consent
Pengisian Kuesioner:
1. Tingkat ketergantungan
nikotin
2. HRQL
1. Yang JJ, Song M, Yoon H-S, Lee H-W, Lee Y, Lee S-A, et al. What Are the
Major Determinants in the Success of Smoking Cessation: Results from the
Health Examinees Study. Wei Q-Y, editor. PLOS ONE. 2015 Dec
3;10(12):e0143303.
3. Figueiró LR, Bortolon CB, Benchaya MC, Bisch NK, et al. Assessment of
changes in nicotine dependence, motivation, and symptoms of anxiety and
depression among smokers in the initial process of smoking reduction or
cessation: a short-term follow-up study. Trends Psychiatry Psychother.
2013;35.
5. Centers For Disease Control and Prevention. Smoking & Tobacco Use: Fast
Fact [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention; 2017 [cited 2017
Apr 1]. Available from:
https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/fast_facts/
11. Goldenberg M, Danovitch I, IsHak WW. Quality of life and smoking: Quality
of Life and Smoking. Am J Addict. 2014 Nov;23(6):540–62.
14. Lima MG, Borim FSA, de Azevedo Barros MB. Smoking and Health-Related
Quality of Life (SF-36). A Population-Based Study in Campinas, SP, Brazil.
Health (N Y). 2014;6(12):1539–48.
17. Print MCS. Overview [Internet]. Mayo Clinic. [cited 2017 Apr 1]. Available
from: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nicotine-
dependence/home/ovc-20202596