Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pegendalian penyakit TB baru terjadi dalam 2 abad terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki angka prevalensi kasus TB paru yang cukup tinggi. TB paru adalah penyakit sosial yang memiliki implikasi medis. Penyakit ini sering terjadi pada populasi yang kurang beruntung seperti miskin, tidak memiliki tempat tinggal,kekurangan gizi, buruknya sanitasi dan kepadatan penduduk. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2014 sekitar 9,6 juta orang mengidap penyakit TB dan sekitar 1,5 juta meninggal dunia akibat penyakit TB. Lebih dari 95% kematian akibat penyakit TB terjadi di negara berpendapatan rendah dan sedang, dan ini berada diantara 5 penyebab teratas kematian pada perempuan berusia 15 sampai 44 tahun. Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB di Indonesia berdasarkan diagnosis adalah sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Berdasarkan provinsi, prevalensi TB paru dari yang tertinggi adalah provinsi Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Prevalensi TB di Kalimantan Barat berdasarkan diagnosis dan gejala TB menurut provinsi adalah sebesar 0,3%. Kota pontianak memiliki angka kesakitan TB paru sebesar 83,5% dan angka kematian yang ditimbulkan sebesar 1,7%. Kematian akibat TB disebabkan oleh beberapa faktor resiko, diantaranya keterlambatan diagnosis TB paru, pengobatan yang tidak adekuat, dan adanya kondisi penyerta yang memperburuk penyakit TB. Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis paru diantaranya yaitu faktor kependudukan (umur, jenis kelamin, status gizi, peran keluarga, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan), faktor lingkungan rumah, perilaku, dan riwayat kontak. Secara ekonomi, penyebab utama berkembangnya kuman-kuman tuberkulosa di indonesia karena masih rendahnya pendapatan perkepala. Faktor ekonomi yang kurang menjadi salah satu penyebab terjadinya TB paru terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi pada seseorang, sehingga berisiko terhadap seseorang tersebut untuk diserang atau memudahkan untuk terjadinya penularan infeksi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan september 2015, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat sekitar 405.510 orang (8,44 persen), meningkat sekitar 21.810 orang atau 5,68 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan maret 2015 yang berjumlah 383.700 orang (8,03 persen). Kota Pontianak memiliki jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 2014 sekitar 30.750 atau 5,13 persen dan Kecamatan Pontianak Utara memiliki penduduk miskin terbanyak yaitu sebesar 5.045 jiwa. Selain itu, distribusi penyakit TB paru berdasarkan kepadatan penduduk menjadi salah satu faktor risiko penyebaran penyakit TB paru. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis yang penyebarannya melalui udara lebih cepat menyebar. Kepadatan penduduk bergantung pada tingkat pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk di darah perkotaan di negara berkembang termasuk indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab pertumbuhan penduduk yang tinggi ini adalah adanya mobilitas penduduk yang ditandai dengan adanya migrasi. Menurut WHO dalam Ginting (2006) wilayah yang kepadatan penduduknya tinggi cenderung memiliki tempat tinggal yang kumuh, hygiene, dan nutrisi yang buruk sehingga bila ada warganya terkena penyakit TB akan mempercepat proses penyebarannya. TB paru memberikan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Morbiditas TB paru lebih tinggi diantara penduduk miskin dan daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Pontianak mencapai 5.464 orang/km2. Kecamatan Pontianak Utara memiliki kepadatan penduduk sebanyak 3.257 orang/km2. Sedangkan migrasi penduduk yang didata oleh BPS pada tahun 2010 di kota pontianak adalah sebesar 37.348 orang untuk migrasi masuk, 25.534 orang untuk migrasi keluar, dan 11.814 orang untuk migrasi neto. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Penelitian lain menyatakan tentang wilayah padat penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat penularan TB paru. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan dan ekonomi di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
1.2. Rumusan Masalah
Determinan apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian TB paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan dan ekonomi di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui bahwa kemiskinan merupakan determinan kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 2. Mengetahui bahwa kepadatan penduduk meruapakan determinan kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 3. Mengetahui bahwa mobilitas penduduk merupakan determinan kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti 1. Memperoleh pengetahuan mengenai determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 2. Menerapkan ilmu kedokteran komunitas yang dimiliki selama menempuh pendidikan dokter. 1.4.2 Bagi Institusi 1. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi kesehatan mengenai determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 1.4.3 Bagi Masyarakat 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 1.5. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Hubungan Tingkat Sosial Perbedaannya terletak pada variabel dan Ekonomi dengan Angka daerah yang akan diteliti. Peneliti sebelumnya Kejadian TB Paru BTA Positif meneliti hubungan antara pendidikan, di Wilayah Kerja Puskesmas pekerjaan, dan penghasilan terhadap angka Peterongan Jombang Tahun kejadian TB Paru BTA positif di Wilayah 2012 kerja Puskesmas Peterongan Jombang Penulis : Ristyo Sari P. sedangkan peneliti ingin meneliti determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 2 Hubungan Tingkat Ekonomi Perbedaannya terletak pada daerah yang akan dengan Kejadian Tuberkulosis diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti Paru di Puskesmas Kaliwungu hubungan tingkat ekonomi dengan kejadian Kecamatan Kaliwungu tuberkulosis paru di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kudus Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Penulis : Anny Rosiana M. sedangkan peneliti ingin meneliti determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. 3 Analisi Distribusi dan Faktor Perbedaannya terletak pada variabel dan Risiko Tuberkulosis Paru daerah yang diteliti. Peneliti sebelumnya Melalui Pemetaan Berdasarkan meneliti mengenai kasus distribusi penyakit Wilayah di Puskesmas berdasarkan kepadatan penduduk di Candilama Semarang Triwulan Semarang sedangkan peneliti ingin meneliti Terakhir Tahun 2012 determinan kejadian tuberkulosis paru terkait Penulis : Rizka Tri Yuli dengan faktor kependudukan di Kecamatan Aditama Pontianak Utara Kota Pontianak.