Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak
tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB
diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun
kemajuan dalam penemuan dan pegendalian penyakit TB baru terjadi dalam 2
abad terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki angka prevalensi kasus TB paru yang cukup tinggi. TB paru adalah
penyakit sosial yang memiliki implikasi medis. Penyakit ini sering terjadi pada
populasi yang kurang beruntung seperti miskin, tidak memiliki tempat
tinggal,kekurangan gizi, buruknya sanitasi dan kepadatan penduduk.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2014 sekitar 9,6
juta orang mengidap penyakit TB dan sekitar 1,5 juta meninggal dunia akibat
penyakit TB. Lebih dari 95% kematian akibat penyakit TB terjadi di negara
berpendapatan rendah dan sedang, dan ini berada diantara 5 penyebab teratas
kematian pada perempuan berusia 15 sampai 44 tahun. Menurut hasil Riskesdas
2013, prevalensi TB di Indonesia berdasarkan diagnosis adalah sebesar 0,4%
dari jumlah penduduk. Berdasarkan provinsi, prevalensi TB paru dari yang
tertinggi adalah provinsi Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua
masing-masing sebesar 0,6%. Prevalensi TB di Kalimantan Barat berdasarkan
diagnosis dan gejala TB menurut provinsi adalah sebesar 0,3%. Kota pontianak
memiliki angka kesakitan TB paru sebesar 83,5% dan angka kematian yang
ditimbulkan sebesar 1,7%. Kematian akibat TB disebabkan oleh beberapa
faktor resiko, diantaranya keterlambatan diagnosis TB paru, pengobatan yang
tidak adekuat, dan adanya kondisi penyerta yang memperburuk penyakit TB.
Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi faktor risiko terjadinya
penyakit tuberkulosis paru diantaranya yaitu faktor kependudukan (umur, jenis
kelamin, status gizi, peran keluarga, tingkat pendapatan, dan tingkat
pendidikan), faktor lingkungan rumah, perilaku, dan riwayat kontak. Secara
ekonomi, penyebab utama berkembangnya kuman-kuman tuberkulosa di
indonesia karena masih rendahnya pendapatan perkepala. Faktor ekonomi yang
kurang menjadi salah satu penyebab terjadinya TB paru terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada seseorang, sehingga berisiko terhadap
seseorang tersebut untuk diserang atau memudahkan untuk terjadinya penularan
infeksi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan september 2015,
jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat sekitar 405.510 orang
(8,44 persen), meningkat sekitar 21.810 orang atau 5,68 persen dibandingkan
dengan penduduk miskin pada bulan maret 2015 yang berjumlah 383.700 orang
(8,03 persen). Kota Pontianak memiliki jumlah dan persentase penduduk miskin
pada tahun 2014 sekitar 30.750 atau 5,13 persen dan Kecamatan Pontianak
Utara memiliki penduduk miskin terbanyak yaitu sebesar 5.045 jiwa.
Selain itu, distribusi penyakit TB paru berdasarkan kepadatan penduduk
menjadi salah satu faktor risiko penyebaran penyakit TB paru. Tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penyebaran kuman
Mycobacterium tuberculosis yang penyebarannya melalui udara lebih cepat
menyebar. Kepadatan penduduk bergantung pada tingkat pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk di darah perkotaan di negara berkembang
termasuk indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab pertumbuhan
penduduk yang tinggi ini adalah adanya mobilitas penduduk yang ditandai
dengan adanya migrasi. Menurut WHO dalam Ginting (2006) wilayah yang
kepadatan penduduknya tinggi cenderung memiliki tempat tinggal yang kumuh,
hygiene, dan nutrisi yang buruk sehingga bila ada warganya terkena penyakit
TB akan mempercepat proses penyebarannya. TB paru memberikan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Morbiditas TB paru lebih tinggi diantara penduduk
miskin dan daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 distribusi dan kepadatan penduduk di
Kota Pontianak mencapai 5.464 orang/km2. Kecamatan Pontianak Utara
memiliki kepadatan penduduk sebanyak 3.257 orang/km2. Sedangkan migrasi
penduduk yang didata oleh BPS pada tahun 2010 di kota pontianak adalah
sebesar 37.348 orang untuk migrasi masuk, 25.534 orang untuk migrasi keluar,
dan 11.814 orang untuk migrasi neto.
Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat
ekonomi dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Kaliwungu
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Penelitian lain menyatakan tentang
wilayah padat penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat
penularan TB paru. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan
untuk melihat determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor
kependudukan dan ekonomi di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.

1.2. Rumusan Masalah


Determinan apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian TB paru di
Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor
kependudukan dan ekonomi di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bahwa kemiskinan merupakan determinan kejadian
tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
2. Mengetahui bahwa kepadatan penduduk meruapakan determinan
kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota
Pontianak.
3. Mengetahui bahwa mobilitas penduduk merupakan determinan kejadian
tuberkulosis paru di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
1. Memperoleh pengetahuan mengenai determinan kejadian tuberkulosis
paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara
Kota Pontianak.
2. Menerapkan ilmu kedokteran komunitas yang dimiliki selama
menempuh pendidikan dokter.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan
determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor
kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi kesehatan mengenai
determinan kejadian tuberkulosis paru terkait dengan faktor
kependudukan di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
1.4.3 Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang determinan kejadian
tuberkulosis paru terkait dengan faktor kependudukan di Kecamatan
Pontianak Utara Kota Pontianak.
1.5. Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Perbedaan Penelitian
1 Hubungan Tingkat Sosial Perbedaannya terletak pada variabel dan
Ekonomi dengan Angka daerah yang akan diteliti. Peneliti sebelumnya
Kejadian TB Paru BTA Positif meneliti hubungan antara pendidikan,
di Wilayah Kerja Puskesmas pekerjaan, dan penghasilan terhadap angka
Peterongan Jombang Tahun kejadian TB Paru BTA positif di Wilayah
2012 kerja Puskesmas Peterongan Jombang
Penulis : Ristyo Sari P. sedangkan peneliti ingin meneliti determinan
kejadian tuberkulosis paru terkait dengan
faktor kependudukan di Kecamatan
Pontianak Utara Kota Pontianak.
2 Hubungan Tingkat Ekonomi Perbedaannya terletak pada daerah yang akan
dengan Kejadian Tuberkulosis diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti
Paru di Puskesmas Kaliwungu hubungan tingkat ekonomi dengan kejadian
Kecamatan Kaliwungu tuberkulosis paru di Puskesmas Kaliwungu
Kabupaten Kudus Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus
Penulis : Anny Rosiana M. sedangkan peneliti ingin meneliti determinan
kejadian tuberkulosis paru terkait dengan
faktor kependudukan di Kecamatan
Pontianak Utara Kota Pontianak.
3 Analisi Distribusi dan Faktor Perbedaannya terletak pada variabel dan
Risiko Tuberkulosis Paru daerah yang diteliti. Peneliti sebelumnya
Melalui Pemetaan Berdasarkan meneliti mengenai kasus distribusi penyakit
Wilayah di Puskesmas berdasarkan kepadatan penduduk di
Candilama Semarang Triwulan Semarang sedangkan peneliti ingin meneliti
Terakhir Tahun 2012 determinan kejadian tuberkulosis paru terkait
Penulis : Rizka Tri Yuli dengan faktor kependudukan di Kecamatan
Aditama Pontianak Utara Kota Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai