BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
2.1.1 Pengertian Balita
Menurut Depkes RI (2009) balita adalah anak yang berada pada kategori
umur 0-5 tahun. Saat usia balita kebutuhan akan aktivitas hariannya masih
tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari makan, buang air besar dan air
kecil serta kebersihan diri. Pertumbuhan dan perkembangan di masa ini menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan (Sutomo, 2013).
kembang anak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dalam (internal)
dan faktor eksternal/ lingkungan (pranatal dan postnatal) (Soetjiningsih, 2005;
Kusminarti, 2009).
1. Faktor internal (genetik)
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di
dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku atau bangsa.
2. Faktor eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan
menghambatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi
lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan
(faktor pranatal) dan lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
setelah lahir (faktor postnatal).
a. Faktor lingkungan pranatal
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/ lahir mati,
menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada
bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan
sebagainya (Soetjiningsih, 2005).
2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus
dapat menyebabkan kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul,
tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes (Soetjiningsih,
2005).
8
e) Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur tidak hanya saat anak sakit, tetapi
pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin akan
menunjang tumbuh kembang anak (Soetjingsih, 2005).
f) Fungsi metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam
proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan
berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau
setidak-tidaknya memadai (Soetjiningsih, 2005).
g) Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun,
rahim Ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaaan ini
perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin
kurang baik, mengalami persalinan lama/ perdarahan (Soetjiningsih,
2005).
10
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk surveiklinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit (Supariasa, 2002).
b. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urin, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
mendeteksi kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik (Supariasa, 2002).
c. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penetuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemic (epidemic of night blindness) (Supariasa, 2002).
d. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).
1) Pengertian Antropometri
15
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu
yang relatif lama. Indeks TB/U disamping memberikan gambaran
status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status
sosial-ekonomi (Supariasa, 2002).
vi. Lingkar lengan atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh
keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat
dipakai untuk menilai keadaan gizi/ tumbuh kembang pada
kelompok anak prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada
saat lahir menjadi 16 cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak
banyak berubah selama 1-3 tahun. Keuntungan penggunaan LLA
ini adalah alatnya murah, bisa dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat
penggunaannya, dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak
terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk
identifikasi anak dengan gangguan gizi/ pertumbuhan yang berat,
sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menekan jaringan, dan
hanya untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan
dapat untuk anak mulai umur 6 bulan sampai dengan 5 atau 6 tahun
(Soetjiningsih, 2005).
vii. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U
maupun BB/TB. Lingkar lengan atas seperti berat badan
merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat.
Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi
saat ini. Namun, indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk
melihat pertumbuhan anak. Pada usia dua sampai lima tahun
perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan skrining individu,
tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi.
Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi,
disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi
18
d) Klasifikasi Jelliffe
Indeks yang digunakan oleh Jelliffe adalah berat badan menurut umur.
Pengkategoriannya adalah kategori I,II,III, dan IV.
Tabel 1.4. Klasifikasi KEP menurut Jelliffe
Kategori BB/U (% baku)
KEP I 80-90
KEP II 70-80
KEP III 60-70
KEP IV <60
e) Klasifikasi Bengoa
Bengoa mengklasifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu KEP I, KEP II,
KEP III. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur.
21
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Dari beberapa pengertian Posyandu diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Posyandu merupakan, suatu bentuk layanan terpadu yang
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan program-program kerja dari
instansi terkait untuk kemudahan memperoleh layanan kesehatan dasar,
penurunan angka kematian ibu dan anak dan untuk pencapaian Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (KKBS).
Posyandu terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga
dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Pelaksanaannya dilakukan
secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan
program untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan situasi atau
kebutuhan lokal serta tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.
Dari uraian di atas diharapkan dengan adanya Posyandu, kesehatan ibu dan
anak dapat terpantau sehingga tingkat angka kematian ibu dan bayi menurun.
2.4.3. Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah di bidang kesehatan, sehingga
semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/ keluarga, yang menjadi
sasaran utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan
Pasangan Usia Subur (PUS) (Kemekes, 2011):
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan ksesehatan perorangan primer dan
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
b. Gizi
Pelayanan gizi diposyandu dilakukan oleh kader. Jenis palayanan yang
diberikan mekiputi penimbangan berat badan badan, deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet
Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita
yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di
bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke
Puskesmas atau Poskesdes.
c. Pencegahan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan
lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
2. Kegiatan pengembangan/ tambahan
35
2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur
b. Meja 2
Penimbangan balia dan ibu hamil
c. Meja 3
Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
d. Meja 4
1) Pengukuran berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil
dengan resiko tinggi, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
mengikuti Keluarga Berencana (KB).
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan TMT, oralit, Vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom.
e. Meja 5
1) Pemberian imunisasi
2) Pemeriksaan kehamilan
3) Pemariksaan kesehatan dan pengobatan
4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
Untuk meja 1-4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5
dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya: dokter, bidan, perawat,
juru imunisasi den sebagainya (Efendi, 1998:270).
4. Penyuluhan
Penyuluhan adalah penyampaian informasi dari sumber informasi kepada
seseorang atau sekelompok orang mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan suatu program. Di posyandu penyuluhan yang diberikan biasanya
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak (KemenKes, 2011).
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan
utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan
dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%
KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat
pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungan.
2. Pembiayaan Posyandu
Sumber pembiayaan posyandu berasal dari berbagai sumber,
pertama sumber biaya posyandu berasal dari masyrakat antara lain dari
iuran pengguna/pengunjung posyandu, iuran masyarakat umum dalam
bentuk dana sehat, sumbangan/donator dari perorangan atau kelompok
masyarakat. Kedua, sumber dana posyandu berasal dari swasta/dana
usaha misalnya dengan menjadikan posyandu sebagai anak angkat
perusahaan. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana,
prasarana, atau tenaga sebagai sukarelawan posyandu. Ketiga, sumber
dana posyandu berasal dari hasil usaha yang dilakukan oleh pengurus dan
kader posyandu misalnya dengan kelompok usaha bersama, hasil
penjualan PMT.
Pemanfaatan dan pengelolaan dana yang dilakukan oleh kader
dan petugas terkait digunakan untuk membiayai kegiatan posyandu
dalam bentuk biaya operasional posyandu, biaya penyediaan PMT,
pengganti biaya perjalanan kader, modal usaha, dan bantuan biaya
rujukan bagi yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2011).
3. Pelaporan kegiatan Posyandu
43