Rekayasa Pondasi I
Rencana pembelajaran mata kuliah
Rekayasa Pondasi 1 dalam satu
semester, review Mektan I dan II,
memberi pertimbangan dalam
pemilihan jenis pondasi yang akan
digunakan pada kondisi tanah
tertentu
01
Fakultas Teknik Teknik Sipil MK11021 Wimpie Agoeng N. Aspar
Perencanaan Dan
Desain
Abstract Kompetensi
Uraian umum tentang fungsi dan jenis- Mahasiswa mampu menjelaskan
jenis pondasi, Teori keruntuhan dan kriteria ponadasi dangkal serta teori
daya dukung keruntuhan, daya dukung
Pengantar dan Pengenalan Rekayasa Pondasi 1
1. KLASIFIKASI TANAH SECARA TEKNIS (REVIEW MEKANIKA TANAH)
Sistem klasifikasi tanah dibagi dalam kelompok dan subkelompok berdasarkan sifat-
sifat teknis yang umum digunakan yaitu penyebaran ukuran butir, batas cair, dan batas
plastis. Sistem klasifikasi tanah yang utama adalah (1) Sistem AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Officials) dan (2) USCS (Unified Soil
Classification System). Sistem klasifikasi AASHTO terutama digunakan untuk klasifikasi
tanah sebagai bahan subgrades jalan raya dan tidak digunakan untuk konstruksi pondasi
bangunan. Sistem klasifikasi USCS pada umumnya digunakan untuk mengklasifikasi tanah
sebagai bahan konstruksi bangunan.
Tabel 1: Tipe Pondasi dan Tipikal pemakaiannya dalam praktek (Bowles, 1997)
Tipe Pondasi Pemakaian Kondisi tanah
Pondasi telapak menyebar Menahan beban kolom Kondisi umum dimana daya
dan pondasi telapak terpisah, menahan dinding dukung cukup mampu
dinding menahan beban. Bisa
digunakan pada tanah lapisan
tunggal, lapisan tanah kaku di
atas tanah lunak, atau
sebaliknya. Perlu dikontrol
terhadap penurunan akibat
dari segala sumber beban
Pondasi telapak kombinasi 2 – 4 kolom untuk satu Sama seperti untuk kondisi
pondasi telapak dan/atau pondasi telapak menyebar
bila ruangan terbatas
Pondasi matras (mat Beberapa baris dari kolom- Daya dukung tanah biasanya
foundation) kolom paralel; beban kolom lebih kecil daripada pondasi
berat; pemakaian untuk telapak menyebar, dan lebih
mengurangi perbedaan dari separoh luas tapak
penurunan tertutup oleh pondasi telapak
menyebar. Perlu dikontrol
terhadap penurunan akibat
dari segala sumber beban
a. Kedalam pondasi dangkal (telapak atau matras) harus cukup untuk menghindari
pemampatan material dari bawah pondasi. Keretakan pondasi sering dijumpai pada saat
terjadi penurunan pondasi. Keretakan pondasi existing sering dijumpai di pada saat
penggalian tanah untuk pembangunan pondasi baru.
b. Kedalaman pondasi harus berada di bawah zona perubahan volume akibat perubahan
musim seperti dari musim kering ke musim hujan. Hal ini biasanya harus mengikuti
peraturan bangunan setempat.
e. Pondasi harus dilindungi terhadap material korosif terutama apabila pondasi dibangun di
areal bekas tanah timbunan sampah atau tanah urug yang mudah mengembang
(expansive soil).
Jika pondasi yang dimaksud terletak di atas pasir atau tanah lempung yang
dipadatkan dengan kerapatan sedang (Gambar 2b), kenaikan beban pada pondasi akan
diikuti oleh pertambahan penurunan. Akan tetapi, dalam hal ini keruntuhan permukaan pada
tanah sedikit demi sedikit berkembang menjauhi pondasi, seperti yang ditunjukkan oleh
garis utuh pada Gambar 1b. Bila beban pada pondasi per satuan luas sama dengan qu(1),
gerakan pondasi akan diikuti oleh hentakan tiba-tiba. Selanjutnya gerakan pondasi yang
cukup besar diperlukan untuk mengakibatkan keruntuhan permukaan tanah yang
ditunjukkan pada Gambar 3 (B = diameter pelat atau lebar pelat persegi, dan = berat
volume pasir kering). Sangat penting untuk diperhatikan bahwa dari gambar tersebut, untuk
Dr kira-kira 70%, tipe keruntuhan geser umum terjadi dalam tanah.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, Vesic (1973) membuat korelasi
antara moda keruntuhan dan daya dukung pondasi yang terletak di atas pasir. Gambar 4
menunjukkan hubungan tersebut, yang melibatkan notasi berikut ini.
Dr = kerapatan relatif pasir
Df = kedalaman pondasi diukur dari permukaan tanah
B* = 2 BL (1)
BL
dimana B = lebar pondasi
L = panjang pondasi
(Catatan: L selalu lebih besar dari B)
Untuk pondasi bujur sangkar, B = L; untuk pondasi bulat, B = L = diameter, maka B* =
B. Gambar 5 menunjukkan penurunan, S, pelat bulat dan persegi di atas permukaan pasir
pada beban ultimit seperti yang dijelaskan pada Gambar 3. Gambar 5 menunjukkan kisaran
umum S/B dengan kerapatan relatif pemadatan pasir. Jadi, secara umum, dapat dikatakan
bahwa untuk pondasi dangkal (yaitu, Df/B* kecil), beban ultimit terjadi pada penurunan
pondasi sebesar 4 – 10% B. Kondisi ini terjadi bila keruntuhan geser umum dalam tanah
terjadi. Akan tetapi, dalam hal keruntuhan geser setempat atau pons, beban ultimit bisa
terjadi pada penurunan sebesar 15 – 25% lebar pondasi (B).
2
B
/f
D
3
Df
B
4
Kerapatan Relatif, D r
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
20
15
S/B (%)
10
Pelat persegi lebar 12 inci
Pelat diameter 8 inci
5 Pelat diameter 6 inci
Pelat diameter 4 inci
Pelat diameter 2 inci
0
16,5 17 17,5 18 18,5 19 19,5
Gambar 5: Kisaran Penurunan Pelat Bulat dan Persegi pada Beban Ultimit (Df/B = 0)
Dalam Pasir (Vesic, 1963)