Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk,
2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2008).
Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai suatu siklus yang
klasik adalah 28 hari , tetapi cukup bervariasi tidak sama untuk setiap wanita
(Guyton, 2006). Lama haid biasanya antara 3 - 5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti
darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah normal yang
keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun
ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun
ialah 51,9 hari (Wiknjosastro, 2008).
Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di
endometrium (Ganong, 2001; Guyton, 2006 ; Sherwood, 2001).
Menurut Cohen (2001) siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase, yaitu fase
awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal,dan
fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di
endometrium.
Apabila siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain
tidak berada pada interval pola haid pada rentang waktu kurang dari 21 atau lebih
dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari
7 hari disebut siklus menstruasi atau haid yang tidak teratur (Berek, 2002).
Gangguan Haid digolongkan atas 4 bagian yaitu kelainan banyaknya darah
dan lamanya pendarahan pada haid, kelainan siklus, perdarahan di luar
haid,gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid (Wiknjosastro, 2008).
Menurut Berek (2002), ada enam jenis gangguan menstruasi yang termasuk
kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea, polimenorea,
menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea. Variasi dari siklus
menstruasi dan gangguan menstruasi sering terjadi (LK lee dkk, 2006).

1
Wanita usia reproduktif banyak memiliki masalah menstruasi atau haid yang
abnormal,seperti sindrom menstruasi dan menstruasi yang tidak teratur (Johnson,
2004).
Wanita-wanita usia reproduktif zaman modern seperti sekarang ini sering
dihad apkan pada berbagai masalah-masalah psikososial, medis dan ekonomi,
sehingga dapat menimbulkan stres bagi wanita yang tidak mampu beradaptasi
dengan tekanan eksternal dan internal. Sehingga stres dapat dikatakan sebagai
faktor etiologi dari gangguan menstruasi (Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk,
2004).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami dan menguasai mengenai konsep gangguan menstruasi
dan proses keperawatan yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian dari menstruasi
2. Mampu menjelaskan fisiologi dari menstruasi
3. Mampu menjelaskan siklus menstruasi
4. Mampu menjelaskan pengertian dari gangguan menstruasi
5. Mampu menjelaskan pengertian dari macam-macam gangguan dalam
menstruasi
6. Mampu menjelaskan patofisiologi dari macam-macam gangguan
dalam menstruasi
7. Mampu menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
8. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam-macam
gangguan dalam mentruasi
9. Mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun cara penulisan pada makalah ini terdapat BAB I yaitu Pendahuluan, BAB
II yaitu Tinjauan Teori, BAB III yaitu Asuhan Keperawatan, BAB IV yaitu
Penutup. Terdapat juga Daftar Pustaka.

2
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis:
Penulisan ini bermanfaat sebagai pemenuhan tugas untuk mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang diampu oleh Fenti Hasnani, S.Kep, MA.Kes
serta menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai konsep dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan dalam menstruasi.
b. Bagi pembaca:
Dengan penulisan makalah ini akan bermanfaat kepada pembacanya dalam
menambah ilmu serta wawasan mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan menstruasi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Menstruasi

2.1.1 Pengertian Menstruasi.


Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan
timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu
estrogen dan progesteron (Hawari, 1997).
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari
rahim, berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon
retorik (Yanto Kadarusman, 2000).
Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wknjosastro, 2008).

2.1.2 Fisiologi Menstruasi


Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk
kali pertama adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun
belum juga datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan
memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum
memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih
lama dan prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid atau menstruasi
pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan
lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami
haid tidak normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat,
4
darah haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti pembalut
wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (Pree Menstruasi Syndrom),
siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid
yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang
subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih normal jika
terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama. Artinya, bila
seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia 11 tahun,
maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia
13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan
haid.
Haid Dipengaruhi berbagai hormon: GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior
mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon) memicu
pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah
besar. Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium (penebalan
dari endometrium). Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk
mengeluarkan hormon LH (Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan
ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesteron. Progesteron
sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium sehingga terjadi
Fase sekresi atau fase luteal.

2.1.3 Siklus Menstruasi


Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai
awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus
menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari.
Lama haid biasanya antara 3 – 7 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-
rata ±16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu
juga dengan wanita yang anemia.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal
ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur.

5
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium
mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi).
Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa
terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk
kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka
endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi).
Siklus ini berlangsung selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses
pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus
berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1) Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan
fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1
sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.
Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon
terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah
dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang
telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari,
rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah
menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat.
2) Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan
sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah
terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari
permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat
ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian

6
bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3) Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar
progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat
selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru
akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus
luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin).
Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone
sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan
didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
1) Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-
kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.
2) Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir
yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

3) Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase
ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
Proliferasi dapat dibagi atas 3 sub fase, yaitu :
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

7
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel
permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya
banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).
c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase
ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan
dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.
4) Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14
sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan
getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium
tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai
makanan untuk telur yang dibuahi.

2.2 Gangguan dalam Menstruasi


2.2.1 Pengertian Gangguan dalam Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi
yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan
dan lamanya perdarahan.
2.2.2 Macam-macam Gangguan dalam Menstruasi
1) Premenstrual Tension (Ketegangan Pra haid)
a. Definisi
Keteganagan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang
sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai
haid berhenti.
b. Etiologi

8
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting
ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi
cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema.
Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid
terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga
memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan
prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di
dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi dan khususnya
gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti
depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin
penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini
dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi
adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan
dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan
pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi
kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-
menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic
acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem
reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem
saraf, dan sebagai anti peradangan.
d. Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri
pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa
ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik
tersebut diatas.

9
2) Disminorea
a. Definisi
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai
membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri
sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan,
lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
1. Nyeri haid primer :
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya
waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan
posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal,
namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik,
dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang
menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala
tersebut tidak membahayakan kesehatan.
2. Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor
sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu
organ dan jaringan di sekitarnya.
b. Etiologi
Faktor kejiwaan, konstitus, obstruksi kanalis servikalis, endokrin dan
alergi.
c. Patofisiologi
1. Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron.
Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom,
sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada
di membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat.
Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan

10
disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa
sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.
2. Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat
menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri
d. Manifestasi klinis
Disminore Primer : nyeri pada bagian perut bawah yang menyebar ke
pinggang dan paha, rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan
iritabilitas.
e. Terapi
1) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan,
lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang
diperlukan psikoterapi.
2) Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut
bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering
diberikan adalah Na diklofenamat 3x350 mg, ibu profen 3x800 mg,
rumatan 4x250 mg, asam mafenamat dosis awal 500mg.
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan

11
benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer.
Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid
mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.
3) Mittelschmerz : Nyeri diantara masa haid dan ovulasi yang muncul dalam
hitungan jam hingga tiga hari. Nyeri dapat disertai perdarahan namun tidak
disertai mual muntah.
4) Kelainan Siklus Haid
1. Polimrnoria : Perdarahan haid yang terjadi dengan interval kurang dari
21 hari. Biasanya disebabkan gangguan hormonal, endometriosis
maupun kongesti ovarium karena peradangan.
2. Oligomenorea : Panjang siklus menstruasi lebih dari 35 hari.
3. Amenore
a. Definisi
Amenore adalah tidak ada haid selama 3 bulan berturut-turut.
Adanya amenorea harus dipastikan bukan suatu kondisi fisiologis
seperti masa sebelum pubertas, kehamilan, masa laktasi, dan sesudah
monopouse. Amenorea patologis dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Amenore primer : Belum pernah haid hingga usia 18 tahun.
Paling sering disebabkan oleh kelainan genetik dan abnormalitas
kongenital lainnya.
2) Amenore sekunder : Sebelumnya pernah haid, tetap kemudian
tidak haid lagi
b. Etiologi
1) Tertundanya menarche (menstruasi pertama)
2) Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin (misalnya tidak
memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks

12
yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu
sempit / himen imperforata)
3) Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet
berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain)
4) Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5) Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma
Swyer) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X)
6) Obesitas yang ekstrim
7) Hipoglikemia
8) Penyakit menahun
9) Kekurangan gizi
10) Penyakit Cushing
11) Fibrosis kistik
12) Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
13) Hipotiroidisme
14) Sindroma adrenogenital
15) Penyakit ovarium polikista
16) hiperplasia adrenal kongenital
Penyebab amenore sekunder :
1) Kehamilan
2) Kecemasan akan kehamilan
3) Penurunan berat badan yang drastis
4) Olahraga yang berlebihan
5) Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6) Mengkonsumsi hormon tambahan
7) Obesitas
8) Stres emosional
9) Menopause
10) Kelinan endrokin (misalnya sindorma Cushing yang
menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh kelenjar
adrenal)
11) Obat – obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid,
pil KB, fenotiazid)
12) Prosedur dilatasi kuratesa

13
13) Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta)
dan sindrom Asherman (pembentukan jaringan parut pada
lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan).
c. Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai
bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization,
adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular feminization
disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer
yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh
feminin. Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami kecacatan,
tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti
ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan
pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti
adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu
penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah
kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk
menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan
estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis
anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah
penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang

14
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic
amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak
pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang
dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa
juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan
morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah
kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut
buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
1) Sakit kepala
2) Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil
dan tidak sedang menyusui)
3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5) Vagina yang kering
6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang
mengikuti pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran
payudara
e. Terapi

15
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau
obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika
penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya. Jika seorang anak perempuan yang belum
pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil
pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya.
5) Kelainan Jumlah dan lama haid
1. Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi
Hipermenore atau menoregia adalah perdarahan berkepanjangan atau
berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan
perdarahan haid yang jumlahnya banyak ( >80 mL darah) dan/atau
durasi bertambah lama ( >7 hari) pada interval haid yang normal.
b. Etiologi
1. Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro
versi, first menstrual period after childbirth or abortion (MPT),
tumor sel granulosa di ovarium.
2. Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan
perdarahan.
3. Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device).
Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran menstruasi.
4. Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat
mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe
(uterus kecil jadi luka kecil).
5. Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya
kurang
6. Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu
lelah, juga karena tonus otot kurang.
7. Hipertensi.
8. Infeksi : endometriosis, salphingitis
9. Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik
10. Penyakit darah : Hemofili

16
c. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin
releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar
melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada
gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan luteinzing hormon (LH) dan FSH
menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen
yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi.
Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang
telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan
korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan
stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari
penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus
luteum. Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama
setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum
matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi
patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi
dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH,
maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi
esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan
siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal,
namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d. Manifestasi klinis
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
a) Sakit kepala
b) Kelemahan
c) Kelelahan
d) Kesemutan pada kaki dan tangan
e) Meriang

17
f) Penurunan konsentrasi
e. Terapi
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
a) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia,
kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah
atau hemoglobin).
b) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti
aspirin atau ibuprofen.
c) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
d) Progesteron (terapi hormon)
e) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
2. Hipomenorea
a. Definisi
Perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari
biasanya. Keadaan ini disebabkan akibat gangguan endokrin,
konstitusi penderita dan pada uterus.
6) Perdarahan diluar Haid
a. Definisi
Perdarahan diluar haid dapat diakibatkan oleh etiologi organik atau
fungsional. Penyebab organik mencakup kelainan pada serviks
uteri,korpus uteri, tuba falopii dan ovarium. Perdarahan uterus yang tidak
disebabkan oleh etiologi organik atau disebabkan oleh sebab fungsional
disebut sebagai perdarahan disfungsional. Etiologinya berupa corpus
luteum persisten, insufisiensi korpus luteum, apopleksia uteri dan
kelainan darah.
b. Klasifikasi perdarahan diluar haid diantarnya :
1. Metroragia : Perdarahan haid dengan interval tidak teratur.
2. Menometroragia : Peningkatan perdarahan haid atau durasi
perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur.
c. Terapi
1. Esterogen dosis tinggi : dipropionas estradiol IM 2,5 mg,atau
benzoasestradiol 1,5 mg atau valeras estradiol 20mg.
2. Progesteron : Kaporas hidroksi-progesteron 125 mg IM atau
norethindrone 15 mg asetas medroksi-progesteron10 mg.

18
3. Androgen.

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Wanita yang mengalami masalah perdarahan per vagina dikaji untuk
mendapatkan riwayat menstruasi dan reproduksi, riwayat masalah perdarahan, dan
riwayat kesehatan diri dan keluarga. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
pelvis dengan spekulum dan bimanual, berikut pemeriksaan spesimen dan
diagnostik jika diinginkan.
1. Riwayat Menstruasi
Periode menstruasi menentukan pola menstruasi normal wanita dan
menjadi dasar dalam mengevaluasi gejala yang dialami baru-baru ini. Untuk
mengkaji jumlah perdarahan secara akurat, perawat menanyakan kebutuhan
tampon atau pembalut, atau tampo yang digunakan dalam waktu yang telah
ditentukan, seperti 4 jam, dapat memberi gambaran tentang tingkat perdarahan
(untuk perkiraan pengendapan darah menstruasi di pembalut). Riwayat berikut
mengindentifikasikan karakter perdarahan :
a. Tanggal awitan perdarahan
b. Berapa hari perdarahan berlangsung
c. Bagaimana hal ini mempengaruhi siklus menstruasi
d. Jumlah perdarahan (berdasarkan tampon atau pembalut yang digunakan).
e. Ada tidaknya bekuan atau jaringan dan bau dari rabas menstruasi
f. Pola ketidaknyamanan, nyeri, kram atau gejala terkait lainnya.
g. Pola nyeri dalam perdarahan sangat penting : apakah nyeri terjadi
sebelum atau setelah awitan perdarahan ? apakah nyeri berkelanjutan atau
berhenti saat perdarahan dimulai dan berakhir? Keparahan nyeri dikaji
dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi gaya hidup dan
aktivitas sehari-hari. Pola kondisi nyeri hebat, wanita mungkin perlu
berbaring atau tidur di tempat tidur atau mungkin tidak mampu
meneruskan aktivitasnya. Karakter nyeri dapat digambarkan seperti rasa
sakit, kram, nyeri tajam, nyeri seperti tertembak, atau nyeri seperti
tertusuk.
Bau busuk pada rabas vagina atau darah mungkin mengindikasikan
adanya infeksi, terutama jika disertai demam. Ketidaknyamanan atau rasa

20
terbakar pada saluran kemih mungkin mengindikasikan adanya
perdarahan dari sistem perkemihan. Tanyakan wanita tentang adanya
perubahan berat badan yang mendadak, stres berat atau perubahan
kehidupan saat ini, diet ketat, penggunaan obat, tanda-tanda kehamilan,
penyakit lain, dan penggunaan kontrasepsi. Riwayat tentang gejala,
penanganan, dan faktor-faktor yang dapat menurunkan atau meningkatkan
gejala dapat membantu upaya pengkajian.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan panggul memberikan data mengenai kondisi perineum,
vagina, serviks, uterus dan adneksa, uretra serta rektum. Klien mungkin sulit
membedakan antara perdarahan yang berasal dari hemoroid atau meatus
urinarius dan perdarahan dari vagina. Darah yang berada dalam vagina
mungkin berasal dari vagina, serviks, atau struktur uterus. Inspeksi yang
cermat dapat menunjukkan adanya laserasi atau adanya inflamasi vagina atau
polip, infeksi atau lesi pada serviks.
Pemeriksaan bimanual dapat menunjukkan adanya pembesaran uterus,
nyeri tekan, atau massa; nodul di septum rektovaginal, ligamen, cul-de-sac ;
atau massa adneksa, bengkak atau nyeri tekan. Apabila dikombinasikan
dengan data pengkajian dari riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan panggul
dapat menguatkan diagnosis.perawat dapat melakukan atau membantu
pemeriksaan panggul, bergantung pada keterampilan dan keahlian.
Pemeriksaan diagnostik terdiri dari :
a. Pap Smear
b. Apusan vagina atau serviks untuk kultur atau pemeriksaan
mikroskopik.
c. Hemotokrit dan hemoglobin
d. Hitung darah lengkap dan turunannya
e. Guaiak feses
f. Kultur urine, urinalisis
g. Pemeriksaan kehamilan
h. Kultur gonorea atau Chlamydia
i. USG panggul atau CT Scan ( jika massa di panggul telah
teridentifikasikan).

21
Instrumen Pengkajian
1) Riwayat Menstruasi
a. Menarke : Usia mulai menstruasi
b. Pola menstruasi dalam beberapa tahun pertama :
(1) Keteraturan siklus
(2) Nyer atau kram
(3) Lama dan karakter aliran menstruasi
c. Persiapan untuk menstruasi (sejauh mana, siapa yang memberi
informasi dan kondisi)
d. Reaksi terhadap menarke (perasaan, sikap)
e. Karakteristik dan siklus menstruasi
(1) Lama siklus (teratur atau tidak teratur)
(2) Lama dan karakter aliran menstruasi ( berapa hari, jumlah darah
dan bekuan)
(3) Ketidaknyamanan atau nyeri menstruasi :
(a) Kapan nyeri dimulai (beberapa hari, beberapa jam sebelum
aliran menstruasi; saat awitan aliran menstruasi)
(b) Berapa lama nyeri berlangsung (jam/hari)
(c) Tingkat keparahan nyeri (sejauh mana mengganggu aktivitas)
(d) Medikasi atau obat-obatan yang digunakan, keefektifan
(e) Penggunaan pembalut,dll
f. Gejala pra menstruasi
(a) Awitan gejala ( beberapa hari/jam sebelum aliran)
(b) Perkembangan gejala ( memburuk, membaik, kapan berakhir)
(c) Tipe gejala dan keparahan relatif
(d) Faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala (makanan,
aktivitas, istirahat)
(e) Terapi medis atau penanganan mandiri
(f) Pengaruh pada pekerjaan atau kativitas harian
(g) Pengaruh terhadap pasangan ataua keluarga.
g. Sikap terhadap menstruasi
(a) Perasaan tentang menstruasi (positif, negatif)
(b) Perasaan tentang gejala menstruasi

22
(c) Persepsi rentang hubungan antara gejala menstruasi dan status
wanita
(d) Perasaan tentang respon orang terdekat terhadap perilaku selama
menstruasi
(e) Kepercayaan mengenai pengaruh gejala menstruasi pada
kemampuan kognitif atau fungsional wanita.
h. Pengetahuan tentang menstruasi
(a) Fisiologi siklus menstruasi
(b) Psikologis menstruasi
(c) Konsep sosial yang terkait dengan menstruasi
(d) Dismenorea (penyebab, gejala, penanganan)
(e) Sindrom pra menstruasi (penyebab, gejala, penanganan)

3.2 Diagnosis Keperawatan


Setelah pengkajian keperawatan yang menyeluruh, perawat dapat
merumuskan diagnosis keperawatan yang tepat. Beberapa diagnosis
keperawatan :
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus saat
menstruasi
2) Intoleransi aktivitas berhunungan dengan kelemahan akibat anemia
3) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen.

23
3.3 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Nyeri akut NOC : NIC :

Batasan karakteristik : - Pain level Pain management

1) Perubahan selera - Pain control 1. Lakukan pengakajian nyeri


makan secara komprehensif termasuk
2) Perubahan tekanan - Comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
darah KH : frekuensi, kualitas dan faktor
3) Perubahan frekuensi presipitasi.
jantung 1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal
4) Perubahan frekuensi nyeri (tahu penyebeb dari ketidaknyamanan
pernapasan nyeri, mampu 3. Gunakan teknik komunikasi
5) Diaforesis menggunakan teknik teraupetik untuk mengetahui
6) Perubahan posisi nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
untuk menghidari mengurangi nyeri, 4. Kaji kultur yang
nyeri mencari bantuan) mempengaruhi respon nyeri
7) Dilatasi pupil 2. Melaporkan bahwa 5. Evaluasi pengalaman nyeri
8) Sikap tubuh nyeri berkurang dengan masa lampau
melindungi menggunakan 6. Evaluasi bersama pasien dan
9) Gangguan tidur manajemen nyeri tim kesehatan lain tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri (skala intensitas, masa lampau
frekuensi dan tanda 7. Bantu pasien dan keluarga
nyeri) untuk mencari dan menemukan
4. Menyatakan rasa dukungan
nyaman setealah nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
12. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Monitor penerimaan pasien

24
tentang manajemen nyeri

2. Intoleransi aktifitas NOC NIC


Activity Therapy
Batasan karakteristik : - Energy conservation 1. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi
1) Respon tekanan - Activity tolerance
2. Bantu klien untuk
darah abnormal
- Self care : ADLs mengidentifikasi aktivitas yang
terhadap aktivitas
mampu dilakukan
2) Tekanan frekuensi KH: 3. Bantu klien untuk membuat
jantung abnormal
jadwal latihan
terhadap aktivitas 1. Berpatisipasi dalam
4. Bantu untuk memilih aktivitas
3) Ketidaknyamanan aktivitas fisik
yang sesuai dengan kemampuan
setelah beraktivitas 2. Mempu melakukan
fisik
4) Menyatakan merasa aktivitas sehari-hari
5. Sediakan penguatan positif bagi
letih 3. Tanda-tanda vital
yang aktif beraktivitas
5) Menyatakan merasa normal
6. Monitor respon
lemah 4. Energy psikomotor
fisik,emosi,sosial dan spiritual
5. Sirkulasi status baik
6. Mampu berpindah
tanpa bantuan

Ansietas NIC
3.
Batasan karakteristik: NOC
Anxiety Reduction
1) Penurunan - Anxiety self control
1. Gunakan pendekatan yang
produktivitas - Anxiety level menyenangkan
2) Gerakan yang 2. Nyatakan dengan jelas harapan
relevan - Coping terhadap pelaku pasien
3) Gelisah 3. Temani pasien untik
KH:
4) Melihat sepintas memberikan keamanan
5) Kontak mata yang 1. Klien mampu 4. Bantu pasien untuk mengenal
buruk mengidentifikasi gejala situasi yang menimbulkan
6) Mengekspresikan cemas kecemasan
kekhawatiran 2. Mengungkapkan teknik 5. Instruksikan pasien
7) Tampak waspada untuk mengontrol menggunakan teknik relaksasi
cemas 6. Berikan obat mengurangi
3. Vital sign dalam batas kecemasan
normal
4. Tingkat aktivitas
menunjukan

25
berkurangnya
kecemasan

3.4 Implementasi Keperawatan


3.5 Evaluasi Keperawatan
Intervensi keperawatan di evaluasi dengan memantau perubahan tingkah laku,
tingkat pengetahuan dan keterampilan perawatan diri, dan sikap serta pandangan
wanita. Berikut ini kemungkinan kriteria hasil :
1. Klien mengungkapkan pemahaman yang jelas mengenai penyebab,
penanganan, dan kriteria hasil untuk masalah perdarahan.
Klienmendemonstrasikan aktivitas yang memaksimalkan pemulihan dan
mencegah kekambuhan dan komplikasi.
2. Wanita mengekspresikan rasa takut dan kekhawatirannya secara terbuka.
3. Klien membuat sebuah rencana ke dalam gaya hidupnya.
4. Klien mencari bantuan secara tepat dari keluarga, tenaga medis, dan sumber
daya komunikasi lainnya.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting
dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
pubertas dan menopause.
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi
yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.
Macam-macam gangguan menstruasi yaitu : Premenstrual tension
(Ketegangan Pra haid), disminorea, mittelschmerz, gangguan siklus menstruasi;
Polimrnoria, oligomenorea, amenore, Kelainan Jumlah dan lama haid ;
Hipermenore (Menorraghia), hipomenorea, perdarahan diluar haid.

4.2 Saran
Kelompok :
Kepada kelompok guna memberikan pemaparan yang bermutu dan konseptual
dapat ditingkatkan lagi dengan penyajian materi bahasan yang terbaru.
Instansi Pendidikan :
Hendaknya kampus memfasilitasi mahasiswa dengan menambah buku-buku
referensi terbaru di perpustakaan sehingga mahasiswa dapat melakukan dan
memberikan teori dan konsep pada pembuatan laporan dengan baik.
Pembaca dan tenaga kesehatan:
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya terus menggali ilmu
pengetahuan baru mengenai konsep dari para ahli dan praktik dalam berinteraksi
dan berhubungan dengan sesama manusia sebagai sistem, klien, atau fokus asuhan
keperawatan. Dengan adanya pembaharuan ilmu pengtahuan dapat meningkatkan
kualitas dalam pemberian pelayanan yang efektif dan efisien.

27

Anda mungkin juga menyukai