Keperawatan Gerontik
Disusun oleh
Kelompok 3
Keperawatan II B
Dibimbing oleh
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya serta usaha yang dilakukan, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan kepada Lansia dengan Kebutuhan Nutrisi
(Gastritis)”.
Telah banyak bantuan yang diberikan kepada kami baik dalam bentuk moril
maupun materil. Tanpa bantuan tersebut, makalah ini tidak dapat diwujudkan.Untuk itu
kami menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik. Rasa terima kasih kami sampaikan
kepada :
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan
memperluas wawasan kita semua.Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 3
ii
Daftar Isi
iii
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 14
4.1 Saran ........................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam saluran
gastrointestinal. Namun, karena luasnya persoalan fisiologis pada sistem
gastrointestinal, hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang
dilihat dalam kesehatan lansia (Stanley&Mickey, 2006). Menurut Cashman (1991)
pada buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2, proses penuaan mempengaruhi
kebutuhan nutrisi dan status nutrisi pada 30 juta lansia, 6 juta dari mereka berisiko
tinggi terhadap malnutrisi. Studi-studi mengindikasikan bahwa lansia yang memiliki
penghasilan kurang dari 6000 dolar per tahun atau kurang dari 35 dolar per minggu
untuk konsumsi makanan, dan para lansia yang kelebihan berat badan sebesar 25 kg
atau yang kekurangan berat badan 10 kg adalah mereka yang berisiko tinggi
mengalami malnutrisi, selain dari jutaan orang yang mengalami malnutrisi.
Di negara maju sebagian besar masyarakat berusia tua terkena gastritis. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gastritis diantaranya yaitu
pengetahuan dan upaya untuk mencegah gastritis. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Namun,
berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia dini. Menurut
Zhaosen L dkk (2010), kasus grastitis umumnya terjadi pada penduduk yang berusia
lebih dari 60 tahun. Menurut penelitian Maulidiyah (2006), 57.8% responden
1
mempunyai jenis kelamin perempuan. Penelitian Yunita (2010), menemukan 70%
dari responden penelitiannya berjenis kelamin perempuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apakah yang dimaksud dengan Gastritis?
3. Apa saja Etiologi Gastritis pada Lansia?
4. Bagaimana Patofisiologi Gastritis Akut dan Kronis?
5. Apa saja tanda gejala Gastritis?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Gastritis pada Lansia?
7. Apa saja komplikasi akibat Gastritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengapliksikan konsep keperawatan kesehatan lansia dalam
pemberian asuhan keperawatan lansia.
2
2. Tujuan Khusus
1. Memahami yang diaksud dengan Lansia
2. Memahami Pengertian dari Gastritis
3. Mengetahui Etiologi atau Penyebab dari Gastritis
4. Mengetahui Patofisiologi terjadinya Gastritis
5. Mengetahui Tanda dan Gejala terjadinya Gastritis
6. Mengetahui penatalaksaan saat terjadinya Gastritis
7. Mengetahui komplikasi yang terjadi akibat Gastritis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut atau
kronis. Gastritis akut, adalah penyakit lambung yang paling umum memnyebabkan
kemerahan pada mukosa, edema, hemoragi, dan erosi. Gastritis kronis biasa terjadi
pada lansia dan pasien yang menderita anemia pernisiosa. Gastritis kronis seringkali
muncul sebagai gastritis atropik kronis, dengan semua lapisan mukosa lambung
mengalami inflamasi dan terjadi penurunan jumlah – jumlah sel – sel utama dan
parietal. Akan tetapi, gastritis akut atau kronis dapat terjadi pada semua umur.
4
Gastritis akut memiliki beberapa penyebab meliputi ingesti kronis, makanan
yang menimbulkan iritasi, seperti merica (atau reaksi alergi terhadap makanan
tersebut) atau alkohol ;obat – obatan, seperti aspirin dan agens antiinflamasi non
steroid ( dalam dosis besar atau berulang) agens sitotoksik, kafein, kortikosteroid,
antimetabolit, fenil butaon, dan indomestasin ; ingesti racun, khususnya amonia, air
raksa, karbon tetra klorida, atau zat – zat korosif serta endotoksin yang dilepaskan
oleh bakteri penginfeksi seperti stafilokokus ecoli atau salmonella. Gastritis akut
dapat terjadi pada penyakit akut khususnya jika pasien mengalami trauma mayor ;
luka bakar ; infeksi berat ; gagal hati atau nafas atau pembedahan mayor.
Gastritis kronis biasanya melibatkan kondisi patologi yang mendasari yang
merupakan akibat dari atrofi mukosa lambung. Gastritis jenis ini umumnya terkait
dengan anemia, pernisiosa, ulkus lambung, dan kanker. Gastritis kronis diperkirakan
disebabkan oleh heliobacter pylori. Gastritis kronis dapat menyebabkan pasien
mengalami ulkus lambung dan karsinoma. Insiden kanker terutama tinggi pada pasien
yang menderita anemia pernisiosa.
C. Etiologi
1. Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin
2. Bahan kimia misalnya lisol
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
6. Refluk usus lambung
7. Endotoksin
D. Patofisiologi
1. Patofisiologi Gastritis Akut
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemi (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mengsekresi
sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak
mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien
dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual dan anoreksia, serta
disertai cegukan. Beberapa pasien, asimtomatik.
5
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik
dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan
mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
6
7
E. Tanda dan gejala
1. Gastritis akut
a. Ketidaknyamanan pada epigastric, nyeri karena sulit mencerna makanan, kram,
anoreksia, mual, hematemesis, serta muntah (yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari)
b. Keletihan, meringis atau kegelisahan
c. Disertai pendarahan lambung, pucat, takikardia, hipotensi
d. Distensi abdomen, nyeri tekan dan spasme otot.
e. Peningkatan bising usus.
2. Gastritis akut
a. Tanda dan gejala serupa dengan gastritis akut atau hanya ketidaknyamanan
epigastric ringan.
b. Intoleransi terhadap makanan pedas dan berlemak.
c. Nyeri epigastric ringan yang mereda dengan makan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi GI Atas (umumnya dengan biopsi) memastikan gastritis ketika
dilakukan dalam 24 jam perdarahan. Pemeriksaan ini dikontraindikasikan setelah
menelan agen korosif.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat mendeteksi perdarahan saman dalam muntah atau
feses (atau keduanya) jika pasien mengalami perdarahan lambung.
3. Pemeriksaan darah menunjukan bahwa kadar hemoglobin dan hematokrit
mengalami penurunan apabila pasien telah mengalami anemia akibat perdarahan.
4. Pemeriksaan H Pylori dan nafas berbau urea memperlihatkan adanya antibody H
Pylori.
G. Penatalaksanaan
Prioritas penanganan segera adalah menghilangkan penyebab gastritis.
Sebagai contoh, gastritis yang disebablan oleh bakteri diobatkan dengan antibiotik ;
ingesti racun dinetralakan dengan antidot yang tepat. Ketika penyakit yang terkait
diobati atau agens penyebab dihilangkan atau dinetralkan, mukosa lambung biasanya
akan mulai sembuh.
8
dihilangkan. Antagonis reseptor histamin-2 ( H2) seperti famotidin, pemberiannya
dapat diprogramkan untuk menghambat sekresi lambung. Antasida dapat digunakan
sebagai agens pendapar.
Untuk pasien yang menderita sakit kronis antasida diberikan perjam dengan
atau tanpa antagonis reseptor –H2, yang dapat mengurangi frekuensi episode gastritis
akut. Sebagai apsien juga membutuhkan analgesik. Sampai terjadi pemulihan,
kebutuhan oksigen, volume darah, serta keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
harus dipantau dan dipertahankan.
Karena pasien yang menderita gastritis kronis dapat asimptomatik atau dengan
keluhan yang tidak jelas, tidak ada penanganan khusus yang dibutuhkan kecuali
menghindari aspirin dan makanan pedas. Jika tanda dan gejala terjadi atau menetap
pasien tersebut dapat minum antasida. Jika anemia pernisiosa adalah penyebab yang
mendasari vitamin B12 dapat diberikan secara parenteral. Jika H Pylori
diimplikasikan sebagai penyebab gastritis kronis, terapi anti infeksi yang tepat
dimulai.
H. Komplikasi
1. Komplikasi gastritis akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang – kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
9
2. Komplikasi gastritis kronik
a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap
vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat
menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia
pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap
faktor intrinsik. Selain vitamin B12- penyerapan besi juga dapat terganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah
antrum pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan
lambung, terutama gastritis kronik antrum pilorus.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Menanyakan tanda gejala pada pasien apakah pasien mengalami nyeri ulu hati,
tidak dapat makan, mual, atau muntah.
b. Apakah gejala tersebut terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna
obat tertentu atau alkohol?
c. Apakah ada gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?
d. Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan
abdomen, dehidrasi (perubahan turgor kulit, membrane mukosa kering), dan bukti
adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis. Lamanya waktu
dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk
mengatasi gejala gastritis. Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan
metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efek-efeknya,
juga diidentifikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdarakan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang berikut ini:
11
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
Tujuan: Untuk mengurangi nyeri
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri
2) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat
mengiritasi mukosa lambung
4) Berikan obat sesuai terapi dokter
b. Diagnosa keperawatan perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan: Meningkatkan nutrisi
Intervensi :
1) Berikan diet lunak yang dicakupkan menjadi salah satu pilihan makanan pasien.
Mulai kembali pemberian makanan dengan perlahan (ketika pasien dapat
menoleransi pemberian makanan lewat mulut)
2) Berikan makanan porsi kecil yang lebih sering, untuk mengurangi jumlah
sekresi lambung yang menimbulkan iritasi
3) Bantu pasien mengidentifikasi makanan tertentu yang menyebabkan masalah
lambung, dan hilangkan makanan tersebut dari diet pasien.
c. Diagnosa keperawatan risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan karena muntah.
Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi :
1) Kaji intake output cairan setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal
ketidakseimbangan
d. Diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan pengobatan
Tujuan: mengurangi ansietas
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas pasien
2) Jelaskan tentang semua prosedur dan pengobatan sesuai dengan minat dan
tingkat pemahaman pasien
12
4. Evaluasi Keperawatan
a. Menunjukan berkurangnya ansietas
b. Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein
atau alcohol
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
1) Mentoleransi terapi intra vena sedikitnya 1,5 L setiap hari
2) Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari.
3) Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 L setiap hari
4) Menunjukkan turgor kulit yang adekuat
d. Mematuhi program pengobatan
1) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
2) Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut kelompok kami kesimpulannya adalah gastritis pada lansia adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang dapat berifat kronis, difus atau local yang
sering terjadi pada lansia yang disebabkan oleh stes, bisa juga endotoksin bakteri,
kafein, alcohol, dan aspirin. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti sulfonamide,
steroid.
4.1 Saran
Diharapkan agar kita lebih peduli terhadap kesehatan lansia dengan cara
menghilangkan rasa stress pada lansia karena mengakibatkan asam lambung
meningkat, menjaga asupan makanan agar terhindar dari bakteri, menghindari
makanan yang mengandung kafein atau alcohol pada lansia
14
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. 2001. Kapita Seleta Kedokteran Ed.3 Jilid Pertama. Jakarta : Media
Aeusculapius.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta : Salemba Medika.
Stahley, Mickey & Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2. Jakarta :
EGC
Lueckenotte Annete G. 1996. Gerontologic Nursing . St. Louis Missouri.
Stockslager, Jaime L & Schaeffer. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik Ed.2.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Ed.8
Vol. 2. Jakarta : EGC
Muhith, Abdul & Siyoto, Sandu. 2016. Pendidikan Keperawatan gerontik. Yogyakarta
CV Andi Offset
15