Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA OVARIUM
DI GEDUNG A ZONA A RSUPN DR. CIPTO
MANGUNKUSUMO

Nama:

Aziza Yuni Camelia (P17120016005)


Dwi Putri Utami (P17120016012)
Ernawati (P17120016013)
Lydia Ayu C. (P17120016022)
Revina Pangestuti(P17120016031)
Wiwit Aryati (P17120016040)
Riskesdas 2007 membuat pertanyaan apakah responden selama hidupnya pernah didiagnosis oleh tenaga
medis menderita kanker ovarium dan atau kanker serviks uteri. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari
768.635 responden, 4.647 (0,6%) responden di antaranya menderita kanker. Jawa Tengah merupakan
provinsi dengan jumlah penderita kanker tertinggi (23,6%). Kanker serviks uteri dan ovarium serta kanker
payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan, yaitu 927 (20%) responden untuk kanker
serviks uteri dan ovarium serta 746 (16%) responden kanker payudara. Kanker serviks uteri dan ovarium
paling banyak ditemukan pada usia dewasa, dengan status menikah, hidup di perkotaan, dan memiliki status
pendidikan rendah.

Penyakit yang meneyerang bagian indung telur ini, jumlah penderitanya terus meningkat. Dari data Kemenkes
pada 2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya
menyebutkan prevalensi hanya 1 banding 1.000 orang. Berdasarkan data dari rekam medik ruang onkologi
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita kanker ovarium dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2014 sebanyak 178 penderita yang terdiagnosis kanker ovarium berada dalam stadium 1c dan
stadium 2c.
PENGERTIAN
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada
stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999 ).
TINJAUAN
KASUS
PENGKAJIAN
Nama : Ny. S Tanggal Masuk : 30 Oktober 2018
Umur : 47 tahun Jam Masuk : 15.50 WIB
Status Perkawinan : kawin
Ruang/Kelas : Gedung A Zona A kelas 3
Agama : Islam
No kamar : 218 B
Suku : Jawa
Tanggal Pengkajian : 12 November 2018
Pendidikan : SD
Jam : 11.00 WIB
Alamat : Tebet dalam 4 Rt 017 Rw 01 Jakarta
selatan
Diagnosa Medis : Ca. Ovarium III C
Alasan masuk RS :
Nyeri pada area perut, perut membesar
sejak 2 bulan lalu, BAB sedikit dan selalu
menggunakan obat pencahar, tidak datang
bulan sejak 2016
Klien mengatakan Klien hanya
pertama kali datang minum susu CLLM
bulan usia 14 tahun, 100 cc 2 kali
siklus tidak teratur, sehari melalui
keluarga berencana & lamanya ± oral dan
kesehatan

Kebutuhan dasar klien


Riwayat Obstetri,

seminggu, keluahan mendapat


nyeri saat haid Nutriflex 1250 ml
Klien belum memiliki melalui CVC, klien
anak mengeluh mual
Klien tidak pernah Klien BAK sering,
mengikuti program frekuensi 200cc,
KB dan tidak pernah berwarna kuning
menggunkan alat kemerahan
kontrasepsi Klien BAB
1kali/hari, warna
kuning kecoklatan
Keadaan Umum : sedang Pernafasan: Hasil Laboraturium (10 November
Kesadaran : Composmentis Jalan nafas: normal, tidak ada sumbatan 2018)
Tekanan Darah :122/86 mmHg Suara nafas: Vesikuler disemua lapang paru Hb : 11,6 g/dl
Nadi : 80x/menit Keluhan: Klien mengatakan kadang merasa Leukosit : 14
RR : 20x/menit sesak dan terkadang terpasang O2 nasal kanul Trombosit : 683
Suhu : 36,5 ºC 3L/menit dan terdapat otot bantu pernafasan gds : 94 g/dl
Berat badan : 50 kg pH darah : 7,46
Tinggi badan : 155 cm Dada & Axilla: pco2 41,1
Turgor kulit : Elastis Mammae: tidak membesar po2 : 43,3
Warna kulit : pucat Areolla mammae: berwarna kecoklatan hco3 : 29,8
Kekuatan otot Papila mammae: terletak dipusat aerola ureum :103 g/dl
mammae setinggi iga ke-4 natrium : 128
Colostrum: tidak ada kreatinin 3,2
albumin : 3,4
Pada tanggal November 2018 Pada tanggal November 2018 telah dilakukan Terapi Obat
Pada
telah tanggal
dilakukanNovember 2018
pemeriksaan Pada tanggal radiologi
pemeriksaan November 2018 telah
abdomen dilakukan
dengan Terapi Obat
telah dilakukan pemeriksaan pemeriksaan radiologi abdomen dengan ketorolac 30 mg / 8jam per iv
penunjang radiologi Thorax, kesan, kesuraman di pelvis hingga mid ketorolac 30 mg / 8jam per iv
penunjang radiologi
dengan kesan infiltrate Thorax,
di kesan, kesuraman di pelvis hingga
abdomen dengan efek desak berkurang, mid d.d ranitidine 50 mg/12jam per iv
dengan kesan infiltrate di
parakardial kiri d.d pneumoni. abdomen dengan
inflamasi post op, efek desak berkurang,
penembalan d.d
dinding usus ranitidine 50 mg/12jam per iv
parakardial metronidazol 500 mg/ 8jam per iv
CVC dengankiritip d.d pneumoni.
di proyeksi vena inflamasi post op, penembalan
yang tervisualisasi, tidak tampak dinding usus
dilatasi metronidazol 500 mg/ 8jam per iv
CVC dengan
cava superior.tip di proyeksi vena yang tervisualisasi,
patologis, tidak tampak
suspek inflamasi suspekdilatasi
post op, DJ metroklopamid 10 mg/8jam per oral
cava superior. patologis,
stent insitususpek inflamasi suspek post op, DJ
bilateral. metroklopamid 10 mg/8jam per oral
stent insitu bilateral. amikasin 1 g/ 24jam per oral.
amikasin 1 g/ 24jam per oral.
Diangnosa Implementasi Evaluasi

Pola Nafas Tidak Efektif 1. Mengkaji pola nafas, suara nafas, kedalaman nafas, dan
berhubungan dengan adanya pengembangan ekspansi dada untuk mengidentifikasi
adanya obstruksi sekunder
hambatan upaya nafas (nyeri saat
2. Memberikan klien posisi fowler/semifowler untuk
bernafas) ditandai dengan memaksimalkan ekspansi paru.
penggunaan otot bantu nafas (+), 3. Mengobservasi Tanda-Tanda Vital klien untuk
terpasang O2 nasal kanul 3 mengetahui keadaan umum klien.
liter/menit, Tekanan darah 122/86 4. Memberikan terapi oksigen nasal kanul 3liter/menit
mmHg, Nadi 80x/menit, RR sesuai dengan instruksi dokter untuk memaksimalkan
pernapasan dan menurunkan kerja napas.
22x/menit, Suhu 36,5ºC, PCO2 41,1
mmHg, PO2 43,3 mmHg, HCO3
29,8 mEq/L.

Nyeri Akut berhubungan dengan 1. Mengkaji tingkat nyeri, frekuensi nyeri yang dialami klien
adanya agen pencedera fisiologis untuk membantu dalam mengidentifikasi derajat
ketidaknyamanan klien
(neoplasma) ditandai dengan klien
2. Mengukur Tanda – Tanda Vital setiap 8 jam untuk
tampak meringis, menghindari mengetahui adanya peningkatan nadi yang dapat
nyeri, sulit tidur dan gelisah. mempengaruhi seberapa nyeri yang dialami.
3. Membantu klien menemukan posisi yang nyaman untuk
memfokuskan perhatian dan dapat meningkatkan koping.
4. Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam untuk
menghilangkan ketidaknyamanan rasa nyeri.
5. Menjelaskan kepada klien tentang sebab-sebab
timbulnya nyeri untuk mengurangi ketegangan klien dan
memudahkan klien untuk bekerjasama.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai
indikasi : Ketorolac 30mg/8jam untuk memblok reseptor
nyeri, sehingga nyeri tidak dapat dipersepsikan.
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko Defisit Nutrisi 1. Mengkaji status nutrisi klien untuk
ditandai dengan klien mengetahuin status nutrisi klien
mengatakan mual dan tidak 2. Menimbang BB klien untuk memantau
nafsu makan, bising usus peningkatan dan penurunan status gizi.
9x/menit, membrane mukosa 3. Mendiskusikan dengan keluarga dan klien
pucat, albumin 3,1, BB : 50 kg, tentang pentingnya intake nutrisi dan hal-hal
LILA : 24 cm. yang menyebabkan penurunan berat badan
untuk membantu memilih alternative
pemenuhan nutrisi yang adekuat.
4. Memberikan obat antiemetik sesuai dengan
instruksi dokter : ranitidine 50mg/12jam untuk
manajemen mual dan menghambat sekresi
asam lambung.
5. Memberikan diit sesuai kolaborasi dengan ahli
gizi, susu CLLM 100ml untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.

Risiko Infeksi ditandai dengan 1. Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
efek prosedur invasive (terpasang yang bertujuan untuk mengetahui adanya
CVC, kateter urin, drainase). infeksi pada klien.
2. Mengukur Tanda-Tanda Vital setiap 8 jam
sekali untuk mengetahui adanya
perkembangan sepsis yang selanjutnya
memerlukan evaluasi.
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan untuk
mencegah terjadinya infeksi.
PEMBAHASAN
KASUS DAN
TEORI
PENGKAJIAN
Teori Kasus Analisa
Teori Kasus Analisa
Menurut Price (2002), pemeriksaan
Menurut Smeltzer & Bare (2002)
• Pada tanggal 8 November 2018 telah dilakukan Adanya
penunjang Ca Serviks antara lainKanker Saatpemeriksaan
kami melakukan pengkajian
penunjang radiologiditemukan
Thorax, Adanya kesinambungan data antara
ovarium merupakan
Pemeriksan tumor dengan
darah lengkap & kimia darah, perut klien membuncit,
dengan nyeridipada
kesan infiltrate daerahkiri d.d
parakardial kesinambungan
teori dengan kasus data
histiogenesis
Serum HCG, Alfa fetoprotein, Analisadapat
yang beranekaragam, air abdomen
pneumoni.sampai
CVC dengan
dengan panggul, perut vena cava
tip di proyeksi antara teori dengan
berasal dari ketiga dermoblast kembung, lingkar lengan 29 cm, lingkar perut
kemih, Pemeriksaan saluran pencernaan,
(ektodermal, endodermal,
superior kasus
Laparatomi, CT scan atau mesodermal)
MRI perut, USG, 96 cm, berat
• Pada 8 tanggal badan November
50 kg dan 2018 tinggi telah
badan dilakukan
dengan sifat-sifat histiologis maupun 155pemeriksaan
cm, klien mengeluh mual, tidak nafsu
X-ray, Endoskopi. USG, dengan kesan adeno miosis,
biologis yang beraneka ragam. makan danpada
asites sesak napas,kista
ovarium kliensesuai
terpasang
malignasasi.
Gejala umum Ca Ovarium yang biasa oksigen
• Padanasal kanul
tanggal 3 liter/menit,
9 November 2018 terpasang
telah dilakukan
ditemukan yaitu gangguan haid, nyeri pada CVCpemeriksaan
dengan cairan infus asering 500
radiologi abdomen dengan ml/8 jamkesan,
panggul, asites, perut membuncit, nutriflex 1250 ml/24 jam, terpasang
kesuraman di pelvis hingga mid abdomen kateter
kembung dan mual, gangguan nafsu urine 200 ml,efek
dengan dandesak
drain berkurang,
100 ml. d.d inflamasi post
makan, gangguan BAB dan BAK, dan Klien mengatakan nyeri pada
op, penembalan dinding usus yang area perut, tervisualisasi,
sesak nafas. timbul secara mendadak dengan
tidak tampak dilatasi patologis, suspek durasi 5-10
inflamasi
menit. Perut membesar sejak 2bulan,
suspek post op, DJ stent insitu bilateral bab
sedikit
• Pada dan selalu 10
tanggal menggunakan
November 2018 pencahar.
telah dilakukan
Klien mengatakan kadang merasa
pemeriksaan Lab darah lengkap dengan sesak, Klien
hasil,
mengatakan merasa mual dan nafsu makan
Hb : 11,6 g/dl, Leukosit : 14, Trombosit : 683,
menurun.
gds : 94 Klien
g/dl,mengatakan
pH darah : 7,46ia sudah
, pco2 tidak
41,1 , po2 :
haid43,3
sejak 2016.
, hco3 : 29,8 , ureum :103 g/dl , natrium :
128, kreatinin 3,2 , albumin : 3,4
DIAGNOSA
TEORI KASUS Analisa
Diagnosa keperawatan yang mungkin Kelompok mengacu kepada SDKI Antara teori & kasus ada kesamaan
muncul pada klien dengan Ca Ovarium diagnose yang muncul yaitu nyeri akut
tahun 2016, pada kasus ini kami
menurut Doenges (2012) yaitu:
mengangkat beberapa masalah
1. Gangguan pola nafas tidak efektif
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi
2. Nyeri Akut
serabut saraf daerah pelvis
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Risiko Defisit Nutrisi
berhubungan dengan mual, muntah 4. Risiko infeksi
4. Gangguan citra diri berhubungan
dengan perubahan bentuk abdomen
5. Gangguan eliminasi BAB/BAK
6. Ansietas berhubungan dengan stress
akibat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.
INTERVENSI
Teori
Teori Kasus
Kasus Analisa
Analisa

Perencanaan adalah suatu Diagnosa risiko defisit nutrisi :Beberapa intervensi yang kelompok rencanakan
Perencanaan
sasaran yang adalah suatu sasaran
menggambarkan
Diagnosa
untuk pola napas
mengatasi diagnosatidak efektif
ketiga : Beberapa intervensi yang kelompok
adalah
yang menggambarkan perubahan rencanakan
1. kaji statusuntuk mengatasi
nutrisi diagnosa
klien (rasional pertama adalah
: mengetahui status nutrisi klien dan
perubahan yang diinginkan pada 1. memudahkan
kaji suara napas,
yang diinginkan pada setiap kondisi dalam menentukan intervensidan
pola napas, kedalaman ekspansi dada (rasional:
selanjutnya)
setiap kondisi atau perilaku klien perubahan suara napas menunjukan obstruksi
2. diskusikan dengan klien dan keluarga tentang pentingnya sekunder,suara napas dan hal-
intake nutrisi
atau perilaku klien dengan
dengan criteria hasil yang criteria tambahan berpengaruh terhadap berat
kecukupan
hal yang menyebabkan penurunan badanpertukaran
(rasional : oksigen)
membantu memilih
hasil yang diharapkan
diharapkan perawat.
perawat. Pedoman 2. alternatif
berikanpemenuhan
klien posisi fowler atau semi
nutrisi yang adekuat)fowler (rasional: memaksimalkan ekspansi
Pedoman
penulisan penulisan
berdasarkan berdasarkan
SMART paru dan dengan
3. kolaborasi menurunkan
dokterupaya
dalampernapasan)
pemberian obat antiemetik sesuai indikasi :
SMART (Specific, Measurable, 3. ranitidin
Monitor50TTVmg / 12 jam (rasional : (rasional:
dan status oksigen antiemetikmengetahui kondisiuntuk
dapat digunakan umum klien dan
manajemen
(Specific, Measurable, Achieveble, status pernapasan)
Achieveble,
Reasonable,Reasonable, dan
dan Time). Specific mual dengan menghambat sekresi asam lambung)
4. kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian
dengan dokterterapi oksigen
dan ahli melaluipemberian
gizi dalam nasal kanul
diit3cair
literLLM
permenit
100 ml/ 8
Time).
adalahSpecific
berfokusadalah berfokus
pada klien. (rasional: memaksimalkan pernapasan dan menurunkan kerja napas) .
pada klien. Measurable dapat jam (rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien).
Measurable dapat diukur, dilihat,
diukur, dilihat, diraba, dirasakan,
diraba, dirasakan, dan dicium. Diagnosa risiko
Diagnosa nyeri akut:
infeksi:Beberapa
Beberapa intervensi yang
intervensi kelompok
yang kelompok rencanakan
rencanakanuntuk
untuk
dan dicium. adalah
Achievable Achievable adalah
tujuan yang mengatasi diagnosa kedua
mengatasi diagnosa keempat adalah adalah
tujuan yang harus dicapai. 5. monitor
5. kaji tingkat
adanyaskala nyeri,
tanda danfrekuensi nyeri yang
gejala infeksi dialami
(rasional klien (rasional
: mengetahui : membantu
adanya infeksi
harus dicapai. Reasonable dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan klien dan untuk keefektifan
Reasonable merupakan
merupakan tujuan tujuan
yang harus
pada luka klien)
analgesik)
6. ukur ttv per 8 jam (rasional : mengetahui adanya perkembangan sepsis yang
yang harus dipertanggung
dipertanggung jawabkan secara 6. selanjutnya
ukur ttv per 8 jam (rasional : peningkatan nadi dan pernapasan dapat
jawabkan secara ilmiah. Time memerlukan evaluasi)
ilmiah. Time adalah batasan mempengaruhi
7. kolaborasi denganseberapa
tim dokter nyeri)
dalam pemberian obat antibiotik : metrodiazole 500
adalah batasan
pencapaian dalampencapaian dalam
rentang waktu 7. mg/
ajarkan klien teknik relaksasi
8 jam (rasional : antibiotik dapat napasmenghambat
dalam (rasional : menghilangkan
pembentukan sel bakteri,
rentang
tertentu,waktu
harus tertentu, harus jelas
jelas batasan ketidaknyamanan akibat nyeri)
sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik dapat langsung
batasan waktunya (Dermawan, 8. membunuh
kolaborasisel dengan
bakteri dokter dalaminfeksi)
penyebab pemberian obat analgesik sesuai indikasi :
waktunya (Dermawan, 2012). Keterolac 30 mg/8 jam (rasional : obat-obatan analgesik dapat memblok nyeri
2012). 8. observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, jahitan) dan daerah
sehingga nyeri tidak dapat di persepsikan).
yang terpasang alat invasif (infus, kateter urine, drain) (rasional : deteksi dini
perkembangan infeksi memungkinkan melakukan tindakan dengan segera dan
pencegahan komplikasi selanjutnya)
IMPLEMENTASI
Teori Kasus Analisa
Teori Kasus Analisa
Implementasi adalah Diagnosa pola napas tidak efektif : Beberapa implementasi yang kelompok
Implementasi adalah Diagnosa risiko
lakukan untuk defisit nutrisi
mengatasi :Beberapa
diagnosa pertama implementasi
adalah yang kelompok
pengelolaan dan perwujudan lakukan untuk mengatasi diagnosa ketiga adalah
1. Mengkaji pola nafas, suara nafas, kedalaman nafas, dan pengembangan
pengelolaan dan perwujudan 1. Mengkaji
ekspansistatus nutrisimengidentifikasi
klien untuk mengetahuin status nutrisi klien
dari rencana keperawatan dada untuk adanya obstruksi sekunder
dari rencana keperawatan 2.2. Menimbang BB klien untuk memantau peningkatan dan
Memberikan klien posisi fowler/semifowler untuk memaksimalkan ekspansipenurunan status
yang telah disusun pada gizi.
paru.
yang telah disusun pada 3.3. Mendiskusikan
Mengobservasidengan keluarga dan klien tentang pentingnya intakeumum
nutrisi
tahap perencanaan. Fokus Tanda-Tanda Vital klien untuk mengetahui keadaan
tahap perencanaan. Fokus dan hal-hal
klien. yang menyebabkan penurunan berat badan untuk membantu
dari intervensi antara lain, 4. memilih alternative
Memberikan terapipemenuhan
oksigen nasal nutrisi
kanul yang adekuat.
3liter/ menit sesuai dengan
dari intervensi antara lain, 4. Memberikan obat antiemetik sesuai dengan instruksi dokter : ranitidinekerja
mempertahankan daya tubuh, instruksi dokter untuk memaksimalkan pernapasan dan menurunkan
mempertahankan daya 50mg/12jam
napas. untuk manajemen mual dan menghambat sekresi asam
mencegah komplikasi, lambung.
tubuh, mencegah komplikasi, 5. Memberikan diit sesuai kolaborasi dengan ahli gizi, susu CLLM 100ml
menemukan perubahan Diagnosa nyeri akut kebutuhan
: Beberapanutrisi
implementasi
klien. yang kelompok lakukan untuk
menemukan perubahan untuk memenuhi
sistem tubuh, menata mengatasi diagnosa kedua adalah
sistem tubuh, menata 5. Mengkaji tingkat nyeri, frekuensi nyeri yang dialami klien untuk membantu
hubungan klien dengan Diagnosa
dalam risiko defisit nutrisi
mengidentifikasi :Beberapa
derajat implementasi
ketidaknyamanan yang kelompok
klien
hubungan klien dengan lakukan untuk mengatasi diagnosa keempat adalah
lingkungan, implementasi 6. Mengukur Tanda – Tanda Vital setiap 8 jam untuk mengetahui adanya
lingkungan, implementasi 6. Memonitor
peningkatan adanya tandadapat
nadi yang dan gejala infeksi yang
mempengaruhi bertujuan
seberapa untuk
nyeri yang dialami.
pesan kolaborasi (Setiadi, mengetahui adanya infeksi pada klien.
7. Membantu klien menemukan posisi yang nyaman untuk memfokuskan
pesan kolaborasi (Setiadi, 7. Mengukur
perhatian Tanda-Tanda Vital setiap 8koping.
jam sekali untuk mengetahui adanya
2012). dan dapat meningkatkan
2012). 8. perkembangan
Mengajarkan klien
8. Melakukan cuci
sepsis
tangan
yang
teknik selanjutnya
relaksasi
sebelum dan
napas memerlukan
sesudah
dalam untuk evaluasi.
melakukan
menghilangkan
tindakan
ketidaknyamanan rasa nyeri.
keperawatan untuk mencegah terjadinya infeksi.
9. Menjelaskan kepada klien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri untuk
mengurangi ketegangan klien dan memudahkan klien untuk bekerjasama.
10. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi :
Ketorolac 30mg/8jam untuk memblok reseptor nyeri, sehingga nyeri tidak
dapat dipersepsikan.
EVALUASI
Teori Kasus Analisa

Evaluasi keperawatan adalah Selama dilakukan tindakan asuhan


penilaian melalui upaya dalam keperawatan selama 3x24 jam
membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan 1. Masalah keperawatan pola napas tidak
tinjauan dan kriteria hasil yang dibuat efektif sudah teratasi dan intervensi
pada tahap perencanaan (Nikamtur dihentikan
dan Walid, 2012). 2. Masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan.
3. Masalah keperawatan resiko defisit nutrisi
belum teratasi dan intervensi dilanjutakan
4. Masalah keperawatan risiko infeksi belum
teratasi, intervensi dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai