ASFIKSIA
KELOMPOK 4:
IDAI kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah lahir yaitu ditandai dengan hipoksia, Hiperkapnia & asidosis.
Yuliastari dan Amelia keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak
Arnis. 2016
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Menurut Bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dan mungkin meningkatkan
Kelompok kadar karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut.
Faktor persalinan Faktor Tali Pusat
Komplikasi meliputi berbagai organ yang terkena dampak dari pada asfiksia
pada bayi, salah satu diantaranya antara lain pada organ :
Otak dan Medula spinalis
Jantung dan paru
Gastrointestinal
Ginjal
Hematologi DIC
Sistem Endokrin
DISCHARGE PLANING
Kejadian asfiksia neonatorum dapat dihindari dengan cara melakukan tindakan pencegahan yang
komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan dan setelah persalinan dengan diantara lainnya dengan
upaya-upaya sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan yang diduga
berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama
persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan asfiksia neonatorum di masing-masing
tingkat pelayanan kesehatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
APGAR 0 1 2 1’ 5’ 1
Pemeriksaan Penunjang laboratorium
SCORE 0
HB : 12-18 gr/dl
’
Leukosit : 4.000-10.000/m³
Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah, ekstremitas kemerahan 0 0 0
Trombosit: 100.000-400.000/mm³
biru
Hematokrit : 36-55%
Denyut Jantung Tidak ada < 100 >100 0 1 2
TOTAL 0 1 2
1. Pengkajian
A. Keluhan utama
Bayi tidak menangis, warna bayi pucat kebiruan, tidak ada reflek gerak dan isap
B. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi baru lahir mengalami kondisi UK atern tidak segera menangis, gerakan
ekstremitas dan refleks sedikit, tonus otot lemah, tidak ada reflek isap, bradipneu
25 kali permenit, denyut jantung menurun 90 kali permenit, tekanan darah 70/40
mmHg, Score APGAR 0-1-2. Telah dilakukan bagging dan oksigenasi 5 liter permenit,
bayi langsung diantar ke ruang NICU dan dirawat dalam inkubator.
C. Riwayat kesehatan masa lalu
Prenatal care : pemeriksaan selama kehamilan
Natal : riwayat kesehatan selama proses melahirkan
Post-natal : kondisi bayi.
1. Pengkajian (lanjutan)
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : tampak sianosis, kesadaran menurun
Nutrisi : BB Lahir, PB lahir, LILA, lingkar perut bayi
Oksigenasi : mata tampak simetris, sklera putih, konjungtiva tidak pucat, dada, bentuk dada dan
abdomen tidak bergerak secara bersamaan, auskultasi nafas, ekpansi dada melemah.
Sirkulasi : Capillary Refill Time, denyut jantung TD, Saturasi oksigen
Neurosensory : mengalami penurunan kesadaran
System muskuloskeletal : penurunan tonus otot, kelemahan, tidak ada gerak refleks.
Sistem Integumen : Sianosis pada kulit tubuh dan kuku, Bayi tampak pucat
Sistem Endokrin : Kelenjar tyroid tidak mengalami distensi
Sistem Perkemihan
Penilaian score APGAR
Hasilpemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyempitan arteri pulmonal,
peningkatan tahanan pembuluh darah paru, penurunan aliran darah paru, perubahan
membrane kapiler-alveolar, dan ketidakseimbangan perfusi jaringan.
– Diagnosa menurut NANDA tahun 2015
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/hiperventilasi
3. Ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipotermi
4. Resiko syndrome kematian bayi mendadak berhubungan dengan risiko kekurangan
oksigen lebih lama
5. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus (mekonium)
6. Risiko cidera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen agen infeksius.
3. Intervensi Keperawatan
No DX Intervensi
DX 1 1. Keluarkan sekret dengan suction
2. Catat dan monitor kedalamnya pernafasan dan irama.
3. Kolaborasi pemberian terapi oksigenasi lembab dengan masker CPAP sesuai indikasi
4. Monitor status respiratory dan oksigenasi
5. Kaji status pernafasan, catat peningkatan frekuensi/upaya pernafasan atau perubahan pola
napas(bradipneu, takypneu, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes)
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan (mengi, krekels, ronkhi) dilanjutkan dengan
monitoring suara nafas.
7. Catat pergerakan dada atau ekspansi dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal
8. Pantau gejala gagal pernafasan (misalnya PaO² rendah, PaCO² tinggi dan keletihan otot pernafasan)
9. Kaji kelanjutan tanda sianosis melalui AFGAR dan klasifikasi sianosis.
10. Monitor TTV
11. Monitor respiration rate dan ritme
12. Auskultasi suara jantung, frekuensi dan irama.
13. Observasi warna kulit, temperature akral perifer dan temperature tubuh serta kelembapan, khususnya
membrane mukosa
14. Pantau AGD (gas darah arteri), elektrolit dan status kesadaran (neurologis) dan oksimeter.
NO DX INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 2 1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan (mengi, krekels, ronkhi) dilanjutkan
dengan monitoring pola nafas (bradipneu, takypneu, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
2. Monitor status respiratory dan okesigenasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Bersihkan mulut, hidung
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
7. Vital Sign Monitoring : TD, N, RR, S dengan mencatat adanya fluktuasi TD, Monitor kualitas
dari nadi, frekuensi
DX 3 8. Ukur dan catat suhu tubuh secara berkala dimulai per 30 menit.
9. Monitor suhu tubuh, warna tubuh, dan kelembaban kulit
10. Monitor sianosis perifer ataupun sianosis sentral
11. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
12. Identifikasi penyebab dari perubahan suhu
13. Dorong bayi beradaptasi dengan suhu lingkungan luar rahim dengan memberikan selimut
penghangat, atau dekapan.
NO DX INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 4 1. Beri edukasi pada orang tua tentang perawatan bayi
2. Dorong bayi melakukan pernafasan spontan
DX 5 3. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas tambahan misalnya mengi, krekels, ronki.
4. Kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi ekspirasi
5. Catat adanya atau derajat dispnea misalnya distress pernafasan, penggunaan otot bantu nafas.
6. Kaji TTV, pernafasan, nadi, TD
7. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan tanda-tanda sianosis setiap2 jam
8. Dorong pengeluaran sputum, suction bila diindikasikan
9. Lakukan palpasi fokal fremitus
10. Observasi tingkat kesadaran, selidiki adanya perubahan
11. Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen sesuai dengan indikasi